UPAYA-UPAYA PEMENANGAN POLITISI ETNIS TINGHOA DALAM PEMILU LEGISLATIF ERA REFORMASI DI KOTA MEDAN.

UPAYA-UPAYA PEMENANGAN POLITISI ETNIS
TINGHOA DALAM PEMILU LEGISLATIF
ERA REFORMASI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
JONUEL SAPUTRA HUTAHAEAN
3123121026

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
JONUEL SAPUTRA HUTAHAEAN. NIM 3123121026. UPAYA-UPAYA
PEMENANGAN POLITISI ETNIS TIONGHOA DALAM PEMILU

LEGISLATIF ERA REFORMASI DI KOTA MEDAN. SKRIPSI JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang melatar
belakangi keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik serta untuk mengetahui upaya
pemenangan politisi etnis Tionghoa dalam pemilu legislatif era Reformasi di kota
Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
penelitian lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian lapangan di skretariat DPC PDIP kota Medan,
kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Medan dan di sekretariat
PSMTI kota Medan. Kemudian dilakukan wawancara dengan Hasyim (Ketua
DPC PDIP kota Medan, sekaligus ketua DPC PDIP kota Medan), Wong Chun Sen
(anggota DPRD koa Medan dari Fraksi PDIP), Andri Agam (Staf ahli Fraksi
Gerindra), Arifin (staf ahli Fraksi Demokrat), Bayu Rini (pengurus DPC PDIP
kota Medan) dan Halim Loe (Penasehat PSMTI kota Medan). Dari penelitian
yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa keterlibatan etnis Tionghoa dalam
politik di latar belakangi oleh beberapa faktor, yakni: faktor panggilan jiwa, faktor
politik identitas, faktor pragmatis, faktor politik lokal, faktor otonomi daerah,
faktor demokrasi, faktor diberlakukannya HAM dan faktor kekuasaan. Dari
penelitian ini juga diperoleh hasil, bahwa berbagai upaya dilakukan oleh politisi

etnis Tionghoa untuk memenangkan pemilu legislatif era reformasi di kota
Medan, upaya-upaya tersebut antara lain: strategi memilih partai politik, upaya
menjadi kader serta menjadi calon legislatif dari partai politik, membuat tim
sukses, menyusun program kerja termasuk visi-misi dan sekaligus janji politik,
memilih dan menggunakan media kampanye, melakukan sosialisasi atau
kampanye serta terakhir adalah upaya memelihara dan merawat suara atau
dukungan dari konstituen (masyarakat).
Kata Kunci : Etnis Tionghoa, Pileg, Pemenangan Pemilu.

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan kasih dan anugerah-Nya yang tiada batas, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan perkuliahan pada jenjang S-1. Adapun yang menjadi judul
skripsi ini adalah: “Upaya-Upaya Pemenangan Politisi Etnis Tinghoa Dalam
Pemilu Legislatif Era Reformasi Di Kota Medan”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
dimana masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan maupun

dari segi literatur ilmu, oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan
masukan dan kritikan yang bersifat membangun drmi penyempurnaan sripsi ini.
Atas masukan yang diberikan penulis mengucapkan terimakasih.
Untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak baik yang berupa bantuan doa, moril dan materil. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan sekaligus Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan
masukan kepada penulis, beliau sudah menjadi ayah saya selama
menempuh pendidikan di kampus. Trimakasih ayah.

ii

4. Bapak Syahrul Nizar S, M. Hum, M.A selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan

Sejarah


sekaligus

Dosen

Pengujiyang

telah

banyak

memberikan saran-saran membangun kepada penulis.
5. Bapak Drs. Ponirin M.Si selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing
Akademik. Semoga sehat selalu pak, dan senantiasa dalam lindungan
Tuhan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Sosial terkhusus di Jurusan
Pendidikan Sejarah. Ibu Lister Eva, Ibu Syamsidar, Ibu Hafnita, Ibu
Syarifah, Ibu Apri, Ibu Ika, kak Silvy (TU), Bapak Ichwan Azhari, Bapak
Pristi, Bapak Pulung, Bapak Haris dan Bapak Arfan, Bang Akhmad Fakhri
Nasutionyang telah banyak memberi pengajaran dan inspirasi kepada saya.

7. Kedua Orang Tua yang sangat saya kasihi, Ayahanda Bambang Osmar
Hutahaean dan Ibunda Pasti Uli br. Manurung yang senantiasa mendoakan
seluruh perjalanan hidup penulis. Didikan dan semangat dari kalian yang
mengajarkan saya untuk selalu tahu diri dalam menempuh pendidikan,
selalu mengajarkan bagaimana untuk selalu terlebih dahulu menilik
kebawah sebelum menengadah keatas, dimana masih lebih banyak orang
yang tidak mampu menempuh pendidikan, maka harus senantiasa
bersyukur dan rendah hati serta takut Tuhan.
8. Kepada Keluarga Besar, abang Boy Hutahaean, S.Pd yang selalu ada
ketika penulis butuh semangat dalam bentuk apapun itu, Kakak Fricka
Hutahaean yang senantiasa memantau perkembangan penulis. Trimakasih
buat semangatnya!. Buat Christine Yohanna Hutahaean trimakasih untuk

iii

menjadi adik yang senantiasa membantu penulis, tercapailah mimpi dan
cita mu dik!, buat Opung dan Paktua semoga panjang umur dan sehat
selalu.
9. Kepada pihak DPC PDIP (Partai demokrasi Indonesia Perjuangan) kota
Medan, terlebih kepada bapak Kasyim, Wong Chun Sen, Bayu Rini yang

telah bersedia menjadi informan yang memberikan informasi, data dan
petunjuk juga saran kepada penulis. Sukses terus, selalu semangat buat
menyerap dan menyampaikan aspirasa masyarakat Medan untuk Medan
yang lebih baik.
10. Kepada pihak Fraksi Gerindra DPRD kota Medan, terlebik kepada bapak
Adri Agam telah bersedia menjadi informan yang memberikan informasi,
data dan petunjuk juga saran kepada penulis. Sukses buat rencana bapak
untuk maju dalam pemilu legislatif periode yang akan datang pak.
11. Kepeda pihak fraksi Partai golkar DPRD kota Medan terlebih bapak
Arifin. Semoga tuhan Memberkati bapak.
12. Kepada pihak PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa) kota Medan
terlebih kepada bapak Halim Loe, Thanks a lot for all of your kindness,
sir! Kalian luar biasa. Tuhan memberkati.
13. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Sejarah Angkatan 2012,
terkhusus kepada rekan-rekan di kelaurga besar Yahudi’s Class (B
Reguler). Ada 40 orang kita, trimakasih untuk kalian semua. Canda, tawa,
tangis kita sudah lewati itu bersama.

iv


14. Keluarga besar Naposo (Pemuda) Sektor I HKBP Seksama Resort
Seksama Medan. Terimakasi atas semua hal yang boleh kia lewati
bersama termasuk pelayanan, pergumulan, tawa-canda-tangis, suka duka
pelayanan, buat semua dukungan dan doanya. Semoga Naposo Sektor I
semakin bertumbuh di dalam Yesus Tuhan kita .
15. Kepada Indah, Memes dan Kalin, Rani Siringo-Ringo, Jefry, Romi
trimakasih untuk pertemanan semoga persahabatan kita tetap berlanjut
hingga tua. penulis selama penyusunan skripsi. Terkhusus buat Indah
semoga cepat menyusul dan tetap semangat!.
16. Untuk seluruhnya rekan-rekan di PPLT SMK N 1 Meranti. Trimakasih
untuk kebersamaannya. Semoga cepat menyusul kawan-kawan. Semangat
dan God Bless!
17. Buat teman-teman di club bulutangkis (PB) Adyatama dan Classic untuk
semua dukungan dan doanya.
18. Kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelasaikan
penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Medan, September 2016
Penulis


Jonuel S. Hutahaean

v

DAFTAR ISI
ABSTRAK

..................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ...................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................


ix

DAFTAR TABEL .........................................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

1.2 Identifikasi Masalah .........................................................................

8

1.3 Pembatasan Masalah .........................................................................

8


1.4 Rumusan Masalah.............................................................................

8

1.5 Tujuan Penelitian ..............................................................................

9

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1

Kajian Pustaka ...............................................................................

2.2

Kajian Teori


2.3

11

2.2.1 Teori Perilaku Pemilih .........................................................

14

2.2.2 Teori Kekuasaan ..................................................................

17

2.2.3 Teori Jaringan Sosial ...........................................................

20

Kerangka Konseptual
2.3.1 Konsep Politisi Etnis Tionghoa ...........................................

22

2.3.2 Konsep Pemilihan Umum ....................................................

26

2.3.3 Konsep Reformasi ...............................................................

27

2.4

Kerangka Berfikir ..........................................................................

30

2.5

Hipotesis ........................................................................................

31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .............................................................................

32

3.2 Lokasi Penelitian ..............................................................................

34

3.3 Sumber Data .....................................................................................

35

viii

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................

36

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................

37

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Lokasi penelitian........................................... .......

39

1. Sejarah Singkat Kota Medan..................................... ................

39

2. Keadaan Geografis Kota Medan........................................ .......

41

3. Keadaan demografis kota Medan...................................... ........

44

4. Sarana Dan Prasarana..................................................... ...........

48

B. Etnis Tionghoa Di Kota Medan.................................................. .......

50

1. Latar Belakang Kedatangan Etnis Tionghoa Di Kota Medan ...

50

2. Sosial-ekonomi Etnis Tionghoa Di Kota Medan................. .....

52

C. Dinamika Keterlibatan Etnis Tionghoa Dalam Politik.................. ....

54

1. Keterlibatan Etnis Tionghoa Dalam Politik Pada Era Orde Lama 54
2. Keterlibatan Etnis Tionghoa Dalam Politik Pasca-Reformasi..... 56
a. Tokoh Etnis Tionghoa Yang Menjadi Pengurus Partai
Politik........................................................................... ........

57

b. Tokoh Etnis Tionghoa Yang Menjadi Anggota DPRD Kota
Medan.......................................................................... ........

57

D. Faktor-faktor Yang Melatar Belakangi Keterlibatan Etnis Tionghoa
Dalam Politik Era Reformasi Di Kota Medan................................ .

59

1. Faktor Eksternal.................................................................... ....

59

a. Faktor Politik Lokal............................................................ ..

60

b. Faktor Otonomi Daerah............................................................. 61
c. Faktor Era Demokrasi Dan Diberlakukan Hak Asasi Manusia 62
2. Faktor Internal.................................................................. .........

64

a. Faktor Panggilan Jiwa...........................................................

64

b. Faktor Politik Identitas..................................................... ....

72

c. Faktor Kepentingan Pragmatis .............................................

76

d. Faktor Kekuasaan........................................................... ......

77

E. Upaya-upaya Pemenangan Politisi Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan
Umum Legislatif Era Reformasi Di Kota Medan... ...........................

viii

82

1. Menjadi Kader Parpol Kemudian Menjadi bakal Calon Legislatif 83
a. Strategi Memilih partai Politik .............................................

83

b. Menjadi Kader Dan Mencalonkan Diri Sebagai Caleg ........

85

2. Pembuatan Tim Sukses................................................................

86

3. Membuat Program Kerja .............................................................

88

4. Sosialisasi Figur caleg .................................................................

91

a. Sosialisasi Langsung .............................................................

92

b. Sosialisasi Tidak langsung ...................................................

94

5. Memilih Dan Menggunakan Media Kampanye ..........................

96

6. Memelihara Dan Merawat Dukungan (konstituen) .....................

99

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 101
B. Saran .................................................................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Peta Kota Medan
Lampiran 3 Daftar Informan
Lampiran 4 Foto-Foto Penelitian

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Dapim dan Kecamatan
Kota Medan

42

2. Tabel 4.2 Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan,
Jenis Kemamin dan Rumah Tangga Tahun 2014

44

3. Tabel 4.3 Ragam Profesi Masyarakat Kota Medan Tahun
2009

45

4. Tabel 4.4. Perbandingan Kelompok Etnik di Kota Medan
Pada Tahun 1930, 1980, 2000

46

5. Tabel 4.5. Penduduk Kota Medan Menurut Agama
Tahun 2014

47

6. Tabel 4.6. Banyaknya Sekolah di Kota Medan Tahun 2013

48

7. Tabel 4.7. Banyaknya Tempat Peribadatan di Kota Medan
Tahun 2014

49

8. Tabel 4.8. Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya
di Kota Medan Tahun 2014

50

9. Tabel 4.9. Warga Kelompok Etnis Tionghoa yang Terlibat
dalam Politik pada Era Awal Kemerdekaan hingga Era
Orde Lama (1946-1966)

55

10. Tabel 4.10. Warga Kelompok Etnis Tionghoa yang Menjadi
Pengurus Partai Politik

57

11. Tabel 4.11. Warga Kelompok Etnis Tionghoa yang Menjadi
Anggota DPRD Kota Medan Era Pasca-Reformasi

58

12. Tabel 4.12. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Keterlibatan
Etnis Tionghoa dalam Politik Era Reformasi di kota Medan

x

81

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Etnis Tionghoa di Indonesia memiliki sifat politis dan dinamis dalam arti

mereka menaruh perhatian pada keadaan dan perkembangan politik disekitarnya.
Meski demikian hanya sedikit dari mereka yang terlibat aktif dalam perpolitikan
Indonesia. Sejarah mencatat bahwa pada masa Kolonial Belanda sampai masa
Orde Lama, terdapat beberapa tokoh Tionghoa yang aktif dalam politik yang telah
mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah sosial politik.
Bukti keterlibatan etnis Tionghoa di Indonesia, dapat dilihat dari eksistensi
mereka dalam politik lokal dan pergerakan nasional, yakni munculnya organisasi,
serikat dan atau partai politik yang didirikan dengan beranggotakan etnis
Tionghoa; keberadaan jurnalis dan surat kabar etnis Tionghoa yang bermuatan
politik; terdapatnya tokoh-tokoh politik etnis Tionghoa; membentuk tentara
keamanan; hingga turut andil dalam mengukuhkan komitmen; persatuan bangsa,
bahasa dan tanah air yng dikenal sebagai sumpah pemuda. Para tokoh etnis
Tionghoa juga tercatat sebagai anggota dari BPUPKI dan PPKI.
Namun pasca meletusnya pemberontakan G30S 1966 dan beralihnya
pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, menyebabkan hak politik etnis Tionghoa
semakin dibatasi. Dengan alasan keamanan nasional, Soeharto mengintensifkan
berbagai usaha asimilasi budaya. Semua sekolah Cina dilarang, penggunaan
bahasa Cina tidak dianjurkan dan penerbitan surat kabar dalam bahasa Cina tidak

diperbolehkan, serta etnis Tionghoa dihimbau untuk mengganti dengan memakai
nama-nama yang terdengar seperti nama Indonesia yang tertuang dalam berbagai
peraturan dan kebijakan pemerintah.
Selama Orde Baru keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik tanah air
nyaris tidak pernah terdengar. Meski ada beberapa etnis Tinghoa yang terlibat
dalam percaturan politik namun jumlahnya tidak seberapa atau sangat sedikit;
baik dilembaga legislatif (DPR-DPRD) maupun eksekutif juga menteri yang
duduk dalam kabinet Ampera jika dibandingkan jumlah mereka yang kira-kira
menjapai 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karena
semangat orang Tionghoa dipatahkan agar tidak terlibat dalam politik dengan
berbahgai cara, seperti; kebijakan diskriminatif, baik dalam bidang politik
maupun

sosial.

Potensi

politik

etnis

Tionghoa

dibatasi

dengan

mengkonsentrasikan mereka dibidang ekonomi, bisnis, industri dan manufaktur.
Semasa Orde Baru berkuasa, etnis Tionghoa praktis dibatasi untuk terlibat
dalam politik diseluruh wilayah NKRI, tanpa terkecuali dikota Medan. Etnis
Tionghoa seakan enggan terlibat dan dilibatkan dalam kegiatan politik lokal dan
pusat. Kelompok ini seakan diarahkan untuk bergelut dibidang ekonomi saja.
Perlakuan diskriminatif politik berlaku selama masa pemerintahan Soeharto,
seperti adanya peratuaran ganti nama yang diatur dalam Keputusan Presidium
Kabinet No. 127/U/Kep/12/1966; Impres No.14/1967 yang mengatur tentang
agama/kepercayaan, tradisi/adat-istiadat Tionghoa yang pengamalannya hanya
boleh dilaksanakan dan atau dirayakan dilingkungan sendiri atau bukan tempat
umum; pemberian kode khusus pada KTP; pengenalan bukti kewarganegaraan

Republik Indonesia; belum lagi deretan berupa traumatik politik yang dialami
oleh etnis Tionghoa dimasa Orde Baru, bahkan dibentuk suatu badan intelegensi
yang khusus bertugas mengawasi etnis Tionghoa, yaitu Badan Koordinasi
Masalah Cina yang singkat BKMC. Hal ini menimbulkan sikap eksklusif, apatis
bagi etnis Tionghoa dalam dunia politik.
Lengsernya Soeharto dan naiknya Habibie menandai babakan baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dinamai era Reformasi. Era Reformasi
yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1998 memiliki arti penting, tidak
hanya bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga bagi kalangan etnis
Tionghoa Indonesia. Suasana baru ini sudah tentu mempengaruhi pemikiran
politik etnis Tionghoa. Jika di era Orde Baru kelompok minoritas etnis Tionghoa
tidak dapat dengan bebas berkecimpung didunia politik, maka sekarang mulai
mendapatkan kebebasan sebagai mana etnis lain di Indonesia. Kalangan etnis
Tionghoa bebas dan berhak memasuki bidang apa saja, termasuk: bidang birokrasi
sehingga mereka dengan leluasa mencoba berprofesi sebagai guru, TNI/Polri atau
jabatan birokrat lainnya, juga bidang kesenian sehingga mereka bebas menggelar
pertunjukan barongsai bahkan mereka pun memiliki kebebasan yang sama dengan
etnis lainnya untuk memasuki bidang politik yang diera Orde Baru ditabuhkan.
Bukan hanya itu etnis Tionghoa juga bebas dan berhak mendirikan partai politik
yang khusus mendidik kalangan Tionghoa atau masuk menjadi bagian dari partai
politik lain yang lebih inklusif.
Sejak bulan Mei 1998, pemerintah Indonesia telah memberikan kebebasan
kepada warga negara etnis Tionghoa untuk menyampaikan pendapat secara

terbuka, mendirikan partai politik, menyelenggarakan dan mempraktekan adat
kebiasaan mereka secara terbuka. Sebagai mana bunyi konstitusi Indonesia yang
menjamin hak-hak warga negara. Mulai era Reformasi berlaku pada tahun 1998
membawa iklim demokrasi dan keterbukaan termasuk terbukanya kesempatan
yang sama bagi semua warga negara terhadap semua aspek kehidupan, khususnya
aspek politik. Momentum ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh etnis
Tionghoa untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan hak mereka sebagai
warga negara yang sah dihadapan hukum melalui saluran-saluran politik seperti
yang tercantum dalam azas demokrasi politik.
Setelah sistem electoral dilakukan secara langsung baik untuk pemilihan
Kepala Daerah dan pemilihan DPRD, memunculkan sebuah indikasi telah terjadi
pergeseran politik yang dikembangkan oleh etnis Tionghoa. Kekuatan lobby
maupun kekuatan finansial saat ini dirasakan tidak cukup untuk mengkontrol
berbagai kebijakan politik ditegah rumitnya dinamika politik lokal di kota Medan.
Ada semacam keharusan bahwa etnis Tionghoa harus terlibat langsung dalam
sistem politik sekaligus menanggalkan image (anggapan) sebagai etnis perantara.
Pada masa pemerintahan presiden K.H. Abdulrrahman Wahid, pemerintah
memberikan apresiasi kepada kelompok etnis Tionghoa, kemudian dilanjutkan
oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, maka etnis Tionghoa merasakan bahwa
inilah saat yang tepat untuk terjun kedunia politik sebagai bagian dari partisipasi
mereka sekaligus sebagai warga negara seutuhnya. Hal ini juga diperkuat dengan
penunjukan dan pengangkatan Kwik Kiet Gie menjadi salah satu menteri dalam
kabinet yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Terlepas dari itu setelah era Reformasi partai-partai lain pun mulai membuka diri
terhadap etnis Tionghoa, seperti PAN, PKB, Partai Demokrat, Golkar, PDIP, dll.
Hal ini turut menandai mulai membaiknya hubungan antar etnis di Indonesia
setelah sekian lama terpolarisasi. Bukan hanya itu, partai politik juga semakin
tumbuh subur dan bertambah banyak di bumi Nusantara, termasuk yang didirikan
dan beranggotakan etnis Tionghoa seperti; Partindo, PPIB. Tercatat bahwa peserta
pemilu legislatif pada pemilu pertama era reformasi (1999) sebanyak 48 partai
politik yang telah lulus proses seleksi.
Beberapa tokoh etnis Tioghoa asal kota Medan yang terlibat dalam politik
adalah Hashim, SE yang saat ini tercatat sebagai anggota DPRD sekaligus ketua
Fraksi PDIP kota Medan. Hasyim yang telah duduk sebagai anggota dewan dalam
2 priode terakhir juga tercatat sebagai ketua DPC kota Medan. Selain Hasyim saat
ini PDIP juga meloloskan satu nama lagi anggota DPRD dari etnis Tionghoa, dia
adalah Wong Cun Sen yang terpilih dari dapim IV. Ada juga Lily MBA yang
merupakan anggota DPRD dari Fraksi PPIB kemudian berafiliasi ke partai Gindra
(2009). Selain Lily wanita lain yang berhasil menjadi anggota DPRD ialah Janlie,
SE, Ak juga dari PPIB kemudian berafiliasi ke partai Gindra.
Selain nama ke empat tokoh tersebut diatas masih terdapat beberapa nama
lagi dari etnis Tionghoa yang pernah menjadi anggota DPRD kota Medan, yakni
A Hie, SH dari partai Demokrat dan beberapa etnis Tionghoa yang sempat
menjadi caleg berturut-turut mereka ada adalah sebagai berikut: A Toni (PKDI), R
Eddy (PPPI), Dr Rudy Wu (PKDI), Yan Loe (PRN). Pencapaian ini membuktikan
besarnya potensi yang dimiliki oleh etnis Tionghoa untuk berdikari di bidang

politik, sekaligus sebagai upaya prmbuktian eksistensi dan jati diri sebagai warga
negara Indonesia yang sah di hadapan hukum dan negara.
Bebagai organisasi Tionghoa juga tumbuh subur di Sumatra Utara
khususnya di kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan beberapa
organisasi seperti: INTI (Perkumpulan Tionghoa Indonesia), PSMTI (Paguyuban
Sosial Marga Tionghoa), PASTI (Paguyuban Suku Tionghoa Indonesia) yang
diprakarsai dan beranggotakan etnis Tionghoa. Selain sebagai bukti eksistensi
mereka, organisasi-oganisasi ini diproeksi juga sebagai satu strategi dalam upaya
mendapatkan dukungan atau dengan kata lain sebagai sarana kampaye mencari
masa dan simpati.
Sejak memasuki era Reformasi keterlibatan etnis Tionghoa dalam dunia
politik dikota Medan semakin besar. Ini dapat dilihat dari terpilihnya mereka
sebagai anggota DPRD kota Medan. Aspirasi politik mereka selalu terwakili
dengan keberadaan mereka yang duduk sebagai anggota DPRD kota Medan.
Bahkan pada priode tahun 2004-2009 terdapat empat wakil mereka di DPRD kota
Medan. Dan saat ini (2014-2019) mereka meloloskan dua wakil untuk duduk
sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah kota Medan. Hal ini menunjukan
antusiasme atau eksistensi etnis Tionghoa yang cukup besar dalam politik pada
era reformasi. Dengan demikian keterlibatan kelompok Tionghoa kota Medan
dalam politik sejak awal reformasi hingga saat ini sudah menunjukan kemajuan
yang signifikan jika dibandingkan dengan keterlibatannya di era Orde Baru, meski
sebenarnya angka ini (2-4 orang) tergolong kecil atau rendah menginggat etnis
Tinghoa menempati urutan 3 terbanyak di kota Medan dengan persentase kira-kira

sebesar 10,6% atau tepat dibawa suku atau etnis Jawa dan Batak yang masingmasing berjumlah 33% dan 20,9%.
Keberhasilan etnis Tionghoa menjadi pengurus partai politik dan menjadi
anggota legislatif merupakan indikator eksistensidan potensi etnis Tionghoa
dalam bidang politik. Penulis menyadari bahwa fenomena ini tak serta-merta
terjadi begitu saja, bahwa ada faktor latar belakangketerlibatan etnis
Tionghoadalam dunia politik. Menurut kesimpulan sementara, sedikitnya terdapat
tiga faktor yang keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik, yakni: era reformasi
yang memungkinkan kaum minoritas Tionghoa dapat terlibat secara aktif dalam
politik, faktor sejarah dan terakhir adalah faktor kekuasaan (ekonomi)
Dalam pemilihan umum legislatif pasca runtuhnya Orde Baru, dari tahun
1999 hingga 2014 dapat di lihat bagaimana antusias dan eksistensi masyarakat
etnis Tionghoa dalam pesta rakyat 5 tahuan-an ini. Berbagai upaya mereka
lakukan guna menarik simpati dan dukungan masyarakat luas untuk mendukung
mereka dalam pemilihan umum. Mulai dari strategi memilih partai, mendirikan
partai politik yang menjadi kendaraan politik, mekanisme menggerakan masa,
mendirikan organisasi, janji-janji atau program kerja saat masa kampanya hingga
teknik kampanye.
Dari beberapa uraian tentang perkembangan partisipasi politik etnis
Tionghoa yang mengalami pasang-surut dan dinamika politik diatas, membuat
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang faktor latar belakang
keterlibatan atau motif warga etnis Tionghoa terlibat politik. Selain itu peneliti
juga ingin mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh politisi etnis Tionghoa

dalam rangka memenangkan pemilihan umum legislatif di Kota Medan (DPRD
T.II). Sehingga penulis mengangkat judul penelitian: “Upaya-Upaya yang
Dilakukan Politisi Etnis Tionghoa dalam Pemilu Legislatif Era Reformasi di Kota
Medan.”
1.2

Identifikasi Masalah
Dari

uraian

latar

belakang

permasalahan

diatas,

maka

penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dinamika keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik pada ea
Orde Lama
2. Latar belakang keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik era
Reformasi di kota Medan
3. Upaya-upaya yang dilakukan politisi etnis Tionghoa dalam pemilihan
umum legislatif era reformasi di kota Medan.
1.3

Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan memaksimalkan hasil penelitian,

maka peneliti membatasi masalah penelitian, yaitu: keterlibatan etnis Tionghoa
dalam politik era Orde Lama, faktor latar belakang keterlibatan dan upaya-upaya
politisi etnis Tionghoa dalam pemilu legislatif era reformasi di kota Medan.
1.4

Perumusan Masalah
Secara spesifik, pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik pada era Orde

2. Apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi keterlibatan etnis
Tionghoa dalam politik era Reformasi di kota Medan?
3. Bagaimana upaya-upaya pemenangan politisi etnis Tionghoa dalam
pemilu legislatif era reformasi di kota Medan?
1.5

Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Untuk mengetahui latarbelakang keterlibatan etnis Tionghoa dalam
politik sebagai calon legislatif dalam pemilu era Reformasi.
2. Untuk mengetahui berbagai upaya pemenangan politisi etnis Tionghoa
dalam pemilihan umim legislatif di kota Medan.

1.6

Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian

ini memberikan manfaat:
1. Untuk memambah dan mengasah ilmu pengetahuan serta wawasan
peneliti

tentang

latarbelakang

keterlibatan

dan

upaya-upaya

pemenangan etnis Tionghoa dalam pemilu Legislatif era Reformasi.
2. Untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca baik dari kalangan
intelektual muda seperti mahasiswa maupun

masyarakat umum

tentang latarbelakang keterlibatan dan upaya pemenagan politisi etnis
Tionghoa dalam memenangkan pemilu era reformasi di kota Medan.
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang
bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.

4. Memperkaya

informasi

bagi

akademisi

UNIMED,

khususnya

Pendidikan Sejarah untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami
mengenai etnis Tionghoa dan partisipasinya dalam bidang politik.
5. Menambah perbendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan
terkhusus Universitas Negeri Medan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.

Pada era Kolonial Belanda hingga Orde Lama etnis Tionghoa secara aktif
terlibat dalam perpolitikan Indonesia. Namun karena corak dan karakteristik
rezimOrde baru yang otoriter sekaligus anti komunis dengan mengeluarkan
berbagai kebijakan yang bersifat asimilatif dan deskriminatiftidak
memberikan peluang kepada masyarakat etnis Tionghoa dalam panggung
politik. Bergulirnya era Reformasi membawa perubahan besar bagi sistem
kenegaraan dan politik Indonesia yang memungkinkan etnis Tionghoa dapat
terlibat dalam politik termasuk sebagai anggota DPRD

2.

Berbagai faktor melatar belakangi keterlibatan etnis Tionghoa dalam politik
era Reformasi dikota Medan, yakni faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor-faktor ekternal tersebut yakni: politik lokal, otonomi daerah, faktor
demokrasi, dan diberkalukannya HAM. Sedangkan foktor-faktor internal
yakni: panggilan jiwa, politik identitas, kepentingan pragmatis dan faktor
kekuasaan.

3.

Berbagai upaya dilakukan oleh politisi etnis Tionghoa untuk memenangkan
pemilu legislatif era reformasi dikota Medan. Upaya-upaya tersebut yakni:
Strategi memilih partai politik, upaya menjadi kader dengan selanjutnya
mencalonkan diri sebagai caleg, membuat tim sukses, menyusun program
kerja, visi-misi dan sekaligus janji politik, melakukan sosialisasi atau

1

kampanye

baik

langsung

maupun

tidak

langsung,

memilih

dan

menggunakan media kampanye, upaya memelihara dan merawat dukungan
masyarakat (konstituen).

2

B. Saran
1.

Sebagai negara yang demokratis dan berideologikan Pancasila, sebaiknya
memberlakukan azas persamaan hak kepada setiap warga negara untuk
terlibat aktif dalam membangun bangsa dan negara tidak terkecuali kepada
masyarakat etnis Tionghoa.

2.

Sebagai masyarakat yang bineka tunggal ika atau yang beranekaragam baik
dari aspek agama, etnis dan budayasebaiknya kita saling mejaga kesatuan
NKRI dan menghormati hak-hak warga negara lainnya.

3.

Kepada seluruh masyarakat sebaiknya berlaku bijak dalam menyikapi era
Reformasi dan sebagai masyarakat yang hidup pada era Reformasi
sebaiknya kita selalu menjunjung azas demokrasi dan menjauhkan diri dari
berbagai isu sara.

4.

Kepada seluruh politisi etnis Tionghoa sebaiknya memanfaatkan era
Reformasi ini sebagai momen untuk berpartisipasi membangun bangsa dan
negara.

5.

Kepada seluruh politisi baik yang berasal dari etnis Tionghoa maupun tidak
seharusnya senantiasa berlaku jujur, berintegritas dan memperjuangkan
kepentigan umum bukan kepentingan etnis dan golongan demi kemajuan
bangsa dan negara

6.

Oleh karena keterbatasan penulis, maka perlu diadakan penelitian lanjutan
untuk melengkapi data hasil penelitian, sekiranya ada yang masih kurang.
Karena penulis terbatas dalam melakukan penelitian serta dalam hal
menuliskannya di skripsi ini.

3

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, Dudung. (2007), Metode Penelitian Sejarah.Ar-Ruzz Media, Yogyakarta
Agus, Soekarno Basuki . (2012), Reformasi dan Jatuhnya Soekarno. Buku Kompas, Jakarta.
Budiharjo, Mariam. (2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi). Gramedia Pustaka,
Jakarta.
Daliman, A. (2012), Metode Penelitian Sejarah. Ombak, Jakarta.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial. (2013), Buku Pedoman Penulissan Skripsi dan Proposal
Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah.
G Tan, Melly. (2008), Etnis Tionghoa di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Gatara, Sahid. (2009), Ilmu Politik; Memahami dan Menerapkan. Pustaka Setia, Bandung.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. UI-Press, Jakarta.
Hajar, Ibnu. (2015), Tuan Rumah dan Pendatang. Unimed Press, Medan.
Hamdani, Nasrul. (2013), Komunitas Cina di Medan dalam Lintas Tiga Kekuasaan
(1930-1960). LIPI Press, Jakarta.
I Wibowo. (2001), Harga yang Harus Dibayar Cina. Gramedia Pustaka, Jakarta.
La Ode. (2012), Etnis Cina Indonesia Dalam Politik; Politik Etnis Cina Pontianak dan
Singkawang di Era Reformasi 1998-2008. Penerbit YOI, Jakarta.
Liem, Yusiu. (2000), Prasangka Terhadap Etnis Cina; Evaluasi 32 Tahun di Bawah Rejim
Soeharto. Pena Klasik, Jakarta.
Menno, S; Alwi Mustamin. (1994), Antropologi Perkotaan. Rajawali Pers. Jakarta
Ritzer, George dan Goodman, J. Douglas (2004), Teori Sosiologi Modern. Penerbit Kencana,
Jakarta
Rush, Michael. (1989), Pengantar Sosiologi Politik. Rajawali-Pres, Jakarta.
Sinar, Luckman. (1976).Sejarah Medan Tempoe Doeloe. Unimed Press, Medan.
Sinar, Luckman. (2013), Kedatangan Imigran-Imigran Cina ke Pantai Timur Sumatra
Abad ke 19. Penerbit: Forkala-Sumut, Medan.
Sitepu, Antonius P. (2012), Studi Ilmu Politik. Graha Ilmu, Yogyakarta.
105

Sugiono. (2010), Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung,
Bandung.
Suryadinata, Leo. (1986), Dilema Minoritas Tinghoa. Grafiti Press, Jakarta.
Suryadinata, Leo. (1999), Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. LP3ES, Jakarta.
Suryadinata, Leo. (2005), Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia (1900-2002).
LP3ES, Jakarta.
Syamsudin, Helius. (2012), Metodologi Sejarah. Ombak, Yogyakarta.
Syarbaini, Syahrial, dkk. (2011), Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Ghalia Indonesia, Bogor.
Tholkhak, Imam. (2001), Anatomi Konflik Politik di Indonesia. Rajawali Press, Jakarta.
Winarno, Budi. (2007), Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Media Pressindo,
Yogyakarta
Wirawan, Ida Bagus. (2012). Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial,
Defenisi Sosial Dan Prilaku Sosial. Kencana, Jakarta.

105