Benda Pada Pegas Ringkasan Materi Komputasi Fisika

29 3 Jika y = y min , maka Py = b 4 Jika y = y max , maka Py = 0. Dengan mensubstitusikan 4 kemungkinan ini pada persamaan transformasi 2.5 dan 2.6, sehingga akan didapatkan solusi untuk k 1 , k 2 , k 3 , dan k 4 : min max 1 1 x x a k − = 2.7 max min min 2 x x x a k − = 2.8 max min 3 1 y y b k − = 2.9 min max max 4 y y y b k − = 2.10 Hardyanto, 2005

2.6.3. Benda Pada Pegas

Ketika sebuah getaran atau osilasi terulang sendiri, ke depan dan ke belakang, pada lintasan yang sama, gerakan tersebut disebut periodik. Bentuk yang paling sederhana dari gerak periodik direpresentasikan oleh sebuah benda yang berosilasi di ujung pegas. Dengan menganggap bahwa massa pegas dapat diabaikan, dan bahwa pegas dipasang horisontal, seperti pada gambar 2.2, sedemikian sehingga benda dengan massa m meluncur tanpa gesekan pada permukaan horisontal. Semua pegas memiliki panjang alami di mana pada keadaan ini pegas tidak memberikan gaya pada massa m, dan posisi massa di titik ini disebut posisi setimbang. Jika massa dipindahkan apakah ke kiri, yang menekan pegas atau ke kanan, yang merentangkan pegas, pegas memberikan gaya 30 pada massa yang bekerja dalam arah mengembalikan massa ke posisi setimbangnya. Oleh sebab itu gaya ini disebut gaya pemulih. Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang Giancoli, 2001: 365. → → − = x k F s 2.11 Gambar 2.2. Benda pada Pegas Dengan mengaplikasikan hukum kedua Newton pada sistem dan diperoleh: → → = − a m x k 2.12 Percepatan a memberikan: t t x m k a → → − = 2.13 Bila sistem mendapat hambatan udara persamaan paling sederhana untuk gaya, yang berbanding lurus dengan kecepatan namun arahnya berlawanan adalah: 31 → → − = v b F d 2.14 Dengan b adalah suatu konstanta yang menyatakan besarnya redaman Tipler, 1998: 448. Hukum kedua Newton yang diterapkan untuk gerak benda bermassa m pada pegas dengan konstanta gaya k bila gaya redaman → − v b adalah: x x ma F = 2.15 → → → = − − a m v b x k 2.16 yang menghasilkan: → → → − − = v m b x m k a 2.17 Hardyanto, 2005 2.6.4. Gerak Proyektil Hukum gerak Newton kedua adalah percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Bentuk persamaannya dapat dituliskan: m F a → → ∑ = 2.18 di mana a adalah percepatan, m adalah massa, dan ΣF merupakan gaya total Giancoli, 1998: 95. Setiap gaya F adalah vektor yang memiliki besar dan arah. Persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk komponen pada koordinat persegi panjang sebagai berikut: 32 m F a x x ∑ = 2.19 m F a y y ∑ = 2.20 Gerak proyektil dengan hambatan udara, besar gaya hambat udara adalah: 2 2 1 Av c F a ρ = → 2.21 Gambar 2.3. Hubungan antara F a dan v Dari gambar 2.3 diketahui bahwa: v v x = θ cos 2.22 v v y = θ sin 2.23 Dimana besar v dapat dihitung dengan 2 2 y x v v v + = 2.24 Dengan mengikuti hukum kedua Newton m F a ax x − = 2.25 33 θ ρ cos 2 1 2 v m A c a x − = 2.26 dan m F g a ay y − − = 2.27 θ ρ sin 2 1 2 v m A c g a y − − = 2.28 Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi: x x kvv a − = 2.29 y y kvv g a − − = 2.30 dimana m A c k ρ 2 1 = 2.31 Hardyanto, 2005

2.6.5. Rangkaian RC dan RL