KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE TEPUNG LABU KUNING DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA Kadar Betakaroten Dan Organoleptik Cake Labu Kuning Dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna Alami.

(1)

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE TEPUNG LABU

KUNING DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA

MERAH SEBAGAI PEWARNA ALAMI

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

PIPIT KRISNA ARIYANI

A 420 120 091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

2

HALAMAN PERSETUJUAN

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE LABU KUNING

DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

PIPIT KRISNA ARIYANI

A420120091

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dra. Suparti, M.Si

NIP/NIK : 131683035


(3)

3

HALAMAN PENGESAHAN

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE LABU KUNING

DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

SEBAGAI PEWARNA ALAMI

OLEH :

PIPIT KRISNA ARIYANI

A420120091

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Rabu, 4 April 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.

Dra. Suparti, M.Si

(...)

(Ketua Dewan Penguji)

2.

Dra. Aminah Asngad, M.Si

(...)

(Anggota I Dewan Penguji)

3.

Triastuti rahayu, M.Si

(...)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum.

NIDN 00-280465-01


(4)

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi

dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya .

Surakarta, 30 Maret 2016

Penulis

PIPIT KRISNA ARIYANI


(5)

5

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE LABU KUNING

DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH SEBAGAI

PEWARNA ALAMI

.

Abstrak

Labu kuning (Cucurbita moschata) adalah jenis buah yang banyak mengandung batakaroten dan belum banyak diolah menjadi produk makanan. Penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi labu kuning untuk diolah menjadi cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Faktorial. Faktor tersebut yaitu prosentase tepung labu kuning (10%, 15% dan 20%) dan Konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (40 ml, 50 ml dan 60 ml). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji nonparametrik kruskel-wallis untuk kadar betakaroten dan analisis deskrpstif kualitatif untuk kualitas organoleptik. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan prosentase tepung labu kuning dan ekstrak kulit buah naga merah berpengaruh terhadap kadar betakaroten dan organoleptik cake. Kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan P3K3 yaitu prosentase tepung labu kuning 20% dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 60 ml dengan kadar betakaroten sebesar 94,216 ppm, sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan P1K3 yaitu prosentase tepung labu kuning 10% dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 60 ml dengan kadar betakaroten sebesar 26,2355 ppm. Perlakuan dengan prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% disukai oleh panelis sedangkan perlakuan dengan prosentase tepung labu kuning 20% kurang disukai oleh panelis.

Kata kunci : Labu kuning, cake, kulit buah naga merah, betakaroten, organoleptik.

LEVEL BETA CAROTENE AND ORGANOLEPTIC PUMPKIN YELLOW

CAKE WITH ADDITION OF THE RED DRAGON FRUIT EXTRACT SKIN AS

NATURAL DYES.

Abstracts

Pumpkin (Cucurbita moschata) is a type of fruit that contains a lot of batacarotene and yet many processed into food products. This study aims to maximize the potential of pumpkins to be processed into pumpkin cake with the addition of red dragon fruit skin extracts as natural dyes. The method used in this study is completely randomized design (CRD) and Factorial. These factors are the percentage of pumpkin flour (10%, 15% and 20%) and the concentration of red dragon fruit skin extracts (40 ml, 50 ml and 60 ml). Analysis of the data used in this study is kruskel-Wallis nonparametric test for levels of betacarotene and qualitative analysis for organoleptic deskrpstif. The results obtained show the percentage of flour pumpkin and red dragon fruit skin extracts affect the levels of betacarotene and organoleptic cake. Levels of betacarotene is the highest in the treatment P3K3 is the percentage of flour pumpkin 20% and the concentration of skin extracts red dragon fruit 60 ml with high levels of betacarotene at 94.216 ppm, while the levels of betacarotene is the lowest in treatment P1K3 is the percentage of flour pumpkin 10% and the concentration of skin extracts red dragon fruit 60 ml with betacarotene levels of 26.2355 ppm. Treatment with a percentage of 10% pumpkin flour and 15% preferred by the panelists while treatment with a percentage of 20% pumpkin flour

Is less preferred by the panelists.


(6)

6

1. PENDAHULUAN

Labu kuning atau waluh merupakan produk pertanian yang ketersediaanya melimpah di Indonesia. Umumnya Petani menanam labu kuning ketika musim kemarau sebagai tanaman monokultur atau ditanam sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman lain misalnya jagung. Berdasarkan data dari badan statistik (2003) hasil rata- rata produksi labu kuning di Indonesia berkisar 20- 21 ton per hektar, namun hasil panen yang melimpah belum diimbangi dengan konsumsi labu kuning yang hanya 5 kg per kapita per tahun, hal tersebut disebabkan oleh pengolahan labu kuning yang masih terbatas dan sederhana.

Upaya untuk meningkatkan nilai jual dan daya simpan labu kuning dapat dilakukan dengan mengolah labu kuning menjadi produk setengah jadi yaitu tepung. Labu kuning akan lebih tahan lama dan akan memiliki nilai jual labih tinggi ketika diolah menjadi tepung, karena mamiliki kandunagan air yang rendah serta dapat digunakan dalam berbagai pembuatan produk makanan. Menurut hasil penelitian Elvizahro (2011) dalam 100 g tepung labu kuning terkandung 44,05 mg betakaroten. Selain kandungan betakaroten yang tinggi, tepung labu kuning yang dihasilkan juga mengandung karbohidrat yang mendekati tepung beras tergelatinisasi. Sedangkan menurut Hendrasty pada 100 g tepung labu kuning mengandung karbohidrat 77, 65%; protein 5,04 %; lemak 0,08%; serat kasar 2,90%; betakaroten 7,29 mg/ 100 g; air 11,14 %; abu 5, 89%.

Pengunaan tepung labu kuning dalam pembuatan produk makanan diharapkan mampu menghasilkan produk makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi terutama betakaroten. Betakaroten merupakan senyawa yang sangat penting untuk mencegah kekurangan vitamin A. Menurut Santoso (2013) Indonesia merupakan negara yang masih mempunyai masalah defisiensi vitamin A, ada 50,2 % balita di Indonesia masih menderita kekurangan vitamin A. Defisiensi vitamin A dapat menimbulkan kebutaan, dalam menanggulangi kekurangan vitamin A seorang anak hanya perlu mengkonsumsi 70 g/ hari untuk buah segar atau 2,5 g tepung labu kuning.

Berdasarkan hasil penelitian Wydiastuti (2015) penggunaan tepung labu kuning sebagai substitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit dari 4 perlakuan yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10% dan 15% mendapatkan hasil kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan 15% yaitu menghasilkan betakaroten 13,155- 13.542 µg/ 100 g, namun produk biskuit yang dihasilkan belum disukai oleh panelis. Oleh karena itu perlu dikembangkan produk lain yang lebih disukai konsumen misalnya cake yaitu kue yang memiliki tekstur lembut terbuat dari bahan baku tepung terigu, gula, telur, mentega dan bahan pengembang.

Pewarna pada pembuatan produk olahan sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sekarang ini banyak produsen makanan menggunakan bahan pewarna sintetis dan bahkan ada produsen makanan yang menggunakan pewarna tekstil dalam produk olahan yang mereka produksi yang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan tubuh misalnya menyebabkan kanker, oleh karena itu perlu dikembangkan alternatif bahan pewarna alami yang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Menurut hasil penelitian Oktiarni (2012) salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami adalah kulit buah naga merah, dimana pada penelitian yang dilakukan menggunakan tiga variasi volume penambahan ekstrak buah naga merah yang berbeda pada produk mie basah yaitu variasi 1 (15 ml), variasi 2 (25 ml) dan variasi 3 (50 ml ) diperoleh hasil terbaik pada variasi 3 yaitu 50 ml. Kulit buah naga merah dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami karena mengandung zat warna betasianin, yaitu zat warna yang berperan memberikan warna merah dan merupakan golongan betalain yang berpotensi menjadi pewarna alami.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Uji Kadar Betakaroten Dan Organoleptik Cake Labu Kuning Dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna Alami”


(7)

7

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di Laboratorium Pangan Gizi FKIP Biologi UMS dan Laboratorium Farmasi USB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan dua faktor yaitu prosentase tepung labu kuning (10%, 155% dan 20%) dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (40 ml, 50 ml dan 60 ml).

Analisa data yang digunakan adalah nonparametrik kruskel-wallis untuk hasil uji kadar betakaroten dan analisis deskripstif kualitatif digunakan untuk data hasil uji organoleptik cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji kadar berakaroten cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami mendapatkan data berikut,

Gambar 1.1 Kadar betakaroten cake labu kuning dengan penambahanekstrak kulit buah naga merah sebagaai pewarna alami.

Kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan prosentase tepung terigu 80%: tepung labu kuning 20% dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah 60 ml (P3K3) yaitu sebesar 94,216 ppm, sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan prosentase tepung terigu 90%: tepung labu kuning 10% dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah 60 ml (P3K1) yaitu sebesar 26,236 ppm. Berdasarkan uji kruskel-walis prosentase tepung labu kuning terhadap kadar betakaroten cake mendapatkan nilai probabilitas 0,027 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada

pengaruh prosentase tepung labu kuning yang ditambahkan terhadap kadar betakaroten cake, sedangkan uji kruskel wallis untuk konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah terhadap kadar betakaroten cake mendapatkan nilai probabilitas 0,957 > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada

pengaruh konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah yang ditambahkan terhadap kadar betakaroten cake 0 20 40 60 80 100

P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3 P3K1 P3K2 P3K3 31,245 29,683

26,236 54,195

41,556 50,365

54,578 57,833

94,216 K A D A R B E TA K K A R OTE N PERLAKUAN

KADAR BETAKAROTEN


(8)

8

Hasil uji organoleptik cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami mendapatkan hasil sebagai berikut,

Tabel 1.1 Kualitas organoleptik cake labu kuning dan daya terima masyarakat.

Tabel 1.1 menunjukan perlakuan P1K1,P1K2,P1K3 memiliki warna coklat muda, pada perlakuan P2K1,P2K2,P2K3 memiliki warna coklat sedangkan pada perlakuan P3K1, P3K2, P3K3 memiliki warna coklat tua, walaupun pada semua perlakuan ditambah dengan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami warna yang dihasilkan cake labu kuning tetap coklat, hal tersebut disebabkan warna tepung labu kuning lebih dominan dan menutupi warna merah yang dihasilkan oleh ekstrak kulit buah naga merah

Semua perlakuan cake memiliki rasa manis, selain itu juga ada rasa khas tepung labu kuning yang menempel dilidah setelah dikonsumsi. Rasa manis berasal dari gula yang ditambahkan pada saat pembuatan cake. Cake labu kuning memiliki aroma khas tepung labu kuning. Tidak terdapat perbedaan aroma yang nyata pada setiap perlakuan hal tersebut disebabkan perbedaan prosentase penambahan tepung labu kuning hanya terpaut sedikit pada setiap perlakuan.

Perlakuan dengan prosentase tepung labu kuning 20% menghasilkan cake yang keras, sedangkan pada perlakuan prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% menghsilkan cake yang lembut. Tekstur cake dipengaruhi oleh bahan yang digunakan. Semakin banyak prosentase tepung labu kuning tekstur cake semakin kasar, hal itu disebabkan tepung labu kuning memiliki butiran yang lebih kasar jika dibandingkan dengan tepung terigu, untuk daya terima masyarakat prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% cake disukai panelis sedangkan pada prosentase tepung labu kuning 20% cake tidak disukai oleh panelis.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,

1. Prosentase tepung labu kuning memberikan pengaruh terhadap kadar betakaroten cake sedangkan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah tidak memberikan pengaruh terhadap kadar betakaroten cake. Kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan P3K3 (Prosentase tepung labu kuning 20% + ekstrak kulit buah naga merah 60 ml) yaitu 94,2160 ppm sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan P1K3 (Prosentase tepung labu kuning 10 % + ekstrak kulit buah naga merah 60 ml.

2. Prosentase tepung labu kuning dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah memberikan pengaruh terhadap kualitas cake, semakin tinggi prosentase tepung labu kuning dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah warna cake semakin coklat, untuk rasa dan aroma semua perlakuan khas labu kuning, untuk tekstur prosentase tepung labu kuning

Perlakuan Organoleptik Daya Terima

Warna Aroma Rasa Tekstur

P1K1 Coklat muda Sedang Manis Lembut Suka

P1K2 Coklat muda Sedang Manis Lembut Suka

P1K3 Coklat muda Sedang Manis Lembut Suka

P2K1 Coklat Sedang Manis Lembut Suka

P2K2 Coklat Sedang Manis Lembut Suka

P2K3 Coklat Sedang Manis Lembut Suka

P3K1 Coklat Tua Sedang Manis Keras Kurang suka

P3K2 Coklat Tua Sedang Manis Keras Kurang Suka


(9)

9

10% dan 15% menghasilkan cake lembut, prosentase tepung labu kuning 20% menghasilkan cake keras, sedangkan untuk daya terima prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% disukai panelis , prosentase tepung labu kuning 20% tidak disukai panelis. 4.2 Saran

Saran yang diberikan setelah melakukan penelitian ini sebagai berikut,

1. Penggunaan tepung labu kuning dalam pembuatan produk cake sebaiknya kurang dari 15% agar menghasilkan cake yang memiliki kualitas baik.

2. Perlu dilakukan uji lain selain betakaroten pada cake untuk mengetahui kandungan gizi dari bahan bakunya yaitu tepung terigu, tepung labu kuning dan kulit buah naga merah misalnya uji protein.

3. Penelitian selanjutnya diperlukan penambahan konsentrasi pewarna alami yang lebih tinggi agar menghasilkan warna cake yang menarik dan disukai panelis.

4. Pembuatan ekstrak kulit buah naga merah sebaiknya menggunakan akuades, agar

didapatkan hasil uji yang valid.

5. Penelitian selanjutnya perlu dikembangkan bahan lain yang mengandung gluten sebagai pengganti tepung terigu dalam pembuatan cake.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. Jakarta : BPS.

Elvizahro, Leiyla. 2011. “Kontribusi MP-ASI Bubur Bayi Instan Dengan Substitusi Tepung Ikan Patin Dan Tepung Labu Kuning Terhadap Kecukupan Protein Dan Vitamin A Pada Bayi”. Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi Kedokteran Universitas Diponegoro.

Hendrasty, H.K, 2003. Tepung Labu Kuning Pembuatan dan Pemanfaatanya. Yogyakarta: Kanisius.

Oktiarni, Dwita dkk. 2012.”Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocerus polyrhhizus sp.) Sebagai Pewarna Dan Pengawet Alami Mie Basah”. Jurnal Gradien, Vol.8.No.2:819-824. Santoso. Eli Budi dkk. 2013. “Pengaruh Penmbahan Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Susu Terhadap

Sifat Sensoris Dan Sifat Fisikokimia Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata)”. Jurnal Teknosains Pangan, Vol2. No.3:15- 26.

Widyastuti, Angraeni Dewi. 2015. “Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) Terhadap Kadar Betakaroten Dan Daya Terima Pada Biskuit Labu Kuning”. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(1)

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi

dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya .

Surakarta, 30 Maret 2016

Penulis

PIPIT KRISNA ARIYANI


(2)

5

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE LABU KUNING

DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH SEBAGAI

PEWARNA ALAMI

.

Abstrak

Labu kuning (Cucurbita moschata) adalah jenis buah yang banyak mengandung batakaroten dan belum banyak diolah menjadi produk makanan. Penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi labu kuning untuk diolah menjadi cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Faktorial. Faktor tersebut yaitu prosentase tepung labu kuning (10%, 15% dan 20%) dan Konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (40 ml, 50 ml dan 60 ml). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji nonparametrik kruskel-wallis untuk kadar betakaroten dan analisis deskrpstif kualitatif untuk kualitas organoleptik. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan prosentase tepung labu kuning dan ekstrak kulit buah naga merah berpengaruh terhadap kadar betakaroten dan organoleptik cake. Kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan P3K3 yaitu prosentase tepung labu kuning 20% dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 60 ml dengan kadar betakaroten sebesar 94,216 ppm, sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan P1K3 yaitu prosentase tepung labu kuning 10% dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 60 ml dengan kadar betakaroten sebesar 26,2355 ppm. Perlakuan dengan prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% disukai oleh panelis sedangkan perlakuan dengan prosentase tepung labu kuning 20% kurang disukai oleh panelis.

Kata kunci : Labu kuning, cake, kulit buah naga merah, betakaroten, organoleptik.

LEVEL BETA CAROTENE AND ORGANOLEPTIC PUMPKIN YELLOW

CAKE WITH ADDITION OF THE RED DRAGON FRUIT EXTRACT SKIN AS

NATURAL DYES.

Abstracts

Pumpkin (Cucurbita moschata) is a type of fruit that contains a lot of batacarotene and yet many processed into food products. This study aims to maximize the potential of pumpkins to be processed into pumpkin cake with the addition of red dragon fruit skin extracts as natural dyes. The method used in this study is completely randomized design (CRD) and Factorial. These factors are the percentage of pumpkin flour (10%, 15% and 20%) and the concentration of red dragon fruit skin extracts (40 ml, 50 ml and 60 ml). Analysis of the data used in this study is kruskel-Wallis nonparametric test for levels of betacarotene and qualitative analysis for organoleptic deskrpstif. The results obtained show the percentage of flour pumpkin and red dragon fruit skin extracts affect the levels of betacarotene and organoleptic cake. Levels of betacarotene is the highest in the treatment P3K3 is the percentage of flour pumpkin 20% and the concentration of skin extracts red dragon fruit 60 ml with high levels of betacarotene at 94.216 ppm, while the levels of betacarotene is the lowest in treatment P1K3 is the percentage of flour pumpkin 10% and the concentration of skin extracts red dragon fruit 60 ml with betacarotene levels of 26.2355 ppm. Treatment with a percentage of 10% pumpkin flour and 15% preferred by the panelists while treatment with a percentage of 20% pumpkin flour

Is less preferred by the panelists.


(3)

6

1. PENDAHULUAN

Labu kuning atau waluh merupakan produk pertanian yang ketersediaanya melimpah di Indonesia. Umumnya Petani menanam labu kuning ketika musim kemarau sebagai tanaman monokultur atau ditanam sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman lain misalnya jagung. Berdasarkan data dari badan statistik (2003) hasil rata- rata produksi labu kuning di Indonesia berkisar 20- 21 ton per hektar, namun hasil panen yang melimpah belum diimbangi dengan konsumsi labu kuning yang hanya 5 kg per kapita per tahun, hal tersebut disebabkan oleh pengolahan labu kuning yang masih terbatas dan sederhana.

Upaya untuk meningkatkan nilai jual dan daya simpan labu kuning dapat dilakukan dengan mengolah labu kuning menjadi produk setengah jadi yaitu tepung. Labu kuning akan lebih tahan lama dan akan memiliki nilai jual labih tinggi ketika diolah menjadi tepung, karena mamiliki kandunagan air yang rendah serta dapat digunakan dalam berbagai pembuatan produk makanan. Menurut hasil penelitian Elvizahro (2011) dalam 100 g tepung labu kuning terkandung 44,05 mg betakaroten. Selain kandungan betakaroten yang tinggi, tepung labu kuning yang dihasilkan juga mengandung karbohidrat yang mendekati tepung beras tergelatinisasi. Sedangkan menurut Hendrasty pada 100 g tepung labu kuning mengandung karbohidrat 77, 65%; protein 5,04 %; lemak 0,08%; serat kasar 2,90%; betakaroten 7,29 mg/ 100 g; air 11,14 %; abu 5, 89%.

Pengunaan tepung labu kuning dalam pembuatan produk makanan diharapkan mampu menghasilkan produk makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi terutama betakaroten. Betakaroten merupakan senyawa yang sangat penting untuk mencegah kekurangan vitamin A. Menurut Santoso (2013) Indonesia merupakan negara yang masih mempunyai masalah defisiensi vitamin A, ada 50,2 % balita di Indonesia masih menderita kekurangan vitamin A. Defisiensi vitamin A dapat menimbulkan kebutaan, dalam menanggulangi kekurangan vitamin A seorang anak hanya perlu mengkonsumsi 70 g/ hari untuk buah segar atau 2,5 g tepung labu kuning.

Berdasarkan hasil penelitian Wydiastuti (2015) penggunaan tepung labu kuning sebagai substitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit dari 4 perlakuan yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10% dan 15% mendapatkan hasil kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan 15% yaitu menghasilkan betakaroten 13,155- 13.542 µg/ 100 g, namun produk biskuit yang dihasilkan belum disukai oleh panelis. Oleh karena itu perlu dikembangkan produk lain yang lebih disukai konsumen misalnya cake yaitu kue yang memiliki tekstur lembut terbuat dari bahan baku tepung terigu, gula, telur, mentega dan bahan pengembang.

Pewarna pada pembuatan produk olahan sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sekarang ini banyak produsen makanan menggunakan bahan pewarna sintetis dan bahkan ada produsen makanan yang menggunakan pewarna tekstil dalam produk olahan yang mereka produksi yang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan tubuh misalnya menyebabkan kanker, oleh karena itu perlu dikembangkan alternatif bahan pewarna alami yang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Menurut hasil penelitian Oktiarni (2012) salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami adalah kulit buah naga merah, dimana pada penelitian yang dilakukan menggunakan tiga variasi volume penambahan ekstrak buah naga merah yang berbeda pada produk mie basah yaitu variasi 1 (15 ml), variasi 2 (25 ml) dan variasi 3 (50 ml ) diperoleh hasil terbaik pada variasi 3 yaitu 50 ml. Kulit buah naga merah dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami karena mengandung zat warna betasianin, yaitu zat warna yang berperan memberikan warna merah dan merupakan golongan betalain yang berpotensi menjadi pewarna alami.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Uji Kadar Betakaroten Dan Organoleptik Cake Labu Kuning Dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah


(4)

7

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di Laboratorium Pangan Gizi FKIP Biologi UMS dan Laboratorium Farmasi USB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan dua faktor yaitu prosentase tepung labu kuning (10%, 155% dan 20%) dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (40 ml, 50 ml dan 60 ml).

Analisa data yang digunakan adalah nonparametrik kruskel-wallis untuk hasil uji kadar betakaroten dan analisis deskripstif kualitatif digunakan untuk data hasil uji organoleptik cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji kadar berakaroten cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami mendapatkan data berikut,

Gambar 1.1 Kadar betakaroten cake labu kuning dengan penambahanekstrak kulit buah naga merah sebagaai pewarna alami.

Kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan prosentase tepung terigu 80%: tepung labu kuning 20% dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah 60 ml (P3K3) yaitu sebesar 94,216 ppm, sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan prosentase tepung terigu 90%: tepung labu kuning 10% dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah 60 ml (P3K1) yaitu sebesar 26,236 ppm. Berdasarkan uji kruskel-walis prosentase tepung labu kuning terhadap kadar betakaroten cake mendapatkan nilai probabilitas 0,027 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh prosentase tepung labu kuning yang ditambahkan terhadap kadar betakaroten cake, sedangkan uji kruskel wallis untuk konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah terhadap kadar betakaroten cake mendapatkan nilai probabilitas 0,957 > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah yang ditambahkan terhadap kadar betakaroten cake

0 20 40 60 80 100

P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3 P3K1 P3K2 P3K3

31,245 29,683

26,236 54,195

41,556 50,365

54,578 57,833 94,216

K

A

D

A

R

B

E

TA

K

K

A

R

OTE

N

PERLAKUAN


(5)

8

Hasil uji organoleptik cake labu kuning dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami mendapatkan hasil sebagai berikut,

Tabel 1.1 Kualitas organoleptik cake labu kuning dan daya terima masyarakat.

Tabel 1.1 menunjukan perlakuan P1K1,P1K2,P1K3 memiliki warna coklat muda, pada perlakuan P2K1,P2K2,P2K3 memiliki warna coklat sedangkan pada perlakuan P3K1, P3K2, P3K3 memiliki warna coklat tua, walaupun pada semua perlakuan ditambah dengan ekstrak kulit buah naga merah sebagai pewarna alami warna yang dihasilkan cake labu kuning tetap coklat, hal tersebut disebabkan warna tepung labu kuning lebih dominan dan menutupi warna merah yang dihasilkan oleh ekstrak kulit buah naga merah

Semua perlakuan cake memiliki rasa manis, selain itu juga ada rasa khas tepung labu kuning yang menempel dilidah setelah dikonsumsi. Rasa manis berasal dari gula yang ditambahkan pada saat pembuatan cake. Cake labu kuning memiliki aroma khas tepung labu kuning. Tidak terdapat perbedaan aroma yang nyata pada setiap perlakuan hal tersebut disebabkan perbedaan prosentase penambahan tepung labu kuning hanya terpaut sedikit pada setiap perlakuan.

Perlakuan dengan prosentase tepung labu kuning 20% menghasilkan cake yang keras, sedangkan pada perlakuan prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% menghsilkan cake yang lembut. Tekstur cake dipengaruhi oleh bahan yang digunakan. Semakin banyak prosentase tepung labu kuning tekstur cake semakin kasar, hal itu disebabkan tepung labu kuning memiliki butiran yang lebih kasar jika dibandingkan dengan tepung terigu, untuk daya terima masyarakat prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% cake disukai panelis sedangkan pada prosentase tepung labu kuning 20% cake tidak disukai oleh panelis.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,

1. Prosentase tepung labu kuning memberikan pengaruh terhadap kadar betakaroten cake sedangkan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah tidak memberikan pengaruh terhadap kadar betakaroten cake. Kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan P3K3 (Prosentase tepung labu kuning 20% + ekstrak kulit buah naga merah 60 ml) yaitu 94,2160 ppm sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan P1K3 (Prosentase tepung labu kuning 10 % + ekstrak kulit buah naga merah 60 ml.

2. Prosentase tepung labu kuning dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah memberikan pengaruh terhadap kualitas cake, semakin tinggi prosentase tepung labu kuning dan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah warna cake semakin coklat, untuk rasa dan aroma semua perlakuan khas labu kuning, untuk tekstur prosentase tepung labu kuning

Perlakuan Organoleptik Daya Terima

Warna Aroma Rasa Tekstur

P1K1 Coklat muda Sedang Manis Lembut Suka

P1K2 Coklat muda Sedang Manis Lembut Suka

P1K3 Coklat muda Sedang Manis Lembut Suka

P2K1 Coklat Sedang Manis Lembut Suka

P2K2 Coklat Sedang Manis Lembut Suka

P2K3 Coklat Sedang Manis Lembut Suka

P3K1 Coklat Tua Sedang Manis Keras Kurang suka

P3K2 Coklat Tua Sedang Manis Keras Kurang Suka


(6)

9

10% dan 15% menghasilkan cake lembut, prosentase tepung labu kuning 20% menghasilkan cake keras, sedangkan untuk daya terima prosentase tepung labu kuning 10% dan 15% disukai panelis , prosentase tepung labu kuning 20% tidak disukai panelis. 4.2 Saran

Saran yang diberikan setelah melakukan penelitian ini sebagai berikut,

1. Penggunaan tepung labu kuning dalam pembuatan produk cake sebaiknya kurang dari 15% agar menghasilkan cake yang memiliki kualitas baik.

2. Perlu dilakukan uji lain selain betakaroten pada cake untuk mengetahui kandungan gizi dari bahan bakunya yaitu tepung terigu, tepung labu kuning dan kulit buah naga merah misalnya uji protein.

3. Penelitian selanjutnya diperlukan penambahan konsentrasi pewarna alami yang lebih tinggi agar menghasilkan warna cake yang menarik dan disukai panelis.

4. Pembuatan ekstrak kulit buah naga merah sebaiknya menggunakan akuades, agar

didapatkan hasil uji yang valid.

5. Penelitian selanjutnya perlu dikembangkan bahan lain yang mengandung gluten sebagai pengganti tepung terigu dalam pembuatan cake.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. Jakarta : BPS.

Elvizahro, Leiyla. 2011. “Kontribusi MP-ASI Bubur Bayi Instan Dengan Substitusi Tepung Ikan Patin

Dan Tepung Labu Kuning Terhadap Kecukupan Protein Dan Vitamin A Pada Bayi”.

Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi Kedokteran Universitas Diponegoro. Hendrasty, H.K, 2003. Tepung Labu Kuning Pembuatan dan Pemanfaatanya.

Yogyakarta: Kanisius.

Oktiarni, Dwita dkk. 2012.”Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocerus polyrhhizus sp.)

Sebagai Pewarna Dan Pengawet Alami Mie Basah”. Jurnal Gradien, Vol.8.No.2:819-824.

Santoso. Eli Budi dkk. 2013. “Pengaruh Penmbahan Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Susu Terhadap Sifat Sensoris Dan Sifat Fisikokimia Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata)”. Jurnal Teknosains Pangan, Vol2. No.3:15- 26.

Widyastuti, Angraeni Dewi. 2015. “Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata)

Terhadap Kadar Betakaroten Dan Daya Terima Pada Biskuit Labu Kuning”. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.


Dokumen yang terkait

KADAR KARBOHIDRAT DAN ORGANOLEPTIK MIE BASAH TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN PENAMBAHAN KULIT Kadar Karbohidrat dan Organoleptik Mie Basah Tepung Biji Nangka Dengan Penambahan Kulit Buah Naga Sebagai Pewarna Alami.

1 9 14

KADAR KARBOHIDRAT DAN ORGANOLEPTIK MIE BASAH TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN PENAMBAHAN KULIT BUAH NAGA SEBAGAI Kadar Karbohidrat dan Organoleptik Mie Basah Tepung Biji Nangka Dengan Penambahan Kulit Buah Naga Sebagai Pewarna Alami.

0 7 14

PENDAHULUAN Kadar Karbohidrat dan Organoleptik Mie Basah Tepung Biji Nangka Dengan Penambahan Kulit Buah Naga Sebagai Pewarna Alami.

0 6 5

KADAR BETAKAROTEN DAN ORGANOLEPTIK CAKE LABU KUNING DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH Kadar Betakaroten Dan Organoleptik Cake Labu Kuning Dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna Alami.

0 2 14

PENDAHULUAN Kadar Betakaroten Dan Organoleptik Cake Labu Kuning Dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna Alami.

0 3 4

DAFTAR PUSTAKA Kadar Betakaroten Dan Organoleptik Cake Labu Kuning Dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna Alami.

0 3 4

PENDAHULUAN Aktivitas Antioksidan dan Kualitas Es Krim Tradisional Labu Kuning (Cucurbita muschata) dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna Alami.

0 3 6

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA CAKE LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Cake Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Penambahan Pewarna Alami.

0 0 14

PENDAHULUAN Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Cake Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Penambahan Pewarna Alami.

0 0 5

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA CAKE LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Cake Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Penambahan Pewarna Alami.

2 3 13