PERBANDINGAN KEBIJAKAN PERTANIAN CHINA DAN INDONESIA PASCA AKSESI WTO ( World Trade Organization )

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

China dan Indonesia merupakan negara yang sama-sama memiliki

keistimewaan di kawasan masing-masing. Di kawasan Asia Timur, China adalah

satu-satunnya negara yang memiliki wilayah terluas dan sekaligus sebagai negara

terluas ketiga didunia. Selain wilayah yang terbentang seluas 9.600.000 km

persegi, penduduk China disebut-sebut seperti jumlah setengah dari penduduk

seluruh dunia.1 Hal ini serupa dengan Indonesia, yang juga merupakan negara terluas dan terbesar wilayahnya di kawasan Asia Tenggara, sekaligus total

penduduk terbanyak. Dengan wilayah yang terbentang luas dan terdiri atas

pegunungan, dataran tinggi, perbukitan, dan lembah, China sangat kaya akan

sumber daya alam begitu pula Indonesia. Kedua negara ini memiliki karakter yang

hampir sama jika dilihat secara geografis dan populasinya.

Jika dilihat dari latar belakang sejarah perekonomiannya, China dan Indonesia

juga memiliki beberapa kesamaan. Satu hal yang sama dari China dan Indonesia

adalah, mereka sama-sama memanfaatkan sektor pertanian sebagai basis

perekonomiannya. Dalam sejarah China, pertanian merupakan basis untuk

membangun bangsanya, meski kemudian pada tahun 1950an China memulai

untuk menkonstruksi industrialisasinya dalam skala yang besar.2 Meski demikian, pertanian China tetap memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap jumlah

1

China Business, China Intercontinental Press, hal.11-12 2


(2)

2 GDP negaranya. Sementara itu, Indonesia bahkan dikenal sebagai negara agraris

sampai sekarang karena sebagian besar perekonomiannya bergantung pada

hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Bahkan pada masa Orde Baru, Indonesia sempat

memperoleh penghargaan dari FAO sebagai negara yang mampu swasembada

beras, hal ini juga didukung oleh mata pencaharian penduduknya yang mayoritas

merupakan petani.

Bagi kedua negara, pertanian merupakan salah satu pilar penting

perekonomian yang tidak hanya menopang perekonomian dalam aspek

perdagangan namun juga penghidupan seluruh penduduk China dan Indonesia.

Mayoritas penduduk pada negara yang berbasis agrikultur menggantungkan

hidupnya pada hasil pertanian, dan petani merupakan matapencaharian yang

paling banyak. Untuk China, pertanian harus mampu memenuhi pangan bagi

seluruh populasi yang sangat padat dan tersebar diseluruh provinsi, begitu pula

Indonesia yang penduduknya tersebar diberbagai pulau.

Peran sektor pertanian China mengalami penurunan dalam perekonomian,

namun demikian China masih dapat merasakan adanya pertumbuhan yang stabil

dalam sektor pertanian yang juga dipengaruhi oleh cepatnya peningkatan

populasi.3 Sementara itu, Indonesia merupakan negara yang sektor pertaniannya menjadi fokus utama dari strategi pengembangan ekonomi pada masa Orde Baru.

Catatan keberhasilan Indonesia dalam perkembangan pertanian adalah pada tahun

3

Jikun Huang and Scott Rozelle, Agricultural Developmentand Policy Before and After China’s WTO Accession, jurnal yang diakses dari


(3)

3 1985, ketika Indonesia mampu lepas dari status “negara pengimpor beras”.4 Pencapaian ini menguatkan identitas Indonesia dimata dunia internasional sebagai

negara agraris yang mampun mencukupi kebutuhan beras dalam negerinya.

Penjabaran tersebut diatas memunculkan pertanyaan yang menarik berkaitan

dengan sektor pertanian China dan Indonesia dan liberalisasi saat ini. Populasi

yang padat dan pertanian yang menjadi penopang perekonomian negara dan

rakyat, membuat China dan Indonesia berada pada dua keadaan ketika dihadapkan

dengan liberalisasi. Penelitian ini kemudian semakin menarik ketika melihat

kondisi China dan Indonesia setelah memutuskan untuk bergabung dengan WTO

( World Trade Organization ). Prasyarat utama menjadi negara anggota WTO

adalah melakukan liberalisasi ekonomi yang berarti menghapuskan berbagai

bentuk hambatan perdagangan.5

China bergabung dengan WTO pada akhir tahun 2001,6 sementara Indonesia memutuskan untuk menjadi anggota tetap WTO pada tahun 1995. Sama seperti

anggota WTO yang lain China dan Indonesia juga tak luput dari kewajibannya

untuk meliberalisasi sistem ekonominya. Sektor pertanian China dan Indonesia

tentu terkena dampak dari liberalisasi ekonomi. Entah itu dari tingkat

produktivitas atau kontribusi terhadap GDPnya ( Gross Domestic Product ) yang

kemudian mengindikasikan pemerintah untuk merekonstruksi kebijakan

pertaniannya.

4

Hal Hill. 2002. Ekonomi Indonesia, edisi kedua, RajaGrafindo Persada, Jakarta, Indonesia, hal. 164

5

Budi Winarno, 2011, Isu-Isu Global Kontemporer, CAPS, Sleman, Yogyakarta, hal. 41

6 Diakses dari http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter4/chapter40405.htm, 13/12/2013 8:34


(4)

4 Keikutsertaan China maupun Indonesia dalam organisasi perdagangan liberal

WTO, sudah pasti berimplikasi terhadap kebijakan pemerintah dalam

mengarahkan dan membuat strategi pada sektor pertanian. Pemerintah China

maupun Indonesia disatu sisi pasti mendapatkan keuntungan dengan bergabung

dengan WTO, namun disisi lain baik China maupun Indonesia harus tetap

menjaga dan melindungi sektor pertaniannya dari persaingan yang semakin ketat

di arena internasional pasca liberalisasi. Hal ini karena pertanian tidak hanya

menjadi penopang ekonomi, namun pertanian dapat menentukan ketahanan

pangan bagi negara berkembang, yakni untuk China dan Indonesia.

Berangkat dari alasan bahwa China dan Indonesia memiliki strategi untuk

melindungi sektor pertanian sebagai basis perekonomian, penelitian ini kemudian

melihat adanya WTO sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan.

Bagaimana pemerintah China harus melakukan penyesuaian kebijakan terhadap

WTO sebagai jalan untuk berada pada koridor yang ditetapkan WTO, disisi lain

juga harus mempertimbangkan jalan untuk tetap melindungi pertaniannya. Begitu

pula dengan Indonesia, bagaimana pemerintah Indonesia menghadapi liberalisasi

yang dibawa WTO sebagai agenda mutlaknya, kebijakan seperti apa yang

diimplementasikan pemerintah untuk mengikuti agenda tersebut sekaligus untuk

melindungi setiap sektor pertaniannya agar tidak terkena dampak negatifnya.

Strategi kebijakan Pemerintah China dan Pemerintah Indonesia akan

menentukan nasib sektor pertanian yang menjadi basis perekonomiannya. Hal ini

lah yang menarik untuk diteliti. Melalui membandingkan apa yang dirumuskan


(5)

5 diimplemantasikan Indonesia, penelitian ini berusaha melihat proteksi terhadap

sektor pertanian melalui regulasi kebijakan pertanian China dan Indonesia pasca

aksesi WTO. Kemudian, kebijakan tersebut dibandingkan untuk melihat pola

kebijakan kedua negara di bidang pertanian.

1.2RUMUSAN MASALAH

Terkait dengan regulasi kebijakan pertanian China dan Indonesia yang

melindungi pertanian, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

kebijakan proteksi pertanian China dan Indonesia pasca aksesi WTO?

1.3TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Mengetahui dan mampu mendeskripsikan kebijakan yang diambil

Pemerintah China dalam bidang pertanian setelah melakukan aksesi

dengan WTO

1.3.2 Mengetahui dan mampu mendeskripsikan kebijakan yang diambil

Pemerintah Indonesia dalam bidang pertanian setelah ikut menjadi anggota

WTO

1.3.3 Mampu menganalisa dan membandingkan antara pola kebijakan pertanian

China dan Indonesia sebagai proteksi terhadap sektor pertanian pasca


(6)

6

1.4PENELITIAN TERDAHULU

Sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa

penelitian terdahulu yang membahas permasalahan yang sama dengan yang

diteliti penulis, yaitu perbandingan kebijakan pertanian. Penelitian – penelitian yang dijadikan acuan dan pembanding dalam penelitian ini, adalah yang memiliki

pokok bahasan sama, metode yang sama, dan variabel negara yang sama yaitu

China dan Indonesia.

Tulisan Wing Thye Woo dan Chang Hong yang berjudul Indonesia’s

Economic Performance in Comparative Perspective and A New Policy Framework for 2049, mendeskripsikan kondisi perkembangan ekonomi

Indonesia menuju sebuah keberhasilan proyek ekonomi Indonesia 2049.7 Penulis menggambarkan performa perekonomian Indonesia dengan membandingkan

perekonomian Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki kesamaan

karakter dengan Indonesia. Dalam paper tersebut, Indonesia digambarkan dengan

5 karakter khusus, yaitu :

1. Indonesia merupakan negara yang kaya akan minyak;

2. Negara dengan jumlah populasi yang besar;

3. Secara geografis memiliki wilayah yang luas;

7

Wing Thye Woo, Chang Hong,͟ Indonesia’s Economic Performance in Comparative Perspectives

and A New Policy Framework for 2049͞, University of California, Central University of Finance and Economics, Beijing, Clark University, Worcester. Final editing 1 January 2010. Diakses dari < http://www.econ.ucdavis.edu/faculty/woo/SEA%20for%20webpage/2010-1-1.Woo.Indonesia-Need%20for%20New%20Policy%20Framework.pdf>, ( 18/12/2013, 20:23 WIB )


(7)

7 4. Salah satu dari negara miskin didunia dengan jumlah GDP8/kapita sebesar $ 3,987 pada tahun 2007, dan menempati peringkat ke- 121

dari 180 negara;

5. Indonesia adalah negara yang terletak di wilayah tropis yang tidak

biasa karena di wilayah sekitarnya, negara-negara tetangga Indonesia

memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat, contoh: Malaysia dan

Singapura;

Dari kelima karakter tersebut, peneliti membandingkan Indonesia dengan 5

negara yakni Brasil, India, China, Mexico, dan Nigeria. Tulisan Wing Thye Woo

dan Chang Hong ini dijadikan salah satu bahan literature review untuk penelitian

ini karena terdapat kesamaan dalam metode penulisan. Penelitian Wing They

Woo dan rekannya tersebut menggunakan comparative economics untuk melihat

performa ekonomi Indonesia. Penulis melihat performa ekonomi Indonesia

melalui perbandingan dengan negara-negara tersebut diatas, kemudian

menganalisa pentingnya bagi Indonesia untuk membuat kerangka kebijakan

ekonomi baru untuk tahun 2049 dengan mempelajari perkembangan ekonomi

negara-negara pembandingnya tadi. Indonesia dalam penelitian tersebut

dibandingkan dengan China, dari karakter populasi dan wilayahnya yang luas.

Selain jumlah populasi yang sama-sama padat dan wilayah yang luas, China dan

Indonesia juga dibandingkan dari pertumbuhan ekonominya. Paper tersebut

menjelaskan pertumbuhan ekonomi China yang meningkat adalah karena

8

GDP ( Gross Domestic Product ) adalah jumlah total dari nilai pasar barang dan jasa yang diproduksi suatu negara setiap tahun bernilai sama dengan jumlah konsumen, investasi dan pengeluaran pemerintah ditambah dengan nilai ekspor dan dikurangi impor. Keterangan


(8)

8 kebijakan ekonomi China yang terbuka terhadap investasi dan perdagangan luar

negeri serta kebijakan ekonomi yang berorientasi pasar. Hal tersebut dapat

dijadikan sebuah pembelajaran bagi Indonesia jika ingin mencapai pertumbuhan

ekonomi yang cepat sebagai negara yang berpenduduk banyak dan wilayah yang

luas seperti China.

Kathleen Mullen, Dongshen Sun, Marcelle Thomas, David Orden, dan

Ashok Gulati berusaha menjelaskan dan memahami kebijakan pertanian yang ada

di negara-negara berkembang. Penelitian mereka yakni, Agriculture Policy

Interventions in Developing Countries: Mapping The Nature, Degree, and Progress of Reforms menjelaskan kebijakan pertanian di negara berkembang

dengan membandingkan dampak kebijakan yang ada di China, Indonesia, dan

India terhadap produsen pertanian di negara masing-masing.9 Dalam penelitian tersebut, China, Indonesia, dan India dikatakan memiliki kesamaan dalam pasar

domestiknya dan kebijakan perdagangan luar negerinya. Persamaan antara ketiga

negara tersebut adalah sebagai berikut10 :

1. China, Indonesia, dan India sama-sama percaya bahwa kecukupan

pangan dalam negeri adalah sebuah kepentingan untuk mencapai

ketahanan pangan nasional;

9

Kathleen Mullen, Dongsheng Sung and co., 2004, Agriculture Policy Interventions in

Developing Countries: Mapping The Nature, Degree, and Progress of Reforms, Washington D.C : International Food Policy Research Institute, diakses dari

http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/20081/1/sp04mu03.pdf (18/12/2013, 16:55 WIB )

10 Ibid.


(9)

9 2. Ketiga negara membatasi peran pasar yakni hanya dalam hal

menyeimbangkan persediaan barang dan permintaan akan

produk-produk pertanian;

3. Kebijakan perdagangan produk pertanianbagi ketiga negara adalah

instrumen pelengkap untuk menjaga agar perekonomian tetap tertutup

( untuk China dan India );

4. Baik China, Indonesia maupun India sama-sama

mengimplementasikan berbagai bentuk kebijakan perdagangan untuk

membatasi perdagangan luar negeri untuk sektor pertanian;

Tulisan tersebut sebenarnya berfokus pada penjelasan tentang pentingnya

standar pengukuran PSE11 untuk melihat sejauh mana kebijakan ekonomi

pemerintah suatu negara berdampak pada kondisi produsen pertanian. Hal ini

karena PSE, adalah ukuran yang dipakai untuk menganalisa seberapa besar

dukungan pemerintah terhadap produsen pertaniannya, termasuk dalam hal

anggaran belanja produsen.

Penelitian selanjutnya berjudul Agricultural Producer Support Estimates for

Developing Countries, Measurement Issues and Evidence From India, Indonesia, China, and Vietnam, membahas hal yang sama dengan penelitian sebelumnya.

Masalah yang dibahas adalah tentang kebijakan pertanian negara-negara

berkembang dan implikasinya terhadap keberlangsungan petani dan sektor

pertanian, dengan menggunakan metode MPS ( Market Price Support ) dan PSE

11

PSE adalah standar ukuran yang dipakai oleh OECD ( Organization of Economic Cooperation

and Development ) yang merupakan indikator nilai moneter tahunan transfer kotor ( gross transfers ) yang diperoleh dari konsumen dan pembayar pajaK, yang nantinya digunakan sebagai

pendukung produsen pertanian. Keterangan ini diperoleh dari OECD Glossary of Statistics Term,


(10)

10 ( Producer Support Estimates ).12 Penelitian David Orden secara keseluruhan berusaha menganalisa derajat proteksi ataupun disproteksi terhadap sektor

pertanian di empat negara berkembang, yakni India, Indonesia, China, dan

Vietnam. Hal ini karena di keempat negara berkembang tersebut, sama halnya

dengan negara berkembang lainnya, intervensi pemerintah dalam perekonomian

dan pasar masih sangat besar untuk mencapai kecukupan pangan dan harga yang

rendah bagi masyarakat domestik.13

Dalam penelitian David Orden and co. tersebut dijelaskan bahwa baik India,

Indonesia, China, maupun Vietnam memiliki pola yang sama dalam kebijakan

perdagangan luar negeri pertanian dan pasar domestiknya. Untuk Indonesia, arah

kebijakan pertanian dan perdagangan luar negerinya adalah untuk mencukupi

kebutuhan pangan dalam negeri ( self-sufficiency ) sekaligus memberikan harga

murah untuk bahan-bahan pangan bagi masyarakat domestik. Melalui metode

MPS dan PSE yang dipakai, menunjukkan bahwa Indonesia telah melakukan

subsidi pertanian sejak tahun 1990 untuk melindungi produsen pertanian

meskipun tidak pada seluruh komoditas pertanian. Salah satunya adalah proteksi

terhadap produsen gula dan beras dalam negeri dari sengitnya persaingan impor.14 Sementara China, dijelaskan telah mengalami transformasi ekonomi yang sangat

drastis sejak tahun 1970an, dari yang bersifat sentralisasi menjadi lebih

12

David Orden, Fuzhi Cheng, Hoa Nguyen and co., 2007, Agricultural Producer Support Estimates

for Developing Countries, Measurement Issues and Evidence From India, Indonesia, China, and Vietnam. Washington D.C: International Food Policy Research Institute, diakses dari

http://www.ifpri.org/sites/default/files/pubs/pubs/abstract/152/rr152.pdf ( 17/12/2013, 10:30 WIB )

13 ibid 14


(11)

11 berorientasi pasar.15 Pola proteksi China memiliki kesamaan dengan India, yakni menerapkan harga yang rendah untuk pasar domestik ketika harga dunia sedang

tinggi, begitu pula sebaliknya.16

Penelitian yang akan dilakukan penulis ini memiliki beberapa kesamaan

dengan penelitian-penelitian tersebut diatas. Bahasan yang akan diulas dalam

penelitian ini dan penelitian tersebut diatas sama yaitu mengenai kebijakan

pertanian dan perbandingan kebijakan pertanian antara satu negara dengan negara

lain. Perbedaannya, penelitian ini lebih fokus terhadap kebijakan pertanian yang

ada di China dan Indonesia. Fokus penelitian ini lebih kepada analisa kebijakan

melalui pendekatan comparative politics dibandingkan dengan penelitian yang

lain yang mayoritas menggunakan pendekatan ekonomi untuk melihat

perkembangan sektor pertanian di negara-negara berkembang.

Selain itu, penelitian ini juga menitikberatkan pada membandingkan

kebijakan pertanian antara China dan Indonesia setelah menjadi anggota tetap

WTO ( World Trade Organization ). Kebijakan pertanian yang ingin dilihat dan

dijelaskan dalam penelitian ini adalah regulasi kebijakan yang bertujuan

melakukan perlindungan atau proteksi terhadap sektor pertanian.

Penelitian-penelitian terdahulu diatas membandingkan kebijakan dan pola pertanian

negara-negara agraris hanya untuk sekedar melihat bagaimana masing-masing negara-negara

mengimplementasikan kebijakan yang akan berdampak pada sektor pertanian,

terutama produksi pertaniannya. Sedangkan penelitian ini akan membandingkan

15 Ibid, hal. 125 16


(12)

12 pola kebijakan pertanian setelah aksesi17 WTO antara China dan Indonesia, dari regulasi pemerintah yang merefleksikan proteksi terhadap sektor pertanian.

No Nama peneliti /

judul

Metodologi /

konsep & teori

Hasil penelitian

1

2

Wing Thye Woo

dan Chang Hong, Indonesia’s

Economic

Performance in Comparative Perspective and A

New Policy

Framework for 2049

Kathleen Mullen,

Dongshen Sun,

Marcelle Thomas,

David Orden, dan

comparative economics

PSE ( Producer Support

Estimates )

Melihat performa ekonomi Indonesia

melalui perbandingan dengan

negara-negara tersebut diatas, kemudian

menganalisa pentingnya bagi

Indonesia untuk membuat kerangka

kebijakan ekonomi baru untuk tahun

2049 dengan mempelajari

perkembangan ekonomi negara-negara

pembandingnya tadi.

menjelaskan kebijakan pertanian di

negara berkembang dengan

membandingkan dampak kebijakan

yang ada di China, Indonesia, dan

17 Aksesi adalah tindakan pemerintah yang menandai bahwa perjanjiannya telah dibatasi secara

hukum oleh syarat-syarat perjanjian tertentu. Dampaknya sama seperti ratifikasi namun tidak didahului dengan penandatanganan. Prosedur formalnya bervariasi, tergantung pada

persyaratan yang diajukan dewan legislatif nasional suatu negara. Dalam WTO, aksesi ini berarti bahwa suatu negara telah berkomitmen menjadi anggota WTO dan menandatanngani perjanjian.

Keterangan diakses dari http://www.unicef.org/crc/files/Definitions.pdf ( 25/01/2014, 8:03 WIB )


(13)

13 3

Ashok Gulati.

Agriculture Policy Interventions in Developing

Countries:

Mapping The

Nature, Degree, and Progress of Reforms

David Orden,

Fuzhi Cheng, Hoa

Nguyen and co.,

Agricultural

Producer Support Estimates for Developing

Countries, Measurement

Issues and

Evidence From India, Indonesia,

MPS ( Market

Price Support )

dan PSE

( Producer

Support Estimates )

India terhadap produsen pertanian di

negara masing-masing

menganalisa derajat proteksi ataupun

disproteksi terhadap sektor pertanian

di empat negara berkembang, yakni


(14)

14

China,and Vietnam

1.5LANDASAN TEORI/KONSEP

1.5.1 Liberalisasi Ekonomi ( Economic Liberalization )

Liberalisasi ekonomi bisa dideskripsikan sebagai kebebasan untuk

berhubungan dan terikat dengan aktivitas-aktivitas ekonomi dalam negeri

( domestik ) ataupun juga aktivitas ekonomi luar negeri. Selain itu, liberalisai

ekonomi juga mencakup tentang institusi dan kebijakan yang mengatur dan

menjamin kepentingan umum.18 Hal ini berarti bahwa hukum, kebijakan, dan institusi yang mengatur perekonomian dalam suatu negara harus berpihak pada

kepentingan umum dan memberikan kebebasan pada setiap pihak untuk dengan

bebas dan leluasa ikut berpartisipasi dalam perekonomian dan pasar. Liberalisasi

ekonomi mencakup banyak hal termasuk perdagangan.

Liberalisasi perdagangan digambarkan sebagai sebuah langkah menuju

perdagangan yang lebih bebas melalui pengurangan tarif dan segala bentuk

hambatan lainnya, yang secara umum dirasakan sebagai paksaan dari adanya

globalisasi.19 Peningkatan arus barang dan jasa yang sampai melampaui batas-batas negara, merupakan aspek yang menyebabkan meningkatnya integrasi

18

Victor Ognivtsev, 2005, Economic Liberalization as a Driving Force of Globalization: Experiences of Countries in North and Central Asia, 29 September, Moskow: Trade Analysis Branch, DITC,

UNCTAD, diakses dalam http://www.unescap.org/tid/projects/globalize_wgvictor.pdf

( 26/12/2013, 9:38 WIB ) 19

Trade Liberalization and Employment, Working Party on The Social Dimension of Globalization, International Labour Office Governing Body, International Labour Organization ( ILO ), November 2001, Jenewa, diakses dalam

http://www.ilo.org/public/english/standards/relm/gb/docs/gb282/pdf/sdg-2.pdf ( 26/12/2013, 9:39 WIB )


(15)

15 ekonomi global. Liberalisasi dikriktik sebagai akar dari segala masalah

perekonomian, seperti peningkatan jumlah pengangguran, ketidakmerataan

jumlah upah di negara maju, eksploitasi pekerja atau buruh di negara-negara

berkembang yang juga diikuti oleh menurunnya standar hidup buruh karena

kurangnya apresiasi.20

Permasalahan utama dari dampak liberalisasi ekonomi adalah timbulnya

ketidakseimbangan dan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi. Namun,

sebaliknya justru sebenarnya liberalisasi ekonomi diharapkan akan menghapuskan

masalah-masalah serupa, dan membantu mewujudkan dunia yang adil dan

perekonomian global yang sejahtera.21 Secara konseptual, liberalisasi ekonomi didefinisikan pula sebagai dorongan bagi aktivitas impor dan ekspor, dalam

kaitannya dengan aktivitas perdagangan. Karena memudarnya batasan-batasan

dan hambatan lain yang sebelumnya menghalangi perdagangan luar negeri.22 Dalam proses liberalisasi ekonomi, batasan-batasan yang bersifat kuantitatif

seperti tarif yang secara tidak langsung mengatur pola perdagangan, perlu untuk

dihapuskan.

Perubahan kebijakan yang mengikuti proses liberalisasi, biasanya muncul

setelah suatu negara mengalami permasalahan dan krisis ekonomi. Oleh

karenanya, sebenarnya tidak bisa serta merta menyalahkan liberalisasi ekonomi

sebagai penyebab dari kacaunya perekonomian.23 Liberalisasi ekonomi ini dipakai

20 Ibid 21

Eddy Lee, 2005, Trade Liberalization and Employment, UN/DESA ( Department of Economic and

Social Affairs ) Working Paper No.5, New York, hal. 1, diakses dalam

http://www.un.org/esa/desa/papers/2005/wp5_2005.pdf ( 26/12/2013, 13:26 WIB ) 22 Ibid, hal.5

23 ibid


(16)

16 untuk menjelaskan perilaku China dan Indonesia yang melakukan reformasi

ekonomi ke arah yang lebih bebas. China melakukan reformasi ekonomi menjadi

lebih terbuka, dan mulai perlahan menunjukkan perekonomian yang liberal ketika

menjelang keputusannya untuk melakukan aksesi24 dengan WTO. Kedua negara tersebut sama-sama melakukan liberalisasi sebagai konsekuensi menjadi anggota

WTO yang memang liberalisasi adalah agendanya. China membuka diri terhadap

investasi asing sebagai salah satu bentuk perubahan kebijakan ekonominya, begitu

pula dengan sistem ekonomi yang lebih bersifat market oriented. Sementara itu,

Indonesia mantap melakukan liberalisasi dengan salah satu perwujudannya adalah

ikut menjadi satu dari negara-negara yang mencetuskan WTO.

1.5.2 Kebijakan Proteksi

Proteksionisme merupakan kebijakan yang oleh para ekonom dianggap

sebagai sebuah kebijakan ekonomi yang gagal, karena tidak membawa keadilan

dan keterbukaan.25 Namun, masih terbuka kemungkinan yang besar bagi beberapa aktor atau pelaku ekonomi yang memikirkan kepentingan sendiri akan

menjelmakan proteksionisme dalam wujud yang lain. Proteksionisme sendiri pada

dasarnya merupakan sebuah bentuk kekuatan yang digunakan untuk

24

Aksesi adalah tindakan pemerintah yang menandai bahwa perjanjiannya telah dibatasi secara hukum oleh syarat-syarat perjanjian tertentu. Dampaknya sama seperti ratifikasi namun tidak didahului dengan penandatanganan. Prosedur formalnya bervariasi, tergantung pada

persyaratan yang diajukan dewan legislatif nasional suatu negara. Dalam WTO, aksesi ini berarti bahwa suatu negara telah berkomitmen menjadi anggota WTO dan menandatanngani perjanjian.

Keterangan diakses dari http://www.unicef.org/crc/files/Definitions.pdf ( 25/01/2014, 8:03 WIB )

dan http://www.wto.org/english/thewto_e/glossary_e/glossary_e.htm ( 28/01/2014, 08:01 WIB )

25

Sean D. Ehrlich, Is Fair Trade Just Protectionism in Disguise?, Department of Political Science, Florida State University, Tallahassee, Florida, hal. 2, diakses dalam


(17)

17 mengendalikan perdagangan. 26 Kekuatan ini mengendalikan aktivitas perdagangan sehingga tidak terlalu bebas dan mengabaikan hal-hal penting yang

perlu untuk dilindungi. Hal-hal yang perlu dilindungi diantaranya bisa jenis

komoditas sektor perekonomian, iklim ekonomi dalam negeri, investasi dalam

negeri, atau juga melindungi perdagangan dalam negeri dari kerasnya persaingan

perdagangan luar negeri.

Bentuk proteksi atau perlindungan terhadap perekonomian dalam negeri

ini bisa dalam bentuk apapun. Menetapkan hambatan perdagangan seperti

hambatan tarif juga merupakan bentuk proteksi sebuah negara terhadap

perdagangan dan sektor ekonomi domestiknya. Tarif atau hambatan yang lain

dalam perdagangan, dibuat oleh negara untuk beberapa alasan, diantaranya adalah

untuk melindungi perdagangan dari kompetisi luar negeri.27 Biasanya negara akan menetapkan tarif yang nilainya lebih tinggi untuk jenis komoditas yang penting

dan merupakan sektor perekonomian utama bagi negaranya. Selain itu, negara

bisa pula menerapkan sistem pembayaran langsung dari pemerintah kepada

produsen untuk meningkatkan pendapatan sekaligus melindungi produsen dalam

negeri dari persaingan yang dianggap semakin tidak adil di arena perdagangan

internasional.

26 Murray N. Rothbard, 1986,

Protectionism and the Destruction of Prosperity, Mises Institute,

University of Nevada, Las Vegas, diakses dalam http://mises.org/rothbard/protectionism.PDF

( 29/12/2013, 7:56 WIB ) 27

Protectionism? Tariffs and Other Barriers to Trade, kutipan dari Patrick Love and Ralph Palttimore, 2009, International Trade: Free, Fair, and Open?, OECD Publishing,

http://dx.doi.org/10.1787/9789264060265-5-en diakses dalam

http://www.oecd-ilibrary.org/docserver/download/0109121ec005.pdf?expires=1388279291&id=id&accname=gues t&checksum=18049D9315884874947D603C8E9B95B7 ( 29/12/2013, 7:57 WIB )


(18)

18 Penulis menggunakan kebijakan proteksi untuk menjelaskan perilaku

China dan Indonesia setelah kedua negara memutuskan untuk melakukan

liberalisasi. Liberalisasi dan kebijakan proteksi yang dilakukan China dan

Indonesia merupakan hal yang berlawanan, namun di titik itulah penulis mencoba

melihat perbandingan strategi dan kebijakan yang diambil China untuk bertahan

dari kerasnya persaingan perdagangan luar negeri, begitu pula dengan Indonesia

yang sama-sama memiliki sektor pertanian sebagai sektor utama perekonomian

mereka. Hal ini karena bagi negara agraris seperti China dan Indonesia, proteksi

juga digunakan sebagai alat untuk melindungi ketahanan pangan dalam negeri.

Terlebih setelah melakukan aksesi28 dengan WTO, baik China maupun Indonesia pasti melakukan perubahan haluan kebijakan ekonomi termasuk untuk sektor

pertanian. Hal ini yang hendak dilihat penulis, bagaimana kemudian China yang

jelas-jelas melakukan liberalisasi namun masih harus memberlakukan aturan yang

bersifat protektif terhadap komoditas pertaniannya. Selain itu, hendak pula

dijelaskan bagaimana Indonesia merumuskan dan meregulasi kebijakan

pertaniannya sebagai jalan untuk melindungi sektor tersebut dari liberalisasi.

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis ini merupakan tipe penelitian deskriptif.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan bentuk kebijakan pertanian

28

Aksesi adalah tindakan pemerintah yang menandai bahwa perjanjiannya telah dibatasi secara hukum oleh syarat-syarat perjanjian tertentu. Dampaknya sama seperti ratifikasi namun tidak didahului dengan penandatanganan. Prosedur formalnya bervariasi, tergantung pada

persyaratan yang diajukan dewan legislatif nasional suatu negara. Dalam WTO, aksesi ini berarti bahwa suatu negara telah berkomitmen menjadi anggota WTO dan menandatanngani perjanjian.

Keterangan diakses dari http://www.unicef.org/crc/files/Definitions.pdf ( 25/01/2014, 8:03 WIB )


(19)

19 antara China dan Indonesia, terutama setelah aksesi WTO. Berangkat dari

perbandingan tersebut maka penulis akan memperoleh gambaran mengenai

pola kebijakan pertanian dari China dan Indonesia.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh sebagai pendukung penelitian ini, diperoleh melalui

studi literatur ( library research )29. Penelitian ini menggunakan buku, jurnal penelitian, artikel ilmiah, dan bentuk literatur lainnya sebagai data. Data

tersebut akan dikumpulkan, dikelompokkan, kemudian dianalisa untuk

melihat data manakah yang dapat membantu menjelaskan masalah dalam

penelitian ini.

1.6.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan sebagai penunjang tulisan ini adalah berbagai

bentuk literatur seperti buku-buku konvensional, ebook, kumpulan-kumpulan

artikel ilmiah yang memiliki isu terkait bahasan penelitian, jurnal ilmiah.

Data-data tersebut diperoleh melalui internet maupun perpustakaan.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Penulis menggunakan teknik data kualitatif, berupa pengumpulan berbagai

fakta dan bukti-bukti kasus terkait masalah yang diteliti. Analisa data dalam

penelitian ini menggunakan analisa non statistik, data yang didapat ditafsirkan

ke dalam bentuk kalimat dan paragraf untuk menggambarkan dan menjelaskan

kebijakan China dan Indonesia.

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

29


(20)

20 Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada regulasi kebijakan harga

produk pertanian China dan Indonesia, khususnya setelah kedua negara aksesi

WTO. Selain itu, periode yang dipakai sebagai acuan perbandingan adalah

mulai tahun 2005.

1.7 Argumen Dasar

Pertanian merupakan sektor perekonomian terpenting bagi China dan

Indonesia sebagai negara berbasis agrikultur. Liberalisasi ekonomi menjadi

seperti dua mata sisi mata uang, satu sisi menguntungkan sisi lain mengancam

kelangsungan sektor pertanian China dan Indonesia. Keikutsertaan dengan

WTO membuat China dan Indonesia untuk berkomitmen menghapuskan

hambatan perdagangan pada seluruh sektor, termasuk pertanian. Dalam hal ini

baik China maupun Indonesia meregulasi kebijakan harga pertaniannya

melalui penerapan sistem harga pembelian pemerintah, untuk melindungi

pertanian dan kesejahteraan petani.

1.8Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN terdiri atas :

1.1Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Teori / Konsep


(21)

21 1.6.1 Tipe Penelitian

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

1.6.3 Jenis Data

1.6.4 Teknik Analisa Data

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.7Argumen Dasar

1.8Sistematika Penulisan

BAB II berjudul : WTO dan Pertanian Dalam Kerangka WTO

2.1 Gambaran Umum WTO

2.2 Perjanjian-Perjanjian dan Penetapan Tarif Dalam WTO

2.3 Perjanjian WTO Dalam Bidang Pertanian ( Agreement on

Agriculture )

BAB III berjudul : Analisa Kebijakan Pertanian China dan Indonesia

Pasca Aksesi WTO

3.1Gambaran Umum Kebijakan Pertanian China

3.1.1 Kebijakan Proteksi Pertanian China Pasca Aksesi

WTO

3.2Gambaran Umum Kebijakan Pertanian Indonesia

3.2.1 Kebijakan Proteksi Pertanian Indonesia Pasca


(22)

22 3.3 Perbandingan Kebijakan Pertanian China dan Indonesia Pasca

Aksesi WTO


(23)

SKRIPSI

PERBANDINGAN KEBIJAKAN PERTANIAN CHINA

DAN INDONESIA PASCA AKSESI WTO (

World Trade

Organization

)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

Dini Septyana Rahayu NIM : 201010360311092

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(24)

(25)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah,dan nikmatNYA sehingga skripsi yang berjudul “Perbandingan Kebijakan Pertanian China dan Indonesia Pasca Aksesi WTO ( World Trade Organization )” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju masa yang terang benderang.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan sepenuhnya, penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, mengingat masih terbatasnya pula ilmu yang dipahami penulis. Meskipun demikian, besar harapan penulis akan bermanfaatnya skripsi ini nantinya bagi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UMM.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak berjuang sendiri dan selalu didampingi oleh doa dan semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta, Mama dan Papa yang tidak pernah berhenti memberi doa, dukungan material maupun non material, semangat, cinta, dan kasih sayang pada putrinya yang keras kepala ini. Kerja keras Mama dan Papa, sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dan mewujudkan satu mimpi kecil mereka. 2. Dio Syahputra sang adik lelaki tertangguh nan berhati lembut, Dian

Galuh si malaikat kecil dengan semangat dan tawa riangnya. Kalian harta terindah yang Allah berikan, kita akan terus berjuang bersama untuk menggapai impian


(26)

3. Keluarga besar di Madiun, Budhe dan Pakdhe, Bulik dan Paklik, semuanya senantiasa memberi doa, semangat dan perhatian tiada henti. Semoga Allah senantiasa melindungi dan menyayangi kalian. Mbak Citra, sepupu tercintaku terima kasih semangat dan dukungannya. Semoga senantiasa diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat bersama keluarga kecilnya.

4. Ibu Dyah Estu K, M.Si dan Bapak M. Syaprin Zahidi, MA selaku dosen pembimbing yang telah dengan tulus memberikan arahan, bimbingan, mencurahkan pikiran dan ide demi kebaikan penulis dan terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Peggy Puspa, M.Sc dan Ibu Demeiati NurKusumaningrum, MA yang telah bersedia dengan sepenuh hati menjadi reviewer dan menjadi teman diskusi selama mengerjakan skripsi.

6. Dina, Mbak Anin, Mbak Putri, Mbak Nida, Mbak Erni, Mbak Putri

“Lamongan”, keluarga kosan tercinta. Kalian yang selalu menjaga, mengingatkan, dan memberi motivasi serta semangat saat saya merasa sendiri dan ragu. Terima kasih, kalian terhebat!. Begitu pula sahabat terbaik Wien Hesthi Rahayu, lihatlah kita sampai pada garis ini masih saling bergandengan seperti saat pertama kita menginjakkan kaki di kota ini.

7. Sahabat-sahabat HI UMM 2010, terutama HI B kalian menorehkan cerita dan semangat yang akan selalu membekas sampai kapanpun. Agfajrina, Lismayanti, Devi Indah, Asih, Gilang Ramadhani, Mbak Fay, Chotitah, Enggar, Riski Emak, Ria Alfa, Mimi, Mirani, Talab, Abdurrahman. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan hebat ini, terima kasih pula untuk semangat dan motivasinya. 8. Wulandyah Safitri, Mas Risco, Mbak Ika terima kasih guyonan dan

semangatnya. Bang Junet yang sudah memperbaiki printer, terima kasih berkat anda penulis terselamatkan.


(27)

9. Dosen-dosen HI UMM seluruhnya, terima kasih untuk segala ilmu dan semangat yang kalian tularkan pada kami. Tidak akan pernah hilang ditelan waktu apa yang telah kalian ajarkan.

10.Tujuh kawan seperjuangan saya, Hardi Alunaza, Alin Indrawati, Sarif Mardani, Lalu Aryan, Kiki the best, Wahyu, Ainun Jariyah. Bahagia dan bangga rasanya menjadi bagian dari kalian, mewujudkan mimpi besar kita sejak awal di jurusan ini, menjadi lulusan tercepat.

11.Seluruh pihak yang telah mengiringi perjuangan dan perjalanan penulis dalam menyelesaikan studi di Kampus Putih, di jurusan tercinta Ilmu Hubungan Internasional.

Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan meridhoi atas segala yang tertulis disini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat besar bagi penulis dan bagi seluruh pihak pada umumnya.

Malang, 25 April 2014

Penulis


(28)

DAFTAR ISI

Lembar Sampul Depan ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Lembar Motto dan Persembahan ... vi

Abstraksi ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR AKRONIM ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Penelitian Terdahulu ... 6

1.5Kerangka Konseptual ... 14

1.5.1 Konsep Liberalisasi Ekonomi ... 14

1.5.2 Konsep Kebijakan Proteksi ... 16

1.6Metodologi Penelitian ... 18

1.6.1 Metode/ Tipe Penelitian ... 18

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 19

1.6.3 Jenis Data ... 19

1.6.4 Teknik Analisa Data ... 19

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 19

1.7 Argumen Dasar ... 20


(29)

BAB II WTO DAN KERANGKA PERTANIAN DALAM WTO

2.1 Gambaran Umum WTO ... 23

2.2 Perjanjian – Perjanjian dan Penetapan Tarif Dalam WTO ... 28

2.3 Perjanjian WTO Dalam Bidang Pertanian ( Agreement on Agriculture )...33

BAB III KEBIJAKAN PERTANIAN CHINA DAN INDONESIA PASCA AKSESI WTO 3.1 Gambaran Umum Kebijakan Pertanian China ... 41

3.1.1 Kebijakan Proteksi Pertanian China Pasca Aksesi WTO ...45

3.2 Gambaran Umum Kebijakan Pertanian Indonesia ... 53

3.2.1 Kebijakan Proteksi Pertanian Indonesia Pasca Aksesi WTO ... 58

3.3 Perbandingan Kebijakan China dan Indonesia ...67

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN 4.1 Kesimpulan ...77

4.2 Saran ...79

DAFTAR PUSTAKA ... ..80


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A China’s Reference Paper...90 LAMPIRAN B Part IV Article 6 Domestic Support Commitments

of Agreement on Agriculture...98


(31)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

China Business, China Intercontinental Press

Hill, Hal.2002. Ekonomi Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Khudori.2004. Neoliberalisme Menumpas Petani: Menyingkap Kejahatan Industri Pangan. Yogyakarta: Resist Book

Suryabrata, Sumadi.1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Winarno, Budi.2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS

JURNAL DAN ARTIKEL DARI INTERNET

Achmad Suryana and Erwidodo, Agricultural Policy Reforms in Indonesia: Acceleratin Growth with Equity, Center for Agro-socioeconomic Research, Agency for Agricultural Research and Development, Bogor:

Indonesia, diakses dalam

http://www.agnet.org/htmlarea_file/library/20110726100453/eb434.p df ( 18/12/2013, 10:06 WIB )

Agricultural Policy Monitoring and Evaluation 2013: OECD Countries and Emerging Economies, OECD Publishing, diakses dalam

http://www.agri-pulse.com/uploaded/OECD-ag.pdf ( 05/02/2014, 5:39 WIB )

Cheng Fang, John C. Beghin, Food Self-sufficiency, Comparative Advantage, and Agricultural Trade: A Policy Analysis Matrix for Chinese

Agriculture, Center for Agricultural and Rural Development and Department of Economics, Iowa State University: Iowa, diakses dalam

http://www.card.iastate.edu/publications/dbs/pdffiles/99wp223.pdf


(32)

David Orden, Fuzhi Cheng, Hoa Nguyen and co., 2007, Agricultural Producer Support Estimates for Developing Countries, Measurement Issues and Evidence From India, Indonesia, China, and Vietnam.

Washington D.C: International Food Policy Research Institute,

diakses dari

http://www.ifpri.org/sites/default/files/pubs/pubs/abstract/152/rr152.p df

Djuara P. Lubis Ph.D, Agricultural Extension in Indonesia: Current Status and Possible Ways to Meeting Emerging Challenges, Department of Communication and Community Development, Faculty of Human Ecology: Bogor Agricultural University, diakses dalam

http://www.syngentafoundation.org/__temp/Lubis_Indonesia_Agricult ural_Extension.pdf ( 23/01/2014, 6:40 WIB )

Eddy Lee.2005. Trade Liberalization and Employment, UN/DESA ( Department of Economic and Social Affairs ) Working Paper No.5,

New York, hal. 1, diakses dalam

http://www.un.org/esa/desa/papers/2005/wp5_2005.pdf

Eric A. Monke dan Scott Pearson.1989. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development, chapter. 13, hal.255 – 257, diakses dari

http://www.stanford.edu/group/FRI/indonesia/documents/pambook/pa mbook.pdf

Fred Gale.2013. Growth and Evolution in China’s Agricultural Support Policies, Economic Research Report Number 153, Economic Research Service, Washington: United States Department of Agriculture ( USDA ), diakses dalam

http://www.ers.usda.gov/ersDownloadHandler.ashx?file=/media/1156 829/err153.pdf. ( 07/02/2014, 6:50 WIB )

George Fane, Peter Warr.2007. Agricultural Protection in Importin Country: Indonesia, paper for Australian Agricultural and Resoyrce Economic


(33)

Society Annual Conference on February 2007, Australian National University, diakses dalam

http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/10362/1/cp07fa03.pd

( 24/01/2014, 9:54 WIB )

Gregory C. Chow.2004. Economic Reform and Growth in China, Annals of Economic and Finance 5. United States of America: Department of Economics Princeton University. Copyrights by Peking University Press. Diakses dalam http://ftp.aefweb.net/AefArticles/aef050107.pdf

( 16/12/2013, 10.08 WIB )

Gunawan Wiradi.2005. Politik Pertanian/Agraria di Indonesia Dari Masa ke Masa, Cisarua: Bogor, makalah diakses dalam

http://www.kpa.or.id/wp-content/uploads/2011/11/02-05-05_-GWR-Politik-Pertanian.pdf ( 27/02/2014, 6:51 WIB )

Hunter Colby, Xinshen Diao, and Francis Tuan.2001. China’s WTO

Accession: Conflicts With Domestic Agricultural Policies and Institutions, Trade and Macroeconomic Division, International Food Policy Research Institute, Washington: United States of America, diakses dalam

http://www.glow-boell.de/media/de/txt_rubrik_5/SuS_Arze_RuralWomen.pdf ( 13/12/2014, 8:35 WIB )

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009, Tentang Kebijakan Perberasan, diakses dalam

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/16845/INPRES0072009.pdf

( 08/02/2014, 8:09 WIB )

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahn 2012, Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, diakses

http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/816.pdf ( 08/02/2014, 8:12 WIB )


(34)

Jikun Huang and Scott Rozelle, Agricultural Developmentand Policy Before and After China’s WTO Accession, jurnal yang diakses dari

http://epress.anu.edu.au/wp-content/uploads/2011/02/ch0217.pdf

Jikun Huang and Scott Rozelle.2009. Agricultural Development and Nutrition: The Policies Behind China’s Success. Occasional Paper No.19, World Food Programme Organization. Paper yang diakses dalam

http://home.wfp.org/stellent/groups/public/documents/newsroom/wfp2 13339.pdf ( 04/02/2014, 8:43 WIB )

Kathleen Mullen, Dongsheng Sung and co. 2004. Agriculture Policy Interventions in Developing Countries: Mapping The Nature, Degree, and Progress of Reforms, Washington D.C : International Food Policy Research Institute, diakses dari

http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/20081/1/sp04mu03.pdf

KRKP Policy Paper, Harga Pembelian Pemerintah ( HPP ) dan Kesejahteraan Petani, diakses dalam http://kedaulatanpangan.net/wp-content/uploads/2012/11/Policy-Paper-HPP-3-2012.pdf ( 02/03/2014, 7:16 WIB )

Marcelle Thomas, David Orden, Agricultural Policies in Indonesia: Producer Support Estimates 1985 – 2003, MTID Discussion Paper No.78, Market, Trade, and Institutions Division, Washington D.C: International Food Research Institute, United States of America, diakses dalam

http://www.ifpri.org/sites/default/files/publications/mtidp78.pdf

( 27/02/2014, 7:26 WIB )

Mark Horton and Asmaa El-Ganainy, What is Fiscal Policy?, Finance and Development edisi Juni 2009, hal. 52- 53, diakses dalam


(35)

Murray N. Rothbard. 1986. Protectionism and the Destruction of Prosperity, Mises Institute, University of Nevada, Las Vegas, diakses dalam

http://mises.org/rothbard/protectionism.PDF

Ni Hongxing.2013. Agricultural Domestic Support and Sustainable

Development in China, International Centre for Trade and Sustainable Development ( ICSTD ), International Environment House 2, Geneva, Switzerland, diakses dalam

http://mercury.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/164166/ipublicationdo

cument_singledocument/e9a13968-c3bc-4cd3-9b93- e541f6708a4a/en/agricultural-domestic-support-and-sustainable-development-in-china_ENGLISH.pdf. ( 01/02/2014, 6:53 WIB )

OECD ( Organization of Economic Cooperation Development ), Kebijakan – Kebijakan Dalam Bidang Pertanian: Pemantauan dan Evaluasi 2013 Negara – Negara Berkembang: Indonesia, diakses dalam

http://www.oecd.org/tad/agricultural-policies/AgMon_2013_Indonesia_IDN.pdf ( 26/02/2014, 9:28 WIB ) Patrick Love and Ralph Palttimore.2009. Protectionism? Tariffs and Other

Barriers to Trade.International Trade: Free, Fair, and Open?, OECD Publishing, http://dx.doi.org/10.1787/9789264060265-5-en diakses

dalam

http://www.oecd-ilibrary.org/docserver/download/0109121ec005.pdf?expires=1388279 291&id=id&accname=guest&checksum=18049D9315884874947D60 3C8E9B95B7

Richard Barichello, Arianto Patunru.2009. Agriculture in Indonesia: Lagging Performance and Difficult Choices, A publication of the Agricultural and Applied Economic Association ( AAEA ), CHOICES: The Magazine of Food, Farm, and Resource Issues, diakses dalam

http://farmdoc.illinois.edu/policy/choices/20092/theme2/2009-2-09.pdf ( 27/12/2014, 7:27 WIB )


(36)

Scott Pearson, Professor of Agricultural Economics at The Food Research Institute, Stanford University, diakses dari

http://www.stanford.edu/group/FRI/indonesia/newregional/lectures/le cture1/lecture1BW.pdf ( 18/12/2013, 9:52 WIB )

Sean D. Ehrlich, Is Fair Trade Just Protectionism in Disguise?, Department of Political Science, Florida State University, Tallahassee, Florida.

Diakses dalam

http://polisci.fsu.edu/research/documents/fair%20trade.pdf

Sherman Robinson and co.1997. Rice Pric Policies in Indonesia: A Computable General Equilibrium ( CGE ) Analysis, Trade and Macroeconomic Division, International Food Research Institute, Washington: United States of America, diakses dalam

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.139.6362&r ep=rep1&type=pdf ( 07/02/2014, 6:12 WIB )

Shi Zheng, Dayton Lambert and co.2013. Effects of Agricultural Subsidy Policies on Comparative Advantage and Production Protection in China: An Application with Policy Analysis Matrix Model, The Chinese Economy vol. 46 no.1 January – February 2013, diakses dalam

http://www.researchgate.net/publication/235224692_Effects_of_Agric ultural_Subsidy_Policies_on_Comparative_Advantage_and_Productio n_Protection_in_China_An_Application_with_a_Policy_Analysis_Ma trix_Model/file/d912f5127766d85e53.pdf. ( 08/02/2014, 8:14 WIB )

Sudi Mardianto, Mewa Ariani.2004. Kebijakan Proteksi dan Promosi Komoditas Beras di Asia dan Prospek Pengembangannya di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, diakses dalam

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART02-4b.pdf


(37)

Trade Liberalization and Employment, Working Party on The Social Dimension of Globalization, International Labour Office Governing Body, International Labour Organization ( ILO ), November 2001, Jenewa, diakses dalam

http://www.ilo.org/public/english/standards/relm/gb/docs/gb282/pdf/s dg-2.pdf ( 26/12/2013, 9:39 WIB )

Victor Ognivtsev, 2005, Economic Liberalization as a Driving Force of Globalization: Experiences of Countries in North and Central Asia, 29 September, Moskow: Trade Analysis Branch, DITC, UNCTAD, diakses dalam

http://www.unescap.org/tid/projects/globalize_wgvictor.pdf

( 26/12/2013, 9:38 WIB )

Wing Thye Woo, Chang Hong,”Indonesia’s Economic Performance in Comparative Perspectives and A New Policy Framework for 2049“,

University of California, Central University of Finance and Economics, Beijing, Clark University, Worcester. Final editing 1 January 2010. Diakses dari

<http://www.econ.ucdavis.edu/faculty/woo/SEA%20for%20webpage/

2010-1-1.Woo.Indonesia-Need%20for%20New%20Policy%20Framework.pdf>, ( 18/12/2013, 20:23 WIB )

http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter4/chapter40405.htm, 13/12/2013 8:34 WIB

http://www.investorwords.com/2153/GDP.html, diakses ( 23/12/2013, 11:37 WIB )

https://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=2150 ( 23/12/2013, 11:22 WIB )

http://www.unicef.org/crc/files/Definitions.pdf ( 25/01/2014, 8:03 WIB )

http://www.wto.org/english/thewto_e/glossary_e/glossary_e.htm

( 28/01/2014, 08:01 WIB )

http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/14-ag.pdf ( 25/01/2014, 7:12 WIB )


(38)

http://docsonline.wto.org/imrd/directdoc.asp?DDFDocuments/t/WT/ACC/CH N38R3.doc ( 28/01/2014, 8:07 WIB )

http://www.heritage.org/index/pdf/2013/countries/indonesia.pdf ( 09/01/2014, 5:42 WIB )


(1)

Society Annual Conference on February 2007, Australian National University, diakses dalam

http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/10362/1/cp07fa03.pd ( 24/01/2014, 9:54 WIB )

Gregory C. Chow.2004. Economic Reform and Growth in China, Annals of Economic and Finance 5. United States of America: Department of Economics Princeton University. Copyrights by Peking University Press. Diakses dalam http://ftp.aefweb.net/AefArticles/aef050107.pdf ( 16/12/2013, 10.08 WIB )

Gunawan Wiradi.2005. Politik Pertanian/Agraria di Indonesia Dari Masa ke Masa, Cisarua: Bogor, makalah diakses dalam

http://www.kpa.or.id/wp-content/uploads/2011/11/02-05-05_-GWR-Politik-Pertanian.pdf ( 27/02/2014, 6:51 WIB )

Hunter Colby, Xinshen Diao, and Francis Tuan.2001. China’s WTO Accession: Conflicts With Domestic Agricultural Policies and Institutions, Trade and Macroeconomic Division, International Food Policy Research Institute, Washington: United States of America, diakses dalam

http://www.glow-boell.de/media/de/txt_rubrik_5/SuS_Arze_RuralWomen.pdf ( 13/12/2014, 8:35 WIB )

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009, Tentang Kebijakan Perberasan, diakses dalam

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/16845/INPRES0072009.pdf ( 08/02/2014, 8:09 WIB )

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahn 2012, Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, diakses

http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/816.pdf ( 08/02/2014, 8:12 WIB )


(2)

Jikun Huang and Scott Rozelle, Agricultural Developmentand Policy Before and After China’s WTO Accession, jurnal yang diakses dari http://epress.anu.edu.au/wp-content/uploads/2011/02/ch0217.pdf

Jikun Huang and Scott Rozelle.2009. Agricultural Development and Nutrition: The Policies Behind China’s Success. Occasional Paper No.19, World Food Programme Organization. Paper yang diakses dalam

http://home.wfp.org/stellent/groups/public/documents/newsroom/wfp2 13339.pdf ( 04/02/2014, 8:43 WIB )

Kathleen Mullen, Dongsheng Sung and co. 2004. Agriculture Policy Interventions in Developing Countries: Mapping The Nature, Degree, and Progress of Reforms, Washington D.C : International Food Policy Research Institute, diakses dari http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/20081/1/sp04mu03.pdf

KRKP Policy Paper, Harga Pembelian Pemerintah ( HPP ) dan Kesejahteraan Petani, diakses dalam http://kedaulatanpangan.net/wp-content/uploads/2012/11/Policy-Paper-HPP-3-2012.pdf ( 02/03/2014, 7:16 WIB )

Marcelle Thomas, David Orden, Agricultural Policies in Indonesia: Producer Support Estimates 1985 – 2003, MTID Discussion Paper No.78, Market, Trade, and Institutions Division, Washington D.C: International Food Research Institute, United States of America, diakses dalam

http://www.ifpri.org/sites/default/files/publications/mtidp78.pdf ( 27/02/2014, 7:26 WIB )

Mark Horton and Asmaa El-Ganainy, What is Fiscal Policy?, Finance and Development edisi Juni 2009, hal. 52- 53, diakses dalam http://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2009/06/pdf/basics.pdf


(3)

Murray N. Rothbard. 1986. Protectionism and the Destruction of Prosperity, Mises Institute, University of Nevada, Las Vegas, diakses dalam http://mises.org/rothbard/protectionism.PDF

Ni Hongxing.2013. Agricultural Domestic Support and Sustainable

Development in China, International Centre for Trade and Sustainable Development ( ICSTD ), International Environment House 2, Geneva, Switzerland, diakses dalam

http://mercury.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/164166/ipublicationdo

cument_singledocument/e9a13968-c3bc-4cd3-9b93- e541f6708a4a/en/agricultural-domestic-support-and-sustainable-development-in-china_ENGLISH.pdf. ( 01/02/2014, 6:53 WIB ) OECD ( Organization of Economic Cooperation Development ), Kebijakan

– Kebijakan Dalam Bidang Pertanian: Pemantauan dan Evaluasi 2013 Negara – Negara Berkembang: Indonesia, diakses dalam

http://www.oecd.org/tad/agricultural-policies/AgMon_2013_Indonesia_IDN.pdf ( 26/02/2014, 9:28 WIB ) Patrick Love and Ralph Palttimore.2009. Protectionism? Tariffs and Other

Barriers to Trade.International Trade: Free, Fair, and Open?, OECD Publishing, http://dx.doi.org/10.1787/9789264060265-5-en diakses

dalam

http://www.oecd-ilibrary.org/docserver/download/0109121ec005.pdf?expires=1388279 291&id=id&accname=guest&checksum=18049D9315884874947D60 3C8E9B95B7

Richard Barichello, Arianto Patunru.2009. Agriculture in Indonesia: Lagging Performance and Difficult Choices, A publication of the Agricultural and Applied Economic Association ( AAEA ), CHOICES: The Magazine of Food, Farm, and Resource Issues, diakses dalam http://farmdoc.illinois.edu/policy/choices/20092/theme2/2009-2-09.pdf ( 27/12/2014, 7:27 WIB )


(4)

Scott Pearson, Professor of Agricultural Economics at The Food Research Institute, Stanford University, diakses dari

http://www.stanford.edu/group/FRI/indonesia/newregional/lectures/le cture1/lecture1BW.pdf ( 18/12/2013, 9:52 WIB )

Sean D. Ehrlich, Is Fair Trade Just Protectionism in Disguise?, Department of Political Science, Florida State University, Tallahassee, Florida.

Diakses dalam

http://polisci.fsu.edu/research/documents/fair%20trade.pdf

Sherman Robinson and co.1997. Rice Pric Policies in Indonesia: A Computable General Equilibrium ( CGE ) Analysis, Trade and Macroeconomic Division, International Food Research Institute, Washington: United States of America, diakses dalam

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.139.6362&r ep=rep1&type=pdf ( 07/02/2014, 6:12 WIB )

Shi Zheng, Dayton Lambert and co.2013. Effects of Agricultural Subsidy Policies on Comparative Advantage and Production Protection in China: An Application with Policy Analysis Matrix Model, The Chinese Economy vol. 46 no.1 January – February 2013, diakses dalam

http://www.researchgate.net/publication/235224692_Effects_of_Agric ultural_Subsidy_Policies_on_Comparative_Advantage_and_Productio n_Protection_in_China_An_Application_with_a_Policy_Analysis_Ma trix_Model/file/d912f5127766d85e53.pdf. ( 08/02/2014, 8:14 WIB )

Sudi Mardianto, Mewa Ariani.2004. Kebijakan Proteksi dan Promosi Komoditas Beras di Asia dan Prospek Pengembangannya di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, diakses dalam

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART02-4b.pdf ( 17/12/2013, 11:00 WIB )


(5)

Trade Liberalization and Employment, Working Party on The Social Dimension of Globalization, International Labour Office Governing Body, International Labour Organization ( ILO ), November 2001, Jenewa, diakses dalam

http://www.ilo.org/public/english/standards/relm/gb/docs/gb282/pdf/s dg-2.pdf ( 26/12/2013, 9:39 WIB )

Victor Ognivtsev, 2005, Economic Liberalization as a Driving Force of Globalization: Experiences of Countries in North and Central Asia, 29 September, Moskow: Trade Analysis Branch, DITC, UNCTAD, diakses dalam

http://www.unescap.org/tid/projects/globalize_wgvictor.pdf ( 26/12/2013, 9:38 WIB )

Wing Thye Woo, Chang Hong,”Indonesia’s Economic Performance in

Comparative Perspectives and A New Policy Framework for 2049 “, University of California, Central University of Finance and

Economics, Beijing, Clark University, Worcester. Final editing 1 January 2010. Diakses dari

<http://www.econ.ucdavis.edu/faculty/woo/SEA%20for%20webpage/

2010-1-1.Woo.Indonesia-Need%20for%20New%20Policy%20Framework.pdf>, ( 18/12/2013, 20:23 WIB )

http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter4/chapter40405.htm, 13/12/2013 8:34 WIB

http://www.investorwords.com/2153/GDP.html, diakses ( 23/12/2013, 11:37 WIB )

https://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=2150 ( 23/12/2013, 11:22 WIB ) http://www.unicef.org/crc/files/Definitions.pdf ( 25/01/2014, 8:03 WIB ) http://www.wto.org/english/thewto_e/glossary_e/glossary_e.htm

( 28/01/2014, 08:01 WIB )

http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/14-ag.pdf ( 25/01/2014, 7:12 WIB )


(6)

http://docsonline.wto.org/imrd/directdoc.asp?DDFDocuments/t/WT/ACC/CH N38R3.doc ( 28/01/2014, 8:07 WIB )

http://www.heritage.org/index/pdf/2013/countries/indonesia.pdf ( 09/01/2014, 5:42 WIB )