Gejala Diagnosa GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSA

BAB 3 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSA

Hipersensitif dentin merupakan kondisi dengan rasa sakit yang sering terjadi dan mempengaruhi kenyamanan dan fungsi rongga mulut. 4 Beberapa penelitian melaporkan bahwa prevalensi hipersensitif dentin sekitar 4 - 57 . 10 Namun, data prevalensi hipersensitif dentin setiap daerah berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan dan kehidupan sosial individu masing-masing. 13 Di Amerika Serikat, sekitar 40 juta orang mengalami hipersensitif dentin setiap tahunnya. 11

3.1 Gejala

Klinis Gejala klinis hipersensitif dentin yakni berupa rasa sakit yang singkat, tajam dan spontan. Pada pemeriksaan mikroskopis, gigi yang mengalami hipersensitif dentin memiliki banyak tubulus dentin pada permukaan dentin yang tersingkap dimana jumlah tubulus dentin tersebut 8 kali lebih banyak dibandingkan gigi yang tidak mengalami hipersensitif dentin. Disamping itu, diameter tubulus dentin pun menjadi meningkat Gambar 10. Pada gigi yang tidak mengalami hipersensitif dentin, diameter tubulus dentin sekitar 0,4 mikron. Sedangkan pada gigi yang mengalami hipersensitif dentin, diameter tubulus dentin menjadi 0,8 mikron. Pada hipersensitif dentin yang parah, rasa sakit yang timbul dapat melibatkan seluruh gigi. 1,11,23 14 Universitas Sumatera Utara A B Gambar 10. Gambaran mikroskopis tubulus dentin A pada gigi yang tidak mengalami hipersensitif dentin dan B pada gigi yang mengalami hipersensitif dentin Ricarte JM dkk. Med Oral Patol Oral Cir Bucal Maret 2008; 133: E203.

3.2 Diagnosa

Ketika pasien memiliki keluhan gigi yang sensitif, pertimbangan pertama harus dilakukan adalah mencari faktor penyebab. Hal ini disebabkan sulitnya membedakan hipersensitif dentin dan berbagai kerusakan gigi dengan atau tanpa dihubungkan dengan pulpa. Pasien sering kesulitan untuk menjelaskan atau menggambarkan kapan timbulnya rasa sakit dan menunjukkan lokasi yang spesifik gigi yang mengalami hipersensitif dentin. Karakter rasa sakit hipersensitif dentin dapat diperoleh dari rangsangan perubahan suhu, kimiawi, sentuhan dan semprotan udara atau air. 4,29 Untuk menentukan diagnosa yang tepat, seorang dokter gigi harus memeriksa pasien dengan hati-hati dan teliti, termasuk frekuensi minum jus atau minuman asam lainnya, makanan, obat-obatan, riwayat medis contoh muntah ataupun gangguan pola makan seperti anoreksia dan bulimia nervosa. Banyak dokter gigi yang hanya terfokus pada satu faktor penyebab hipersensitif dentin saja yakni akibat adanya abrasi yang disebabkan prosedur penyikatan gigi. Dokter gigi juga harus mencatat 15 Universitas Sumatera Utara riwayat dan bentuk nyeri meliputi daerah yang nyeri pada gigi, intensitas nyeri, pemicu nyeri, serta frekuensi dan durasi masing-masing nyeri, keberadaan karies serta jumlah dan lokasi gigi yang sensitif. 4,29 Selama pemeriksaan, dentin terpapar yang menyebabkan tubulus dentin terbuka harus diperhatikan dan diperiksa. Alat-alat dan tes yang dipakai untuk membantu penentuan diagnosa, antara lain semprotan udara atau air, sonde, alat perkusi, tes gigitan, tes thermal dan pemeriksaan oklusi. Pemeriksaan gigi yang lengkap dengan sendirinya akan menentukan faktor penyebab hipersensitif dentin, apakah disebabkan oleh gigi atau restorasi yang fraktur, karies gigi, kegagalan perawatan endodonti, marginal leakage, ataupun pulpitis. 22 Penegakan diagnosa pada pasien yang diduga mengalami hipersensitif dapat diawali dengan pemberian rangsangan berupa panas, sentuhan, semprotan udara atau air serta sentuhan dari alat sonde eksplorer dan prob, Respon terhadap rangsangan- rangsangan tersebut bervariasi pada setiap pasien. Faktor yang menyebabkan respon pasien terhadap rangsangan bervariasi adalah toleransi pasien terhadap rasa sakit, tingkat emosi pasien, dan lingkungan. Pemeriksaan perkusi, penilaian oklusi, dan pengambilan radiografi juga dapat dilakukan dalam penegakan diagnosa hipersensitif. 22 Penentuan diagnosa banding juga perlu dilakukan dalam penegakan diagnosa hipersensitif dentin. Diagnosa banding hipersensitif dentin antara lain karies gigi, pulpitis, gigi atau restorasi yang fraktur, cracked teeth, dan nyeri neuropatik. 4 16 Universitas Sumatera Utara

BAB 4 TERAPI