Persepsi dan Perilaku Perambah Hutan Terhadap Rencana Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (DI KPHL Selagai Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah)

ABSTRAK
PERSEPSI DAN PERILAKU PERAMBAH HUTAN TERHADAP
RENCANA PENGEMBANGAN HUTAN KEMASYARAKATAN
(DI KPHL SELAGAI LINGGA REGISTER 39 KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH)

Oleh
HENDIKA JAYA PUTRA

Informasi mengenai persepsi dan perilaku perambah hutan terhadap rencana
pengembangan Hutan Kemasyarakatan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam memperkaya studi bertema lingkungan, dan dari segi praktis
studi ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan masukan bagi pelaku
pembangunan (stakeholder) dalam rangka implementasi kebijakan pelestarian
hutan sebagai kawasan lindung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat informasi
mengenai deskripsi karakteristik para perambah hutan di KPHL Selagai Lingga
Register 39 Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan faktor demografi, sosial
budaya, properti, dan aksesibilitas; mengetahui pengaruh faktor demografi, sosial
budaya, properti, dan aksesibilitas terhadap tingkat persepsi setuju/tidak terhadap
pengembangan HKm; mengidentifikasi perambah hutan menurut tingkat persepsi
dan perilaku perambah hutan terhadap fungsi hutan lindung, kebijakan

pengelolaan hutan lindung, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan
HKm, dan perilaku (aktivitas) terkait keberadaan Hutan Lindung sebagai
pendukung rencana pengembangan HKm; merumuskan rekomendasi manajemen
tata kelola mengenai jenis fasilitasi kelembagaan calon anggota HKm sehingga
ada keterjaminan fasilitasi yang berkelanjutan serta jenis silvikultur yang tepat.
Responden terdiri dari 96 KK yang merupakan anggota Kelompok Wana Marta 1
sampai dengan 7, Kelompok Lebuay dan Kelompok Bantul. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor demografi yang berpengaruh secara nyata terhadap
persepsi penerapan pengembangan HKm adalah umur (odd rasio 1,07),
pendapatan (odd rasio 1,09) dan tempat tinggal (odd rasio 6,94). Dari faktor
properti yang berpengaruh secara nyata adalah jenis tanaman (odd rasio 0,32) dan
kepemilikan HP (odd rasio 4,91).

Kata kunci : persepsi, perambah hutan, pengembangan HKm, KPHL

ABSTRACT
PERCEPTION AND BEHAVIOR OF FOREST ENCROACHERS TO THE
COMMUNITY FOREST DEVELOPMENT PLAN (in KPHL SELAGAI
LINGGA REGISTER 39 CENTRAL LAMPUNG REGENCY)


By
HENDIKA JAYA PUTRA

Information on perception and behavior of forest encroachers to the Community
Forest development plan is expected to contribute in enriching the theme of
environmental studies, and practical in terms of this study expected to be useful in
providing input to the development actors (stakeholders) in the framework of the
implementation of forest conservation policies as a protected area. This study
aimed to obtain information concerning the description of the characteristics of
forest encroachers in KPHL Selagai Lingga Register 39 Central Lampung regency
by demographic factors, socio-cultural, properties, and accessibility; determine the
influence of demographic factors, socio-cultural, properties, and accessibility to
the level of perception agree/not against development HKm; identify
encroachment by the level of perception and behavior of encroachment on the
function of the protected forest, protected forest management policy, the rights
and obligations of the community in community forest management, and behavior
(activity) related to the presence of Protected Forest supporters HKm development
plans; formulating management recommendations regarding the governance of
institutional facilitation HKm prospective members so that there is facilitation of
sustainable assuredness as well as the right kind of silviculture. Respondents

consisted of 96 families who are members of the Group of Wana Marta 1 to 7,
Lebuay Group and the Group of Bantul. The results showed that the demographic
factors that influence on the perception of the implementation of community
forestry development is age (odds ratio 1.07), income (odds ratio 1.09) and a place
to stay (odds ratio 6.94). Of the factors that influence the real property is a type of
plant (odds ratio 0.32) and ownership mobile phone (odds ratio 4.91).

Keywords : perception, forest encroachers, community forest development, KPHL

PERSEPSI DAN PERILAKU PERAMBAH HUTAN TERHADAP
RENCANA PENGEMBANGAN HUTAN KEMASYARAKATAN
(DI KPHL SELAGAI LINGGA REGISTER 39 KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH)

Oleh
HENDIKA JAYA PUTRA

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS

Pada
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

SAN WACANA

Puji dan syukur kepada Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan judul Persepsi dan Perilaku
Perambah Hutan terhadap Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (Di
KPHL Selagai Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah ) Sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi
Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dukungan berbagai pihak.


Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:
1. Allah SWT, dzat Pemilik alam semesta dan seisinya.
2. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku Pembimbing Utama atas segala
ketersediaan waktu, bimbingan, bantuan dan saran dalam menyelesaikan tesis
ini.
3. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P.,M.Si. selaku Pembimbing Pembantu atas segala
bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kepercayaan yang diberikan sejak
dari awal pembuatan tesis.
4. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku Dosen Penguji dan Sekretaris
Magister Ilmu Lingkungan, atas segala bantuan, bimbingan dan saran.
5. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Lingkungan.

6. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Ilmu Lingkungan.
7. Bapak Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah
Ir. Khresna Rajasa, M.M., yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
meneruskan kuliah dan pengambilan data di lapangan.

8. Kepala Bidang RHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung
Tengah (Bapak Hendro, BSc.F) dan Kepala KPHL Selagai Lingga (Bapak
Tatang Ismail, SE).
9. Istri tercinta Dwijayanti Minarni,S.Farm.,APT, dan anakku tersayang Keisha
Azka Zhafirah yang selalu memberi semangat dan selalu menjadi inspirasi.
10. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di
lapangan ( Lingga Sakti Damayanti,S.Hut.,MM., Melinda,S.Hut.,M.Si dan
Polhut Lampung Tengah)
11. Staf RHL Slamet , Daria, Fauzi dan Panji yang ikut memberikan dukungan.
12. Keluarga Besar Bp. M.Kasim Idris,Bsc dan Bp.Hi.Sunardi RS,ST., yang
selama ini memberi dukungan dalam doa kepada penulis untuk menyelesaikan
tesis.
13. Teman-teman di MIL, atas perhatiannya selama ini ; Yayan, Erwin, Prima,
Nur, Ida, Eka, Job Charles, Ika, Aghes, Irman, Warto.
14. Serta pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis selama penyusunan
tesis ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bandar Lampung,

Juni 2015


Hendika Jaya Putra

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xv

I.

1
1
5
6
6

7
7

PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Batasan Penelitian .............................................................................
C. Tujuan dan Manfaat ..........................................................................
1. Tujuan .........................................................................................
2. Manfaat .......................................................................................
D. Kerangka Pemikiran ..........................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
A. Lingkungan Hidup .............................................................................
B. Sumber Daya Hutan ..........................................................................
1. Pengertian Hutan ......................................................................
2. Fungsi Hutan ............................................................................
C. Konservasi Sumber daya Alam.... .....................................................
1. Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam ..............................
2. Tujuan Konservasi Sumber Daya Alam ...................................
3. Masalah Konservasi Sumber Daya Alam .................................

D. Hutan Kemasyarakatan ......................................................................
E. Persepsi dan Perilaku Masyarakat .....................................................
1. Pengertian Persepsi ....................................................................
2. Persepsi terhadap Lingkungan ..................................................
3. Perubahan Persepsi ....................................................................
4. Persepsi terhadap Bencana .......................................................
5. Hubungan Persepsi dan Preferensi ............................................
F. Perilaku Masyarakat ..........................................................................
1. Pengertian Perilaku ....................................................................
2. Perilaku terhadap Lingkungan ..................................................
G. Interaksi Manusia-Lingkungan ..........................................................
1. Tahapan Interaksi Manusia-Lingkungan ...................................
2. Interaksi Individu dan Masyarakat ............................................
3. Lingkungan Hidup dan Lingkungan Binaan..... ........................
4. Kearifan Lingkungan..................................................................

9
9
9
9

10
11
11
11
12
13
16
16
18
22
22
24
25
25
26
28
28
28
29
30


x

III. METODE PENELITIAN .........................................................................
A. Tipe Penelitian ....................................................................................
B. Ruang Lingkup ..................................................................................
1. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................
2. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................
3. Jenis, Sumber, dan Manfaat Data .............................................
4. Data yang Diamati (Observasi) ...............................................
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
D. Variabel Operasional ........ ................................................................
E. Analisis Data... ..................................................................................
1. Deskriptif Karakteristik Responden .........................................
2. Model yang Digunakan ............................................................
3. Analisis Kualitatif terhadap Persepsi Masyarakat tentang
Fungsi Hutan Lindung, Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam
Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan dan Perilaku (Aktivitas)
Masyarakat Terkait Keberadaan Hutan Lindung ........................
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................
A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah ...................................
B. Kondisi Biofisik Kawasan Hutan Lindung Register 39 Kota Agung
Utara ...................................................................................................
1. Letak Geografis ........................................................................
2. Iklim .........................................................................................
3. Geologi .....................................................................................
4. Topografi ...................................................................................
5. Hidrologi ...................................................................................
6. Aksesibilitas ..............................................................................
C. Sosial Ekonomi ..................................................................................
1. Mata Pencaharian ......................................................................
2. Tingkat Pendapatan ...................................................................
3. Kependudukan ...........................................................................
4. Tingkat Pendidikan ....................................................................
5. Kondisi Umum Lainnya ............................................................
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
A. Deskriptif Masyarakat Perambah ......................................................
B. Pemodelan Persepsi terhadap HKm ..................................................
C. Hasil Optimasi Variabel Pengujian terhadap Persepsi ......................
1. Pengaruh Variabel Demografi terhadap Persepsi Masyarakat ..
2. Pengaruh Variabel Sosial Budaya terhadap Persepsi
Masyarakat .................................................................................
3. Pengaruh Variabel Properti terhadap Persepsi Masyarakat ......
4. Pengaruh Variabel Aksesibilitas terhadap Persepsi
Masyarakat ................................................................................
D. Analisis Persepsi Masyarakat tentang Fungsi Hutan Lindung
Register 39 Kabupaten Lampung Tengah ...........................................
E. Analisis Persepsi Masyarakat tentang Kebijakan Pengelolaan Hutan
Lindung ...............................................................................................
F. Analisis Persepsi Masyarakat tentang Hak dan Kewajiban
Masyarakat dalam Pengelolaan HKm ................................................

31
31
31
31
31
32
33
34
35
36
36
36

38
40
40
41
41
42
43
44
45
45
46
46
46
46
47
47
48
48
52
54
54
59
60
63
64
66
70
xi

G. Analisis Perilaku (Aktivitas) Masyarakat Terkait Keberadaan Hutan
Lindung Reg 39 Kabupaten Lampung Tengah ..................................
H. Usulan Pengelolaan ...........................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................

74
79
83
83
85

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 91
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Kuisioner Persepsi dan Perilaku
Perambah Hutan Terhadap Pengembangan Hutan
Kemasyarakatan (Di KPHL Selagai Lingga Register 39
Kabupaten Lampung Tengah) ............................................. 91
Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Kuesioner untuk analisis kuantitatif
Persepsi dan Perilaku Perambah Hutan Terhadap
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (Di KPHL Selagai
Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah ) ............ 97
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Kuesioner untuk analisis kualitatif
Persepsi dan Perilaku Perambah Hutan Terhadap
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (Di KPHL Selagai
Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah )
(Pertanyaan 15 sampai dengan 26) ..................................... 101
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Kuesioner untuk analisis kualitatif
Persepsi dan Perilaku Perambah Hutan Terhadap
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (Di KPHL Selagai
Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah )
(Pertanyaan 27 sampai dengan 47) ..................................... 104
Lampiran 5. Hasil Olah Data Minitab 16 (Karakteristik Perambah) . ..... 107
Lampiran 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis
Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi.
(BPS, 2014)......................................................................... 108
Foto-foto Kegiatan Penelitian................................................................... 109

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Data yang Diamati .................................................................................

34

2. Variabel-Variabel, Simbol, Pemberian Skoring, dan Cara Akuisisi........

37

3. Luas dan Fungsi Hutan Kabupaten Lampung Tengah ............................

41

4. Distribusi Data Umur Responden ...........................................................

48

5. Distribusi Data Luas Lahan Garapan ......................................................

49

6. Distribusi Data Pendapatan .....................................................................

49

7. Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga ..............................................

50

8. Distribusi Data Jarak ke Jalan Akses ....................................................... 50
9. Distribusi Data Jarak ke Jalan Kampung .................................................. 51
10. Distribusi Data Jenis Tanaman, Pendidikan, Suku, Usaha Sampingan,
Kepemilikan Hp, Kepemilikan Kendaraan, Lokasi Tempat Tinggal ........ 51
11. Hasil Optimasi Parameter Model yang Berperan terhadap Kesetujuan
Rencana Pengembangan HKm .................................................................. 53
12. Persepsi Masyarakat tentang Fungsi Hutan Secara Umum .....................

65

13. Tabulasi Silang antara Persepsi Masyarakat tentang Fungsi Hutan
Lindung Register 39 dan Alasannya .......................................................... 66
14. Analisis Tabulasi Silang Pengetahuan Masyarakat tentang UU
Kehutanan Dan Sumber Informasinya ...................................................... 67
15. Analisis Tabulasi Silang antara Opini Keikutsertaan Masyarakat dalam
Peran Pelestarian dan Bentuk Peran Serta yang Diinginkan Masyarakat .. 67
16. Pernah/Tidaknya Kegiatan Penyuluhan Kehutanan .................................. 69

xiii

17. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Masyarakat Akan Hak dan
Kewajiban dalam Pengelolaan Hutan dan Bentuk Hak dan Kewajiban
yang difahami .......................................................................................

70

18. Analisis Tabulasi Silang tentang Opini Diperlukannya Konservasi
dengan Alasan Masyarakat Menghendaki Tindakan Konservasi ..........

71

19. Analisis Tabulasi Silang antara Ada Tidaknya Konservasi oleh
Masyarakat dan Bentuk Tindakan Konservasi yang dilakukan ................ 72
20. Persepsi Masyarakat tentang Keuntungan Konservasi Hutan ................... 72
21. Analisis Tabulasi Silang Persepsi Masyarakat tentang Ada/Tidaknya
Kendala dan Bagaimana Menanggulanginya ............................................. 73
22. Persepsi Masyarakat tentang Ada Tidaknya Aktivitas yang Mengubah
Fungsi Pokok Hutan ................................................................................... 74
23. Persepsi Masyarakat tentang Kecenderungan Masyarakat Tinggal
di Kawasan Hutan ..................................................................................... 74
24. Jawaban Respnden Terkait Tindakan yang Tidak Boleh Dilakukan
di dalam Kawasan Hutan Namun Pernah Dilakukan .............................

75

25. Tabulasi Silang Antara Keterkaitan Hutan dengan Pekerjaan dan Bentuk
Pekerjaan yang Dilakukan ......................................................................... 76

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran .................................................................... 8
2. Teknis Analisis Kualitatif ......................................................................

39

xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik lahan dan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia, terus meningkat dari
waktu ke waktu menjadi indikasi reforma agraria belum berjalan secara baik.
Konflik yang terjadi selalu disebabkan oleh alasan-alasan ketimpangan
kepemilikan, penguasaan, dan sektoralisme kebijakan pengelolaan sumber-sumber
agraria. Sumber Daya Hutan (SDH) yang banyak dikonsesikan kepada pihak HPH
secara kenyataannya terbuka untuk siapa saja, artinya sekalipun secara hukum
dikuasai tetapi pemegang hak tidak mampu untuk mengeksklusifkan pihak lain
akibat dari keterbatasan sumberdaya untuk pengamanan. Masyarakat yang tidak
memiliki lahan cukup untuk bertahan hidup secara mudah melakukan
perambahan.
Undang-undang Kehutanan merupakan Undang-undang sektoral yang dinaungi
oleh Undang-undang Lingkungan Hidup karena pada bagian “mengingat” dalam
konsideransnya tertulis Undang-undang Lingkungan Hidup (Hamzah, 2005).
Karena hutan dipandang sebagai suatu common pool resources, maka masyarakat
secara bebas melakukan perambahan. Sebagian ada kelompok masyarakat yang
mengelolanya secara arif, namun lebih banyak yang tidak. Dalam terminologi
Garret Hardin, ahli biologi dan ekologi manusia (1968), yang dikutip oleh
Arizona (2008), praktek dalam pengelolaan sumberdaya yang tidak-arif tersebut

2

menghasilkan suatu "tragedy of the common", yaitu suatu bentuk kehancuran
sumberdaya akibat adanya pemanfaatan yang berlebihan.
Demikian pula hutan lindung yang penyelenggaraannya berada pada otoritas
publik, yang sebelum diberlakukan Undang-undang Otonomi Daerah kewenangan
penyelenggaraannya berada di pemerintah pusat telah menyebabkan kerusakan
SDH dan kerusakan lingkungan seperti banjir pada musim hujan dan kekeringan
pada musim kemarau, serta rusaknya keanekaragaman hayati. Untuk merespon
adanya keterbatasan akses masyarakat terhadap Sumber Daya Lahan yang
sekaligus untuk memulihkan kerusakan SDH akibat perambahan khususnya
diareal Hutan Lindung, Pemerintah Pusat sejak tahun 2007 telah merumuskan
suatu inovasi kebijakan yang dikenal dengan Hutan Kemasyarakatan (HKm).
Skema ini merupakan salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah disektor
kehutanan yang sekaligus merupakan harapan bagi pemulihan kerusakan
lingkungan tersebut.
Program pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah sebuah payung bagi
program-program kehutanan yang menekankan pada pemberian akses kepada
masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan. Hal senada
disampaikan oleh Darusman dan Hardjanto (2006) program pemberdayaan
masyarakat di sekitar dan di dalam hutan mempunyai tujuan yang jelas, yaitu
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hutan, meningkatkan
keterlibatan

masyarakat

dalam

pengelolaan

hutan,

kesejahteraan masyarakat sekitar dan di dalam hutan.

dan

meningkatkan

3

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki peran penting dalam
rangka pelestarian hutan ini. Namun demikian mereka juga bisa berperan dalam
perusakan hutan (Umar, 2009). Masyarakat di sekitar hutan dan masyarakat pada
umumnya akan mempunyai sikap yang berbeda dalam menyikapi keberadaan
hutan. Perbedaan sikap masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor dan
kepentingan dari masing-masing individu masyarakat yang berada pada kawasan
tersebut. Hal ini terutama dikarenakan pola hidup masyarakat yang berbeda dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Hakim, 2011).
Dalam upaya perlindungan dan pelestarian hutan diperlukan sikap yang positif
dari masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar hutan. Hal ini dimaksudkan
masyarakat di sekitar hutan tersebut dapat mengetahui dan mengerti manfaat
hutan, sehingga keberadaan dan kelestarian hutan dapat terjaga. Masyarakat harus
menerapkan prinsip lingkungan dalam berperilaku terhadap alam yaitu prinsip
tanggung jawab yang bersifat individu dan juga kolektif, serta prinsip keadilan
terhadap akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam
ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam (Darlius, 2011).
Data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah (2014)
Kawasan Hutan Register 39 Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki luas
17.647 Ha, terdapat 24 kelompok HKm yang telah memperoleh Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) dengan total luas pengelolaan
5.792 Ha dengan jumlah pengelola sekitar 1.787 kepala keluarga (KK).
Kewajiban yang mengikat pada Kelompok HKm untuk menanam, memelihara
dan mengamankan hutan sangat mendukung upaya pemulihan fungsi hutan
lindung.

4

Dalam konteks pemulihan kerusakan hutan di Register 39 Kabupaten Lampung
Tengah, masih terdapat beberapa area pengelolaan hutan oleh masyarakat belum
memiliki Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) yang
dikelola oleh Kelompok Wana Marta 1 sampai dengan Wana Marta 7, Kelompok
Lebuay dan Kelompok Bantul dengan total luas lahan garapan hampir mencapai
4000 ha yang dikelola oleh 2.198 kepala keluarga (Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah, 2014). Kelembagaan formal di Register
39 ini telah dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Tengah, namun
bentuk kelembagaan ini belum dapat digunakan untuk memperoleh berbagai
fasilitas dari Pemerintah Pusat untuk pengembangan kawasan seperti pemanfaatan
jasa lingkungan, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), pemungutan hasil hutan
dan sebagainya. Untuk itu diperlukan kelembagaan formal yang lebih tinggi yaitu
surat keputusan menteri yang membidangi kehutanan dalam pembentukan KPHL
di Register 39 ini agar pengembangan KPHL ini dapat dilaksanakan secara efisien
sehingga fungsi hutan lindung tetap terjaga.
Hutan berpengaruh terhadap faktor lingkungan yaitu iklim, tanah dan air. Apabila
hutan tidak dipertahankan atau dilestarikan fungsi perlindungan hutan terhadap
tanah akan hilang sehingga akan terjadi erosi bahkan longsor seperti yang banyak
terjadi sekarang ini bila musim hujan datang. Erosi akan semakin besar dengan
besarnya intensitas hujan serta makin curam dan panjangnya lereng. Akibat
adanya erosi kesuburan tanah akan berkurang karena lapisan atas sudah terkikis
dan terbawa oleh air sehingga akan menurunkan produksi tanaman dan
pendapatan petani (Sinukaban, 1994).

5

Menurut Departemen Pertanian (2006) kawasan hutan pegunungan merupakan
hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berfungsi sebagai penyangga tata air
daerah hilir, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan lahan yang tepat agar
dapat melakukan pelestarian SDA dan lingkungan terutama kawasan hilir yang
akan mempengaruhi kegiatan pertanian dan ekonomi setempat.
Dalam hal ini dipandang perlu melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi
dan perilaku masyarakat dalam pengembangan pengelolaan HKm khususnya pada
Kelompok Wana Marta 1 sampai dengan Wana Marta 7, Kelompok Lebuay dan
Kelompok Bantul yang saat ini mengelola lahan di Kawasan Register 39
Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi stakeholder terkait sebelum diterapkannya pola pengembangan HKm
diwilayah tersebut karena dukungan masyarakat sangat menentukan keberhasilan
program tersebut. Masyarakat dengan kondisi demografi, sosial budaya, properti
yang dimiliki dan aksesibilitas yang berbeda tentunya akan memberikan
tanggapan, penilaian dan persepsi yang berbeda terhadap penerapan HKm.
B. Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui deskripsi karakteristik para perambah hutan
berdasarkan faktor demografi (umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan,
pendapatan, usaha sampingan dan tempat tinggal), faktor sosial budaya (suku),
faktor properti yang dimiliki (luas lahan, jenis tanaman, Kepemilikan HP, dan
kepemilikan kendaraan), faktor aksesibilitas (jarak ke jalan akses dan jarak ke
jalan kampung) dan tingkat persepsi kelompok-kelompok perambah terhadap
skema pengembangan HKm di kawasan hutan lindung.

6

Persepsi difokuskan pada persepsi masyarakat terkait setuju atau tidak terhadap
pengembangan HKm, persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan lindung,
persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan hutan lindung, persepsi
masyarakat terhadap hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan HKm dan
perilaku (aktivitas) terkait keberadaan hutan lindung. Selanjutnya dipergunakan
untuk membuat rekomendasi manajemen tata kelola dan silvikultur di kawasan
hutan wilayah kerja dari KPHL Selagai Lingga, penelitian dibatasi pada
Kelompok Wana Marta 1 sampai dengan Wana Marta 7, Kelompok Lebuay dan
Kelompok Bantul yang mengelola hutan Register 39 Kabupaten Lampung
Tengah.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1). Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mendeskripsikan karakteristik para perambah hutan di KPHL Selagai Lingga
Register 39 Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan faktor demografi, sosial
budaya, properti yang dimiliki, dan aksesibilitas.
b. Mengetahui pengaruh faktor demografi, sosial budaya, properti yang dimiliki,
dan aksesibilitas terhadap tingkat persepsi setuju/tidak terhadap pengembangan
HKm di KPHL Selagai Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah.
c. Mengidentifikasi perambah hutan menurut tingkat persepsi dan perilaku
perambah hutan terhadap fungsi hutan lindung, kebijakan pengelolaan hutan
lindung, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan HKm, dan perilaku
(aktivitas) terkait keberadaan Hutan Lindung sebagai pendukung rencana

7

pengembangan HKm di KPHL Selagai Lingga Register 39 Kabupaten
Lampung Tengah.
d. Merumuskan rekomendasi manajemen tata kelola mengenai jenis fasilitasi
kelembagaan calon anggota HKm sehingga ada keterjaminan fasilitasi yang
berkelanjutan serta jenis silvikultur di Register 39 Kabupaten Lampung
Tengah.
2). Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dari segi akademik adalah kontribusinya dalam
memperkaya studi lingkungan dan kehutanan dengan subyek penelitiannya adalah
persepsi dan perilaku masyarakat. Sedangkan dari segi praktis, studi ini
bermanfaat untuk memberikan masukan bagi pelaku pembangunan (stakeholder)
dalam rangka implementasi kebijakan pelestarian hutan sebagai kawasan lindung.
D. Kerangka Pemikiran
Masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan, yang semestinya turut menjaga
kelestarian fungsi hutan, tidak jarang justru memiliki perilaku yang sebaliknya.
Benang merah yang dapat ditarik adalah kelestarian fungsi hutan lindung
tergantung dari perilaku para aktor pembangunan. Sebagaimana diuraikan pada
kajian teori bahwa persepsi terkait dengan perilaku. Setiap orang yang memiliki
persepsi yang berbeda terhadap benda yang sama akan cenderung memiliki
perilaku yang berbeda sebagai tindak lanjutnya (Pamungkas, 2006).
Bagaimana masyarakat mempersepsikan hutan dengan segala sifat dan fungsinya
menarik untuk dikaji mengingat hal itu akan terkait dengan tindakan (perilaku)
yang akan mereka lakukan dalam rangka pelestarian hutan lindung melalui

8

program HKm. Informasi yang ingin diketahui dari masyarakat dituangkan dalam
bentuk kuesioner. Informasi tersebut dianalisis menggunakan Regresi Logistik
Ordinal untuk karakteristik perambah berdasarkan faktor demografi, sosial
budaya, properti yang dimiliki serta aksesibilitas. Dilakukan analisis tabulasi
silang untuk persepsi terhadap fungsi hutan lindung, kebijakan pengelolaan hutan
lindung, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan HKm, dan perilaku
(aktivitas) terkait keberadaan Hutan Lindung sebagai pendukung rencana
pengembangan HKm di KPHL Selagai Lingga Register 39 Kabupaten Lampung
Tengah.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi :
1. Faktor Demografi (Umur, Jumlah Anggota Keluarga, Pendidikan, Pendapatan,
Usaha Sampingan, Tempat Tinggal)
2. Faktor Sosial Budaya (Suku)
3. Faktor Properti (Luas Lahan Garapan, Jenis Tanaman, Kepemilikan Hp,
Kepemilikan Kendaraan)
4. Faktor Aksesibilitas (Jarak Ke Jalan Akses dan Jarak Kekampung)

Analisis :
1. Regresi Logistik Ordinal
2. Analisis Tabulasi Silang

Persepsi Masyarakat Perambah terhadap
pengembangan HKm

Perilaku Masyarakat
Perambah

Setuju / Tidak

Baik / Buruk
Kelestarian
Lingkungan dan
Ekosistem Hutan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang Lingkungan Nomor 32 Tahun 2009, terdapat beberapa
hal yang terkait dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup,
diantaranya sebagai berikut :
a. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum;
b. Pemeliharaan lingkungan hidup adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya penurunan atau
kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh perbuatan manusia;
c. Konservasi sumber daya alam meliputi, antara lain : konservasi sumber daya
air, ekosistem hutan, ekosistem pesisir dan laut, energi, ekosistem lahan
gambut, dan ekosistem karst.
B. Sumber Daya Hutan
1. Pengertian Hutan
Banyak yang memberi definisi dan pengertian tentang hutan salah satu
diantaranya adalah pengertian hutan yang dijabarkan dalam UU No 41 Tahun

10

1999 Tentang Kehutanan yaitu suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Pendapat lain menyatakan bahwa keberadaan Hutan dalam hal ini daya dukung
hutan terhadap segala aspek kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat
ditentukan pada tinggi rendahnya kesadaran manusia akan arti penting hutan
didalam penempatan dan pengelolaan hutan, hutan menjadi media hubungan
timbal balik antara manusia dan makhluk hidup lainnya dan merupakan faktor
alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan satu kesatuan siklus yang
dapat mendukung kehidupan (Reksohadiprojo, 2000).
2. Fungsi Hutan
Fungsi hutan di antaranya ialah sebagai berikut :
a. Mencegah erosi dan tanah longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai
pengikat butiran-butiran tanah. Dengan ada hutan, air hujan tidak langsung
jatuh ke permukaan tanah tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk
ke dalam tanah.
b. Menyimpan, mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di
musim hujan dan musim kemarau.
c. Menyuburkan tanah, karena daun-daun yang gugur akan terurai menjadi tanah
humus.
d. Sebagai sumber ekonomi. Hutan dapat dimanfaatkan hasilnya sebagai bahan
mentah atau bahan baku untuk industri atau bahan bangunan. Sebagai contoh,
rotan, karet, getah perca yang dimanfaatkan untuk industri kerajinan dan bahan
bangunan.

11

e. Sebagai sumber plasma nutfah keanekaragaman ekosistem di hutan
memungkinkan untuk berkembangnya keanekaragaman hayati genetika.
f. Mengurangi polusi untuk pencemaran udara. Tumbuhan mampu menterap
karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup.
C. Konservasi Sumber Daya Alam
1. Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam
Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati
yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya

dengan

tetap

memelihara

dan

meningkatkan

kualitas

keanekaragaman dan nilai (Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya).
Di dalam Undang-Undang Lingkungan Nomor 32 tahun 2009 juga disebutkan
mengenai konservasi sumber daya alam yaitu pengelolaan sumber daya alam
untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
2. Tujuan Konservasi Sumber Daya Alam
Tujuan konservasi menurut undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya adalah mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejateraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

12

Perlu diketahui konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan
pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara
serasi dan seimbang. Tujuannya adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian
sumberdaya alam hayati keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan.
3. Masalah Konservasi Sumber Daya Alam
Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan
ekosistemnya masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh : Tekanan
penduduk, jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan
sumber daya alam meningkat. Tingkat kesadaran, tingkat kesadaran ekologis dari
masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan
pendapatan yang belum memadai.
Suparmoko (2006) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan konservasi sumber
daya alam, terdapat hambatan-hambatan yang dikelompokkan menjadi :
1. Hambatan fisik
Umumnya sumberdaya alam diperoleh dalam keadaan yang sudah tertentu
tempat dan terjadinya. Untuk menggunakannya manusia harus menyesuaikan
diri, misalnya di daerah lereng bukit, kalau kita hendak memanfaatkan lahan di
situ, maka kita harus membuat teras terlebih dahulu.
2. Hambatan ekonomi
Hambatan ekonomi biasanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
permodalan. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan pendidikan dan bantuan
kredit permodalan. Selain itu, kesulitan lain adalah tidak adanya kestabilan

13

ekonomi, karena persoalan biaya dan sulitnya meramalkan kondisi pasar.
Penanggulangannya oleh pemerintah dengan cara mengurangi ketidakpastian
dan lebih menstabilkan perekonomian.
3. Hambatan sosial budaya
Banyak orang tidak melakukan konservasi karena kebiasaan atau karena adat,
juga karena mereka kurang memperhatikan manfaatnya, bahkan ada kebiasaan
yang cenderung menguras sumberdaya alam yang ada. Hal ini dapat diatasi
dengan pendidikan/penyuluhan.
4. Hambatan teknologi
Penggunaan sumberdaya alam akan tergantung pada bentuk penyesuaian diri
manusia dan teknologi yang ada. Hubungan antara sumberdaya alam dan
macam serta tingkat teknologi sangat erat, misalnya energi surya dulu belum
banyak digunakan secara jauh lebih luas. Upaya penanggulangannya adalah
perbaikan tingkat teknologi, misalnya dengan meniru atau mempelajari
teknologi yang ada di negara-negara maju.
D. Hutan Kemasyarakatan
Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.88/Menhut-II/2014 tentang
Hutan Kemasyarakatan menyatakan bahwa Hutan kemasyarakatan adalah hutan
negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat
setempat. Pemberdayaan Masyarakat setempat
meningkatkan kemampuan dan kemandirian

adalah

masyarakat

mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara

upaya

untuk

setempat

untuk

optimal dan adil

melalui

pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat.

14

Masyarakat setempat adalah

kesatuan sosial yang terdiri dari warga Negara

Republik Indonesia yang tinggal didalam dan/atau di sekitar hutan, yang
bermukim di dalam dan/atau disekitar kawasan hutan yang memiliki komunitas
sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan
aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.
Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan berazaskan (Permenhut Nomor 88 Tahun
2014 pasal 2 ayat 1) :
1.

manfaat dan lestari secara ekologi, ekonomi, sosialdan budaya;

2.

musyawarah-mufakat;

3.

keadilan.

Untuk melaksanakan azas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan prinsip
(ayat 2) :
1.

Tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan;

2.

Pemanfaatan hasil hutan kayu hanya dapat dilakukan dari hasil kegiatan
penanaman;

3.

Mempertimbangkan keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya;

4.

Menumbuhkembangkan keanekaragaman komoditas dan jasa;

5.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan;

6.

Memerankan masyarakat sebagai pelaku utama;

7.

Adanya kepastian hukum;

8.

Transparansi dan akuntabilitas publik;

9.

Partisipatif dalam pengambilan keputusan.

15

Penyelenggaraan

hutan

kemasyarakatan dimaksudkan untuk pengembangan

kapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat setempat untuk mengelola
kawasan hutan secara lestari guna penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan
kemiskinan serta untuk menyelesaikan persoalan sosial (Permenhut Nomor 88
Tahun 2014 pasal 3). Hal ini sesuai dengan prinsip dalam perilaku terhadap
lingkungan hidup yaitu prinsip keadilan, prinsip keadilan ini berbicara terhadap
akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut
menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam, dan
dalam ikut menikmati manfaat sumber daya alam secara lestari. Serta prinsip
tanggung jawab, tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan juga
kolektif yang menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan
tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan isinya.
Hutan Kemasyarakatan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat melalui

pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal, adil dan

berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan
hidup. Pemegang izin HKm pada hutan lindung berhak mendapatkan fasilitasi,
melakukan

kegiatan

pemanfaatan

jasa

lingkungan,

melakukan

kegiatan

pemanfaatan kawasan, melakukan kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu
(HHBK).
Selain itu Pemegang Izin HKm wajib melakukan penataan batas areal kerja
kelompok, menyusun rencana kerja, melakukan penanaman, pemeliharaan, dan
pengamanan, membayar iuran izin dan provisi sumber daya hutan atas hasil hutan
bukan kayu dan jasa lingkungan sesuai ketentuan dan menyampaikan laporan

16

kegiatan pemanfatan hutan kemasyarakatan kepada pemberi izin. (Permenhut
Nomor 88 tahun 2014).
E. Persepsi dan Perilaku Masyarakat
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan
adalah merupakan suatu proses di terimanya stimulus oleh individu melalui alat
penerima yaitu alat indera. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf
ke otak melalui pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi
sesuatu yang di indera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah
diorganisasaikan dan diinterpretasikan (Walgito, 2001).
Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Persepsi itu merupakan aktivitas yang integrateed,
maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kemampuan berpikir, kerangka acauan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri
individu masyarakat akan ikut berperan dalam persepsi tersebut (Walgito, 2001).
Hal serupa disampaikan oleh Andriansah (2014) terdapat 3
mempengaruhi

persepsi

masyarakat

faktor

yang

mengenai pengelolaan HKm Desa

Katongan Kabupaten Gunung Kidul yaitu pengalaman dimasa lalu, banyaknya
informasi yang didapatkan oleh masyarakat dan status keanggotaan dalam
kelompok tani HKm terkait dengan pengelolaan hutan dimasa lalu yang
pernah dialami masyarakat dapat mempengaruhi masyarakat dalam melihat
sesuatu dan menafsirkannya.

17

Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu
sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan
berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil
persepsi antara individu dengan individu yang lain tidak sama. Hal ini diperkuat
oleh Robbins dan Stephen (2003) menyatakan bahwa persepsi satu individu
terhadap satu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi
individu yang lain terhadap obyek yang sama. Menurutnya, hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu karakteristik pribadi pelaku
persepsi, target yang dipersepsikan, dan lingkungan atau situasi dimana persepsi
itu dilakukan.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi adalah faktor internal: perasaan,
pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi dan kerangka acuan. Sedangkan
faktor eksternal adalah : stimulus itu sendiri dan keadaan lingkungan dimana
persepsi itu berlangsung. Berdasarkan Tampang didalam Baskoro (2008) Persepsi
dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat,
minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur,
kepribadian, kebiasaan dan lain lain serta sikap lain yang khas dimiliki seseorang
termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi faktor sosial budaya dan
sosial ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan
lainnya.
Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh pada persepsi. Bila stimulus itu
berwujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak
pada individu yang mengadakan persepsi karena benda-benda yang dipersepsi
tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi. Hal ini senada

18

dengan yang disampaikan oleh Juniarto (2013) proses pembentukan persepsi
merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia. Persepsi masyarakat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah nilainilai dari dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indra
pada proses melihat, merasakan, mencium aroma, mendengar dan meraba. Faktor
internal tersebut antara lain : umur, jenis kelamin, latar belakang, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, asal dan status penduduk, tempat tinggal, status ekonomi
dan waktu luang.
2. Persepsi Terhadap Lingkungan
Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan
menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Proses pemahaman tersebut
menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek yang diamatinya dengan
pengalaman tertentu, dengan fungsi objek, dan dengan menciptakan maknamakna yang terkandung dalam objek itu. Penciptaan makna-makna itu terkadang
meluas, sesuai dengan kebutuhan individu (Fisher, 2001).
Persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku, Asngari dalam
Harihanto (2001) mengatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya
merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan
individu tersebut. Hal ini diperkuat Pamungkas (2006) seseorang yang
mempunyai persepsi yang benar mengenai konservasi maka kemungkinan besar
orang tersebut berperilaku positif terhadap upaya -upaya pelestarian lingkungan.
Ada dua jenis lingkungan dalam kaitannya antara manusia dengan kondisi fisik
lingkungannya (Boedojo, 1986). Pertama adalah lingkungan yang telah akrab

19

dengan

manusia

yang

bersangkutan.

Lingkungan

jenis

ini

cenderung

dipertahankan. Kedua adalah lingkungan yang masih asing, dimana manusia
terpaksa melakukan penyesuaian diri atau sama sekali menghindarinya. Setelah
manusia

menginderakan

objek

di

lingkungannya,

ia

memproses

hasil

penginderaannya dan timbul makna tentang objek pada diri manusia yang
bersangkutan yang dinamakan persepsi yang selanjutnya menimbulkan reaksi.
Pendekatan

ekologik oleh Gibson didalam Fisher (2001) individu tidaklah

menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya karena sesungguhnya
makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk pribadi
yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi terjadi secara langsung
dan spontan. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu menjajaki
(eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan setiap objek
yang ada dilingkungannya dan setiap objek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas
untuk organisme yang bersangkutan. Misalnya sebuah pohon, tampil dengan sifatsifat yang berdaun rindang dan berbatang besar maka sifat-sifat ini menampilkan
makna buat manusia sebagai tempat berteduh.
Persoalan yang muncul dengan persepsi adalah manusia terlalu kreatif dalam
menciptakan persepsi berdasarkan manfaat. Dampaknya adalah keseimbangan
ekologi menjadi terguncang. Dampak yang segera muncul akibat terlalu
kreatifnya manusia adalah penggundulan hutan, banjir, serta keanekaragaman
flora dan fauna turun. Kalau melihat dampak yang mengerikan itu, maka
sebenarnya bukan persepsi manusia yang terlalu kreatif, tetapi persepsi manusia
yang terlalu serakah. Manusia ingin memanfaatkan semua isi bumi secepatcepatnya tanpa memikirkan kebutuhan makhluk lainnya.

20

Hasil penelitian Umar (2009) mengenai persepsi dan perilaku masyarakat dalam
upaya pelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air, menunjukkan budidaya
eksisting di kawasan Hutan Penggaron menimbulkan gangguan fungsi hutan
Penggaron sebagai daerah resapan air. Masyarakat memiliki persepsi bahwa hutan
tidak hanya berfungsi ekologis namun juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
mata pencaharian.
Berawal dari persepsi terhadap hutan besar pengaruhnya pada wujud hubungan
manusia dengan hutan, yang dapat dibedakan menjadi seseorang menolak
lingkungannya, bekerjasama dan mengurus lingkungan.
Seseorang menolak lingkungan disebabkan seseorang tersebut mempunyai
pandangan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, sehinggga orang
tersebut dapat memberikan bentuk tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa
yang dikehendakinya. Sebaliknya bagi seseorang yang mempunyai persepsi
menerima lingkungan, sesorang dapat memanfaatkan hutan sekaligus menjaga
dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberi manfaat yang
terus menerus. Dengan demikian lingkungan akan terjaga dari kerusakan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar (Junianto, 2007).
Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan terbagi kedalam 3 (tiga)
kelompok persepsi yang didefinisikan berdasarkan Ngakan, dkk (2006) yaitu:
a.

Persepsi tinggi : apabila mereka memahami dengan baik bahwa sumberdaya
hayati

hutan sangat penting dalam menopang kebutuhan hidup dan

mengharapkan agar sumberdaya tersebut dikelola secara berkelanjutan.

21

b.

Persepsi sedang : apabila responden menyadari sumberdaya hayati hutan
penting untuk menopang kehidupan, namun tidak memahami bagaimana cara
mengelola sumberdaya tersebut agar tersedia secara berkelanjutan.

c.

Persepsi rendah : apabila responden tidak mengetahui peranan