Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT

41 betul-betul dibuat oleh PPAT atau tidak. Akibatnya, berbagai sengketa tanah dengan sertifikat berasal dari hibah palsu yang bermunculan. Agar menjadi alat bukti yang sah, akta hibah harus dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang serta para pihak yang terkait di dalamnya. Selain itu, dalam pembuatan akta hibah, perlu diperhatikan objek yang akan dihibahkan, karena dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 ditentukan bahwa untuk objek hibah tanah harus dibuat akta hibah oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Akan tetapi, apabila objek tersebut selain dari itu objek hibah benda bergerak, maka ketentuan dalam BW tersebut tetap digunakan sebagai dasar pembuatan akta hibah, yakni dibuat dan ditandatangani Notaris.

2.5 Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT

Dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dinyatakan bahwa selain perjanjian yang bermaksud untuk memindahkan hak atas tanah, memberikan suatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat. Pejabat yang dimaksud adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah atau yang lebih dikenal PPAT. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berbunyi : “ Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun”. 42 Peranan PPAT diperlukan baik dalam penyediaan tanah maupun didalam pemutahiran data penguasaan tanah. PPAT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaaninbreng, pembagian hak bersama, pemberian Hak Guna BangunanHak Pakai atas tanah Hak Milik, pemberian Hak Tanggungan, pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan. Dengan demikian PPAT ini harus mempunyai kemampuan yang memungkinkan akta yang dibuatnya mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat dan tidak pula melanggar ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Terlebih-lebih dalam sistem negatif pendaftaran tanah yang di pergunakan Indonesia, maka apabila pada akta-akta PPAT terdapat kelemahan-kelemahan atau cacat hukum yang menyangkut kekuatan pembuktiannya, maka hal ini berpengaruh dan menambah kadar ketidakpastian hukum dari hak-hak yang terdaftar pertama kali. 2.6 Pendaftaran Tanah 2.6.1 Pengertian Pendaftaran Tanah