Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

b SE X 2 = SR X 2 . R 2 = 54,22 x 0,714 = 38,71 Dari perhitungan di atas didapatkan sumbangan relatif korelasi parsial antara variabel independen pengetahuan dan motivasi dengan variabel dependen perilaku didapatkan sumbangan relatif pengetahuan 45,78 dan sumbangan relatif motivasi 54,22. Jadi dari kedua variabel independen yang paling berpengaruh terhadap perilaku pembarantasan sarang nyamuk DBD di wilayah kerja Puskesmas Loa Ipuh Kabupaten Kutai Kartanegara adalah variabel motivasi 54,22. Dari perhitungan di atas juga didapatkan sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determitas yaitu sumbangan efektif untuk variabel independen pengetahuan didapatkan 32,69 sedangkan sumbangan efektif untuk variabel independen motivasi didapatkan 38,71 dari sumbangan tersebut didapatkan R square yaitu 0,714. Hasil perhitungan sumbangan efektif dan sumbangan relatif variabel pengetahuan dan variabel motivasi terhadap perilaku kepala keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Loa Ipuh Kabupaten Kutai kartanegara dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 4.13 Rangkuman Bobot Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel Bobot Efetif Bobot Relatif X 1 32,69 45,78 X 2 38,71 54,22 Jumlah 71,40 100,00

D. Pembahasan

1. Hubungan pengetahuan terhadap perilaku kepala keluarga dalam memberantas sarang nyamuk demam berdarah dengue Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku kepala keluarga dalam memberantas sarang nyamuk demam berdarah dengue terbukti dengan nilai uji statistik parsial antara variabel pengetahuan dengan variabel perilaku sebesar t hitung = 5,282 t table = 1,66. Hal ini terbukti pengetahuan responden tentang penyebab penularan demam berdarah dengue sebesar 55 menjawab dengan benar, tanda dan akibat demam berdarah dengue sebesar 54,9 menjawab benar, cara pencegahan demam berdarah dengue sebesar 55,4 menjawab benar, pemberantasan demam berdarah dengue sebesar 64,5 menjawab benar, dan pengetahuan tentang tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah dengue sebesar 60,2 menjawab benar. Berdasarkan prosentase jawaban benar pada variabel pengetahuan tentang aspek-aspek atau indikator variabel pengetahuan membuktikan bahwa hampir sebagian besar kepala keluarga telah mengetahui cara-cara mensikapi dan bagaimana harus berperilaku terhadap pemberantas sarang nyamuk demam berdarah dengue. Kenyataan ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo 2007 pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang 1 definisi dan penyebab demam berdarah dengue; 2 vektor dari penyakit demam berdarah dengue; 3 siapa saja dan kapan seseorang akan terjangkit demam berdarah dengue; 4 gejala dan akibat dari penyakit demam berdarah; 5 hal-hal apa saja yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah menularnya penyakit demam berdarah dengue pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Menurut Notoadmodjo 2003, tingkat pengetahuan memiliki 3 tingkatan pertama yaitu: 1 tahu know, 2 memahami comprehension, dan 3 aplikasi aplication. Ketika kepala keluarga mengetahui dan memahami bahwa demam berdarah itu adalah penyakit yang bisa menimbulkan kematian, yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegepty dan bisa dicegah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue secara rutin, maka kepala keluarga akan memiliki perilaku untuk melakukan pencegahan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin. Hasil penelitian ini membuktikan teori Notoadmodjo 2003 yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya, yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Menurut Notoadmodjo 2003, bahwa perilaku sesorang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa “perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap sesuai dengan konsep KAP Knowledge, Attitude dan Practice yang artinya sebelum kemampuan praktek perilakupractice terbentuk akan didahului oleh pengetahuan akan suatu hal know ledge”. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hasanah 2006 bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang DBD, semakin baik sikap mereka terhadap pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Untuk itu diperlukan usaha dari pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar ada peningkatan perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Usaha-usaha itu bisa melalui iklan layanan masyarakat di radio, televisi, dan koran. 2. Hubungan motivasi terhadap perilaku kepala keluarga dalam memberatas sarang nyamuk demam berdarah dengue Hasil penelitian ini membuktikan bahwa motivasi berhubungan signifikan dengan perilaku kepala keluarga dalam memberantas sarang nyamuk demam berdarah dengue terbukti dengan nilai uji statistik parsial antara variabel pengetahuan dengan variabel perilaku sebesar t hitung = 3,792 t table = 1,66. Hal ini terbukti motivasi responden untuk memberantas penyebab penularan demam berdarah dengue cukup tinggi, dari indikator internal yang meliputi kesehatan, kerapian, dan kebersihan menunjukkan bahwa yang menyatakan setuju dan sangat setuju sebesar 46,3 , 44,6, dan 44,8, sedangkan indicator eksternal yang meliputi pujian dan penghargaan yang menyatakan setuju dan sangat setuju sebesar 48,4, dan 42,5.. Berdasarkan prosentase jawaban benar pada variabel motivasi tentang aspek-aspek atau indikator variabel motivasi membuktikan bahwa hampir sebagian besar kepala keluarga memiliki motivasi yang cukup untuk melakukan pemberantas sarang nyamuk demam berdarah dengue. Kenyataan ini sejalan dengan pendapat Samsudin 2006 yang menyatakan bahwa motivasi adalah sebuah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi atau dorongan driving force dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan. Motivasi adalah dorongan dari luar dan dalam masing-masing individu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Kepala keluarga yang memiliki tinggi dalam perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue diharapkan mampu memberikan contoh yang baik kepada kepala keluarga lain yang kurang memiliki motivasi dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Kurangnya motivasi seseorang atau masyarakat terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit demam berdarah akan menyebabkan semakin besar kemungkinan timbulnya penyakit demam berdarah dengue. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue dapat dimulai dari membersihkan lingkungan sekitar rumah. Dewasa ini kesadaran masyarakat terutama kepala keluarga dalam hal memperhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal masih dirasakan sangat kurang. Penelitian ini sesuai juga dengan Handoko dan Yuli 2005, bahwa motivasi sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi adalah apa yang ada pada seorang yang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. 3. Hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap perilaku kepala keluarga dalam memberatas sarang nyamuk demam berdarah dengue Secara simultan pengetahuan dan motivasi berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Kabupaten Kutai Kartanegara, hal ini terbukti dengan uji statistik F hitung sebesar 25,141 F tabel sebesar 3,07 dengan p = 0,000 nilai  = 0,05. Tindakan pemberantasan sarang nyamuk meliputi tindakan: masyarakat menguras air kontainer secara teratur seminggu sekali, menutup rapat kontainer air bersih, dan mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga menjadi sarang nyamuk, serta tindakan abatesasi atau menaburkan butiran temephos abate ke dalam tempat penampungan air. Pemberantasan sarang nyamuk demam demam berdarah dengue dapat dimulai dari lingkungan tempat tinggal seperti rumah. Salah satu fungsi keluarga yang ada adalah fungsi perilaku, dimana kesehatan antar anggota keluarga dapat dinilai lewat perilaku dalam kehidupannya, yang didukung dengan tingkat pengetahuan yang baik. Perilaku yang baik untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih dari sarang nyamuk dapat terwujud apabila motivasi dari seluruh anggota keluarga juga baik. Seorang kepala keluarga hendaknya termotivasi untuk menjaga lingkungan rumah demi kesehatan seluruh anggota keluarga. Kepala keluarga mampu menjadi motor yang baik bagi keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kebanyakan kepala keluarga yang telah termotivasi untuk menjaga kebersihan lingkungan terpengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melelalui jenjang pendidikan formal, melainkan dari berbagai penyuluhan dan media massa. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik, maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Apabila dalam pemberian informasi tentang materi pengetahuan mengenai pemberantasan sarang nyamuk secara baik dan benar serta dapat dipahami dan dimengerti oleh kepala keluarga dalam suatu keluarga, menimbulkan sikap atau tindakan perilaku positif dan akan bersifat langgeng. Pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk akan memotivasi kepala keluarga untuk menjaga kesehatan keluarga. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan mampu memotivasi kepala keluarga untuk melaksanakan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dengan baik.

E. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD) DI KOTA KEDIRI

0 11 146

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora.

0 5 13

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD) DI RW I KELURAHAN MEDONO KECAMATAN PEKALONGAN BARAT KOTA PEKALONGAN.

1 1 3

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Kepala Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Di RW I, Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan.

0 0 109

MODEL PROMOSI KESEHATAN DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE.

0 2 18

Model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue AWAL

0 0 18

Model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue Ringkasan Disertasi

2 12 74

Hubungan Modal Sosial dengan Partisipasi Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Bantul

0 0 5

HUBUNGAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 15