3. Pengukuran Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan metode lagrangian . Bola duga dipasang dengan tali sepanjang 5 m kemudian dilepaskan dan dicatat waktu yang
digunakan untuk memanjangkan tali tersebut, dilakukan perulangan sampai 3 kali. Kecepatan arus ditentukan dengan membagi jarak tempuh dengan waktu. Arah
arus ditentukan dengan kompas.
4. Kedalaman
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan tongkat berskala, pengukuran dilakukan pada tiap -tiap stasiun.
5. Pengambilan Contoh Sedimen
Pengambilan contoh sedimen dilakukan dengan menggunakan grab sampler. Ketebalan sedimen yang diambil
± 10 cm dari permukaan. Sampel
diambil sebanyak 2 kali dan diambil dari bagian tengah dari grab, untuk menghindari adanya kontaminasi alat. Dari 2 kali pengambilan sampel di’mix’
jadi satu, d imasukkan dalam botol polyetilen dan simpan dalam ice box. Untuk pengukuran tekstur sedimen dasar diambil sebanyak kira-kira 500
gr dari setiap stasiun, dan disimpan dalam kantong plastik hitam. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode mekanis menggunakan saringan
bertingkat, kemudian dihitung fraksinya berdasarkan ukuran butiran sedimen.
6. Pengukuran Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan secara vertikal menegak di setiap stasiun dengan interval setiap 30 cm 0, 30, 60 dan 90. Hal ini sangat diperlukan dalam
penentuan tipe estuari. Tipe estuari perlu diketahui sebagai langkah awal mengetahui bagaimana proses percampuran atau mixing di daerah tersebut.
Duxbury and Duxbury 1993 menyatakan bahwa untuk mengetahui tipe estuari, dapat dilakukan dengan menganalisis sebaran vertikal salinitas, dimana
pengukurannya dilakukan di semua stasiun pada lapisan kedalaman yang berbeda dan dilakukan pada waktu pasang dan waktu surut.
7. Pengukuran Debit Sungai
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang Sosrodarsono dan Takeda 1993. Perhitungan debit
sungai dilakukan di stasiun 1. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Qd = Fd x Vd Fd = 2 X b x
4 2
e d
c +
+
Keterangan : Qd : debit sungai
Fd : Luas penampang melintang antara garis pengukuran dalamnya air c dan e Vd : Kecepatan aliran rata-rata pada garis pengaliran d
b : Lebar sungai dan c.d.e : dalamya air pada setiap pengukuran
Garis – garis pengukuran kedalaman dilakukan menurut metoda yang dilakukan Sosrodarsono dan Takeda 1993. Penampang melintang sungai di bagi
dalam empat penampang dan setiap penampang dilakukan pengukuran 3 kedalaman, seperti yang terlihat pada Gambar 8. Pengukuran arus dilakukan pada
kedalaman kedua d. Pengukuran debit sungai dalam penelitian ini dihitung dari penampang
melintang badan sungai pada stasiun 1. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali tanggal 8 dan 22 September 2005 pada kondisi pasang menuju surut.
Gambar 8 Garis-garis pengukuran kedalaman dan kecepatan arus Sosrodarsono dan Takeda 1993.
8. Pengukuran Laju Sedimentasi