PROBLEM-PROBLEM BELAJAR SISWA AUTIS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Autisme (autism), atau gangguan autistik, adalah salah satu gangguan terparah
di masa kanak-kanak. Autisme bersifat kronis dan berlangsung sepanjang hidup. Kata
Autisme berasal dari bahasa yunani, autos yang berarti “Self”. Cara berpikir autistik
adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dunia, percaya
bahwa kejadian-kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Gangguan autis
memiliki ciri utama yaitu gangguan pada perkembangan kemampuan interaksi sosial,
komunikasi, dan munculnya perilaku-perilaku berulang tak bertujuan (Suryaningrum
& Yuniardi, 2009 : 3).
Dapat diketahui bahwa gangguan perkembangan autis merupakan gangguan yang
berawal pada masa kanak-kanak dan berlangsung sepanjang hidup dengan ciri-ciri
adanya gangguan dalam berkomunikasi, berinteraksi dengan lingkungan luarnya,
serta adanya perilaku-perilaku berulang tak bertujuan. Tingkat perkembangan
gangguan autisme ini terus-menerus meningkat. Sebagaimana diuraikan media
elektronika Harian Kompas (2008, 8 Juni) perkembangan autisme yang terjadi
sekarang ini semakin mengkhawatirkan. Mulai dari tahun 1990-an, terjadi boom
autisme. Anak-anak yang mengalami gangguan autistik makin bertambah dari tahun
ke tahun.

Pernyataan

tersebut diuraikan lagi pada edisi media elektronika selanjutnya

Harian Kompas (2009, 21 Desember) bahwa di Indonesia, tren peningkatan jumlah
anak autis juga terlihat, meski tidak diketahui pasti berapa jumlahnya karena
pemerintah Indonesia belum pernah melakukan survei. Sedangkan menurut data
resmi yang dikeluarkan

pemerintah

AS dari Centre for Disease Control and

Prevention Amerika Serikat menyebutkan, kini 1 dari 110 anak di sana menderita
autis. Angka ini naik 57 persen dari data tahun 2002 yang memperkirakan angkanya
1 dibanding 150 anak. Disebutkan satu persen anak di sana, kini menunjukkan
beberapa gejala autisme, seperti gangguan berkomunikasi, bahasa, dan kemampuan
kognitif, mulai dari yang ringan sampai berat.

1


2

Pada anak dengan penderita autis, gangguan perkembangan yang mereka alami
sering menimbulkan berbagai macam masalah dan kesulitan dalam menjalani
kehidupan. Seperti yang kita ketahui anak penderita autis mengalami gangguan
dalam komunikasinya. Mereka kesulitan dalam menyampaikan apa yang mereka
inginkan, sulit melakukan pemahaman, dan memusatkan perhatiannya. Selain itu
masalah yang sering dialami oleh anak autis adalah tidak berperilaku sesuai dengan
lingkungan atau situasi. Perilaku tidak sesuai yang dimaksud seperti tidak mau
mengikuti arahan yang orang lain berikan, menyerang, menganggu, mengamuk, dan
lain-lain.
Pada anak autis proses pembelajaran juga dibutuhkan seperti halnya anak normal
lainnya dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan mereka. Ketika anak
berkebutuhan khusus penderita autisme memasuki dunia pendidikan. Ada banyak
pilihan dalam pelayanan pendidikan yang disediakan untuk mereka. Salah satunya
adalah sekolah inklusi. Dimana anak belajar bersama-sama dengan anak normal
lainnya dengan kurikulum yang disesuaikan. Pilihan sekolah lain untuk anak autisme
bisa belajar adalah melalui sekolah segregasi dimana mereka berbaur bersama
dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Pilihan lainnya adalah dengan sekolah

dirumah yang terfokus pada peserta didik, dan satu bentuk pelayanan yang sama
seperti sekolah inklusi adalah sekolah streaming, dimana anak langsung mengenyam
pendidikan bersama anak-anak normal lainnya. Akan tetapi bedanya tidak dibedakan
dengan anak normal lainnya.
Dengan banyaknya pilihan alternatif tersebut tentulah sangat membantu bagi
anak-anak penderita autisme untuk dapat ikut menerima pendidikan dengan
menyesuaikan dengan keadaan dirinya. Dalam rangka usaha untuk memperoleh
suatu keterampilan ataupun kecakapan yang tidak dimilikinya.
Berkenaan dengan

sekolah inklusi sebagai sarana yang disediakan untuk

pendidikan anak dengan berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajar. Pada Pasal 1
Kepmendiknas nomor 70/2009 diuraikan bahwa pendidikan inklusi diselenggarakan
bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar, memiliki keterbatasan emosional,
territorial, keterbatasan sosial maupun mereka yang memiliki keunggulan khusus dan
karena kecerdasan maupun bakat istimewanya yang dilaksanakan secara bersamaan
dengan kelas regular.

3


Perkembangan sekolah inklusi pada saat ini di Indonesia sangat diperhatikan oleh
pemerintah. Hal ini seperti pernyataan yang diuraikan dalam media elektronika
Harian Today (2011, 5 Mei) dimana Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) melalui Permendiknas No. 70/2009 meminta setiap pemerintah
kabupaten/kota untuk menerapkan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan
khusus. Langkah ini terus dikembangkan oleh pemerintah dengan mencanangkan
program Inclusive Education Award 2011. Dilaksanakannya program ini tidak lain
untuk memotivasi pemerintah kota/kabupaten agar memberikan perhatian lebih besar
terhadap perkembangan sekolah inklusi. Perhatian pemerintah atas perkembangan
sekolah inklusi ini juga terlihat dari adanya kucuran dana yang semakin besar dari
pemerintah dalam mendukung perkembangan sekolah inklusi. Dimana bantuan ini
membantu mengurangi beban dari orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus. Pernyataan ini diuraikan didalam media elektronika harian suara merdeka
(2011, 24 april).
Pada penyelenggaraan sekolah inklusi pemusatan sistem penyelenggaraan harus
berada pada keadaan yang sesuai dengan setting sekolah reguler. Dimana dalam
pendidikan sekolah inklusi memiliki kriteria dimana sekolah sangat terbuka bagi
keanekaragaman


perbedaan

atau

tidak

ada

diskriminasi

dalam

proses

penyelenggaraannya. Sekolah inklusi juga memiliki ciri-ciri mau memberikan
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan tanpa pengecualian.
Namun sistem penyelenggaraan seperti ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dimana sekolah inklusi sebagai suatu sekolah yang mau memberikan kesempatan
tanpa


terkecuali

pada

kenyataannya

memberikan

batasan

dalam

proses

penerimaannya untuk mengikuti proses pendidikan. Hal ini tidak sesuai dengan
keputusan konferensi Dakar tahun 1994. Dimana dikatakan bahwa sekolah bisa
dikatakan menerapkan pendidikan inklusi jika didalam sekolah dapat dipastikan tidak
ada diskriminasi dan semua siswa mendapatkan layanan yang berkualitas dan sesuai
di sekolah tanpa kecuali.
Selain Itu seperti diketahui bahwa pendidikan merupakan hak asasi yang paling

mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak
berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
diamanatkan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk

4

memperoleh pendidikan. Dengan demikian dapat dipahami dengan jelas bahwa
pendidikan berhak didapatkan oleh semua orang, begitu juga dengan anak
berkebutuhan khusus seperti halnya anak penderita autis. Hal ini diperkuat dalam
pernyataan The Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs
Education tahun 1994 yang secara lebih tegas menuntut agar pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus

bersifat

inklusif,

sehingga

system


pendidikan

yang

memisahkan individu dan komunitasnya merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Belajar diartikan sebagai suatu proses yang membawa suatu perubahan yang
membawa keterampilan dan kecakapan baru melalui suatu usaha-usaha tertentu
(Suryabrata, 2008:232). Kemudian Hergenhahn & Olson (2008:8) mendefinisikan
belajar sebagai suatu perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen
yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body states
(keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau
obat-obatan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat kita pahami bahwa belajar merupakan suatu
proses. Dimana didalam proses itu kita memperoleh suatu perubahan dari tidak
memiliki menjadi memiliki suatu kemampuan tertentu, yang diperoleh melalui
usaha-usaha. Di dalam peraturan pemerintahan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2008 pasal 1 ayat 1 mengenai pendidikan dan belajar yang berbunyi bahwa Wajib
belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

Dalam proses belajar seseorang pasti memiliki hambatan – hambatan dalam
pelaksanaannya. Sering ditemui fenomena dimana banyak orang tua yang
memberikan paksaan dalam menuntut anaknya untuk belajar. Mereka menganggap
anak-anak mereka pemalas ketika belajar. Padahal salah satu kemungkinan
penyebabnya adalah dikarenakan anak dipaksa belajar dengan cara belajar yang
bukan berdasarkan gaya belajarnya (Media elektronika Harian Kompas, 2008, 12
Desember).
Pada salah satu kasus yang diuraikan didalam buku Quantum Learning oleh
DePorter dan Hernacki (1999 : 120) bahwa seseorang yang memiliki prestasi yang
baik ketika berada di SMA(sekolah menengah atas), namun di perguruan tinggi
mulai tertatih-tatih atau bahkan gagal. Permasalahan ini banyak terjadi pada banyak

5

orang, dan kebanyakan diantara mereka tidak mengerti apa yang membuat mereka
merasa tidak mampu. Masalahnya mungkin terletak pada adanya ketidakcocokan
antara gaya belajar siswa dengan gaya mengajar gurunya.
Berdasarkan uraian masalah itu dapat diketahui bahwa pada anak normal saja
dapat menemukan hambatan ketika kemampuan belajarnya tidak dipahami atau tidak
sesuai dengan kemampuan penerimaan belajarnya. Begitu juga halnya pada anak

penderita autis. Mereka juga memiliki keunikan-keunikan, serta kelemahan dan
kelebihan dalam proses belajarnya. Oleh karena itu mereka juga memiliki perbedaan
dalam memproses informasi dan memiliki kesulitan-kesulitan tersendiri dalam proses
belajarnya.
Selain itu anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak autis juga memiliki
tingkat intelegensi yang berbeda-beda, ada yang memiliki tingkat intelegensi di atas
rata-rata, namun ada pula yang mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu.
Oleh karena itu anak- anak autisme juga pasti memerlukan proses pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan penerimaan informasi yang mereka miliki (Christie,
Newson, Prevezer, Chandler, 2009 : 8).
Uraian diatas merupakan salah satu contoh dari permasalahan yang sering
dihadapi dalam proses pembelajaran. Adapun faktor penghambat dalam belajar dapat
digolongkan menjadi empat macam, yaitu faktor non sosial dalam belajar, faktor
sosial, faktor fisiologis dan faktor psikologi (Suryabrata, 2008:233). Faktor non
sosial merupakan hal-hal yang menyangkut situasi, waktu, tempat belajar. Kemudian
faktor sosial merupakan hal yang menyangkut dengan pengaruh dari individu lain
atau orang lain terhadap proses pembelajaran. Faktor yang ketiga adalah faktor
fisiologis faktor ini melingkupi keadaan fisik yang mempengaruhi individu dalam
proses belajar seperti penyakit ataupun cacat secara fisik. Sedangkan faktor yang
terakhir adalah faktor psikologis yang berhubungan dengan hal-hal yang ada didalam

individu sendiri seperti motivasi belajarnya, emosinya, dan lain-lain.
Dengan keberadaan anak autis yang mengenyam pendidikan bersama dengan
anak reguler di sekolah inklusi. Dimana siswa autis berada pada situasi dimana
mereka dituntut untuk mampu belajar bersama dengan siswa reguler didalam satu
kelas. Sebagaimana siswa normal pada umumnya siswa autis tentulah mempunyai
masalah-masalah dalam proses pelaksanaan belajarnya. Masalah yang ditimbulkan

6

bisa diakibatkan oleh karena faktor dari dalam diri siswa dengan gangguan autis ini
sendiri maupun faktor yang berasal dari luar diri individu.
Dalam sekolah inklusi anak berkebutuhan khusus seperti halnya siswa autis
belajar bersama dengan siswa reguler di dalam kelas. Anak dengan kebutuhan
khusus termasuk anak dengan gangguan autis dituntut untuk mampu berinteraksi
dengan siswa reguler. Proses – proses interaksi inipun terkadang menjadi penyebab
adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar anak autis di sekolah inklusi. Hal
ini merupakan salah satu contoh faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar
siswa autis di sekolah inklusi.
Permasalahan lainya ketika anak autis belajar di sekolah inklusi adalah faktor
pihak orang tua anak normal yang bersekolah di sekolah inklusi yang masih belum
memiliki pemahaman mengenai anak-anak ABK dalam hal ini anak autis. Seperti
diuraikan wakil menteri pendidikan nasional (Wamendiknas) Fasli dalam media
elektronika Harian Kompas (2010, 2 Maret) bahwa tantangan terberat memberikan
pendidikan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus atau ABK justru datang dari
pihak orangtua. Mereka umumnya keberatan ada ABK di dalam kelas atau di sekolah
yang sama dengan anaknya yang bukan ABK termasuk anak dengan gangguan autis.
Selain itu pada survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada salah satu
sekolah inklusi. Peneliti menemukan bahwa dalam proses penerimaan siswa autis di
sekolah inklusi memiliki kriteria-kriteria tertentu dalam proses penerimaan siswa
autis untuk masuk dan menjalani pendidikan di sekolah inklusi. Adapun kategori
penerimaan itu dibuat berdasarkan tingkat keparahan gangguan autis yang dimiliki
oleh anak dan perilaku yang dimiliki siswa. Siswa autis yang dapat diterima di
sekolah inklusi merupakan siswa autis yang memiliki tingkat keparahan tidak terlalu
berat dalam artian siswa memiliki kemampuan untuk dikondisikan secara perilaku
dan mampu mengikuti proses belajar di sekolah inklusi. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa tidak semua siswa autis mendapatkan kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan di sekolah inklusi.
Berdasarkan fenomena tersebutlah peneliti tertarik untuk mengangkat judul
“Problem-problem belajar siswa autis di sekolah inklusi”. Dimana peneliti tertarik
untuk menggali fakta mengenai masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswa
dengan gangguan autis yang berada disekolah inklusi. Penelitian ini juga

7

berlandaskan atas harapan dari peneliti agar proses perkembangan pendidikan
sekolah inklusi benar-benar menjadi sekolah yang membantu dan melayani adanya
perbedaan, dengan mutu pelayanan pengajaran yang sesuai. Sehingga anak yang
memiliki gangguan autis dapat memperoleh pendidikan seperti halnya anak normal
lainnya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana problem-problem belajar pada siswa penderita gangguan autis di
sekolah inklusi ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana problem-problem belajar pada siswa penderita
gangguan autis di sekolah inklusi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dengan dilakukannya penelitian

ini diharapkan akan bermanfaat dalam

menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai problem-problem belajar anak
autis dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah inklusi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi orang tua
Membantu para orang tua atau wali yang memiliki anak penderita autis agar lebih
memahami kelebihan dan kelemahan yang dimiliki anak mereka dalam menjalani
proses belajar di sekolah inklusi.
b. Bagi masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat membuka mata masyarakat tentang
mereka anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak autis. Bahwa anak yang
mengalami gangguan autis juga dapat menjalani proses pembelajaran seperti anak
normal pada umumnya dengan dukungan dan bantuan orang-orang sekitarnya.
c. Pihak sekolah
Dapat membantu

dalam

mengembangkan

proses pendidikan inklusi yang

dijalankan di sekolah. Dengan mendapatkan problem-problem belajar yang sering

8

dihadapi pada siswa penderita autis diharapkan akan dapat membantu pihak sekolah
dalam melakukan perkembangan dengan menindaklanjuti secara kreatif dan tepat.
d. Lembaga terkait pendidikan inklusi
Sebagai wadah pertimbangan untuk membantu perkembangan sekolah inklusi
yang sedang dikembangkan secara serius oleh pemerintah Indonesia.

PROBLEM-PROBLEM BELAJAR SISWA AUTIS
DI SEKOLAH INKLUSI

SKRIPSI

Oleh :
Ibnu Hasfinoza
08810240

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PROBLEM-PROBLEM BELAJAR SISWA AUTIS
DI SEKOLAH INKLUSI

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Ibnu Hasfinoza
08810240

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi

: Problem–Problem Belajar Siswa Autis Di Sekolah
Inklusi

2. Nama Peneliti

: Ibnu Hasfinoza

3. No. Induk Mahasiswa : 08810240
4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian

: 20 Februari – 23 Maret 2012

7. Tanggal Ujian

: 14 April 2012

Malang, 14 April 2012
Pembimbing I

Pembimbing II

DR. Latipun, M.Kes.

Zainul Anwar, M.Psi.

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji
Pada tanggal 14 April 2012

Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Dr. Latipun, M.Kes.

(

)

Anggota Penguji

: 1. Zainul Anwar, M.Psi.

(

)

2. Dra. Nida Hasanati, M.Si.

(

)

3. Adhyatman Prabowo, M.Psi.

(

)

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Ibnu Hasfinoza

NIM

: 08810240

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan dengan ini bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Problem-Problem Belajar Siwa Autis Di Sekolah Inklusi
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan
sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan
Hak bebas Royalti non eksklusif apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai undang-undang
yang berlaku.

Mengetahui
Ketua Program Studi

M. Salis Yuniardi, M.Psi

Malang, 27 Maret 2012
Yang menyatakan

Ibnu Hasfinoza

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil „alamin. Segala puji syukur hanya pantas dihaturkan
kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
kenikmatan yang telah Engkau berikan kepada kami dan selalu membuat kehidupan
adalah kesyukuran yang larut dalam indahnya dunia. Muhammad SAW, penutup
para nabi, suri taudalan umat manusia sedunia. Semoga kami termasuk umatmu yang
baik “Amien”.
Rasanya hanya kesyukuran yang patut diucapkan atas terselesaikannya Laporan
Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak, rasanya mustahil Laporan Tugas Akhir Skirpsi ini akan
dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Latipun, M.Kes dan Zainul Anwar, M.Psi selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II yang selalu membantu memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki peneliti dengan memberikan arahan dan bimbingan yang sangat
bermanfaat, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. M. Shohib, M.Si , Selaku dosen wali yang selalu mengingatkan dan
memotivasi penulis untuk disiplin dan serius dalam menjalani perkuliahan.
4. Seluruh dosen-dosen di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan
membimbing peneliti selama hampir empat tahun. Semoga amal bapak-ibu
sekalian dibalas oleh Yang Maha Kuasa.
5. Ibu dan Bapak Kandung peneliti tersayang, Fatriot Silmi dan Mulia Gustini
yang selama ini telah berusaha untuk menjadikan anak-anaknya mencapai
pendidikan yang lebih tinggi. Tiada dapat sedikitpun terbayarkan segala apa
yang kalian telah kalian berikan.

6. Adikku yang selalu menjadi motivasi bagi peneliti untuk cepat menyelesaikan
perkuliahan dan skripsi.
7. Perempuan yang selama ini berada dibalik kuatnya semangat peneliti dan
selalu membantu ketika peneliti berada dalam keadaan terburuk. Terima
kasih Ismi Faridah.
8. Adik-adikku siswa-siswi SMP 18 Negeri Malang. Smp Muhammadiyah 2
Malang, dan SD-SMP Satap Merjosari 4 Malang. Terima kasih karena
kalianlah peneliti sadar akan arti bersyukur dan berbagi. Semoga kalian
selalu dilindungi oleh Allah SWT.
9. Guru-guru pengajar di SMP 18 Negeri Malang. Smp Muhammadiyah 2
Malang, dan SD-SMP Satap Merjosari 4 Malang. Terima kasih banyak atas
bantuannya, semoga segala amal baik bapak-ibu dibalas oleh Allah SWT.
10. Rekan-rekan seperjuangan dalam menjalani perkuliahan, Fadli, Dava, Aziz,
Felis, Deden, Jaka, Angga, cahyo, atenk, dan teman-temanku semua yang
tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih karena kalian telah
mengajarkan peneliti untuk menikmati hidup.
11. Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas D yang telah memberikan
banyak pelajaran kepada penulis selama di Malang.
12. Seluruh penghuni kos Bukit Cemara Tujuh Blok C-3 Ceria yang telah seperti
keluarga selama hampir empat tahun.
13. Dan semua orang yang telah membantu dan hidup bersama pengalaman
dalam pengerjaan skripsi ini namun tidak mungkin disebutkan satu-persatu,
peneliti menyampaikan banyak terima kasih.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa semua ini tidaklah sempurna. Masih banyak
kekurangan dalam pengerjaan skripsi ini. Saran dan kritik akan peneliti terima
dengan lapang hati. Semoga karya ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.
Malang, 27 Maret 2012

Ibnu Hasfinoza

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
INTISARI ...............................................................................................................vii
ABSTRACT............................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. .....7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Autisme .......................................................................................................9
1.Pengertian Autisme ..................................................................................9
2.Kriteria Gangguan Autisme .....................................................................10
2.2 Problem Belajar................................................................................... .......11
1.Pengertian Problem Belajar .....................................................................11
2.Faktor-Faktor Penyebab Problem Belajar................................................13
3.Bentuk-Bentuk Problem Belajar ..............................................................15
2.3 Sekolah Inklusi............................................ ...............................................15
1.Pengertian Sekolah Inklusi ......................................................................15
2.Perkembangan Sekolah Inklusi Di Indonesia ..........................................16
2.4 Iklim Sekolah Inklusi ..................................................................................17
2.5 Problem Belajar Siswa Autis Di sekolah
Inklusi.............................................................................. ...........................18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................20
3.2 Batasan Istilah .............................................................................................20
3.3 Subyek Penelitian dan Informan .................................................................21
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................21
3.5 Instrument Penelitian ..................................................................................22
3.6 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................22
3.7 Teknik Analisa Data ...................................................................................23
3.8 Keabsahan Data ..........................................................................................24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................25
1.Gambaran subjek penelitian.....................................................................25
2.Gambaran iklim belajar di sekolah inklusi ..............................................26
4.2 Analisa Data ................................................................................................36
1. Problem-problem belajar siswa autis ketika proses pembelajaran .........36
2. Problem belajar siswa autis di sekolah inklusi ketika berinteraksi dengan
siswa regular………………………………………………...................38
3. Problem belajar siswa autis di sekolah inklusi ketika berinteraksi dengan
guru mata pelajaran/guru pendidikan khusus (GPK) ............................39
4.Problem belajar siswa autis di sekolah inklusi dengan kebijakan
peraturan sekolah………………………………………………...........39
4.3 Pembahasan ................................................................................................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................... ............................................................................47
5.2 Saran ...........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................49
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................................52

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

: Guide wawancara..........................................................................53
: Hasil verbatim wawancara............................................................58
: Reduksi hasil wawancara.............................................................100
: Hasil observasi.............................................................................114
: Tabel kegiatan.............................................................................144
: Surat keterangan penelitian.........................................................147
: Assesment siswa autis.................................................................150

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic criteria from DSM-IV.
Washington, DC: American Psychiatric Association
Abu, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Andini, R. N. (2008). Penerimaan dan penolakan sosial terhadap anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi (SD Negeri Bedali 5 Lawang).
Skripsi, Abstract: diakses 3 desember 2011 dari http://skripsi.umm.ac.id
Banister, P., Burman, E., Parker, I., Tindall, T., & Tindall, C. (1994). Qualitative
methods in psychology a research guide. Philadelphia: Open University
Press
Cahyaning, S. , & Yuniardi, M. S. (2009). Deteksi dini gangguan psikologi pada
anak. Malang: Fakultas Psikologi UMM (tidak diterbitkan)
Christie, P. , Newson, E. Prevezer, W. , & Chandler, S. (2009). Langkah awal
berinteraksi dengan anak autis. Jakarta: PT Gramedia
Departement Of Health And Human Services. (2004). Autism spectrum disorders:
Pervasive developmental disorders. USA : NIMH
DePorter, B. , & Hernacki, M. (2010). Quantum learning: Membiasakan belajar
nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa
Frith, U. (2003). Autism explaining the enigma. USA: Blackwellpublishing
Fadhli, A. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Galangpress
Gulo, W. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Grasindo
Hergenhahn, B. R. , & Olson, M. H. (2008). Theories of learning (Teori belajar).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Hadis, A. (2008). Psikologi dalam pendidikan. Bandung: Alfabeta
Istiningsih. (2005). Manajemen pendidikan inklusi di Sekolah Dasar Negeri Klego 1
(Tesis, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa
Tengah).
Lenawaty, V. , Widyorini, E. , & Roswita, Y. (t.t) Efek penerapan compic terhadap
kemampuan komunikasi anak autis non verbal. Diakses 3 desember 2011
dari http://psikologi.tarumanagara.ac.id
Martin, N. (2009). Art as an early intervention tool for children with autism.
Philadhelpia: Jessica Kingsley Publishers

Mustaqim & Wahid, A. (1991). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Copta
Mustaqim, H. (2004). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Merry (2008). Studi desain interior pusat terapi anak berkebutuhan khusus pada anak
sekolah safir di Surabaya. Jurna dimensi interior, 6, (1), 38. Diperoleh dari
http://puslit.petra.ac.id/journals
Nevid, J. S. , Rathus, S. A. , & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Priyatna, A. (2010). Amazing autism. Jakarta: PT.Gramedia
Priyanto, A. K. (2009). Sekolah untuk anak autistik. Diakses 6 November 2011 dari
http://puterakembara.org
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 47 TAHUN 2008 diakses 9 November 2011 (On-line) dari
http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_47_2008.pdf
Riduwan. (2008). Belajar mudah penelitian. Bandung: AlfaBeta
Rahayu, T. I. , & Ardani, A. T. (2004). Observasi & wawancara. Malang:
Bayumedia Publishing
Santoso, B., S. (2010). Sekolah alternatif. Yogyakarta : Diva Press
Suryabrata, S. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Pt Rajagrafindo
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif,
Bandung: AlfaBeta

kualitatif

dan R & D.

Stubbs, S. (2002). Pendidikan inklusif : Ketika hanya ada sedikit sumber. (Terj.
Septaviana, S.) The Atlas Alliance
Suprianto, E. , & Supriadi. (2011, April). Manajemen penyelenggaraan pendidikan
inklusi dan tata kelola, strategi, & model pembelajaran inklusif. Makalah
dipersentasikan pada Seminar Nasional Pendidikan Inklusif oleh Fakultas
Psikologi UMM dengan Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen
Mendikdasmen PKLK.
Suprijadi, D. (2009). Pengaruh penggunaan media pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus (ABK) terhadap hasil belajar matematika dengan
konsep pendidikan inklusi. Jurnal Ilmiah Exacta, 2,(1),75. Diperoleh dari
http://repository.univpancasila.ac.id/dmdocuments
Boom autisme terus meningkat. (2008, 8 Juni). Kompas diakses 9 November 2011
(On-line) dari http://nasional.kompas.com
Jumlah anak autis meningkat. (2009, 21 Desember). Kompas diakses 9 november
2011 (On-line) dari http://nasional.kompas.com

3 gaya belajar anak. (2008,12 Desember). Kompas diakses 9 November 2011(OnLine) dari http://nasional.kompas.com
Yahhh...tantangan terberatnya justru orangtua. (2010, 2 Maret). Kompas diakses 9
Januari 2012(online) dari http://nasional.kompas.com
Kemendiknas minta setiap provinsi punya pendidikan inklusif. (2011, 5 Mei).
Kompas diakses 5 januari 2012 (online) dari http://today.co.id
Wikepedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Problem