Tingkat Emotional Spiritual Quotient ESQ terhadap Jenis Kelamin Tingkat Emotional Spiritual Quotient ESQ terhadap Suku

cara yang berbeda dalam bersosialisasi termasuk cara dalam bersikap dengan orang lain. Hasil penelitian karakterisik responden berdasarkan uang perbulan yang diterima responden yaitu jumlah responden paling banyak mempunyai uang perbulan sebesar Rp 700.000. Menurut Mahmud 2003 dalam Frisnawati 2012, mengatakan bahwa banyak orang cenderung egois dan melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu imbalan. Hal ini menimbulkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial. Oleh karena itu, faktor ekonomi bisa mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

2. Tingkat Emotional Spiritual Quotient ESQ terhadap Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai ESQ yang paling tinggi adalah jenis kelamin perempuan. Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita lebih menyadari emosi mereka, menunjukkan empati dan lebih baik dalam hubungan interpersonal dibandingkan dengan pria. Penelitian yang dilakukan oleh Singh 2002 dalam Sarhad 2009 juga menunjukkan bahwa wanita memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi . Hal ini didukung oleh Goleman 1995 dalam Khaterina dan Garliah 2012 mengatakan bahwa orang tua lebih banyak memperlihatkan emosi yang bervariasi ketika berinteraksi dengan anak perempuan, sehingga anak perempuan menerima lebih banyak pelatihan pada emosi. Ramayulis 2002 dalam Lesmana 2014 menuliskan ada beberapa faktor yang memepengaruhi kecerdasan spiritual, salah satunya adalah faktor jenis kelamin, wanita lebih cendrung rajin atau tekun untuk melakukan ritual keagamaan yang diyakininya, seperti ke tempat peribadatan agama dan ritual keagamaan yang menyebabkan kecerdasan spiritual tinggi. Oleh karena itu, jenis kelamin mempengaruhi tingkat emotional spiritual quotient ESQ.

3. Tingkat Emotional Spiritual Quotient ESQ terhadap Suku

Penelitian ini menunjukan bahwa suku jawa memiliki tingkat ESQ yang tinggi dibangdingkan suku non jawa. Hal ini dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah suku. Menurut Septian dan Edy 2011, budaya dalam berbagai suku mengandung cara hidup yang berbeda-beda, meliputi cara berpikir dan bertindak. Konsep kecerdasan emosi dalam konteks budaya Jawa dipahami sebagai kemampuan dalam mengelola nafsu dan rasa. Budaya jawa mengenal konsep ini dengan istilah narima in pandum sebagai wujud dari mawas diri, tata, empati, niat, kehendak sejati dan keselarasan sosial Casmini, 2011. Bagi Orang Jawa kehidupan pada dasarnya telah diatur oleh Tuhan, manusia tinggal menerima apa adanya, tabah dan pasrah terhadap takdir. Budaya Jawa melakukan internalisasi secara turun- temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya melalui unit-unit masyarakat sejak dari keluarga, sekolah, hingga arena sosial yang lebih luas Sedyawati, 2006.

4. Tingkat Altruisme terhadap Jenis Kelamin