Bab 13 Kewajiban Lancar, Provisi, dan Kontinjensi

Study Objectives :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengidentifikasi sifat, jenis, dan penilaian
kewajiban lancar
Mengidentifikasi jenis kewajiban yang
berhubungan dengan karyawan
Mengidentifikasi kriteria pada penilaian provisi
Menjelaskan akuntansi untuk kerugian-kerugian
kontijensi
Menyajikan dan menganalisis kewajiban lancar,
provisi, dan kontijensi pada laporan keuangan

A. KEWAJIBAN LANCAR
Kewajiban lancar dapat diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa depan atas
manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan pada masa sekarang untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil

dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. Suatu hal dapat dikategorikan sebagai sebuah
kewajiban apabila memenuhi tiga karakteristik utama, yang pertama merupakan kewajiban saat
ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan
kas, barang, atau jasa. Yang kedua, merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dan yang
terakhir, transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi di
masa lalu.

189

Suatu kewajiban melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan, sehingga salah satu
karakteristik yang terpenting yaitu tanggal dimana kewajiban tersebut harus dibayarkan pada saat
tanggal jatuh tempo. Karakteristik mengenai berapa lama tanggal yang ditentukan untuk
melunasi kewajiban tersebut adalah perumusan dalam pengklasifikasian kewajiban, yaitu apakah
jangka waktu pelunasannya kurang atau lebih dari jumlah periode tertentu. Pengklasifikasian
kewajiban dibagi menjadi dua, kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.
Aktiva lancar adalah kas atau aktiva bentuk lainnya yang dapat diharapkan untuk dikonversi
menjadi kas, dijual, atau digunakan dalam operasi selama satu periode tertentu. Berbeda dengan
aktiva lancar, kewajiban lancar memiliki pengertian sebagai kewajiban yang likuidasinya
diperkirakan memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lainnya dalam satu siklus operasi atau periode

tertentu. Beberapa jenis kewajiban lancar adalah sebagai berikut :
1. Utang usaha
Utang usaha adalah saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang, atau jasa yang dibeli
secara kredit. Utang jenis ini muncul karena adanya kesenjangan waktu antara penerimaan jasa
atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran atas aktiva tersebut. Periode pelunasan kredit ini
biasanya berkisar antara 30 sampai dengan 60 hari.
2. Wesel bayar
Definisi dari wesel bayar adalah janji tertulis untuk mebayar sejumlah uang pada suatu
tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi
dengan bentuk lainnya. Utang jenis ini diperlukan sebagai bagian dari transaksi pembelian atau
penjualan sebagai pengganti perluasan kredit yang normal atau kredit lisan, sementara wesel
bayar kepada bank berasal dari pinjaman kas atau uang tunai. Wesel bayar dapat diklasifikasikan
menjadi wesel jangka pendek maupun jangka panjang berdasarkan periode pelunasannya, dan
diklasifikasikan menjadi wesel berbungan dan tanpa bunga berdasarkan unsure bunga yang
melekat pada wesel tersebut.

190

3. Jatuh tempo berjalan utang jangka panjang
Contoh dari jatuh tempo saat ini utang janga panjang adalah obligasi, wesel hipotik, dan

utang jangka panjang lainnya yang jatuh tempo dalam tahun fiskal berikutnya. Utang jangka
panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan
ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang tidak
ditunjukkan sebagai aktiva lancar, dan apabila akan didanai kembali atau dilunasi dari hasil
penerbitan utang baru atau dikonversi menjadi modal saham.
4. Kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan didanai kembali
Kewajiban dengan jangka waktu yang pendek adalah jenis utang yang telah pasti akan jatuh
tempo dalam kurun waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi
perusahaan, tergantung mana yang lebih lama dan biasanya sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka panjang
dan oleh karena itu, diperkirakan tidak memerlukan penggunaan modal kerja selama periode
berikutnya. Untuk menentukan situasi dimana kewajiban jangka pendek dapat dikeluarkan dari
kewajiban lancar, suatu perusahaan harus mengeluarkan kewajiban jangka pendek tersebut dari
kewajiban lancar, dengan syarat perusahaan harus memiliki rencana untuk mendanai kembali
kewajiban atas dasar jangka panjang dan perusahaan harus menunjukkan kemampuan untuk
melaksanakan pedanaan kembali tersebut. Maksudnya, perusahaan bermaksud mendanai kembali
kewajiban jangka pendek sehingga penggunaan modal kerja tidak diperlukan lagi selama tahun
fiskal.
5. Utang dividen
Utang dividen memiliki pengertian sebagai jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada

para pemegang sahamnya sebagai hasil dari otorisasi dewan komisaris atau direksi. Pada tanggal
pengumuman, perusahaan menempatkan pemegang saham sebagai kreditor ats sejumlah dividen.
Dividen digolongkan menjadi kewajiban lancar karena dividen akan dibayar pada satu tahun
berikutnya setelah pengumuman kepada para pemegang saham. Sementara itu, dividen saham
preferen kumulatif yang belum diumumkan juga dianggap sebagai kewajiban lancar karena
dividen yang tertunggak tersebut bukan merupakan kewajiban, sampai dewan direksi mengambil
tindakan mengotorisasi pembagian laba perusahaan.
191

6. Uang muka pelanggan dan deposito yang dapat dikembalikan
Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan maupun dari karyawannya sendiri.
Perusahaan menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pembayaran kewajiban yang
diharapkan dimasa depan dan juga sebagai jaminan untuk kemungkinan kerusakan barang yang
ada di tangan pelanggan. Sementara perusahaan menerima deposito dari karyawan atas jaminan
dan pengembalian property perusahaan yang digunakan oleh karyawan yang membantu kegiatan
operasional karyawan tersebut. Klasifikasi pos-pos ntersebut sebagai kewajiban lancar atau tidak
lancar bergantun pada waktu antara tanggal deposito dan pemutusan hubungan yang
mensyaratkan deposito.
7. Utang pajak penjualan
Perusahaan baik dengan dan tanpa perantara dalam penjualannya, harus menagih pajak

penjualan atas transfer produk dan atas jasa-jasa tertentu harus ditagih dari pelanggan dan
diserhakan kepada pemerintah berupa pajak. Akun utang pajak penjualan harus merefleksikan
kewajiban untuk pajak penjualan yang terutang kepada pemerintah. Terkadang penagihan pajak
penjualan yang dikredit kea kun kewajiban tidak sama dengan kewajiban yang dihitung oleh
ketetapan yang berlaku di pemerintah, dalam hal ini dirjen pajak. Sehingga perlu dibuat
penyesuaian atas akun kewajiban dengan mengakui keuntungan atau kerugian atas penagihan
pajak penjualan. Untuk merefleksikan jumlah penjualan yang sebenarnya dan kewajiban untuk
pajak penjualan, akun penjulalan harus didebit sebesar jumlah pajak penjualan yang terutang
kepada pemerintah atas penjualan tersebut dan akun utang pajak penjualan dikredit sebasar
jumlah yang sama.
8. Utang pajak penghasilan
Untuk menghitung utang pajak penghasilan yang dihasilkan dari operasi periode berjalan,
perusahaan harus mempersiapkan SPT pajak penghasilan terlebih dahulu. Utang pajak atas laba
perusahaan, seperti yang dihitung per SPT pajak harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
Perusahaan harus membayar pajak periodik kepada bank yang diotorisasi sepanjang tahun.
Pembayaran tersebut didasarkan pada estimasi total kewajiban pajak tahunan. Apabila estimasi
total kewajiban pajak berubahy, maka kontribusi periodik juga berubah. Jika dalam tahun

192


berikutnya tambahan pajak ditetapkan atas laba tahun sebelumnya, maka utang pajak
penghasilan harus dikredit. Debit harus dibebankan ke operasi berjalan.
9. Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan diterima dimuka adalaha kondisi dimana perusahaan menerima kas sebagai
pembayaran hasil perdagangan maupun jasa dari pelanggan sebelum melakukan pertukaran
barang atau melakukan jasa tertentu dan hak kepemilkan belum didapat pelanggan namun sudah
dicatat sebagai pendapatan oleh perusahaan. Perlakuan pendapatan diterima dimuka ketika uang
muka diterima, kas didebit, dan akun kewajiban lancar yang mengidentifikasi sumber
pendapatan diterima dimuka dikredit. Sementara ketika pendapatan diterima, akun pendapatan
diterima dimuka didebit, dan akun pendapatan yang diterima sebenarnya dikredit. Neraca harus
melaporkan kewajiban untuk setiap komitmen yang dapat ditebus dalam bentuk barang dan jasa,
laporan laba rugi harus melaporkan pendapatan yang telah diperoleh selama periode berjalan.
Kemampuan untuk melaksanakan pendanaan kembali dapat ditunjukkan perusahaan dengan
mendanai kembali secara actual kewajiban jangka pendek dengan menerbitkan kewajiban jangka
panjang atau sekuritas ekuitas setelah tanggal neraca tapi sebelum neraca tersebut diterbitkan,
atau melakukan perjanjian pendanaan yang secara jelas mengijinkan perusahaan untuk mendanai
kembali utang atas dasar jangka panjang pada syarat-syarat yang dapat ditentukan.
10. Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan
Jumlah yang terutang kepada karyawan untuk gaji dan upah pada akhir periode akuntansi
dilaporkan sebagai kewajiban lancar. Bentuk dari kewajiban yang berhubungan dengan

karyawan dikategorikasn menjadi :
a. Pemotongan Gaji
Jenis paling umum dari pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi, tabungan
karyawan, dan iuran serikat kerja. Jika jumlah yang dipotong belum diserahkan kepada
pihak yang berwenang pada akhir periode akuntansi, maka jumlah itu harus diakui
sebagai kewajiban lancar.
Perusahaan juga harus melaporkan jumlah pajak jaminan social pekerja dan
pemberi kerja yang belum disetor atas upah kotor yang dibayarkan harus dilaporkan oleh
pemberi kerja sebagai kewajiban lancar. Karena pajak diperhitungkan atas kompensasi
193

yang dihasilkan , maka jumlah kontribusi pemberi kerja yang diakrualkan tetapi belum
dibayar harus dicatat sebagai beban operasi dan sebagai kewajiban lancar apabila laporan
keuangan disiapkan pada akhir tahun.
b. Absensi yang Dikompensasi
Absensi yang dikompensasi memiliki pengertian sebagai absensi dari pekerjaan,
yang meliputi cuti, sakit, dan hari libur. Suatu kewajiban harus diakrualkan untuk biaya
kompensasi atas absensi di masa depan jika semua kondisi berikut dipenuhi :
- Kewajiban pemberi kerja atau majikan yang berhubungan dengan hak
karyawan untuk menerima kompensasi atas absensi di masa depan berasal dari

-

jasa karyawan yang telah diserahkan
Kewajiban yang berhubungan dengan hak yang bersifat terjamin penuh atau
berakumulasi dan pembayaran kompensasi itu adalah sangat mungkin dan

jumlahnya dapat diestimasi dengan layak
Beban dan kewajiban yang berhubungan dengan absensi yang dikompensasi harus
diakui perusahaan dalam tahun saat hal tersebut dihasilkan oleh karyawan.
c. Perjanjian Bonus
Perusahaan-perusahaan besar memberikan bonus kepada semua karyawannya sebagai
tambahan atas gaji atau upah regular mereka. Dan jumlah bonus tersebut bergantung kepada
laba tahunan perusahaan terkait. Pembayaran bonus kepada karyawan dapat dianggap
sebaagi tambahan upah dan harus dimasukkan sebagai pengurang dalam menentukan laba
bersih tahun berjalan. Kewajiban, yaitu utrang bonus pembagian laba, biasanya akan dibayar
dalam periode waktu yang singkat dan harus dicatat sebagai kewajiban lancar dalam neraca.
Serupa dengan perjnajian bonus adalah perjanjian kontraktual pada jumlah pendapatan yang
dihasilkan atau kuantitas produk yang diproduksi atau diekstraksi. Beban bersyarat tersebut
berdasarkan pendapatan atau unit yang diproduksi biasanya lebih mudah untuk dihitung
daripada perjanjian bonus.


B. PROVISI
Provisi merupakan kewajiban yang jumlah dan waktunya belum pasti terjadi. Perbedaan
provisi dengan kewajiban lancar yaitu waktu dan jumlahnya yang belum pasti tersebut. Provisi
194

diakui perusahaan beban dan kewajiban provisi apabila perusahaan tersebut memiliki obligasi
sekarang sebagai hasil dari obligasi pada masa lalu, perkiraan yang reliable dapat dibuat dari
jumlah obligasi, dan perusahaan dapat melakukan estimasi yang handal atas jumlah maupun
waktu dari kewajiban provisinya.
Perusahaan mengetahui terlebih dahulu kejadian masa lalu yang mengakibatkan adanya
kewajiban timbul pada masa sekarang. Namun dalam kasus tertentu, dibutuhkan pendapat ahli
untuk menentukan kewajiban kini yang timbul. Contohnya adalah untuk kasus hukum,
diperlukan pendapat seorang kuasa hukum untuk menentukan jumlah kewajiban dan
kemungkinan kerugian yang dihadapi pada pengadilan. Beberapa contoh provisi adalah sebagai
berikut :
1. Perkara pengadilan, klaim dan pengenaan
Dalam menentukan keharusan suatu kewajiban dicatat terkait dengan perkara pengadilan
yang ditunda dan yang mengancam, dan klaim aktual harus dipertimbangkan periode waktu
ketika terjadinya penyebab tindakan yang mendasari perkara tersebut, kemungkinan hasil yang

merugikan, dan kemampuan untuk membuat perkiraan yang relevan terkait jumlah kerugian
yang akan ditimbulkan.
Dalam melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab perkara
tersebut harus dicatat pada saat terjadinya perkara tersebut. Dalam mengevaluasi kemungkinan
kerugian, perusahaan mempertimbangkan pendapat kuasa hokum, sifat perkara tersebut dalam
pengadilan, tanggapan manajemen, serta pengalaman yang dihadapi perusahaan lain ketika
menghadapi kasus yang serupa. Sementara itu, untuk tuntutan yang belum diajukan dan klaim
serta pengenaan yang belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan kemungkinan kerugian
dan kemungkinan tuntutan diterima pengadilan atau kemungkinan perusahaan dapat menyatakan
klaim.
2. Biaya jaminan dan garansi
Jaminan atau garansi sebuah produk merupakan salah satu bentuk kontijensi kerugian.
Definisinya adalah perjanjian kontraktual yang disepakati pihak penjual yang memberikan klaim

195

terhadap pembeli untuk memperbaiki menurunnya kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk.
Jaminan seperti ini biasanya diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk menarik konsumen
dalam strategi pemasarannya. Jaminan ini meliputi perbaikan, perakitan, dan penggantian suku
cadang baru dengan tidak mengubah sebagian besar bentuk awal produk.

Jaminan memerlukan biaya masa depan. Maksudnya adalah seringkali biaya ini adalah biaya
tambahan dalam penjualan suatu produk. Walaupun jumlahnya tidak pasti, teteapi biaya masa
depan ini selalu mungkin terjadi dan bentuk dari kewajiban ini harus dicatat dan diakui. Metode
yang digunakan untuk menghitung biaya jaminan ada dua, yaitu atas dasar kas dan akrual. Dasar
kas diaplikasikan dengan mencatat jaminan sebagai beban yang diakui pada saat biaya keluar
terhadap jasa garansi yang dilakukan perusahaan. maksudnya, biaya jaminan tersebut dibebankan
ke padan saat penjual menepati jaminan tersebut. Pengguanaan metode atas dasar kas tepat
apabila digunakan untuk tujuan pajak penghasilan karena tidak mungkin kewajiban telah terjadi
dan jimlah kewajiban yang sulit untuk diestimasi. Lain dengan dasar kas, metode atas dasar
akrual membebankan biaya jaminan pada periode berjalan. Biaya tersebut diakui ketika produk
telah dijual. Dengan pertimbagan pengalaman masa lalu terhadap suatu produk, perusahaan
mengestimasi nilai yang mungkin akan keluar sebagai biaya jaminan pada produk tertentu
tersebut.
3. Premi dan kupon
Premi dank upon adalah salah satu bentuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menstimulus minat dari konsumen terhadap produk yang dijual. Premi
biasanya berbentuk hadiah yang disertai dengan pembelian produk, sementara kupon adalah
bentuk pengganti dari potongan tunai atas produk yang dapat ditukarkan. Biaya premi maupun
kupon dicatat sebagai beban pada periode berjalan. Biaya premi yang ditawarkan dibebankan
pada beban premi, dan kewajiban yang melakat pada premi tersebut dikredit pada akun estimasi
kewajiban untuk premi.

4. Kewajiban lingkungan

196

Setiap perusahaan, teruatama industry eksplorasi sumber daya alam harus mematuhi kode
etik tanggung jawab social, dalam hal ini tanggung jawab yang berwawasan lingkungan seperti
pengolahan limbah, konservasi hutan, dan kegiatan sebagainya. Meskipun pengaruhnya tidak
signifikan terhadap operasi perusahaan, namun biaya yang dikeluarkan tidaklah kecil. Sehingga
kewajiban yang ditimbulkan juga sangat besar. Selain itu, untuk industry-industri semacam itu,
pembangunan dan operasi aktiva-aktiva berjangka panjang melibatkan kewajiban masa
penghentian aktiva yang telah habis umur manfaatnya. Perusahaan berkewajiban terhadap biayabiaya yang bersangkutan dengan penghentian aktiva tersebut. Perusahaan tidak boleh mencatat
biaya penghentian aktiva yang dikapitalisasi tersebut pada akun terpisah.
5. Asuransi Sendiri
Risiko umum tidak dicatat sebagai sebuah kerugian kontijensi. Sama halnya seperti risiko
yang mungkin terjadi di masa depan terhadap penyisihan reparasi aktiva. Karena, pos-pos
tersebut tidak sesuai dengan definisi sebuah kewajiban karena berasal dari transaksi yang
mungkin terjadi di masa depan. Contohnya adalah polis asuransi sendiri yang dilakukan
perusahaan untuk mengantisipasi risiko yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh asuransi
biasa. Sehingga, asuransi sendiri ini tidak digolongkan dalam asuransi pada umumnya,
melainkan penanggungan risiko dan akan menjadi beban bagi perusahaan. tidak seperti
perusahaan asuransi secara umum yang memiliki kewajiban terhadap kerugian pemegang polis,
perusahaan yang menerapkan asuransi sendiri ini tidak memiliki kewajiban terhadapn asuransi
sendiri tersebut. Sehingga, tidak ada kewajiban pada saat sebelum atau sesudah terjadinya risiko
yang diperkirakan pada masa lalu tersebut.
6. Onerous Contract (Kontrak Memberatkan)
Onerous Contract adalah kontrak atau perjanjian tertulis yang menyatakan biaya yang tidak
dapat dihindari untuk menjalankan kontrak tersebut melebihi manfaat yang diperoleh. Sebagai
contoh, PT. Sukses Makmur menyewa sebidang tanah dan bangunan dari PT. Maju Mundur
selama 5 tahun sebagai sewa operasi dan menjalankan produksinya di tempat bangunan tersebut.
Pada tahun ke 2, akibat beberapa pertimbangan, PT. Sukses Makmur melakukan relokasi
pabriknya ke tempat lain, namun tidak dapat membatalkan sewa operasi dengan PT. Maju
Mundur yang masih memiliki sisa 3 tahun. Demikian pula dengan PT. Sukses Makmur tidak
197

dapat menyewakan tanah dan bangunan tersebut kepada pihak ketiga. Situasi tersebut membuat
PT. Sukses Makmur dapat mencatat sisa beban sewa 3 tahun tersebut sebagai provisi pada
tanggal pelaporan pada periode terjadinya kejadian tersebut.
7. Restrukturisasi
Restrukturisasi membuat kewajiban konstruktif berupa pembayaran pesangon untuk karyawan
yang di-PHK. Perusahaan harus mencatat provisi atas kewajiban konstruktif apabila perusahaan
memiliki perencanaan terkait restrukturisasi sebelumnya dalam hal bisnis atau bagian usaha yang
akan ditutup, lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah tenaga kerja yang diberikan kompensasi atas
pemutusan hubungan kerja, dan seluruh pengeluaran yang akan terjadi ketika rencana tersebut
direalisasikan
C. KONTIJENSI
Kontijensi adalah kondisi dimana terjadi ketidakpastian mengenai apakah kewajiban untuk
mentransfer kas atau aktiva yang lain telah timbul dan atau jumlah yang akan diminta untuk
melunasi kewajiban tersebut. Atau dalam arti yang lebih luas, kontijensi adalah suatu atau
serangkaian kondisi atau situasi, yang melibatkan ketidak pastian mengenai keuntungan atau
kerugian bagi perusahaan yang pada akghirnya akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di
masa depan terjadi atau tidak terjadi.
Keuntungan kontijensi adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva yang keberadaannya
tidak pasti, akan tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Keuntungan-keuntungan
tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.

Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain-lain.
Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin akan menguntungkan.
Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.

Sementara itu, kerugian kontijensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban
yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontijensi adalah pengertian dari kewajiban kontijensi.
Kewajiban kontijensi bergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih kejadian di masa
depan untuk mengkonfirmasi jumlah utang, pihak yang dibayar, dan tanggal pembayarannya.
198

Seuatu estimasi kerugian dari kerugian kontijensi harus diakrualkan dengan membebankannya ke
beban dan kewajiban dicatat hanya jika informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan
keuangan menunjukkan bahwa kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada laporan
keuangan dan apabila jumlah kerugian dapat diestimasi secara rasional.

D. PENYAJIAN DAN ANALISIS
Kewajiban lancar dicatat dan dilaporkan pada catatan atas laporan keuangan pada nilai penuh
jatuh temponya. Penilaian kewajiban lancar yang sedikit terlalu tinggi akibat periode yang
pendek pada nilai jatuh tempo dianggap tidak material. Akun kewajiban lancar biasanya
disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan modal pemilik pada neraca.
Dalam kelompok kewajiban lancar, akun-akun tersebut dapat dicantumkan menurut periode atau
tanggal jatuh temponya dan sesuai dengan tingkat likuidasinya.
Informasi yang bersifat additional yang berkaitan dengan kewajiban lancar harus memenuhi
persyaratan full disclosure. Kewajiban yang dijamin harus diidentifikasi secara rasional.
Kewajiban lancar juga tidak dapat di offset terhadap aktiva yang akan digunakan untuk
likuidasinya. Selain itu, terdapat pengecualian penting jika kewajiban yang jatuh tempo pada
periode berjalan harus dibayar dari aktiva yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang seperti pelunasan obligasi yang jatuh tempo pada periode sekarang. Kewajiban jangka
pendek dapat dikeluarkan dari kelompok kewajiban lancar akibat pendanaan kembali apabila
catatan atas laporan keuangan perusahaan memuat penjelasan dan persyaratan dari kewajiban
dan sekuritas modal terkait dengan perjanjian pendanaan yang telah atau yang akan terjadi.
Perusahaan mencatat kerugian kontijensi dan kewajiban apabila kerugiannya merupakan
sebuah estimasi yang dapat dipastikan dan apabila kemungkinan kerugian kecil, maka
pengunkapan harus memuat sifat kontijensi dan estimasi kemungkinan kerugian. Beberapa
kewajiban kontijensi lain yang harus diungkapkan meskipun kemungkinan kerugian yang akan
dihadapi perusahaan kecil seperti jaminan atas utang pihak lain dan jaminan untuk membeli
kembali piutang.

199

Likuiditas yang berkaitan dengan kewajiban merupakan masalah waktu yang diharapkan
untuk membayar kewajiban. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila dapat melunasi
kewajiban-kewajibannya dan mampu bertahan terhadap masalah keuangan. Terdapat dua rasio
yang dapat menghitung tingkat likuiditas perusahaan, rasio lancar dan rasio cepat.
Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan total aktiva lancar dengan total kewajiban
lancar. Apabila rasio lancar perusahaan tinggi, hal tersebut mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya akibat perolehan aktiva yang tinggi pada
periode tertentu. Sehingga risiko yang dihadapi perusahaan terhadap kegagalan dalam membayar
utang kecil. Sementara itu, rasio cepat adalah rasio yang membandingkan antara akumulasi kas,
total piutang bersih dan investasi jangka pendek terhadap total kewajiban lancar. Berbeda dengan
rasio lancar, rasio cepat tidak memasukkan komponen persediaan pada perhitungannya.
Alasannya adalah pergerakan persediaan, terutama persediaan bahan baku yang lambat dalam
konversi menjadi barang jadi. Sehingga dengan mengeliminasi persediaan, informasi yang
disajikan lebih baik bagi kreditor jangka pendek.

Rasio Lancar=

Rasio Cepat =

Aktiva lancar
Kewajiban lancar

Kas+ Piutang bersih+ Investasi jangka pendek
Kewajiban lancar

200

1. Jelaskan pengertian dari kewajiban lancar!
2. Jelaskan pengertian dari provisi!

3. Jelaskan pengertian dari kontijensi!

4. Apa yang dimaksud dengan onerous contract?

5. Jelaskan mengenai provisi jaminan dan garansi!

6. Jelaskan mengenai provisi dalam hal legitimasi!

7. Jelaskan bahwa pendapatan diterima dimuka meupakan sebuah kewajiban!
8. Apa yang dimaksud dengan kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan didanai
kembali?

9. Bagaimana kewajiban lancar dicatat dan dilaporkan pada laporan keuangan?

10. Apa yang dimaksud dengan rasio lancar dan apa pengaruhnya bagi perusahaan?

201

1. Kewajiban lancar dapat diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa depan atas
manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan pada masa sekarang untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai
hasil dari transaksi atau kejadian pada masa lalu.

2. Provisi merupakan kewajiban yang jumlah dan waktunya belum pasti terjadi. Perbedaan
provisi dengan kewajiban lancar yaitu waktu dan jumlahnya yang belum pasti tersebut.
Provisi diakui perusahaan beban dan kewajiban provisi apabila perusahaan tersebut
memiliki obligasi sekarang sebagai hasil dari obligasi pada masa lalu, perkiraan yang
reliable dapat dibuat dari jumlah obligasi, dan perusahaan dapat melakukan estimasi yang
handal atas jumlah maupun waktu dari kewajiban provisinya.

3. Kontijensi adalah suatu atau serangkaian kondisi atau situasi, yang melibatkan ketidak
pastian mengenai keuntungan atau kerugian bagi perusahaan yang pada akghirnya akan
diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak terjadi.
4. Onerous Contract adalah kontrak atau perjanjian tertulis yang menyatakan biaya yang
tidak dapat dihindari untuk menjalankan kontrak tersebut melebihi manfaat yang
diperoleh.
5. Jaminan atau garansi sebuah produk merupakan salah satu bentuk kontijensi kerugian.
Definisinya adalah perjanjian kontraktual yang disepakati pihak penjual yang
202

memberikan klaim terhadap pembeli untuk memperbaiki menurunnya kuantitas, kualitas,
atau kinerja suatu produk. Jaminan seperti ini biasanya diterapkan oleh perusahaan
manufaktur untuk menarik konsumen dalam strategi pemasarannya. Jaminan ini meliputi
perbaikan, perakitan, dan penggantian suku cadang baru dengan tidak mengubah
sebagian besar bentuk awal produk.
6. Dalam menentukan keharusan suatu kewajiban dicatat terkait dengan perkara pengadilan
yang ditunda dan yang mengancam, dan klaim aktual harus dipertimbangkan periode
waktu ketika terjadinya penyebab tindakan yang mendasari perkara tersebut,
kemungkinan hasil yang merugikan, dan kemampuan untuk membuat perkiraan yang
relevan terkait jumlah kerugian yang akan ditimbulkan.
7. Pendapatan diterima dimuka adalaha kondisi dimana perusahaan menerima kas sebagai
pembayaran hasil perdagangan maupun jasa dari pelanggan sebelum melakukan
pertukaran barang atau melakukan jasa tertentu dan hak kepemilkan belum didapat
pelanggan namun sudah dicatat sebagai pendapatan oleh perusahaan.
8. Kewajiban dengan jangka waktu yang pendek adalah jenis utang yang telah pasti akan
jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam
siklus operasi perusahaan, tergantung mana yang lebih lama dan biasanya sesuai dengan
kebijakan perusahaan. Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai
kembali atas dasar jangka panjang dan oleh karena itu, diperkirakan tidak memerlukan
penggunaan modal kerja selama periode berikutnya.
9. Kewajiban lancar dicatat dan dilaporkan pada catatan atas laporan keuangan pada nilai
penuh jatuh temponya. Penilaian kewajiban lancar yang sedikit terlalu tinggi akibat
periode yang pendek pada nilai jatuh tempo dianggap tidak material. Akun kewajiban
lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan
modal pemilik pada neraca.
10. Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan total aktiva lancar dengan total

kewajiban lancar. Apabila rasio lancar perusahaan tinggi, hal tersebut mengindikasikan
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya akibat perolehan aktiva
yang tinggi pada periode tertentu.

203