KONSTRUKSI PEMBERITAAN PENGHENTIAN KASUS HUKUM SOEHARTO Analisis Framing Teks Berita pada Harian Kompas dan Media Indonesia Periode 11 Mei – 14 Mei 2006
KONSTRUKSI PEMBERITAAN PENGHENTIAN KASUSHUKUM
SOEHARTOAnalisis Framing Teks Berita pada Harian Kompas dan
Media IndonesiaPeriode 11 Mei – 14 Mei 2006
Oleh: Eka Dania Sulistyowati ( 02220050 )
COMMUNICATION SCIENCE
Dibuat: 20070821 , dengan 3 file(s).
Keywords: ABSTRAK
Eka Dania Sulistyowati, 02220050
KONSTRUKSI PEMBERITAAN PENGHENTIAN KASUS HUKUM SOEHARTO
Analisis Framing Teks Berita pada Harian Kompas dan Media Indonesia Periode 11 Mei – 14
Mei 2006.
Pembimbing: Jamroji, S.sos dan Drs. Abdullah Masmuh, M.Si
(xv + 121 + 13 tabel + 3 gambar + 12 lampiran)
Bibliografi; 22 buku, 6 artikel
Kata Kunci: Konstruksi, penghentian kasus hukum, analisis framing
Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jalan panjang penyelesaian kasus
hukum Soeharto kembali diperkarakan. Pada tanggal 10 Mei 2006, pemerintah menyatakan
untuk menghentikan kasus hukum Soeharto, dengan alasan kondisi kesehatan Soeharto yang
tidak layak disidangkan. Sementara itu pihak Kejaksaan telah menerbitkan SKPP, isinya tentu
saja ingin memberikan penjelasan bahwa penuntutan terhadap Soeharto telah ditutup. Peristiwa
mengenai Soeharto tersebut menjadi berita yang bernilai tinggi bagi beberapa media termasuk
Kompas dan Media Indonesia. Media bukanlah sekedar alat untuk menyalurkan pesan saja,
didalamnya ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya. Konstruksi realitas tentang penghentian kasus hukum Soeharto yang dilakukan
oleh Kompas dan Media Indonesia diduga berbeda, untuk itulah penelitian ini perlu dilakukan
untuk melihat bagaimana Kompas dan Media Indonesia melakukan pengkonstruksian
pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada periode 11 Mei sampai 14 Mei 2006.
Selain mengetahui konstruksinya, penelitian ini juga ingin mengetahui perbandingan konstruksi
berita antara kedua surat kabar tersebut.
Dalam mengkonstruksi realitas sosial, media selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
cara pemberitaan setiap media selalu berbedabeda.Ada tiga pendekatan yang dapat menjelaskan
ketika media memberitakan suatu peristiwa dengan orientasi tertentu, pendekatan tersebut
adalah: pendekatan ekonomi politik, pendekatan organisasi dan pendekatan kulturalis.
Pendekatan ini akan dihubungkan dengan hasil analisis, sehingga penelitian ini dapat mengetahui
pendekatan apa yang digunakan kedua surat kabar tersebut dalam mengkonstruksi pemberitaan
penghentian kasus hukum Soeharto.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing. Pada dasarnya analisis ini ingin membedah
caracara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta yang dimunculkan. Model framing yang
digunakan adalah model Robert N. Entman. Pemilihan model analisis tersebut didasarkan
pertimbangan bahwa metode yang dibangun oleh Entman lebih menekankan kerangka berpikir,
perspektif dan cara pandang media terhadap peristiwa yang diwacanakan. Secara ringkas ada
empat struktur besar untuk menandai suatu framing dari berita yaitu define problem, diagnose
causes, make moral judgement, dan treatment recommendation.
Hasil penelitian terhadap konstruksi pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada harian
Kompas dan Media Indonesia sebagai berikut: Kompas mengidentifikasikan peristiwa tersebut
sebagai aspek hukum dan demokrasi. Sedangkan dalam mendefinisikan apa dan siapa yang
menjadi penyebab permasalahan, Kompas memberitakan karena kondisi kesehatan Soeharto dan
menuduh pemerintah dan penegak hukum sebagai penyebab permasalahan sehingga melahirkan
kompleksitas masalah moral dan demokrasi.
Disisi lain, penghentian tersebut dinilai untuk menghormati jasajasa Soeharto. Kompas
rekomendasikan agar permasalahan tersebut tetap diproses secara hukum dan berharap adanya
terobosan hukum agar penyelesaian kasus Soeharto lebih elegan.
Bagi Media Indonesia peristiwa tersebut diidentifikasikan sebagai masalah hukum, moralitas dan
politik. Mengenai apa dan siapa penyebab permasalahan, Media Indonesia mewacanakan karena
kondisi kesehatan Soeharto yang semakin memburuk dan menuduh presiden sebagi penyebab
permasalahan, karena dinilai telah menundanunda permasalahan. Media Indonesia menilai
bahwa tindakan penghentian kasus hukum tersebut merupakan cermin sikap dan perlakuan
bangsa kita terhadap para mantan presiden kita. Media Indonesia merekomendasikan agar kasus
Soeharto segera diputuskan.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan satu pemikiran bahwa konstruksi realitas penghentian
kasus hukum Soeharto pada harian Kompas dan Media Indonesia memiliki kesamaan peristiwa
mengenai apa yang menjadi penyebab permasalahan. Sedangkan perbedaannya dapat dilihat
bagaimana kedua media ini mengidentifikasikan permasalahan hingga pencarian terhadap siapa
yang menjadi penyebab serta dampak yang muncul sekaligus penawaran jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Adanya pemilihan pengkonstruksian itu tentu dipengaruhi oleh ideologi
media yang bersangkutan. Ideologi yang dipakai Kompas dalam mengkonstruksikan pemberitaan
tersebut adalah ideologi profesionalisme. Disini ideologi Kompas selalu berdasarkan pada visi
dan strategi mereka dalam mengkonstruksikan peristiwa tersebut. Sehingga pengkonstruksian
tersebut murni dilihat sebagai nilai berita tanpa ada pandangan lain yang mempengaruhi. Maka
cara pemberitaan Kompas tersebut lebih condong pada pendekatan organisasi. Sedangkan Media
Indonesia lebih condong pada pendekatan ekonomi politik, karena dalam pembentukan berita
tersebut telah dipengaruhi oleh ideologi pemilik media. Adanya hubungan bisnis di masa lalu
antara Surya Paloh dengan keluarga Soeharto, maka ikut membatasi atas fakta yang muncul.
Sehingga pemberitaan mengenai Soeharto ini benarbenar telah dikontrol dan diarahkan sesuai
dengan kepentingan pemilik modal saat itu.
ABSTRAK
Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jalan panjang penyelesaian kasus
hukum Soeharto kembali diperkarakan. Pada tanggal 10 Mei 2006, pemerintah menyatakan
untuk menghentikan kasus hukum Soeharto, dengan alasan kondisi kesehatan Soeharto yang
tidak layak disidangkan. Sementara itu pihak Kejaksaan telah menerbitkan SKPP, isinya tentu
saja ingin memberikan penjelasan bahwa penuntutan terhadap Soeharto telah ditutup. Peristiwa
mengenai Soeharto tersebut menjadi berita yang bernilai tinggi bagi beberapa media termasuk
Kompas dan Media Indonesia. Media bukanlah sekedar alat untuk menyalurkan pesan saja,
didalamnya ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya. Konstruksi realitas tentang penghentian kasus hukum Soeharto yang dilakukan
oleh Kompas dan Media Indonesia diduga berbeda, untuk itulah penelitian ini perlu dilakukan
untuk melihat bagaimana Kompas dan Media Indonesia melakukan pengkonstruksian
pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada periode 11 Mei sampai 14 Mei 2006.
Selain mengetahui konstruksinya, penelitian ini juga ingin mengetahui perbandingan konstruksi
berita antara kedua surat kabar tersebut.
Dalam mengkonstruksi realitas sosial, media selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
cara pemberitaan setiap media selalu berbedabeda.Ada tiga pendekatan yang dapat menjelaskan
ketika media memberitakan suatu peristiwa dengan orientasi tertentu, pendekatan tersebut
adalah: pendekatan ekonomi politik, pendekatan organisasi dan pendekatan kulturalis.
Pendekatan ini akan dihubungkan dengan hasil analisis, sehingga penelitian ini dapat mengetahui
pendekatan apa yang digunakan kedua surat kabar tersebut dalam mengkonstruksi pemberitaan
penghentian kasus hukum Soeharto.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing. Pada dasarnya analisis ini ingin membedah
caracara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta yang dimunculkan. Model framing yang
digunakan adalah model Robert N. Entman. Pemilihan model analisis tersebut didasarkan
pertimbangan bahwa metode yang dibangun oleh Entman lebih menekankan kerangka berpikir,
perspektif dan cara pandang media terhadap peristiwa yang diwacanakan. Secara ringkas ada
empat struktur besar untuk menandai suatu framing dari berita yaitu define problem, diagnose
causes, make moral judgement, dan treatment recommendation.
Hasil penelitian terhadap konstruksi pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada harian
Kompas dan Media Indonesia sebagai berikut: Kompas mengidentifikasikan peristiwa tersebut
sebagai aspek hukum dan demokrasi. Sedangkan dalam mendefinisikan apa dan siapa yang
menjadi penyebab permasalahan, Kompas memberitakan karena kondisi kesehatan Soeharto dan
menuduh pemerintah dan penegak hukum sebagai penyebab permasalahan sehingga melahirkan
kompleksitas masalah moral dan demokrasi.
Disisi lain, penghentian tersebut dinilai untuk menghormati jasajasa Soeharto. Kompas
rekomendasikan agar permasalahan tersebut tetap diproses secara hukum dan berharap adanya
terobosan hukum agar penyelesaian kasus Soeharto lebih elegan.
Bagi Media Indonesia peristiwa tersebut diidentifikasikan sebagai masalah hukum, moralitas dan
politik. Mengenai apa dan siapa penyebab permasalahan, Media Indonesia mewacanakan karena
kondisi kesehatan Soeharto yang semakin memburuk dan menuduh presiden sebagi penyebab
permasalahan, karena dinilai telah menundanunda permasalahan. Media Indonesia menilai
bahwa tindakan penghentian kasus hukum tersebut merupakan cermin sikap dan perlakuan
bangsa kita terhadap para mantan presiden kita. Media Indonesia merekomendasikan agar kasus
Soeharto segera diputuskan.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan satu pemikiran bahwa konstruksi realitas penghentian
kasus hukum Soeharto pada harian Kompas dan Media Indonesia memiliki kesamaan peristiwa
mengenai apa yang menjadi penyebab permasalahan. Sedangkan perbedaannya dapat dilihat
bagaimana kedua media ini mengidentifikasikan permasalahan hingga pencarian terhadap siapa
yang menjadi penyebab serta dampak yang muncul sekaligus penawaran jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Adanya pemilihan pengkonstruksian itu tentu dipengaruhi oleh ideologi
media yang bersangkutan. Ideologi yang dipakai Kompas dalam mengkonstruksikan pemberitaan
tersebut adalah ideologi profesionalisme. Disini ideologi Kompas selalu berdasarkan pada visi
dan strategi mereka dalam mengkonstruksikan peristiwa tersebut. Sehingga pengkonstruksian
tersebut murni dilihat sebagai nilai berita tanpa ada pandangan lain yang mempengaruhi. Maka
cara pemberitaan Kompas tersebut lebih condong pada pendekatan organisasi. Sedangkan Media
Indonesia lebih condong pada pendekatan ekonomi politik, karena dalam pembentukan berita
tersebut telah dipengaruhi oleh ideologi pemilik media. Adanya hubungan bisnis di masa lalu
antara Surya Paloh dengan keluarga Soeharto, maka ikut membatasi atas fakta yang muncul.
Sehingga pemberitaan mengenai Soeharto ini benarbenar telah dikontrol dan diarahkan sesuai
dengan kepentingan pemilik modal saat itu.
SOEHARTOAnalisis Framing Teks Berita pada Harian Kompas dan
Media IndonesiaPeriode 11 Mei – 14 Mei 2006
Oleh: Eka Dania Sulistyowati ( 02220050 )
COMMUNICATION SCIENCE
Dibuat: 20070821 , dengan 3 file(s).
Keywords: ABSTRAK
Eka Dania Sulistyowati, 02220050
KONSTRUKSI PEMBERITAAN PENGHENTIAN KASUS HUKUM SOEHARTO
Analisis Framing Teks Berita pada Harian Kompas dan Media Indonesia Periode 11 Mei – 14
Mei 2006.
Pembimbing: Jamroji, S.sos dan Drs. Abdullah Masmuh, M.Si
(xv + 121 + 13 tabel + 3 gambar + 12 lampiran)
Bibliografi; 22 buku, 6 artikel
Kata Kunci: Konstruksi, penghentian kasus hukum, analisis framing
Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jalan panjang penyelesaian kasus
hukum Soeharto kembali diperkarakan. Pada tanggal 10 Mei 2006, pemerintah menyatakan
untuk menghentikan kasus hukum Soeharto, dengan alasan kondisi kesehatan Soeharto yang
tidak layak disidangkan. Sementara itu pihak Kejaksaan telah menerbitkan SKPP, isinya tentu
saja ingin memberikan penjelasan bahwa penuntutan terhadap Soeharto telah ditutup. Peristiwa
mengenai Soeharto tersebut menjadi berita yang bernilai tinggi bagi beberapa media termasuk
Kompas dan Media Indonesia. Media bukanlah sekedar alat untuk menyalurkan pesan saja,
didalamnya ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya. Konstruksi realitas tentang penghentian kasus hukum Soeharto yang dilakukan
oleh Kompas dan Media Indonesia diduga berbeda, untuk itulah penelitian ini perlu dilakukan
untuk melihat bagaimana Kompas dan Media Indonesia melakukan pengkonstruksian
pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada periode 11 Mei sampai 14 Mei 2006.
Selain mengetahui konstruksinya, penelitian ini juga ingin mengetahui perbandingan konstruksi
berita antara kedua surat kabar tersebut.
Dalam mengkonstruksi realitas sosial, media selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
cara pemberitaan setiap media selalu berbedabeda.Ada tiga pendekatan yang dapat menjelaskan
ketika media memberitakan suatu peristiwa dengan orientasi tertentu, pendekatan tersebut
adalah: pendekatan ekonomi politik, pendekatan organisasi dan pendekatan kulturalis.
Pendekatan ini akan dihubungkan dengan hasil analisis, sehingga penelitian ini dapat mengetahui
pendekatan apa yang digunakan kedua surat kabar tersebut dalam mengkonstruksi pemberitaan
penghentian kasus hukum Soeharto.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing. Pada dasarnya analisis ini ingin membedah
caracara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta yang dimunculkan. Model framing yang
digunakan adalah model Robert N. Entman. Pemilihan model analisis tersebut didasarkan
pertimbangan bahwa metode yang dibangun oleh Entman lebih menekankan kerangka berpikir,
perspektif dan cara pandang media terhadap peristiwa yang diwacanakan. Secara ringkas ada
empat struktur besar untuk menandai suatu framing dari berita yaitu define problem, diagnose
causes, make moral judgement, dan treatment recommendation.
Hasil penelitian terhadap konstruksi pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada harian
Kompas dan Media Indonesia sebagai berikut: Kompas mengidentifikasikan peristiwa tersebut
sebagai aspek hukum dan demokrasi. Sedangkan dalam mendefinisikan apa dan siapa yang
menjadi penyebab permasalahan, Kompas memberitakan karena kondisi kesehatan Soeharto dan
menuduh pemerintah dan penegak hukum sebagai penyebab permasalahan sehingga melahirkan
kompleksitas masalah moral dan demokrasi.
Disisi lain, penghentian tersebut dinilai untuk menghormati jasajasa Soeharto. Kompas
rekomendasikan agar permasalahan tersebut tetap diproses secara hukum dan berharap adanya
terobosan hukum agar penyelesaian kasus Soeharto lebih elegan.
Bagi Media Indonesia peristiwa tersebut diidentifikasikan sebagai masalah hukum, moralitas dan
politik. Mengenai apa dan siapa penyebab permasalahan, Media Indonesia mewacanakan karena
kondisi kesehatan Soeharto yang semakin memburuk dan menuduh presiden sebagi penyebab
permasalahan, karena dinilai telah menundanunda permasalahan. Media Indonesia menilai
bahwa tindakan penghentian kasus hukum tersebut merupakan cermin sikap dan perlakuan
bangsa kita terhadap para mantan presiden kita. Media Indonesia merekomendasikan agar kasus
Soeharto segera diputuskan.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan satu pemikiran bahwa konstruksi realitas penghentian
kasus hukum Soeharto pada harian Kompas dan Media Indonesia memiliki kesamaan peristiwa
mengenai apa yang menjadi penyebab permasalahan. Sedangkan perbedaannya dapat dilihat
bagaimana kedua media ini mengidentifikasikan permasalahan hingga pencarian terhadap siapa
yang menjadi penyebab serta dampak yang muncul sekaligus penawaran jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Adanya pemilihan pengkonstruksian itu tentu dipengaruhi oleh ideologi
media yang bersangkutan. Ideologi yang dipakai Kompas dalam mengkonstruksikan pemberitaan
tersebut adalah ideologi profesionalisme. Disini ideologi Kompas selalu berdasarkan pada visi
dan strategi mereka dalam mengkonstruksikan peristiwa tersebut. Sehingga pengkonstruksian
tersebut murni dilihat sebagai nilai berita tanpa ada pandangan lain yang mempengaruhi. Maka
cara pemberitaan Kompas tersebut lebih condong pada pendekatan organisasi. Sedangkan Media
Indonesia lebih condong pada pendekatan ekonomi politik, karena dalam pembentukan berita
tersebut telah dipengaruhi oleh ideologi pemilik media. Adanya hubungan bisnis di masa lalu
antara Surya Paloh dengan keluarga Soeharto, maka ikut membatasi atas fakta yang muncul.
Sehingga pemberitaan mengenai Soeharto ini benarbenar telah dikontrol dan diarahkan sesuai
dengan kepentingan pemilik modal saat itu.
ABSTRAK
Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jalan panjang penyelesaian kasus
hukum Soeharto kembali diperkarakan. Pada tanggal 10 Mei 2006, pemerintah menyatakan
untuk menghentikan kasus hukum Soeharto, dengan alasan kondisi kesehatan Soeharto yang
tidak layak disidangkan. Sementara itu pihak Kejaksaan telah menerbitkan SKPP, isinya tentu
saja ingin memberikan penjelasan bahwa penuntutan terhadap Soeharto telah ditutup. Peristiwa
mengenai Soeharto tersebut menjadi berita yang bernilai tinggi bagi beberapa media termasuk
Kompas dan Media Indonesia. Media bukanlah sekedar alat untuk menyalurkan pesan saja,
didalamnya ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya. Konstruksi realitas tentang penghentian kasus hukum Soeharto yang dilakukan
oleh Kompas dan Media Indonesia diduga berbeda, untuk itulah penelitian ini perlu dilakukan
untuk melihat bagaimana Kompas dan Media Indonesia melakukan pengkonstruksian
pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada periode 11 Mei sampai 14 Mei 2006.
Selain mengetahui konstruksinya, penelitian ini juga ingin mengetahui perbandingan konstruksi
berita antara kedua surat kabar tersebut.
Dalam mengkonstruksi realitas sosial, media selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
cara pemberitaan setiap media selalu berbedabeda.Ada tiga pendekatan yang dapat menjelaskan
ketika media memberitakan suatu peristiwa dengan orientasi tertentu, pendekatan tersebut
adalah: pendekatan ekonomi politik, pendekatan organisasi dan pendekatan kulturalis.
Pendekatan ini akan dihubungkan dengan hasil analisis, sehingga penelitian ini dapat mengetahui
pendekatan apa yang digunakan kedua surat kabar tersebut dalam mengkonstruksi pemberitaan
penghentian kasus hukum Soeharto.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing. Pada dasarnya analisis ini ingin membedah
caracara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta yang dimunculkan. Model framing yang
digunakan adalah model Robert N. Entman. Pemilihan model analisis tersebut didasarkan
pertimbangan bahwa metode yang dibangun oleh Entman lebih menekankan kerangka berpikir,
perspektif dan cara pandang media terhadap peristiwa yang diwacanakan. Secara ringkas ada
empat struktur besar untuk menandai suatu framing dari berita yaitu define problem, diagnose
causes, make moral judgement, dan treatment recommendation.
Hasil penelitian terhadap konstruksi pemberitaan penghentian kasus hukum Soeharto pada harian
Kompas dan Media Indonesia sebagai berikut: Kompas mengidentifikasikan peristiwa tersebut
sebagai aspek hukum dan demokrasi. Sedangkan dalam mendefinisikan apa dan siapa yang
menjadi penyebab permasalahan, Kompas memberitakan karena kondisi kesehatan Soeharto dan
menuduh pemerintah dan penegak hukum sebagai penyebab permasalahan sehingga melahirkan
kompleksitas masalah moral dan demokrasi.
Disisi lain, penghentian tersebut dinilai untuk menghormati jasajasa Soeharto. Kompas
rekomendasikan agar permasalahan tersebut tetap diproses secara hukum dan berharap adanya
terobosan hukum agar penyelesaian kasus Soeharto lebih elegan.
Bagi Media Indonesia peristiwa tersebut diidentifikasikan sebagai masalah hukum, moralitas dan
politik. Mengenai apa dan siapa penyebab permasalahan, Media Indonesia mewacanakan karena
kondisi kesehatan Soeharto yang semakin memburuk dan menuduh presiden sebagi penyebab
permasalahan, karena dinilai telah menundanunda permasalahan. Media Indonesia menilai
bahwa tindakan penghentian kasus hukum tersebut merupakan cermin sikap dan perlakuan
bangsa kita terhadap para mantan presiden kita. Media Indonesia merekomendasikan agar kasus
Soeharto segera diputuskan.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan satu pemikiran bahwa konstruksi realitas penghentian
kasus hukum Soeharto pada harian Kompas dan Media Indonesia memiliki kesamaan peristiwa
mengenai apa yang menjadi penyebab permasalahan. Sedangkan perbedaannya dapat dilihat
bagaimana kedua media ini mengidentifikasikan permasalahan hingga pencarian terhadap siapa
yang menjadi penyebab serta dampak yang muncul sekaligus penawaran jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Adanya pemilihan pengkonstruksian itu tentu dipengaruhi oleh ideologi
media yang bersangkutan. Ideologi yang dipakai Kompas dalam mengkonstruksikan pemberitaan
tersebut adalah ideologi profesionalisme. Disini ideologi Kompas selalu berdasarkan pada visi
dan strategi mereka dalam mengkonstruksikan peristiwa tersebut. Sehingga pengkonstruksian
tersebut murni dilihat sebagai nilai berita tanpa ada pandangan lain yang mempengaruhi. Maka
cara pemberitaan Kompas tersebut lebih condong pada pendekatan organisasi. Sedangkan Media
Indonesia lebih condong pada pendekatan ekonomi politik, karena dalam pembentukan berita
tersebut telah dipengaruhi oleh ideologi pemilik media. Adanya hubungan bisnis di masa lalu
antara Surya Paloh dengan keluarga Soeharto, maka ikut membatasi atas fakta yang muncul.
Sehingga pemberitaan mengenai Soeharto ini benarbenar telah dikontrol dan diarahkan sesuai
dengan kepentingan pemilik modal saat itu.