Deskripsi Masalah Formulasi Masalah

1, jika ahli bedah ditugaskan di ruang = operasi pada hari di blok . 0, selainnya. i j k l j x l k i      III PEMODELAN

3.1 Deskripsi Masalah

Untuk mendeskripsikan masalah penjadwalan operasi bedah di rumah sakit, yang harus diketahui pertama kali adalah berapa banyak ahli bedah yang bertugas pada ruang operasi tersebut. Kemudian berapa banyak blok yang ditetapkan setiap harinya. Selain itu, ada berapa ruang operasi yang terdapat di rumah sakit tersebut. Ketika ada pasien yang harus menjalankan operasi bedah, rumah sakit akan memeriksa pasien tersebut untuk menentukan penyakit apa yang diderita pasien. Setelah itu, rumah sakit dapat menentukan operasi bedah apa yang harus dilaksanakan kepada pasien tersebut dan menentukan ahli bedah mana yang akan menangani operasi. Setiap operasi bedah yang akan dilaksanakan, hanya ada satu ahli bedah yang menangani di dalam ruang operasi. Dari beberapa ahli bedah yang dimiliki oleh rumah sakit, masing-masing ahli bedah memiliki waktu target yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk melakukan operasi. Dari jumlah ahli bedah beserta waktu target yang ada, rumah sakit harus bisa menyesuaikan jadwal operasi bedah dari setiap pasien yang datang. Banyaknya kamar operasi yang tersedia untuk melakukan operasi bedah juga menjadi salah satu pertimbangan untuk membuat jadwal operasi bedah. Dalam kasus normal, rumah sakit diasumsikan hanya melayani permintaan operasi pada hari kerja saja. Selama satu minggu diasumsikan terdapat enam hari kerja, yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam operasi kerja yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Rumah sakit menggunakan strategi blok untuk mengalokasikan waktu ruang operasi dan jadwal operasi bedah untuk setiap periode. Pada satu hari terdapat beberapa blok waktu, seperti blok ke-1 pada Pukul 08.00 – 10.00 WIB, blok ke-2 pada Pukul 10.00 – 12.00 WIB dan seterusnya.

3.2 Formulasi Masalah

Model penjadwalan operasi bedah bergantung pada keterbatasan peralatan operasi, ketersediaan dari ruang operasi dan ahli bedah dan juga berdasarkan pengalaman dari penjadwalan operasi beberapa bulan sebelumnya. Penjadwalan operasi yang ada pada bulan-bulan sebelumnya bisa dijadikan salah satu gambaran untuk membuat penjadwalan operasi saat ini. Selanjutnya, penjadwalan operasi bedah dapat diformulasikan dalam bentuk PLI. Model penjadwalan pada karya ilmiah ini menggunakan lima parameter utama sebagai penyusun jadwal, yaitu: 1. Blok, yaitu pembagian waktu ruang operasi yang diberikan kepada setiap ahli bedah dalam satu hari. Blok diberi indeks i, dimana i = 1, 2, … , I sebanyak nI. 2. Ahli bedah, yaitu orang yang bertugas di ruang operasi. Ahli bedah diberi indeks j, dimana j = 1, 2, … , J sebanyak nJ. 3. Hari, yaitu hari yang diinginkan pengelola ruang operasi untuk menjadwalkan operasi bedah. Hari diberi indeks k, dimana k = 1, 2, … , K sebanyak nK. 4. Ruang operasi, yaitu ruangan yang disediakan oleh rumah sakit untuk melakukan operasi bedah. Ruang operasi diberi indeks l, dimana l = 1, 2, … , L sebanyak nL. 5. Operasi bedah, yaitu jenis operasi yang dapat dilakukan terkait ketersediaan ahli bedah. Operasi bedah diberi indeks m, dimana m = 1, 2, … , M sebanyak nM. Variabel – variabel yang digunakan dalam model penjadwalan operasi bedah ini adalah: : durasi untuk blok ke-i. � : target total waktu operasi untuk ahli bedah ke-j dalam satu periode, di mana periode ini bisa dalam skala waktu mingguan ataupun bulanan. Selain itu, diperlukan pula pendefinisian suatu variabel keputusan: + = banyaknya waktu pengalokasian yang berlebih dari seluruh ruang operasi untuk ahli bedah j relatif terhadap � dalam satu periode. − = banyaknya waktu pengalokasian yang kurang dari seluruh ruang operasi untuk ahli bedah j relatif terhadap � dalam satu periode. Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam memodelkan jadwal operasi bedah adalah sebagai berikut: 1. Setiap periode memiliki model permintaan operasi yang sama dalam horison waktu yang menjadi dasar untuk membangun model. 2. Rumah sakit hanya ingin meminimalkan total waktu pengalokasian yang kurang untuk ahli bedah, sehingga total waktu pengalokasian yang berlebih tidak dianggap. 3. Ahli bedah hanya melakukan operasi sesuai dengan bidang keahlian mereka. 4. Durasi setiap blok adalah dua jam, termasuk pra-operasi, waktu operasi, dan pasca operasi. Misal, ruang operasi buka dari Pukul 08.00 – 18.00 WIB setiap hari maka blok yang digunakan sesuai dengan i = 1 adalah 08.00-10 .00, … , i = 5 adalah 16.00-18.00. 5. Ada enam hari kerja setiap minggunya, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. 6. Penjadwalan operasi hanya dilakukan pada pasien elective bukan emergency. Pada prinsipnya, rumah sakit menginginkan pengalokasian waktu yang sesuai untuk masing-masing ahli bedah dengan meminimumkan total waktu pengalokasian yang kurang dari target untuk masing-masing ahli bedah. Fungsi objektif dari permasalahan ini adalah meminimumkan total bobot waktu pengalokasian yang kurang dari target untuk setiap ahli bedah sehingga dimodelkan sebagai berikut: minimumkan − � =1 di mana − = max 0, � − � =1 =1 =1 dan + = max 0, � =1 =1 =1 − � . � =1 =1 =1 adalah total waktu dalam satuan jam dari ruang operasi yang ditugaskan untuk ahli bedah ke-j selama satu periode. 1 � diterapkan agar ahli bedah yang memiliki target jam kerja yang rendah akan lebih diprioritaskan daripada ahli bedah yang memiliki target jam kerja yang tinggi. Kendala-kendala yang dimiliki adalah sebagai berikut: 1. Waktu pengalokasian operasi yang berlebih dan waktu pengalokasian operasi yang kurang dapat dinyatakan sebagai berikut: � =1 =1 =1 − + + − = � , ∀ 2. Paling banyak satu ahli bedah dialokasikan ke ruang operasi. � 1 , ∀ , , =1 3. Setiap ahli bedah dialokasikan paling banyak ke satu ruang operasi pada suatu waktu tertentu. � 1 , ∀ , , =1 4. Operasi jenis ke-m hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari J’, di mana J’ adalah himpunan ahli bedah yang bidang keahliannya pada operasi jenis ke-m dan hanya dilakukan di ruang operasi ke-l ’, di mana l’ adalah ruang operasi yang hanya memiliki peralatan untuk melakukan operasi jenis ke-m dikarenakan peralatan operasi yang dimiliki rumah sakit terbatas. � ≠ ′ =1 � ′ =1 = 0, ∀ ′ ∈ � 5. Operasi jenis ke-m hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari J’. Seluruh ahli bedah yang menangani operasi jenis ke-m tidak melakukan operasi pada waktu yang bersamaan karena di saat salah satu ahli bedah sedang melakukan operasi, maka ahli bedah yang lain harus memeriksa pasien di klinik. � =1 � ′ 1, ∀ , 6. Operasi jenis ke-m memiliki himpunan ahli bedah J’ dan hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari himpunan tersebut. Operasi ini tidak boleh dilakukan secara bersamaan lebih dari n ruang operasi yang berbeda karena keterbatasan peralatan operasi yang tersedia di rumah sakit. � =1 � ′ , ∀ , 7. Operasi jenis ke-m memiliki himpunan ahli bedah J’ dan hanya dilakukan oleh salah satu anggota dari himpunan tersebut. Khusus untuk beberapa anggota himpunan ahli bedah J’ tidak dapat beroperasi di ruang operasi ke-l karena peralatan khusus yang sering digunakan tidak terdapat di ruang operasi tersebut. � = 0 =1 =1 , untuk beberapa ahli bedah � ′ dan ruang l. 8. Operasi jenis ke-m yang hanya dilakukan oleh salah satu anggota ahli bedah J’ tidak boleh dilakukan setelah operasi jenis ke- ′ yang memiliki himpunan ahli bedah ′′ yang dilaksanakan pada ruang dan hari yang sama karena peralatan operasi yang terbatas atau memerlukan waktu setting yang cukup lama. � ′ � ′ 1 − � ′′ , ∀ , , ′ = +1 , ′′ � ′′ ∈ � + 9. Semua variabel keputusan bernilai nol atau satu. � ∈ 0,1 ; ∀ , , , IV STUDI KASUS DAN PENYELESAIANNYA Studi kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah menentukan penjadwalan operasi bedah mata di Rumah Sakit Jakarta Eye Center JEC, Jakarta. Pelayanan JEC meliputi beberapa sentra subspesialis mata, yaitu kornea, glaukoma, infeksi imunologi, medical vitreoretina, pediatric oftalmologi, dan lasik. Setiap subspesialis mata tersebut ditangani oleh beberapa ahli bedah. JEC memiliki lima ruang operasi untuk melaksanakan beberapa operasi. Permintaan operasi hanya dilayani pada hari kerja saja. Selama satu minggu terdapat enam hari kerja, yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam operasi kerja dari Pukul 08.00 – 20.00 WIB. Saat ini, rumah sakit menggunakan strategi nonblok, namun diusulkan kepada pihak rumah sakit agar menggunakan strategi blok untuk mengalokasikan waktu ruang operasi dan menjadwalkan operasi bedah untuk setiap periode. Tabel 1 menggambarkan blok waktu yang ditetapkan dalam satu hari. Tabel 1 Blok yang ditetapkan dalam satu hari Blok ke- Jam 1 08.00 – 10.00 2 10.00 – 12.00 3 12.00 – 14.00 4 14.00 – 16.00 5 16.00 – 18.00 6 18.00 – 20.00 Dari beberapa ahli bedah yang dimiliki oleh rumah sakit, masing-masing ahli bedah memiliki waktu target mingguan yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk melakukan operasi. Dari jumlah ahli bedah beserta waktu target mingguan yang ada, rumah sakit berharap bisa menyesuaikan jadwal operasi bedah dari setiap pasien yang datang. Tabel 2 menggambarkan ahli bedah tersebut, jenis operasi dan total target jam kerja per minggu. Tabel 2 Total target jam kerja per minggu � dan jenis operasi untuk setiap ahli bedah j Ahli bedah J Target waktu untuk ahli bedah j jam Jenis operasi 1 10 Medical Vitreoretina 2 10 Kornea 3 11 Glaukoma 4 11 Kornea 5 9 Glaukoma 6 8 LASIK 7 10 LASIK 8 10 Medical Vitreoretina 9 6 LASIK 10 8 Kornea 11 9 LASIK 12 6 LASIK 13 16 Medical Vitreoretina 14 14 Pediatric Oftalmologi 15 6 Infeksi Imunologi 16 10 Glaukoma 17 13 LASIK 18 8 Pediatric Oftalmologi 19 7 LASIK 20 6 Medical Vitreoretina 21 8 LASIK 22 9 Kornea 23 11 Kornea 24 14 Medical Vitreoretina 25 10 LASIK 26 8 LASIK Dari studi kasus di atas, formulasi model PLI-nya adalah sebagai berikut: minimumkan − � 26 =1 Terhadap fungsi kendala sebagai berikut: 1. Waktu pengalokasian operasi yang berlebih dan waktu pengalokasian operasi yang kurang dapat dinyatakan sebagai berikut: � 5 =1 6 =1 6 =1 − + + − = � , ∀ 2. Paling banyak satu ahli bedah dialokasikan ke ruang operasi. � 1 , ∀ , , 26 =1 3. Setiap ahli bedah dialokasikan paling banyak ke satu ruang operasi pada suatu waktu tertentu. � 1 , ∀ , , 5 =1 4. Operasi pediatric oftalmologi hanya dilakukan oleh ahli bedah ke-14 dan ke-18 dan hanya dilakukan di ruang operasi ke-1 dikarenakan peralatan yang diperlukan untuk melakukan operasi pediatric oftalmologi hanya tersedia di ruangan tersebut. � 14 5 =2 6 =1 6 =1 + � 18 = 0 5. Pembedahan glaukoma hanya dilakukan oleh ahli bedah ke-3, ke-5 dan ke-16. Ketiga ahli bedah tersebut tidak melakukan operasi pada waktu yang bersamaan karena di saat salah satu ahli bedah tersebut sedang melakukan operasi, maka ahli bedah yang lain harus memeriksa pasien di klinik. � 3 + � 5 + � 16 1 ∀ , 5 =1 6. a Operasi kornea memiliki lima ahli bedah. Operasi ini tidak boleh dilakukan secara bersamaan lebih dari empat ruang operasi yang berbeda karena keterbatasan peralatan operasi yang tersedia di rumah sakit. � 2 + � 4 + � 10 + � 22 + � 23 4 5 =1 ∀ , b Operasi medical vitreoretina memiliki lima ahli bedah. Rumah sakit menyediakan paling banyak tiga ruang operasi untuk operasi ini pada waktu yang bersamaan. � 1 + � 8 + � 13 + � 20 + � 24 3 5 =1 ∀ , 7. Operasi lasik memiliki sepuluh ahli bedah. Khusus untuk ahli bedah ke-6, ke-7, ke-11 dan ke-12 tidak dapat beroperasi di ruang operasi ke-1 karena peralatan khusus yang sering digunakan tidak terdapat di ruang operasi tersebut. � 6 1 + � 7 1 + � 11 1 + � 12 1 = 0 6 =1 6 =1 8. Operasi glaukoma tidak boleh dilakukan setelah operasi pediatric oftalmologi yang dilaksanakan pada ruang dan hari yang sama karena peralatan operasi yang terbatas atau memerlukan waktu setting yang cukup lama, sehingga ahli bedah ke- 3, ke-5 dan ke-16 tidak ditugaskan ke ruang operasi setelah ahli bedah ke-14 atau ke-18 bertugas pada hari dan ruang yang sama. � ′ 3 + � ′ 5 + � ′ 16 151 − � 14 6 ′ = +1 ∀ , , � ′ 3 + � ′ 5 + � ′ 16 151 − � 18 6 ′ = +1 ∀ , , 9. Semua variabel keputusan bernilai nol atau satu. � ∈ 0,1 ; ∀ , , , Penyelesaian masalah penjadwalan operasi bedah pada karya ilmiah ini dilakukan dengan bantuan software LINGO 11.0. Solusi yang didapat adalah solusi optimal dengan nilai fungsi objektif 0.825841 yang didapatkan pada iterasi ke 7425. Hasil penjadwalan operasi bedah untuk setiap ahli bedah di rumah sakit tersebut dengan metode PLI diberikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Hasil penjadwalan Hari 08.00 – 10.00 Hari 10.00 – 12.00 OR 1 OR 2 OR 3 OR 4 OR 5 OR 1 OR 2 OR 3 OR 4 OR 5 Senin S20 S1 S11 S25 S24 Senin S14 S17 S8 S9 S12 Selasa S24 S4 Selasa S23 S16 S17 S1 S13 Rabu S3 Rabu S22 S2 S4 S23 S11 Kamis S13 Kamis S18 S3 Jumat S5 S17 Jumat S14 Sabtu S2 Sabtu S3 Hari 12.00 – 14.00 Hari 14.00 – 16.00 OR 1 OR 2 OR 3 OR 4 OR 5 OR 1 OR 2 OR 3 OR 4 OR 5 Senin S14 S23 S10 S4 S2 Senin S9 S24 S6 S15 Selasa S13 S1 S3 Selasa S16 S11 S20 S13 S22 Rabu S5 S12 Rabu S6 S23 S22 Kamis S26 S21 S2 S11 S10 Kamis S18 S15 S4 S10 Jumat S7 Jumat S13 S5 Sabtu S2 S12 S24 S22 S17 Sabtu S13 S10 S6 Hari 16.00 – 18.00 Hari 18.00 – 20.00 OR 1 OR 2 OR 3 OR 4 OR 5 OR 1 OR 2 OR 3 OR 4 OR 5 Senin S14 S8 S21 S26 S7 Senin S21 S25 S8 Selasa S18 S1 S13 S4 Selasa S19 S7 S8 S16 S26 Rabu S21 S13 S7 Rabu S24 S16 S25 S15 S7 Kamis S18 S24 S19 Kamis S17 S3 S1 Jumat S14 S9 Jumat S26 S8 S5 S20 S17 Sabtu S14 S24 S19 S25 Sabtu S14 S25 S23 S16 S6 V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan