Eksistensi ahlul bait dalam kitab tafsir Jami' al-Bayan fi Tafsiral-Qur'an karya Imam ibn Jarir ath-Thabari: Studi kritis surat al-Ahzab ayat 33

EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KJTAB TAFSIR
JAMI' AL-BAYAN FI TAFSIRAL-QUR.'AN I-)1)
Di dalam kamus bahasa disebutkan maknanya adalah dosa, kotoran, perbuatan
keji, perbuatan haram, perbuatan tabu, kekurangan-kekurangan. 1
Sementara para ulama tafsir di dalam menjelaskan maknanya terbagi menjadi
beberapa perkataan sebagai berikut:

'Atabik Ali dan Ahmad Znhdi Muhdlar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Yayasan Ali Maksum, 1996), Cet. ke-1, h. 632; Ahmad Warsan Munawwir, Kamus al-lvlunawwir,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 475-476; Hasanain Muhammad Makbluf. Kamus al-Qur 'an,
t・セェN@
Drs. Hery Noer Aly, (Bandung: Gema Risalab Press, 1996). Cet. ke-2, h. 233.

27

l) Muhammad al-Jauzi al-Quraisyi al-Baghdadi mengutip pendapat Mujahid,
Qotadah, as-Sadi, dan Muqatil mendefinisikannya dengan perbuatan syirik,
kejelekan, dan dosa. 2
2) Ahmad Mushthafa al-Maraghi menafsirkannya dengan kejahatan, keburukan, dan
kekejian3 .
3) Fakhruddin ar-Razi menafsirkannya dengan "dosa" (yyOll ). 4

4) Abu Hayyan menafsirkannya dengan "dosa" HセGQ@

). 5

5) al-Khazin menafsirkannya dengan dosa yang dilarangkan Allah kepada para istri
Nabi saw., dan mengutip pendapat Ibnu 'Abbas yang menafsirkan dengan
pekerjaan setan dan segala yang tidak diridhai Allah, dan dikatakan oleh suatu
pendapat maknanya adalah keragu-raguan HセiI@

dan kejelekan (oy.ll )6.

6) al-Alusi menafsirkannya dengan sesuatu yang kotor. Dan di dalam kitab tafsirnya
beliau mengutip pendapat para ulama tafsir, di antBranya as-Sadi yang
menafsirkannya dengan dosa ( ri'"'/.I ), az-Zajjaj menafsirkannya dengan perbuatan
fasik Hセi@

), Ibnu Zaid menafsirkannya dengan setan Hオセi@

menafsirkannya dengan syirik HN[Aセi@


),

), al-Hasan

dan dikatakan oleh pendapat-pendapat lain

'Muhammad al-Jauzi al-Quraisyi al-Baghdadi, Zaad al-Masir Fl 'Jim at-Tafsir, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1987), Jilid 6, h. 198.
3

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-lvfaraghi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid 8, h. 7.

4

al-Fakhr ar-Razi, lvfqfatih a/-Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), Jilid 13, h. 21.

5

Abu Hayyan, al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Jil, 1995), Jilid 4, h. 521.


6

al-Khazin, lubab at-Ta 'wil Pl Ma 'ani at-Tanzi/, (Dar al-Fikr, 1979), Jilid 3, h. 259.

29

maknanya adalah bakhil dan thoma' ( J3.+\1 _, c-J.11 ), hawa nafsu dan perbuatan
bid' ah ( t .l.)11 _, , 1セi@

) dan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan dosa, azab

(siksa), najis (kotoran-kotoran), dan kekurangan-kekurangar.?.
7) Imam Jalalain menafsirkannya dengan dosa ( f.>"'j.1). 8
Dari beberapa pendapat para ulama di atas, penulis menyimpulkan bahwa
makna dari "ar-rijs" adalah dosa, kejelekan atau keburukan, perbuatan syirik,
perbuatan setan, perbuatan fasik, keragu-raguan, bakhil, thama' (serakah), perbuatan
bid' ah, hawa nafsu, azab ( siksa), kotoran, dan kekurangan-kekurangan.

b. HセijaI@


1) Secara Bahasa
Secara bahasa sebutan "ahlul bait" terdiri dari dua kata, yaitu "ah!" dan

"bait".

Kata "ah!" mempunyai akar kata yaitu kata "ah!" itu sendiri yang baru bisa

dipahami pengertiannya setelah dirangkaikan dengan kata lain sehingga membentuk
suatu kata majemuk. Kata "ah!" yang dirangkaikan dengan nama tempat tertentu
berarti penghuni atau penduduk yang bermukim di tempat-tempat tertentu, seperti

ahlu Madyan, ahlul Qura, ahlul qmyah, ahlul bait, ahlul Madinah, dan ahlu1111ar. 9

7

al-Alusi, Ruh al-Afa 'ani, (Beirut Dar al-Fikr, 1994), Juz 21, h. 18.

8

Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tqfsir Ja/a/ain, (Surabaya: Piramid,

t.t. ), Juz 2, h. 109.
'Frof. Dr. H. Salman Harun (ed..), "Ahl", Ensiklopedi al-Qur'an, (Jakarta: Yayasan
Bimantara, 1997), h. 6.

30

Kata "ah!" yang berarti penghuni atau penduduk rnmah, keluarga, famili,
adalah masdar dari kata kerja JAl,i-JAI yang artinya kawin atau nikah, sehingga lafaz
セャェNQ@

セIi@

JA,1 artinya seorang laki-laki menikahi seorang perempuan sehingga

menjadikan perempuan itu sebagai anggota keluarganya. Kata "aha/a" akan bernbah
makna bila di-idhqfat-kan dengan kata lain, seperti "ah! ar-rajul" ialah istri dari
seorang laki-laki, "ah! al-madzhab" ialah orang yang menganut madzhab itu, "ah! al-

amri" ialah penguasanya, dan "ah! al-bait" adalah penduduk atau penghuni suatu
rnmah. 10

Berkata imam az-Zabidi:

Yang disebut "ah! al-mazhab" ialah "orang yang mengikuti dan
mempercayai suatu madzhab. Ahli seorang laki-laki adalah istrinya, termasuk
anak-anaknya. Berdasarkan pengertian inilah ayat al-Qur 'an セT@
j6 3 yang
dimaksud adalah istrinya. Ahli bagi Nabi saw. adalah istri beliau, anak-anak
beliau, dan menantu beliau yaitu 'Ali ra. dan istri-istrinya. Dan juga termasuk
semua keturunan yang ada hubungan darah dengan mereka. 11
Menurnt ar-Raghib al-Asfahani dalam "al-Mufradat" sebagaimana dikutip
oleh Ihsan Ilahi Zhahir:

Yang disebut ahli dari seorang laki-laki ialah anak keturunan yang ada
hubungan nasab (darah) dengannya. Dan disebut ahli agama ialah orang yang
menganut akan agama itu. Sedang disebut ahli suatu perusahaan ialah orang
yang turut beke1ja dalam perusahaan itu. Ahli suatu rumah ialah orang yang
tinggal dalam rumah itu. Dan ahli suatu negeri ialah orang-orang yang

10


Prof. Dr. Mahmud Yunus, KamusArah-lndonesia, (Jakarta: PTHidakarya Agung, 1989), h.
52; al-Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 20.
11

az-Zabidi al-Hanafi, Tajul 'Urus Min Jawahir al-Qamus, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 36.

31

menjadi