BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Geologi Tata lingkungan

(1)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan usaha untuk memanfaatkan potensi sumberdaya lahan semaksimal mungkin untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pendapatan daerah tanpa meninggalkan aspek konservasi juga tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian daya dukung sumberdaya alam yang berkaitan dalam ekosistem. Pengembangan wilayah menerapkan konsep geologi dalam perencanaan pengembangan wilayah suatu daerah, berdasarkan analisa dan evaluasi potensi sesumber dan bahaya geologi. Diharapkan dengan pengembangan wilayah, suatu daerah dapat berkembang sesuai dengan kondisi geologi dan lingkungannya, serta dapat memberikan manfaat yang tepat bagi masyarakatnya. Selain itu juga dapat meminimalisasi atau mengantisipasi adanya konflik pemanfaatan lahan, bencana geologi dan degradasi lingkungan.

Informasi geologi berupa bencana dan potensi sumber daya geologi merupakan informasi awal untuk analisis risiko terjadinya bencana geologi dan bencana ikutan lainnya, upaya penanggulangan serta sebagai acuan dasar untuk pembangunan fisik, pengembangan infrastruktur, dan pengembangan wilayah. Selanjutnya perencanaan dan pengembangan wilayah industri daerah untuk jangka waktu tertentu dapat dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan sekaligus mewaspadai dan memperkecil kerugian terhadap kemungkinan terjadinya bencana geologi atau dampak-dampak yang ditimbulkan dan kurang menguntungkan di kemudian hari.

Dalam penataan lingkungan sangat diperlukan berbagai macam pertimbangan antara lain, ekonomi, infrastruktur, dan daya dukung lingkungan yang dipengaruhi oleh kondisi kegeologian wilayah tersebut, terutama kondisi geologi teknik dan tata lingkungannya.


(2)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 2

Memperhatikan hal tersebut, maka salah satu pertimbangan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan inventarisasi, survei dan pemetaan geologi lingkungan dalam rangka perencanaan pengembangan wilayah. Dalam pemanfaatan unsur-unsur geologi (struktur, stratigrafi, litologi, hidrogeologi dan geomorfologi) secara maksimal dengan mengantisipasi bencana yang mungkin ditimbulkan dari proses pemanfaatan unsur-unsur geologi ini akan menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan proses penataanlingkungan untuk

pengembangan kawasan industri daerah klapanunggal kecamatan klapanunggal kabupaten bogor jawa barat.

I.2. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi geologi tata lingkungan di daerah, guna memeberikan informasi antara lain, sumberdaya airtanah, bahaya pencemaran airtanah, endapan mineral, pemanfaatan bahan galian industri terpilih, bahaya geologi, khususnya memenuhi tugas mata kuliah geologi tata lingkungan.


(3)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 3

I.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian mencakup dua desa yaitu Desa Kembang Kuning dan Desa Klapanunggal, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara administratif daerah merupakan ibukota terletak di antara X 7150000 dan Y 9288000 . Dapat dilihat pada (Gambar 1).

(Gambar 1) Peta Topografi.

I.4. Metodologi Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam studi adalah merupakan pengumpulan data primer dan data sekunder dari berbagai sumber yang mencakup parameter kondisi geologi daerah, dan parameter non geologi yang terdiri dari analisa tutupan lahan dan kondisi hidrogeologi daerah.

I.5. Batasan Masalah Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada dua hal yaitu sumber daya geologi dan bencana geologi. Penelitian kali ini akan membahas sumber daya geologi yang terdiri atas ketersediaan dan kualitas air tanah, morfologi (kelerengan), kondisi fisik tanah dan batuan serta kemungkinan keterdapatan bahan galian yang bernilai ekonomis. Sedangkan dari faktor bencana geologinya


(4)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 4

adalah gerakan tanah, potensi abrasi, dan banjir. Selain parameter geologi lingkungan juga dilakukan analisa terhadap parameter non geologi yang terdiri dari analisa tutupan lahan dan kondisi iklim.

Strategi pengembangan wilayah ditentukan berdasarkan atas hasil analisa ketiga faktor tersebut (sumberdaya geologi, bencana geologi, dan parameter non geologi) melalui sebuah metode analisa deskriptif kualitatif komparatif. Pada akhirnya akan dihasilkan peta geologi lingkungan yang bisa digunakan sebagai dasar untuk melakukan proses pengembangan wilayah.


(5)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 5

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Kondisi Geologi Regional

Geologi kawasan daerah klapanunggal kecamatan klapanunggal kabupaten bogor jawa barat bagian utara secara regonal terberada pada zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara dan Antiklinorium Bogor (Gambar 2) daerah studi disusun oleh endapan batuan sedimen dan batuan volkanik berumur Tersier hingga Kuarter. Blok paparan selatan didominasi oleh endapan laut dangkal berumur Tersier yang berada di bawah batuan Kuarter, yang merupakan Formasi Klapanunggal (Batugamping koral, Sisipan Batugamping pasiran, napal Batupasir Kuarsa, dan Glokinitan hijau). Secara tidak selaras di atas batuan dasar, diendapkan secara meluas batuan volkanik berumur Kuarter Plistosen yaitu, (Tuf halus, Tuf Pasiran berseling dengan Konglomeratan). Terdapat pula Formasi Jatiluhur secara setempat-setempat berupa (Napal dab Batulempung dengan sisipan Batupasir Gampingan) (Gambar 5).


(6)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 6

II.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Secara umum kondisi morfologi daerah terdiri dari dua bagian, yaitu morfologi dataran rendah di sebagian daerah utara dan morfologi bergelombang di di daerah selatan (Gambar 6). Ketinggian rata-rata antara 6-100 meter di atas permukaan laut dengan rata-rata kemiringan antara 0-25% (Gambar 7). Kondisi morfologi regonal daerah secara umum adalah sebagai berikut :

1. Morfologi dataran, terletak dibagian barat yang merupakan daerah relatif datar, di susun oleh bataun tuf halus, tuf pasiran berselingan konglomeratan, merupakan dataran lauvial, sungai, tanggul alam, dan aluvial sungai lama. (Gambar 6).

2. Morfologi perbukitan, terletak di bagian selatan yang terbentuk oleh berbagai batuan sedimen berumur kuarter dan tersier, secara setempat memebentuk medan perbukitan bergelombang, dengan kemiringan lereng antara 4-30% dan ketinggian antara 50-100 meter diatas permukaan laut.


(7)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 7

II.3. Kondisi Geohidrologi

Terdapat dua buah sungai utama di daerah Kecamatan Klapanunggal dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Jawa Barat, yaitu Kali Cileungsir dan Kali Cikeas. Sungai-sungai bersifat sub paralel dengan aliran berarah timur laut dan berarah barat laut. Aliran sungai-sungai tersebut berasal dari kawasan gunung api bagian selatan di sekitar G. Pangrango. Kawasan utara Kecamatan Klapanunggal merupakan daerah tangkapan hujan (catchment area) bagi daerah aliran sungai yang mengalir ke daerah ini. Aliran sungai yang melewati lapisan batuan besifat permeabel terhadap air pada zona Volkanik gunungapi tersebut memeberikan resapan aluvial tersebut. Di bagian hulu yang berada pada perbukitan dengan batuan yang bersifat impermeabel seperti Batugamping, resapan-resapan air sungai ke dalam akuifer akan berjumlah lebih kecil (Gambar 8).

II.4.I. Cekungan Air Tanah

Bardasarkan inventarisasi potensi airtanah seluruh indonesia, Kecamatan Klapanunggal, berada pada sistem Cekungan Airtanah Jawa Barat (Gambar 3) Bagian alas (basement) dari cekungan air tanah terbentuk oleh endapan sedimen Tersier yang terdiri dari perselingan Batupasir dan Batulempung dengan sisipan Batugamping dari Formasi Bojongmanik dan Formasi Klapanunggal yang telah mengalami perlipatan dan patahan.


(8)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 8

II.4.2. Hidrogeologi Akuifer Endapan Permukaan

Kondisi hirogeologi akuifer endapan permukaan didominasi oleh sistem akuifer : 1. Sistem Akuifer Endapan Aluvial Sungai.

2. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi (volkanik). 3. Sistem Akuifer Sedimen Tersier.

Berdasarkan data yang diperoleh pada (Gambar 9) memperlihatkan sistem akuifer di daerah Kecamatan Klapanunggal dan sekitar mempunyai kemiringan ke arah utara.

Lapisan-lapisan Batupasir dan Konglomerat merupakan penyusun akuifer tidak tertekan (bebas) dan akuifer semi tertekan. Lapisan Batulempung dengan sisipan Batupasir Gampingan berperan sebagai lapisan penekan yang bersifat akuiklud dan akuitar.

II.4.3. Rekomendasi Wilayah Perlindungan Airtanah

Dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan, tentunya sangat diperlukan perhatian terhadap sumberdaya airtanah yang menjadi pokok kebutuhan sosial maupun industri, untuk itu kami menyarankan wilayah yang baik secara kondisi lingkungan dan sistem akuifernya.

Kawasan perbukitan karst pada arah selatan lokasi kegiatan, selain sumberdaya mineral pada kawasan tersebut baik untuk dimanfaatkan, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kawasan tersebut adalah daerah tangkapan hujan

(catchment area) yaitu kawasan perbukitan karst, disusun oleh batugamping berpori

yang merupakan suatu akuifer baik dan sebagai (rechage area) untuk kawasan sekitar. Kemudian pada kawasan tersebut sangat perlu diperhatikan pula bagaimana sistem penambangan yang akan dilakukan, mengingat wilayah tersebut berdakatan dengan pemukiman warga dapat di lihat pada (Gambar 4).


(9)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 9

II.4.4. Rekomendasi Wilayah Perlindungan Airsungai

Terdapat dua lokasi aliran air sungai yang direkomendasikan, mengingat pentingnya pemeliharaan airsungai demi menjaga kualitas dan kuantitas airtanah setempat. Dapat dilihan pada (Gambar 4).


(10)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 10


(11)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 11

II.5. Sumberdaya Mineral

Sumberdaya mineral dekat permukaan yang terdapat di daerah lokasi kegiatan brupa :

 Batugamping yang dapat digunakan sebagai bahan pemebuatan semen, sebagai bahan dasar jalan untuk mengurangi plastisistas dan pengeras jalan.

 Batulempung dapat dijadikan kerajinan, seperti asbak, patung, celengan, dll.  Konglomerat dapat digunakan sebagai bahan pondasi bangunan, biasanya

batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).

 Tuff dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan sebagai semen alam (hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan air, setelah itu mengeras yang tak tembus air (pembuatan batako). Endapan trass di daerah ini berwarna putih hingga putih kekuningan, berbutir halus hingga kasar, unsur pengotor cukup kecil,

II.5.1. Pemanfaatan Bahan Galian

Batugamping daerah penelitian dikelompokkan menjadi 5 asosiasi fasies berdasarkan penelitian (Lolita Marheni,2010) yaitu Mudstone – Wackestone, Large Foraminifera Packstone, Coralline Rudstone – Floatstone, dan Coralline Framestone – Bindstone. Berdasarkan asosiasi fasies ini, daerah penelitian terletak pada

lingkungan pengendapan back reef sampai fore reef.

Berdasarkan kajian sumberdaya mineral diatas, kami menyimpulkan pada lokasi kegiatan dapat dimanfaatkan bahan galian berupa batugamping, secara administratif terletak pada Desa Kembang kuning dan Desa Dayeuh atau pada bagian selatan lokasi kegiatan (Gambar 4).


(12)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 12

II.6. Sifat Fisik Dan Teknik Batuan

Adapun pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, pengujian sifat fisik

dan mekanik batuan berdasarkan studi litelatur jenis batuan, antara lain :

Berdasarkan sifat fisik batuan dengan mengacu pada data peta geologi lembar

jakarta, wilayah Kecamatan Klapanunggal (Gambar 5) dan peta zona kerentanan

tanah lembar bogor (Gambar 10) memiliki sifat batuan dan tanah yang cukup baik untuk di gunakan sebagai lahan rencana tapak industri. Hanya beberapa titik lokasi saja yang perlu diantisipasi pemanfaatannya seperti daerah aliran sungai (DAS).

II.7. Bahaya Geologi

Bahaya lingkungan pada daerah lokasi kegiatan meliputi beberapa faktor yang perlu diantisipasi, antara lain :

II.7.1. Potensi Gerakan Tanah

Lokasi kegiatan rencana penataan lingkungan berdasarkan peta zona kerentanan tanah lembar bogor (Gambar 10) berada pada zona kerentanan gerakan tanah rendah, umumnya pada zona kawasan ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan jika terjadi gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.

II.7.2. Potensi Rawan Gempabumi

Pada Lokasi Rencana Penataan Lingkungan berada pada zona kawasan rawan bencana gempabumi menengah, berdasarkan peta rawan bencana gempabumi jawa bagian barat (Gambar 11) daerah ini memiliki potensi terlanda goncangan gempabumi dengan skala intensitas berkisar VI MMI ( Modified Mercaly Intensity). Berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan (liquefaction). Longsoran pada topografi perbukitan dan pergeseran tanah dalam dimensi kecil. Dengan percepatan gempabumi berkisar antara 0,20-0,25 G.


(13)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 13

II.8. Rekomendasi Tata Lingkungan

Berdasarkan pada studi geologi lingkungan maka Lokasi Rencana Penataan Lingkungan dapat direkomendasikan menjadi beberapa areal untuk menjadi tapak kegiatan, seperti tapak bahan galian, tapak gedung perkantoran, tapak pembuangan limbah dan tapak industri. Gambar rekomendasi dapat dilihat pada (Gambar 4).

Tapak Bahan Galian

Terdiri dari satu area yang sebagian ditutupi oleh tanah pelapukan yang ketebalannya bervariasi antara 0,5 – 2,0 meter, yang bersifat lunak dan mudah luluh oleh air (tererosi). Berada pada lereng perbukitan karst yang miring ke utara. Berada pada daearah medan bergelombang, dengan kemiringan lereng antara 4 º - 20 º, Areal ini dibentuk oleh batugamping, berwarna putih terang, bersifat agak keras. Berdasarkan pada bentuk morfologi yaitu berupa perbukitan yang cukup luas.

Tapak Industri

Berupa daerah medan bergelombang, dengan kemiringan lereng antara 5 º - 10 º, setempat terutama pada lereng lembah sudutnya dapat mencapai 23 º. Areal ini dibentuk oleh batu lempung dan batugamping, yang kondisinya sama dengan pada tapak bahan galian. Terutama di bagian lembah yang cukup lebar (Gambar 4).


(14)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 14

Tapak Gedung Perkantoran

Berupa daerah medan pedataran halus, terletak pada pesisir sungai utama yang merupak Tapak kearah selatan, dengan kemiringan lereng antara 3º-10º Dan pada lembah alur sungai mencapai 20º. Areal ini dibentuk oleh kipas aluvial (tuf halus, tuf pasiran berseling dengan konglomeratan), umumnya melapuk sedang dan sebagian melapuk tinggi, dibagian atasnya ditutupi oleh tanah pelapukan lanau lempungan berpasir dengan ketebalan antara 0,5 – 2,0 meter (Gambar 4).

Tapak Pembuangan Limbah

Area berada pada arah timur dari area tapak industri. Berada pada pedataran, dengan kemiringan lereng antara 5 º - 10 º, Areal ini dibentuk oleh batuan piroklastik berupa tuf pasiran, berwarna putih terang.


(15)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 15

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Telah dilakukan studi litelatur dalam rangka penyiapan tapak untuk kawasan industri di Desa Dembang Kuning dan Desa Klapanunggal Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Aspek-aspek yang dipertimbangkan sebagai dasar pemilihan wilayah potensial bahan galian meliputi geologi, geomorfologi, hidrologi, hidrogeologi.

Di sejumlah daerah penelitian terutama yang berbatuan gamping, dari aspek geomorfologi dan geologi memiliki kesesuaian yang cukup sebagai wilayah potensial bahan galian batugamping untuk dimanfaatkan industri semen.

Rekomendasi wilayah perlindungan airtanah terhadap batugamping, diharapkan bisa menjaga kemampuan peresapan air maupun mempertahankan aliran air kedalam batugamping, agar terpeliharanya fungsi batugamping sebagai reservoir air.


(1)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 10 (Gambar 4) Peta Rekomendasi Pemanfaatan Lahan.


(2)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 11 II.5. Sumberdaya Mineral

Sumberdaya mineral dekat permukaan yang terdapat di daerah lokasi kegiatan brupa :

 Batugamping yang dapat digunakan sebagai bahan pemebuatan semen, sebagai bahan dasar jalan untuk mengurangi plastisistas dan pengeras jalan.

 Batulempung dapat dijadikan kerajinan, seperti asbak, patung, celengan, dll.  Konglomerat dapat digunakan sebagai bahan pondasi bangunan, biasanya

batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).

 Tuff dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan sebagai semen alam (hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan air, setelah itu mengeras yang tak tembus air (pembuatan batako). Endapan trass di daerah ini berwarna putih hingga putih kekuningan, berbutir halus hingga kasar, unsur pengotor cukup kecil,

II.5.1. Pemanfaatan Bahan Galian

Batugamping daerah penelitian dikelompokkan menjadi 5 asosiasi fasies berdasarkan penelitian (Lolita Marheni,2010) yaitu Mudstone – Wackestone, Large Foraminifera Packstone, Coralline Rudstone – Floatstone, dan Coralline Framestone – Bindstone. Berdasarkan asosiasi fasies ini, daerah penelitian terletak pada

lingkungan pengendapan back reef sampai fore reef.

Berdasarkan kajian sumberdaya mineral diatas, kami menyimpulkan pada lokasi kegiatan dapat dimanfaatkan bahan galian berupa batugamping, secara administratif terletak pada Desa Kembang kuning dan Desa Dayeuh atau pada bagian selatan lokasi kegiatan (Gambar 4).


(3)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 12 II.6. Sifat Fisik Dan Teknik Batuan

Adapun pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, pengujian sifat fisik

dan mekanik batuan berdasarkan studi litelatur jenis batuan, antara lain :

Berdasarkan sifat fisik batuan dengan mengacu pada data peta geologi lembar

jakarta, wilayah Kecamatan Klapanunggal (Gambar 5) dan peta zona kerentanan

tanah lembar bogor (Gambar 10) memiliki sifat batuan dan tanah yang cukup baik untuk di gunakan sebagai lahan rencana tapak industri. Hanya beberapa titik lokasi saja yang perlu diantisipasi pemanfaatannya seperti daerah aliran sungai (DAS).

II.7. Bahaya Geologi

Bahaya lingkungan pada daerah lokasi kegiatan meliputi beberapa faktor yang perlu diantisipasi, antara lain :

II.7.1. Potensi Gerakan Tanah

Lokasi kegiatan rencana penataan lingkungan berdasarkan peta zona kerentanan tanah lembar bogor (Gambar 10) berada pada zona kerentanan gerakan tanah rendah, umumnya pada zona kawasan ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan jika terjadi gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.

II.7.2. Potensi Rawan Gempabumi

Pada Lokasi Rencana Penataan Lingkungan berada pada zona kawasan rawan bencana gempabumi menengah, berdasarkan peta rawan bencana gempabumi jawa bagian barat (Gambar 11) daerah ini memiliki potensi terlanda goncangan gempabumi dengan skala intensitas berkisar VI MMI ( Modified Mercaly Intensity). Berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan (liquefaction). Longsoran pada topografi perbukitan dan pergeseran tanah dalam dimensi kecil. Dengan percepatan gempabumi berkisar antara 0,20-0,25 G.


(4)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 13 II.8. Rekomendasi Tata Lingkungan

Berdasarkan pada studi geologi lingkungan maka Lokasi Rencana Penataan Lingkungan dapat direkomendasikan menjadi beberapa areal untuk menjadi tapak kegiatan, seperti tapak bahan galian, tapak gedung perkantoran, tapak pembuangan limbah dan tapak industri. Gambar rekomendasi dapat dilihat pada (Gambar 4).

Tapak Bahan Galian

Terdiri dari satu area yang sebagian ditutupi oleh tanah pelapukan yang ketebalannya bervariasi antara 0,5 – 2,0 meter, yang bersifat lunak dan mudah luluh oleh air (tererosi). Berada pada lereng perbukitan karst yang miring ke utara. Berada pada daearah medan bergelombang, dengan kemiringan lereng antara 4 º - 20 º, Areal ini dibentuk oleh batugamping, berwarna putih terang, bersifat agak keras. Berdasarkan pada bentuk morfologi yaitu berupa perbukitan yang cukup luas.

Tapak Industri

Berupa daerah medan bergelombang, dengan kemiringan lereng antara 5 º - 10 º, setempat terutama pada lereng lembah sudutnya dapat mencapai 23 º. Areal ini dibentuk oleh batu lempung dan batugamping, yang kondisinya sama dengan pada tapak bahan galian. Terutama di bagian lembah yang cukup lebar (Gambar 4).


(5)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 14  Tapak Gedung Perkantoran

Berupa daerah medan pedataran halus, terletak pada pesisir sungai utama yang merupak Tapak kearah selatan, dengan kemiringan lereng antara 3º-10º Dan pada lembah alur sungai mencapai 20º. Areal ini dibentuk oleh kipas aluvial (tuf halus, tuf pasiran berseling dengan konglomeratan), umumnya melapuk sedang dan sebagian melapuk tinggi, dibagian atasnya ditutupi oleh tanah pelapukan lanau lempungan berpasir dengan ketebalan antara 0,5 – 2,0 meter (Gambar 4).

Tapak Pembuangan Limbah

Area berada pada arah timur dari area tapak industri. Berada pada pedataran, dengan kemiringan lereng antara 5 º - 10 º, Areal ini dibentuk oleh batuan piroklastik berupa tuf pasiran, berwarna putih terang.


(6)

Geologi Tata Lingkungan Kawasan Industri Daerah Klapanunggal 15 BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Telah dilakukan studi litelatur dalam rangka penyiapan tapak untuk kawasan industri di Desa Dembang Kuning dan Desa Klapanunggal Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Aspek-aspek yang dipertimbangkan sebagai dasar pemilihan wilayah potensial bahan galian meliputi geologi, geomorfologi, hidrologi, hidrogeologi.

Di sejumlah daerah penelitian terutama yang berbatuan gamping, dari aspek geomorfologi dan geologi memiliki kesesuaian yang cukup sebagai wilayah potensial bahan galian batugamping untuk dimanfaatkan industri semen.

Rekomendasi wilayah perlindungan airtanah terhadap batugamping, diharapkan bisa menjaga kemampuan peresapan air maupun mempertahankan aliran air kedalam batugamping, agar terpeliharanya fungsi batugamping sebagai reservoir air.