Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Eka Rendytia Faizal dalam skripsinya di Fakultas Hukum UNNES tahun 2013, dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia Studi di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah”. Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : 1 Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing yaitu sebagai berikut: a Koordinator dalam pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing; b Pembina kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing; dan c Penegak hukum di bidang keimigrasian 2 Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing diantaranya yaitu: a Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pegawai Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan jajaran unit pelaksana teknis; dan b Anggaran kerja untuk kegiatan pengawasan dan penindakan orang asing tidak aplikatif dengan rencana kerja. 3 Upaya yang dilakukan Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut yaitu sebagai berikut: a Upaya terhadap kendala kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pegawai, yaitu dengan cara: 12 1 Mengadakan pendidikan rintisan gelar untuk para pegawai dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Kementrian Hukum dan HAM RI untuk pemberian beasiswa Strata 2 dan Strata 3. Selain itu, Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah juga melakukan pelatihan-pelatihan serta penyuluhan untuk meningkatkan sumber daya manusia para pegawai, baik di lingkungan Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun Kantor Imigrasi. 2 Mengadakan penerimaan CPNS untuk setiap tahunnya. Dari Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM mengusulkan jumlah pegawai yang dibutuhkan ke Mentri Hukum dan HAM RI dan Sekretaris Jendral. Setelah berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Badan Kepegawaian Negara dan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara, maka dalam setiap penerimaan CPNS dialokasikan kebutuhan CPNS bagi Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah. b Upaya terhadap kendala anggaran kerja yang tidak aplikatif yaitu dengan cara menggunakan anggaran tersebut secara optimal sesuai dengan kegiatan agar anggaran tersebut dapat mencukupi kegiatan yang dilakukan. Rendytia, Skripsi FH UNNES: 2013. Selain peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wilis dalam tesisnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tah un 2009, dengan judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal Orang Asing di Indonesia” Studi wilayah Kantor Imigrasi kelas I khusus Medan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia berdasarkan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administatif. 2 Sistem pengawasan keimigrasian oleh Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dilakukan yang Pertama, Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a,b,d dan e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 13 1992. Kedua, Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang-Undang Nomor 1992. 3 Penindakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal overstay dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif, pelaksanaan penegakan hukum yang demikian itu mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan pelanggaran melampaui batas waktu izin tinggal. Pengaturan dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah tidak lazim di dunia internasional dan di dalam pelaksanaanya hampir sebagian besar dilaksanakan secara hukum administratif Wilis, Tesis FH USUM: 2009. Selain pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap izin tinggal orang asing di Indonesia, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Mulhadi dalam skripsinya di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin tahun 2014, dengan judul “Pelanggaran Hukum Nasional yang dilakukan oleh Pengungsi yang berada di wilayah Indonesia” Suatu Tinjauan Hukum Pengungsi Internasional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Perlindungan internasional terhadap pengngsi diatur dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967. Dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967 terdapat ketentuan yang berisikan apa yang menjadi hak-hak dan kewajiban para pengungsi seperti hak untuk tidak dipulangkan ke negara asalnya. Selain mendapatkan hak-haknya, pengungsi juga dibebankan beberapa kewajiban seperti menghormati dan mematuhi hukum yang berlaku di negara ia berada dan kewajiban membayar pajak dan biaya-biaya fiskal lainnya. Dalam menangani pengungsi dan pencari suaka yang berada di Indonesia, diperlukan kerjasama internasional terutama dengan negara-negara terdekat. Selain itu kerjasama dengan badan- badan internasional yang menangani imigran atau berhubungan dengannya, seperti Komisi PBB untuk urusan pengungsi UNHCR, Organisai Internasional yang mengurusi Migrasi IOM juga sangat penting. 2 Ancaman terjadinya pelanggaran akan meningkat apabila suatu negara memiliki banyak akses yang memudahkan para pengungsi dan pencari suaka bisa memasuki wilayah negara dengan mudah dan apabila suatu negara tidak memiliki kapabilitas yang memadai 14 untuk penanganan para pengungsi dan pencari suaka. Di Indonesia sendiri belum ada aturan yang secara spesifik mengatur tentang perilaku pengungsi dan pencari suaka. Namun, bukan berarti bahwa para pengungsi dan pencari suaka tersebut bebas melakukan tindakan apapun. Mulhadi, Skripsi FH UNHAS: 2014. Berdasarkan tiga penelitian tersebut di atas, peneliti bermaksud mengkaji hal yang lebih penting dari pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap izin tinggal orang asing di Indonesia, melainkan mengulas secara khusus mengenai Rumah Detensi Imigrasi dalam perlindungan hak asasi manusia warga negara asing pencari suaka, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting.

2.2 Landasan Teori