Pengembangan Kemitraan Pemerintah, Masyarakat dan Swasta Berbasis Human Governance untuk Mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak.

(B. Sosial)
Pengembangan Kemitraan Pemerintah, Masyarakat dan Swasta Berbasis Human Governance
untuk Mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak
Kata kunci: kemitraan, human governance, kota layak anak
Yuliani, Sri; Sudaryanti; Hadi, Muchtar
Fakultas ISIP UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model kemitraan pemerintah, masyarakat dan swasta
berbasis Human Governance guna mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak. Penelitian
dilakukan selama dua tahun. Penelitian tahun pertama bertujuan : (1) Mengidentifikasi pola kemitraan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam implementasi Program Kota Layak Anak di Kota
Surakarta yang dilihat dari : a) Aktor atau lembaga yang terlibat dan bagaimana kemitraan yang terjalin,
dan b) Bentuk, proses dan mekanisme kemitraan; dan c) hambatan-hambatan dalam kemitraan, (2)
Mengidentifikasi apakah kemitraan telah mempertimbangkan prinsip-prinsip Human Governance. Jenis
penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Informan terdiri dari: Bapermas PP
PA&KB, Dispenduk Capil , DISDIKPORA, lembaga bisnis yang terlibat dalam kemitraan; organisasi
masyarakat sipil seperti LSM (SPEK HAM, KAKAK, dll), orang tua dan anak-anak yang menjadi kelompok
sasaran program Kota Layak Anak. Informan ditentukan dengan tehnik purposive sampling dan
pengambilan data menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Analisis data
menggunakan model analisis interaktif yang memiliki tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menemukan ada dua program dalam pengembangan Kota Surakarta sebagai Kota Layak

Anak yang tergolong sebagai model kemitraan yaitu kemitraan antara pemerintah dengan 45 mitra bisnis
dalam penerbitan Kartu Insentif Anak (KIA) yaitu kartu identitas anak yang sekaligus berfungsi sebagai
kartu diskon dan pembentukan Pelayanan Terpadu untuk Perempuan dan Anak Surakarta (PTPAS) yang
merupakan konsorsium organisasi lintas sektor yang bersinergi, saling berbagi sumber daya dan keahlian
untuk menjamin perlindungan hak anak. Hambatan dalam implementasi kedua program ini adalah
belum adanya kesatuan pemahaman tentang makna Kota Layak Anak, lemahnya sosialisasi dan
komunikasi antar aktor, keterbatasan sumber daya dana dan manusia, dan masih rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat dan anak. Disimpulkan bahwa kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan
swasta dalam pengembangan Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak belum memenuhi prinsip Human
Governance. Pemerintah kota hendaknya lebih memfokuskan pada pemenuhan hak anak , khususnya
anak marjinal. Untuk itu perlu memberdayakan kelompok-kelompok akar rumput dan organisasi
masyarakat dalam keseluruhan tahapan program dan menggalang partisipasi dunia usaha untuk
pendanaan dan pemberdayaan anak marjinal.