KENDALA IMPLEMENTASI RATIFIKASI TRIPS ( Trade Related Intellectual Property Rights ) di INDONESIA " ( Studi Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2009 )

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Hak Kekayaan Intelektual menjadi isu penting yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun Internasional. Permasalahan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Diantaranya adalah masalah - masalah yang berkenaan dengan pembajakan dan pemalsuan dari produk - produk ternama yang ada disetiap negara termasuk juga negara Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah perlindungan serta pelaksanaan Hak Kekayaan Intelektual yang memadai demi berlangsungnya kelancaran perdagangan internasional.

Maraknya aksi pembajakan dalam semua bidang membuat sebuah negara menjadi tidak berkembang serta memiliki citra buruk dimata dunia. Dan mengingat negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat plagiasi tertinggi di Asia. Maka tak heran jika negara Indonesia kemudian dijuluki sebagai negara “sarang pembajak“.1 Bagi masyarakat Indonesia, pembajakan layaknya hal keseharian yang mudah dijumpai bahkan dilakukan. Bahkan masyarakat tidak lagi merasa pembajakan adalah suatu kejahatan atau pelanggaran hukum. Kondisi seperti ini diperparah lagi karena masyarakat juga tidak tahu perbedaan antara membajak dan legal. Jadilah pembajakan di Indonesia hampir bisa dibilang sempurna. Yang dimaksudkan barang bajakan di sini seperti kaset, buku, CD, VCD, DVD, hingga piranti lunak. Barang-barang tersebut marak beredar di

1

http://www.antaratv.com/news/250932/ekonomi-rendah-membuat-produk-bajakan-marak, diakses 04 Februari 2011


(2)

pasaran. Saking parahnya pembajakan di Indonesia, menurut Ketua Umum Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI), Dharma Oratmangun, perbandingan pembajakan kaset dan cakram padat atau Compact Disk (CD) dengan orisinil adalah 10:90. Artinya hanya 10% kaset dan CD orisinil yang beredar di pasaran, sementara 90% adalah bajakan. Indonesia dicap sebagai sorganya bagi para pembajak. Sebagaimana Business Software Alliance (BSA) mengungkapkan dalam surveinya, untuk urusan bajak - membajak, bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga2, di bawah Cina dan Vietnam. Citra bangsa Indonesia di mata internasional selalu mendapat stempel negatif. Tidak hanya permasalahan HAM dan lingkungan hidup.

Pada permasalahan diatas tersebut, menjadikan Indonesia masuk dalam daftar negara dengan tingkat pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) cukup berat atau Priority Watch List (PWL) yang ditetapkan oleh lembaga perwakilan dagang Amerika Serikat USTR ( United State Trade Representative )3. Tanggal 30 April 2009, USTR telah mengumumkan daftar Prority Wacth List tahun 2009. Dari hasil evaluasi USTR, PWL ternyata mencantumkan nama Indonesia

sebagai salah satu negara yang perlu diawasi secara khusus dalam perlindungan hak cipta, Daftar negara masuk pengawasan khusus AS adalah: Argentina, Brasil, China, Mesir, India, Indonesia, Israel, Kuwait, Lebanon, Pakistan, Filipina, Rusia, dan Venezuela. Negara Indonesia telah gagal keluar dari daftar PWL. Menurut USTR, penyebab Indonesia masuk daftar PWL adalah tingginya pelanggaran Hak Cipta di Tanah Air yakni terkait dengan pembajakan (seperti pembajakan cakram optik musik, film, dan piranti lunak). Penempatan Indonesia dalam daftar

2

http://republika.co.id/berita/36396/Indonesia-peringkat-3-pembajakan,diakses 26 Februari 2011

3

http://www.detikfinance.com/read/2009/05/01/181027/1124884/4/kepatuhan-haki-di-indonesia-turun-jadi-priority-list,diakses 28 Maret 2011


(3)

utama pengawasan Amerika Serikat tersebut sesuai dengan usulan International Intellectual Property Alliance (IIPA) kepada USTR, karena IIPA menilai bahwa Perlindungan HKI di

Indonesia masih lemah. Bagi Amerika Serikat dan ummnya negara maju, perlindungan HKI merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh mitra dagangnya. Dan jika hal itu diabaikan, AS akan menaikkan status negara mitra menjadi Foreign Priority Wacth List serta memberikan sanksi dagang. Sanksi ini pernah diberikan kepada negara Ukraina yang dianggap tidak serius dalam persoalan pembajakan. Akibatnya, ukraina pun dikenai embargo ekonomi oleh AS atau dengan membatalkan ekspor negara ke AS4.

Terhadap permasalahan diatas baik yang terjadi di Indonesia atau di negara lain, maka lahirlah persetujuan TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) atau Persetujuan mengenai aspek - aspek dagang yang terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual. Persetujuan ini merupakan salah satu kesepakatan yang berada dibawah Organisasi Perdagangan Dunia yakni WTO (World Trade Organization).

TRIPS (Trade Related Intellectual Property) adalah perumusan dari hasil perjanjian Uruguay Round ( Putaran Uruguay) yang mana diselenggarakan di Uruguay pada tahun 1986. Hal - hal yang dibahas dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual membuahkan hasil dalam bentuk Persetujuan di Marrakesh tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Marrakesh Agreement Establishing World Trade Organization – WTO Agreement). Dan pengumuman pemberlakuan TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) juga berlangsung di Marrakesh, Maroko, pada tanggal 14 April 1994, yang menetapkan aturan - aturan baru bagi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Jadi, selain terbentuknya WTO ( World Trade Organization ), kesepakatan lain yang didapat dalam Putaran Uruguay adalah Persetujuan

4


(4)

tentang aspek - aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan Hak Kekayaan Intelektual atau TRIPS ( Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights ).

TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) juga merupakan salah satu dari 28 lebih kesepakatan perdagangan global sebagai hasil Putaran Uruguay yang ditandatangani oleh 125 negara termasuk negara Indonesia dan diikuti dengan lahirnya WTO (World Trade Organization). Deklarasi ini mulai berlaku pada 1 Januari 1995 dan telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang - undang No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia5. Dengan meratifikasi hasil putaran Uruguay tersebut, maka salah satu bagian penting dari Persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Right atau persetujuan mengenai aspek - aspek dagang yang terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual (TRIPS). TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) juga merupakan sebagian dari keseluruhan sistem perdagangan yang diatur oleh WTO (World Trade Organizations), dan keanggotaan Indonesia pada WTO menyiratkan bahwa Indonesia secara otomatis terikat pada TRIPS. Akan tetapi persetujuan TRIPS berlaku secara penuh di Indonesia mulai tanggal 1 Januari tahun 20006. Dengan begitu, Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi TRIPS juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketentuan - ketentuan Hak Kekayaan Intelektual yang tercantum di dalam persetujuan TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) tersebut.

Proses Implementasi Perjanjian TRIPS di Indonesia pasca ratifikasi, bisa terlihat ketika Indonesia mulai mengamandemen tiga Undang - undang dibidang HKI (Hak Kekayaan

5

Damian, Eddy, Prof, Dr, SH,1999, Hukum Hak Cipta, PT Alumni:Bandung, halaman 6

6


(5)

Intelektual) yaitu mengenai UU Paten, Hak Cipta dan Merek. Pada saat ini, Indonesia juga telah memiliki perangkat peraturan perundang - undangan di bidang HKI yang cukup memadai dan tidak bertentangan dengan ketentuan sebagaimana yang disyaratkan dalam Persetujuan TRIPS. Peraturan perundang - undangan yang dimaksud mencakup: UU. No 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta, UU. No 29 tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman, UU. No 30 tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, UU. No 31 tahun 2000 Tentang Desain Industri, UU. No 32 tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, UU. No 14 tahun 2001 Tentang Paten, UU. No 15 tahun 2001 Tentang Merek7.

Indonesia juga berusaha untuk menyosialisasikan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang dilakukan secara bersama - sama oleh aparat pemerintah terkait beserta lembaga - lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat. Jadi, penerapan Persetujan TRIPS dalam prosedurnya dapat dilihat pada peraturan perundang - undangan HKI. Sedangkan penerapan Persetujuan TRIPS dalam prakteknya dapat dilihat khususnya pada aspek penegakan hukumnya yang dilaksanakan di lembaga - lembaga peradilan yang berwenang mengadili suatu perkara, dalam hal ini bidang HKI menunjuk Pengadilan Niaga sebagai lembaga yang berwenang untuk mengadili.

Untuk itu, Pemerintah beruapaya keras dalam memperbaiki perlindungan HKI ini dimulai dengan menggelar infrastruktur hukum dan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap HKI itu sendiri. Hal ini terbukti ketika Indonesia berulang kali menyesuaikan Undang - undang Perlindungan HKI dengan standar TRIPS (Trade Related Intellectual Property) dari WTO (World Trade Organization).

Pentingnya masalah Hak Kekayaan Intelektual dalam perdagangan Internasional tercermin dari tuntutan - tuntutan negara - negara industri maju terhadap negara - negara

7


(6)

berkembang yang baru menjalani tahap industrialisasi. Dan adanya praktek yang berbeda dari setiap negara - negara dalam memberikan standar perlindungan dan pelaksanaan terhadap HKI serta tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya - karya intelektual yang pada akhirnya menimbulkan perlindungan pada kekayaan tersebut, menjadi alasan bagi negara - negara anggota WTO (World Trade Organization) termasuk Indonesia dalam meratifikasi TRIPS sebagai standar minimal perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Disamping itu, TRIPS juga diharapkan dapat menjamin dengan baik proteksi atas karya Intelektual disetiap negara. Sebab, apabila tidak ada perlindungan atas kreativitas intelektual dalam berbagai bidang, maka tiap orang dapat meniru dan membuat kembali secara bebas dan kemungkinan bisa diproduksi tanpa batas karya - karya yang sudah pernah diciptakan. Sehingga jelas hal itu dapat menghambat adanya insentif untuk memperkembangkan kreasi atau inovasi baru.

Dalam Persetujuan TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) terkait Hak Kekayaan Intelektual ini mempunyai tujuan sebagai berikut:8

1. Meningkatkan perlindungan terhadap HKI dari Produk - produk yang diperdagangkan.

2. Menjamin prosedur pelaksanaan HKI yang tidak menghambat kegiatan perdagangan. 3. Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap HKI. 4. Mengembangkan prinsip, aturan dan mekanisme kerjasama internasional untuk

menangani perdagangan barang - barang hasil pemalsuan atau pembajakan atas HKI. Sedangkan Ciri - ciri pokok dari Persetujuan TRIPS pada dasarnya berpola pada tiga hal:9 1. TRIPS lebih berpola pada norma - norma dan standar - standar yang berbeda dari

persetujuan - persetujuan perdagangan internasional lain, terutama perjanjian -

8

Damian, Eddy, Prof, Dr, SH,1999, Hukum Hak Cipta, PT Alumni:Bandung, halaman 82

9


(7)

perjanjian di bidang perdagangan barang (trade in goods), yang lebih banyak berpola pada aspek - aspek yang konkret seperti akses kepasar dan tarif.

2. Sebagai persyaratan minimal TRIPS menetapkan sebagai salah satu cirinya, yaitu kesesuaian penuh (full compliance) terhadap beberapa perjanjian internasional dibidang HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

3. TRIPS memuat ketentuan - ketentuan mengenai penegakkan hukum yang ketat berikut mekanisme penyelesaian sengketa yang diberi sarana berupa hak bagi negara yang dirugikan untuk mengambil tindakan - tindakan balasan dibidang perdagangan secara silang (cross - retaliation).

Persetujuan TRIPS ini mencakup 7 golongan utama dari apa yang dinamakan Kekayaan Intelektual (Intellectual Property) yakni:10

1. Hak cipta dan hak terkait 2. Merek

3. Desain industri 4. Paten

5. Perlindungan rahasia dagang 6. Desain tata letak sirkuit terpadu 7. Perlindungan Varietas Tanaman

10


(8)

Diagram 1.1. : Penggolongan Kekayaan Intelektual

Sebagai Negara anggota WTO, maka Indonesia pun harus bisa menyesuaikan semua ketentuan HKI yang ada dengan ketentuan TRIPS, dan harus sejauh mungkin diupayakan agar penerapan dan implementasi ketentuan TRIPS tersebut berjalan dengan baik serta tidak merugikan kepentingan Negara Indonesia. Namun, seiring dengan implementasi perundang - undangan HKI di Indonesia memang bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan. Ada beberapa faktor yang dapat menghambat atau menjadi kendala dalam pengimplementasian TRIPS tersebut. Sebab dengan melihat kondisi Indonesia yang sangat heterogen akan tingkat modernisasi dari masing - masing golongan masyarakat yang berbeda, maka tidak memungkinkan penerapan HKI bisa berjalan secara tegas. Selain itu, sebagian besar masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima sistem hukum HKI yang dianggap kapitalistis. Dan adanya masyarakat yang memiliki pandangan berbeda atas perlindungan


(9)

HKI membuat kebijakan - kebijakan mengenai HKI diabaikan. Disatu sisi masyarakat menilai bahwa dengan masuknya TRIPS terkait dengan HKI di Indonesia hanya akan memberikan keuntungan bagi negara - negara maju. Sebab, melalui TRIPS negara - negara maju bisa dengan mudah mengendalikan penguasaan perdagangan internasional lewat produk - produk mereka. Sedangkan disisi lain, terdapat juga masyarakat terutama mereka para inventor justru menyetujui adanya perjanjian TRIPS tersebut, tentunya dengan alasan untuk melindungi hasil ciptaannya agar tidak diproduksi ulang oleh pihak lain.

1.2

Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas, penulis mencoba merumuskan pokok permasalahan yang akan dijadikan analisis adalah “ Bagaimana kendala implementasi TRIPS di Indonesia dan bagaimana pemerintah Indonesia dapat mengatasi kendala - kendala dalam Implementasi TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) tersebut? “.

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini agar dapat mengetahui bagaimana implementasi perjanjian TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) yang terkait dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual di negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mencoba membahas upaya atau langkah - langkah pemerintah Indonesia dalam melaksanakan ketentuan - ketentuan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang termuat didalam TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights), dan kendala - kendala apa saja yang dihadapi oleh Indonesia dalam pelaksanaan TRIPS yang kemudian disusul dengan tindakan pemerintah dalam mengatasi kendala tersebut.


(10)

1.4

Penelitian Terdahulu

Perlindungan yang memadai terhadap HKI memang perlu adanya guna menunjang proses perdagangan Internasional. Dicakupnya HKI dalam sistem perdagangan internasional telah menempatkan TRIPS sebagai aturan main HKI bagi setiap negara anggotanya. Perjanjian TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) yang berada dibawah naungan WTO (World Trade Organization) dirasa tepat untuk dijadikan standar minimal bagi perlindungan dan penegakan Hak Kekayaan Intelektual di negara Indonesia.

HKI (Hak Kekayaan Intelektual) sebenarnya merupakan hal baru bagi Indonesia. Bahkan dapat dikatakan Indonesia telah ketinggalan jauh dengan negara - negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris. Negara Amerika Serikat merupakan pihak yang pertama - tama dan secara gigih mendorong ke arah perlindungan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) pada negara - negara berkembang. Dan yang paling menarik lagi adalah peranan Amerika Serikat terhadap politik dagangnya untuk memperoleh perlindungan HKI dinegara - negara lain. Perlindungan kepentingan warga negara dan perusahaan Amerika terhadap pelanggaran oleh dunia luar, terutama negara - negara berkembang, juga diperjuangkan secara gigih oleh pemerintah Amerika. Sebagai salah satu dasar yang dipergunakan adalah super 301 dari Omnibus Trade and Competiveness Act 1988 yang diterima di Amerika Serikat sejak 23 Agustus 1998. Dari ketentuan tersebut, USTR (United State Trade Representative) diberi wewenang untuk menunjuk negara - negara lain yang dianggap melakukan perbuatan - perbuatan persaingan dagang curang (unfair trade practices). Negara - negara yang melakukan kompetisi perdagangan secara tidak fair tersebut akan dikenakan


(11)

sanksi - sanksi tertentu11. Sebagai respon, Pemerintah Indonesia kemudian mengesahkan Undang-undang Paten tahun 1989, dan mulai berlaku pada tahun 1991.

Pada tahun 1995, Amerika Serikat menuntut Korea dan Brazil karena negara - negara tersebut dianggap merugikan kepentingannya. Dua tahun kemudian, giliran Singapore yang dituntut oleh Amerika karena perlindungan HKI dinegara tersebut kurang memadai. Akibatnya, AS mengklaim industrinya mengalami kerugian sebesar 358 juta dollar.12 Untuk mendukung proses penuntutan terhadap pelanggaran HKI yang terjadi di negara - negara lain yang merugikan kepentingan AS, Pemerintah AS menggunakan pasal 301 dalam UU Perdagangannya sebagai landasan untuk menjatuhkan sanksi dagang kepada setiap negara yang melanggar.13

Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada persoalan HKI di Indonesia setelah meratifikasi Persetujuan TRIPS, yang mana terkait dengan pelaksanaan TRIPS itu sendiri serta langkah - langkah pemerintah Indonesia dalam menjalankan ketentuan - ketentuan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) demi memajukan perlindungan secara efektif terhadap HKI di Indonesia. Dan kendala apa saja yang ditemui oleh Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan TRIPS tersebut.

11

Gautama, Sudargo, Prof, Mr, Dr, SH, 1989, Segi – segi Hukum Hak Milik Intelektual, PT.Eresco: Jakarta, halaman 71 - 72

12

Michael Blakeney, 1996:544

13

Butt, Simon, BA, LL.B, Utomo Tommy Suryo, S.H., LL.M, Lindsey Tim, Prof, BA, LL.B., Blitt., Ph.D., Damian, Eddy, Prof, Dr, SH,2002, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT Alumni:Bandung, halaman 76


(12)

1.5

Landasan Konseptual 1.5.1 Implementasi

Implementasi, secara sederhana Implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky, mengemukakan Implementasi itu sebagai evaluasi.14 Browne dan Wildavsky, mengemukakan bahwa “ Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan “.15 Adapun Schubert mengemukakan “ Implementasi adalah system rekayasa “.16

Implementasi Kebijakan adalah proses untuk mewujudkan rumusan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari “ politik “ ke “ administrasi “. Menurut Pressman dan Wildavsky adalah, implementasi yaitu proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya, memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif, dan efektifitas implementasi ditentukan oleh kemampuan untuk membuat hubungan dan sebab akibat yang logis antara tindakan dan tujuan.

Adapun 3 pilar dalam implementasi adalah : 1. Organisasi, 2. Interpretasi, 3. Pelaksanaan, prosedur atau Ketentuan rutin. Sedangkan variable implementasi konteksnya mencakup : kekuasaan, kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat, institusi dan karakteristik rejim, ketaatan ( compliance ) dan daya tanggap.17

Dari pengertian Implementasi diatas, maka peneliti menggunakan implementasi menurut Pressman dan Wildavsky, yakni proses implementasi TRIPS di Indonesia ditentukan oleh pelaksananya (negara) yang terdiri dari aparat pemerintah dan juga masyarakat luas.

14

Dalam Nurdin&Usman,2002

15

Dalam Nurdin&Usman,2004 :70

16

Dalam Nurdin&Usman,2002 : 70

17


(13)

1.5.2 Ratifikasi

Ratifikasi, pada Pasal 2 Konvensi Wina 1969, ratifikasi didefinisikan sebagai tindakan internasional dimana suatu Negara menyatakan kesediaanya atau melahirkan persetujuan untuk diikat oleh suatu perjanjian internasional. Oleh sebab itu, ratifikasi tidak berlaku surut, melainkan baru mengikat sejak penadatanganan ratifikasi tersebut.

1.6

Metode Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif merupakan penelitian yang berdasarkan fenomena - fenomena yang terjadi secara fakta. Menurut Sanapiah Faisal, penelitian deskriptif disebut juga penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai peristiwa atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.18

1.6.2. Level Analisa

Dalam proses penelitian ini dibutuhkan unit analisa untuk dapat menetapkan tingkatan analisa, yaitu perilaku yang hendak di deskripsikan dan diramalkan. Oleh karena itu, terdapat beberapa tingkatan analisa, dan menurut Mochtar Mas’oed terdapat 5 tingkat analisa yakni: (1) Individu, (2) Kelompok Individu, (3) Negara-Bangsa, (4) Kelompok Negara – negara dalam suatu region, (5) Sistem Global.19

Pada penelitian ini, tingkat analisanya terletak pada tingkat nations - state atau Negara-Bangsa, yang mana penelaahan difokuskan pada proses implementasi TRIPS di Indonesia

18

Sanapiah, Faisal. 2003. Format-format Penelitian Sosial Cetakan Keenam, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, hal, 107

19


(14)

pasca ratifikasi. Dalam hubungan internasional pada tingkat ini pemerintah Indonesia lah yang menjadi aktor utama dalam menentukan ketentuan - ketentuan terkait dengan pelaksanaan TRIPS serta bagaimana kemudian kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia memiliki pengaruh yang cukup kuat pada lingkungan sekitar atau individu - individunya. Hal inilah yang harus ditelaah dalam mencari suatu jawaban dari langkah - langkah Indonesia dalam menghadapi berbagai macam permasalahan setelah menjadi anggota TRIPS.

1.6.3. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan Data adalah tahapan yang digunakan dalam peneliti dalam melakukan penulisan. Dalam hal ini, metodenya adalah berupa studi pustaka (study literature). Sumber dari penelitian ini bisa dicari melalui data dari perpustakaan, atau bisa didapatkan melalui buku, Koran, jurnal, dan website yang menunjang jalannya penulisan.

Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti mendapatkan dari perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan juga website yang terkait dengan topik - topik yang diteliti.

1.6.3. Tekhnik Analisa Data

Metode yang digunakan dalam Analisa Data ini adalah metode kualitatif dengan melalui lintas disiplin ilmu, yang mana diambil dari berbagai macam sumber penting dan berhubungan dengan judul yang diteliti serta memilki tujuan untuk bisa menganalisa peristiwa - peristiwa ataupun fenomena - fenomena yang lebih spesifik. Maksudnya dalam penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui kendala dari implementasi TRIPS di Indonesia setelah diratifikasi.


(15)

Untuk dapat membatasi bahasan yang diteliti agar tidak terlalu luas pembahsannya serta tidak menyimpang jauh dari tema yang dibahas, maka peneliti membatasi apa yang diteliti dengan tetap fokus pada pokok permasalahan yaitu mengenai kendala - kendala dalam pengimplementasian Perjanjian TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights) di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dimulai sejak tahun 2004 sampai 2009.

1.7

Argumen Pokok

Meskipun Undang - undang HKI yang ada di Indonesia sudah bisa dikatakan cukup memadai, namun dalam pelaksanaannya masih kurang optimal. Negara Indonesia sebagai negara berkembang secara tidak langsung dituntut untuk dapat mengimplementasikan Perjanjian TRIPS terkait dengan perlindungan dan juga penegakan HKI. Dengan berbagai macam permasalahan yang ada terkait HKI, Indonesia harus bisa menjadi negara yang maju dan memiliki citra baik dimata dunia, terlebih lagi negara Indonesia harus mampu keluar dari daftar Priority Wacht List atau negara yang diawasi karena tingkat pembajakan yang cukup tinggi.

1. 8 Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, landasan konseptual, metodologi, dan terakhir sistematika penulisan.


(16)

BAB II IMPLEMENTASI TRIPS Di INDONESIA PASCA RATIFIKASI

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang efektifitas dari pelaksanaan perjanjian TRIPS di Indonesia terkait dengan berbagai aturan - aturan yang dikeluarkan atas perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual. Hal ini penting dibahas pada bab ini, karena pasca ratifikasi TRIPS, sudah pasti terdapat kebijakan - kebijakan serta program - program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia mengenai perlindungan terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

BAB III KENDALA – KENDALA DALAM IMPLEMENTASI TRIPS SERTA

LANGKAH PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI KENDALA

TERSEBUT

Bab ini akan menjelaskan tentang bagaimana kendala - kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam mengimplementasikan TRIPS yang terkait dengan perlindungan HKI serta langkah - langkah apa saja yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam mengatasi kendala - kendala tersebut. Hal ini juga sangat penting untuk dibahas karena dalam pelaksanaan TRIPS tak lepas dari adanya kendala yang menjadi penghambat terlaksananya ketentuan - ketentuan atau aturan HKI yang ada di Indonesia.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penlitian ini dan juga saran - saran dari peneliti guna penelitian selanjutnya.


(17)

SKRIPSI

“ KENDALA IMPLEMENTASI RATIFIKASI TRIPS (

Trade Related

Intellectual Property Rights

) di INDONESIA “

( Studi Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2009 )

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada Jurusan Hubungan Internasional Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

DISUSUN OLEH:

Zubaidah

05260096

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011


(18)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Zubaidah NIM : 05260096

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kendala Implementasi Ratifikasi TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights)

di Indonesia (Study Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Periode2004-2009)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Sabtu Tanggal : 23 April 2011

Tempat : Jurusan HI Mengesahkan,

Dekan FISIP - UMM

Dr. Wahyudi, M.Si. Dewan Penguji:

1. Dyah Estu Kurniawati S.Sos, M.Si ( ) 2. Tonny Dian Effendy S.Sos, M.Si ( ) 3. Victory Pradhitama, S.Sos, M.Si ( ) 4. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos , M.Si ( )


(19)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Bismilahirrohmanirrohim……..dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, serta mengucapkan Alhamdulillahirrobbil’alamin…….atas Ridho maupun Rachmat-NYA akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Kendala Implementasi Ratifikasi TRIPS di Indonesia (Studi Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada Periode 2004-2009).

Hasil dari penelitian ini, peneliti harap bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Disamping itu, peneliti juga berharap mudah - mudahan penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi para Mahasiswa khususnya Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional berikutnya dalam meneliti fenomena yang ada disekitar ruang lingkup kajian hubungan internasional. Dan tentunya bisa lebih baik lagi penelitiannya dari penelitian saat ini.

Peneliti juga tak lupa memohon maaf untuk semuanya apabila dalam penyusunan penelitian ini sangat banyak kekurangan dan kelemahan yang dengan sengaja ataupun sadar. Oleh karenanya dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan, alangkah baiknya penelitian saat ini mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pihak - pihak yang memang tertarik kepada penelitian ini.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan, baik itu berupa do’a, bimbingan, dan dukungan atau motivasi dalam bentuk apapun kepada peneliti, sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik. Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Muhadjir Effendy, M.Ap Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.


(20)

Muhammadiyah Malang.

3. Dyah Estu Kurniawati, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Pertama yang dengan sabar membimbing dan banyak memberi masukan atau arahan terutama dalam penulisan skripsi. 4. Tony Dian Effendy, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang juga telah mengajarkan

banyak hal tentang penulisan skripsi kepada peneliti.

5. Victory Pradhitama S.Sos, M.Si selaku Dosen Penguji pertama yang begitu sabar dalam memberikan masukan dan ide - ide mengenai isi skripsi.

6. Ruli Inayah Ramadhoan S.Sos, M.Si selaku Dosen Penguji kedua yang juga telah memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Abah dan juga Ibu yang senantiasa memberikan dukungan dan perhatian kepada peneliti dalam bentuk material maupun non material, do’a, serta semangat beliaulah yang menjadikan peneliti terus berjuang untuk menyelesaikan penelitian ini dengan lancar.

8. Semua kakak - kakak dan adik peneliti yang telah setia mendukung dan memberikan perhatiannya dengan penuh kasih sayang.

9. Segenap kelurga besar peneliti yang dari Banjarmasin dan Jawa, terimakasih atas dukungannya serta do’anya.

10.Seseorang yang telah menemani hidupku dalam suka dan duka, dengan penuh kasih sayang selalu memberikan dorongan penuh atas berlangsungnya penelitian ini hingga selesai.

11.Aisya yang juga menjadi alat penyemangat bagi peneliti dan banyak membantu dalam perjalanan penelitian ini, serta begitu setia menemaniku sampai peneliti tertidur kelelahan.

12.Semua teman - teman peneliti, mohon maaf tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan do’a, semangat, perhatian, dan keceriaan disela - sela mengerjakan penelitian ini.


(21)

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak yang berhubungan atas berjalannya penelitian ini, tanpa bantuan ataupun do’a dari seluruh pihak, peneliti bukan seseorang yang berarti, namun atas bantuan dan do’a dari semua pihak peneliti menjadi lebih berarti dengan menyelesaikan penelitian ini yang insyaALLAH sangat memiliki arti bagi setiap orang yang membacanya. Amin ya Robbal’alamin.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar - besarnya untuk segala kekurangan dan kelebihan dalam penelitian ini, semoga penelitian ini benar - benar berguna khususnya bagi Mahasiswa UNMU dan pada umumnya bagi setiap orang yang membacanya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Malang, 01 April 2011


(22)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi………. v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Permasalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Penelitian Terdahulu ... 11

1.5. Landasan Konseptual ... 13

1.5.1. Implementasi ... 13

1.5.2. Ratifikasi ... 14

1.6. Metode Penelitian ... 15

1.6.1. Jenis Penelitian ... 15

1.6.2. Level Analisa ... 15

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data... 16

1.6.4. Teknik Analisis Data ... 16

1.6.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 17

1.7. Argumen Pokok ... 17

1.8. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II IMPLEMENTASI TRIPS di INDONESIA PASCA RATIFIKASI 2.1. Ratifikasi TRIPS I Indonesia ... 20

2.2. Kepentingan Indonesia dalam TRIPS ... 22


(23)

2.3.1. Konsekuensi HKI bagi Pemegang Hak………. 23

2.4. Keuntungan HKI bagi pembangunan Indonesia……… . 24

2.5. Implementasi Ratifikasi TRIPS di Indonesia ... 25

2.5.1. Perundangan – undangan HKI di Indonesia ... 26

2.5.2. Kelembagaan HKI di Indonesia ... 39

2.5.3. Program – program Pemerintah Indonesia terkait HKI... 45

BAB III KENDALA IMPLEMENTASI TRIPS DAN LANGKAH – LANGKAH PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI KENDALA TERSEBUT 3.1. Kendala Implementasi TRIPS di Indonesia ... 66

3.1.1. Kasus Pelanggaran HKI di Indonesia ... 66

3.1.2. Penyelesaian Sengketa HKI ... 75

3.1.3. Kendala Implementasi HKI dari segi Masyarakat dan Pemerintah ... 81

3.2. Langkah Pemerintah mengatasi kendala HKI di Indonesia .... 90

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 95


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Isi TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights)


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Damian, Eddy.2002. Hukum Hak Cipta. Bandung : PT. Alumni

Gautama, Sudargo. 1994. Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional : TRIPS, GATT, PUTARAN URUGUAY(1994). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Gautama, Sudargo.1995. Segi - segi Hukum Hak Milik Intelektual. Jakarta : PT. ERESCO Butt, Simon, Utomo Tommy Suryo, Lindsey Tim, Damian, 2002, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni:Bandung

Harris, Freddy. 2010, Akselerasi Transformasi Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual melalui inovasi. Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI.

Adi Sulistiyono, Mekanisme Penyelesaian Sengketa HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual). Cetakan 1. Surakarta. UNS Press. 2004.

Sanapiah, Faisal. 2003. Format-format Penelitian Sosial Cetakan Keenam, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, hal, 107

Internet :

http://repository.usu.ac.id/handle, diakses: 25 Oktober 2010

http://www.antaranews.com/berita/1274937618/menkumham-produk-indonesia-harus-berbasis-hki, diakses: 25 Oktober 2010

http://www.dgip.go.id/indonesia/pengantar.htm, diakses 10 februari 2011 www.Kompas.com, diakses 15 Februari 2011


(26)

http://nasional.vivanews.com/news/read/53933-indonesia_masuk_daftar_hitam_as, diakses 23 Maret 2011

http://republika.co.id/berita/36399/Indonesia_Peringkat_12_Pembajakan_Software, diakses 28 Maret 2011

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/02/12/22515142/tekanpembajakanpendidikandasarha kciptadiusulkan, diakses 28 Maret 2011

http://arsipberita.com/show/lindungi-industri-kreatif-konsultan-rintis-lbh-hki-82702.html, diakses 30 Maret 2011

http://www.antaranews.com/berita/1274937618/menkumham-produk-indonesia-harus-berbasis-hki,diakses 3 Maret 20011

http://www.dgip.go.id/ebscript/publicportal.cgi?.ucid=376&ctid=26&id=253&type=0, diakses 17 April 2011

http://www.forumkami.com/forum/teknologi/8850-minta-indonesia-galakkan-razia-haki.html, diakses 17 April 2011

http://perempuanindonesia.blog.com/2010/10/27/mantan-mensesneg-minta-pemerintah-serius-perhatikan-haki/, diakses 17 April 2011

http://www.antaratv.com/news/250932/ekonomi-rendah-membuat-produk-bajakan-marak, diakses 04 Februari 2011

http://republika.co.id/berita/36396/Indonesia-peringkat-3-pembajakan,diakses 26 Februari 2011 http://www.detikfinance.com/read/2009/05/01/181027/1124884/4/kepatuhan-haki-di-indonesia-turun-jadi-priority-list,diakses 28 Maret 2011


(27)

http://www.inovasi.lipi.go.id./hki-united-state-trade representative/index.php,diakses 3 Maret 2011

Kumoro. Staff.ugm.ac.id/wp-content/implementasi-kebijakan.pdf, diakses 23 Maret 2011

Sambutan SBY pada Trade Expo Indonesia 2007 di Jakarta International Expo, Kemayoran Jakarta, selasa 23/10/2007

http://umum.kompasiana.com/2009/07/09/manfaat-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual-hki/,diakses 25 April 2011

http://www.ristek.go.id/penegakan-penanggulangan-pelanggaran-hki-html,diakses 9 Maret 2011 http://www.media-hki-indonesia/32451,diakses 22 Maret 2011


(1)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi………. v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Permasalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Penelitian Terdahulu ... 11

1.5. Landasan Konseptual ... 13

1.5.1. Implementasi ... 13

1.5.2. Ratifikasi ... 14

1.6. Metode Penelitian ... 15

1.6.1. Jenis Penelitian ... 15

1.6.2. Level Analisa ... 15

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data... 16

1.6.4. Teknik Analisis Data ... 16

1.6.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 17

1.7. Argumen Pokok ... 17

1.8. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II IMPLEMENTASI TRIPS di INDONESIA PASCA RATIFIKASI 2.1. Ratifikasi TRIPS I Indonesia ... 20

2.2. Kepentingan Indonesia dalam TRIPS ... 22


(2)

2.3.1. Konsekuensi HKI bagi Pemegang Hak………. 23

2.4. Keuntungan HKI bagi pembangunan Indonesia……… . 24

2.5. Implementasi Ratifikasi TRIPS di Indonesia ... 25

2.5.1. Perundangan – undangan HKI di Indonesia ... 26

2.5.2. Kelembagaan HKI di Indonesia ... 39

2.5.3. Program – program Pemerintah Indonesia terkait HKI... 45

BAB III KENDALA IMPLEMENTASI TRIPS DAN LANGKAH – LANGKAH PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI KENDALA TERSEBUT 3.1. Kendala Implementasi TRIPS di Indonesia ... 66

3.1.1. Kasus Pelanggaran HKI di Indonesia ... 66

3.1.2. Penyelesaian Sengketa HKI ... 75

3.1.3. Kendala Implementasi HKI dari segi Masyarakat dan Pemerintah ... 81

3.2. Langkah Pemerintah mengatasi kendala HKI di Indonesia .... 90

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 95


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Isi TRIPS (Trade Related Intellectual Property Rights)


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Damian, Eddy.2002. Hukum Hak Cipta. Bandung : PT. Alumni

Gautama, Sudargo. 1994. Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional : TRIPS, GATT, PUTARAN URUGUAY(1994). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Gautama, Sudargo.1995. Segi - segi Hukum Hak Milik Intelektual. Jakarta : PT. ERESCO Butt, Simon, Utomo Tommy Suryo, Lindsey Tim, Damian, 2002, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni:Bandung

Harris, Freddy. 2010, Akselerasi Transformasi Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual melalui inovasi. Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI.

Adi Sulistiyono, Mekanisme Penyelesaian Sengketa HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual). Cetakan 1. Surakarta. UNS Press. 2004.

Sanapiah, Faisal. 2003. Format-format Penelitian Sosial Cetakan Keenam, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, hal, 107

Internet :

http://repository.usu.ac.id/handle, diakses: 25 Oktober 2010

http://www.antaranews.com/berita/1274937618/menkumham-produk-indonesia-harus-berbasis-hki, diakses: 25 Oktober 2010

http://www.dgip.go.id/indonesia/pengantar.htm, diakses 10 februari 2011 www.Kompas.com, diakses 15 Februari 2011


(5)

http://nasional.vivanews.com/news/read/53933-indonesia_masuk_daftar_hitam_as, diakses 23 Maret 2011

http://republika.co.id/berita/36399/Indonesia_Peringkat_12_Pembajakan_Software, diakses 28 Maret 2011

http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/02/12/22515142/tekanpembajakanpendidikandasarha kciptadiusulkan, diakses 28 Maret 2011

http://arsipberita.com/show/lindungi-industri-kreatif-konsultan-rintis-lbh-hki-82702.html, diakses 30 Maret 2011

http://www.antaranews.com/berita/1274937618/menkumham-produk-indonesia-harus-berbasis-hki,diakses 3 Maret 20011

http://www.dgip.go.id/ebscript/publicportal.cgi?.ucid=376&ctid=26&id=253&type=0, diakses 17 April 2011

http://www.forumkami.com/forum/teknologi/8850-minta-indonesia-galakkan-razia-haki.html, diakses 17 April 2011

http://perempuanindonesia.blog.com/2010/10/27/mantan-mensesneg-minta-pemerintah-serius-perhatikan-haki/, diakses 17 April 2011

http://www.antaratv.com/news/250932/ekonomi-rendah-membuat-produk-bajakan-marak, diakses 04 Februari 2011

http://republika.co.id/berita/36396/Indonesia-peringkat-3-pembajakan,diakses 26 Februari 2011 http://www.detikfinance.com/read/2009/05/01/181027/1124884/4/kepatuhan-haki-di-indonesia-turun-jadi-priority-list,diakses 28 Maret 2011


(6)

http://www.inovasi.lipi.go.id./hki-united-state-trade representative/index.php,diakses 3 Maret 2011

Kumoro. Staff.ugm.ac.id/wp-content/implementasi-kebijakan.pdf, diakses 23 Maret 2011

Sambutan SBY pada Trade Expo Indonesia 2007 di Jakarta International Expo, Kemayoran Jakarta, selasa 23/10/2007

http://umum.kompasiana.com/2009/07/09/manfaat-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual-hki/,diakses 25 April 2011

http://www.ristek.go.id/penegakan-penanggulangan-pelanggaran-hki-html,diakses 9 Maret 2011 http://www.media-hki-indonesia/32451,diakses 22 Maret 2011