14. Pembentukan Portofolio Saham
Saham yang memiliki nilai excess return to beta ERB lebih besar atau sama dari nilai cut-off point C akan dimasukkan ke dalam pembentukan
portofolio optimal. 15.
Pembentukan Kombinasi Portofolio Saham Optimal
Memisahkan saham jika ada yang berasal dari satu sektor yang sama agar dapat mengurangi risiko yang ada.
16. Menghitung besarnya proporsi masing-masing sekuritas dalam portofolio
optimal .
=
Dengan nilai adalah
= – C
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan pada saham- saham yang masuk ke dalam peringkat 20 saham teraktif dengan nilai total
perdagangan periode 2014, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
1. Penelitian ini melakukan seleksi terhadap saham-saham yang masuk ke
dalam peringkat 20 saham teraktif dengan nilai total perdagangan periode 2014 yang telah ditetapkanoleh Bursa Efek Indonesia . Hanya terdapat
delapan saham yang konsisten memperdagangkan saham setiap bulannya sepanjang tahun 2014, yaitu dengan kode emiten TLKM, BBRI, BMRI,
ASII, BBCA, PGAS, SMGR, dan BBNI.
2. Dari delapan saham yang menjadi objek penelitian, terdapat enam saham
yang masuk sebagai kandidat dalam pembentukan portofolio optimal sesuai dengan model indeks tunggal. Saham-saham tersebut adalah Bank Central
Asia Tbk BBCA, saham Bank Negara Indonesia Persero Tbk BBNI, saham Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk TLKM, saham
Perusahaan Gas Negara Persero Tbk PGAS, saham Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk BBRI, dan saham Bank Mandiri Persero Tbk
BMRI. Saham-saham tersebut memiliki nilai Excess Return to BetaERB
yang lebih besar daripada nilai cut-off point. Hal ini merupakan kriteria
pembentukan portofolio optimalsesuai dengan model indeks tunggal. 3.
Dari perhitungan yang telah dilakukan dalam membentuk portofolio
optimal, terdapat empat kombinasi portofolio saham yang dapat dijadikan
pilihan dalam berinvestasi, yaitu:
1. Saham BBNI, TLKM, dan PGAS
2. Saham BBCA, TLKM, dan PGAS
3. Saham BBRI, TLKM, dan PGAS
4. Saham BMRI, TLKM, dan PGAS
4. Proporsi masing-masing saham yang membentuk portofolio optimal sudah
tepat untuk mengambil keputusan investasi dalam pembelian saham-saham. Untuk portofolio 1, masing-masing proporsinya yaitu BBNI sebesar
32,11, TLKM sebesar 14,26, dan PGAS sebesar 53,63. Untuk portofolio 2, masing-masing proporsinya yaitu BBCA sebesar 19,93,
TLKM sebesar 16,82, dan PGAS sebesar 63,25. Untuk portofolio 3, masing-masing proporsinya yaitu BBRI sebesar 21,59, TLKM sebesar
16,46, dan PGAS sebesar 61,95. Untuk portofolio 4, masing-masing proporsinya sebesar 38,47, TLKM sebesar 12,92, dan PGAS sebesar
48,61. 5.
Dengan menghitung nilai selisih antara return realisasi dengan expected
return dari keempat portofolio yang telah terbentuk, didapat masing- masing nilai abnormal return. Dapat diketahui bahwa portofolio yang
paling optimal adalah portofolio 1 dengan kombinasi saham BBNI, TLKM,
dan PGAS yang memiliki nilai abnormal return sebesar 0,022667031. Sedangkan portofolio yang memiliki nilai abnormal return paling rendah
yaitu portofolio 2 dengan kombinasi saham BBCA, TLKM, dan PGAS yang memiliki nilai abnormal return sebesar 0,015940899.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
1. Berdasarkan hasil penelitian dari 20 saham teraktif, terdapat enam
perusahaan yang layak untuk dimasukkan ke dalam portofolio investasi.Investor sebaiknya memilih portofolio yang terbentuk dari
gabungan saham-saham TLKM, BBRI, BMRI, ASII, BBCA, PGAS, SMGR, dan BBNI.
2. Dengan membentuk sebuahkombinasi portofolio, disarankan kepada calon
investor untuk menginvestasikan dananya pada portofolio 1 dengan kombinasi saham BBNI, TLKM, dan PGASkarena memiliki nilai
abnormal return yang tinggi atau memiliki kinerja yang paling baik di antara portofolio lainnya.
3. Data harga saham dan IHSG yang digunakan adalah harga closing price
bulanan, sehingga kurang mencerminkan keadaan pada harian pengamatan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan harga closing
price harian agar kemungkinan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. 2009. Penentuan Portofolio Optimal Untuk Saham LQ-45 Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia. Skripsi
Universitas Lampung. Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta. Ekonisia.
Bank Indonesia 2014. BI rate Based on decision of board meeting. Diakses pada tanggal 20 September 2015. www.bi.go.id.
Bianda. 2015. Pembentukan Portofolio Optimal Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham Jakarta Islamic Index Periode 2012-2014.
Skripsi Universitas Lampung.
Bursa Efek Indonesia 2014. 20 Most active by total trading value.Diakses tanggal 14 September 2015. www.idx.monthly.statistic.com.
Dahlan, Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “ Kebijakan Moneter dan
Perbankan ”, Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Evi Retno Sari. 2012. Analisis Pembentukan Portofolio yang optimal Dengan
Menggunakan Model Indeks Tunggal di BEI. Jurnal Ilmu Riset Manajemen Vol. 1 No. 3.
Ferikarwita. 2011. Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Berdasarkan Single Index Model pada Saham-Saham yang Dikelola Manajer Investasi PT
Panin Securities. Jurnal Keuangan.
Frank S. Fabozzi, 1999. Manajemen Investasi. Edisi Indonesia, Jakarta. Salemba Empat.
George, J.M., G.R. Jones, 2002. Understanding and Managing Organizational Behavior. New Jersey. Prentice Hall.
Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuanga Pasar Modal. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta. BPFE.