11 lainnya.
b. Bagi pemerintah, HKm dapat: a sumbangan tidak langsung oleh masyarakat melalui rehabilitasi yang dilakukan secara swadaya dan swadana, dan b
kegiatan HKm berdampak kepada pengamatan hutan. c. Bagi fungsi hutan dan restorasi habitat a terbentuknya keanekaragaman
tanman, b terjaganya fungsi ekologis dan hidro orologis, melalui pola tanam campuran dan teknis konservasi lahan yang diterapkan, dan c menjaga
kekayaan alam flora dan fauna yang telah ada sebelumnya.
6. Prinsip-prinsip Dasar Hutan Kemasyarakatan
Pengusahaan hutan kemasyarakatan dikembangkan berdasarkan keberpihakan kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan.
Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan berazaskan pada tiga poin di bawah ini Permenhut P. 88Menhut-II2014.
a. manfaat dan lestari secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya; b. musyawarah-mufakat;
c. keadilan.
Untuk melaksanakan azas sebagaimana dimaksud digunakan prinsip yaitu Permenhut P. 88Menhut-II2014.
a. tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan; b. pemanfaatan hasil hutan kayu hanya dapat dilakukan dari hasil kegiatan pena-
naman; c. mempertimbangkan keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya;
d. menumbuhkembangkan keanekaragaman komoditas dan jasa;
12 e. meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan;
f. memerankan masyarakat sebagai pelaku utama;
g. adanya kepastian hukum; h. transparansi dan akuntabilitas publik;
i. partisipatif dalam pengambilan keputusan.
Dari prinsip-prinsip tersebut terdapat indikasi keterkaitan antara masyarakat dengan sumber daya hutan yaitu Munggoro, 2001.
1. Interdependensi, dan interelasi sub anatar sistem yaitu sub sistem sumber daya hutan dan sub sistem kelembagaan masyarakat.
2. Sinergi manfaat dari sistem pengelolaan tersebut. 3. Terbangunnya sistem yang berkelanjutan.
4. Otoritas pengelolaan oleh masyarakat.
Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut digunakan pendekatan yaitu Balai Reahabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Way Sekampung Seputih Provinsi
Lampung, 2000. a. Didasarkan pada keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya.
b. Keanekaragaman komoditas dan jasa. c. Masyarakat menetukan system dan kelembagaan pengelolaan.
d. Masyarakat sebagai pelaku utama dan pengambil keputusan. e. Pemerintah sebagai fasilitator.
f. Hak dan kewajiban ditentukan pemerintah bersama masyarakat.
g. Proses belajar bersama untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tepat guna.
13
2. Pola Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan
Pemanfatatan hutan kemasyarakatan bertumpu pada pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan masyarakat itu sendiri community based forest management.
Oleh karena itu, proses berjalan melalui perencanaan dari bawah keatas bottom up. Bantuan fasilitas dari pemerintah secara efektif terus menerus dan
berkelanjutan merupakan kunci keberhasilan dari upaya ini Yustina, 2000.
Berdasarkan jenis komoditas, pemanfaatan hutan kemasyarakatan memiliki pola yang berbeda untuk setiap setatus kawasan hutan disesuaikan dengan fungsi
utamanya, yaitu Permenhut P. 88Menhut-II2014 .
1. Pada kawasan hutan produksi dilaksanakan dengan tujuan untuk memproduksi hasil hutan berupa pemanfaatan kawasan, penanaman tanaman
hutan berkayu, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungu- tan hasil hutan kayu, dan pemungutan hasil hutan bukan
kayu. 2. Kegiatan yang dapat dilakukan pada kawasan hutan lindung berupa
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pada kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan tujuan utama
untuk menjaga fungsi lindung terhadap air dan tanah hidrologis dengan member pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan non kayu dan jasa
rekreasi. Tidak diperkenankan pemungutan hasil hutan kayu, baik untuk pemenuhan kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan Yustina, 2000.