Unsur-unsur Pidana menurut Muladi dan Barda Nawawi Arief, adalah :
24
a. Pidana merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa dan penderitaan lainnya yang tidak menyenangkan
b. Pidana diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan oleh yang berwenang
c. Pidana dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana menurut undang-undang.
3. Pengertian Pemidanaan
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum, apabila diabaikan maka seseorang yang melakukan tindak pidana
tersebut akan mendapatkan ancaman pidana. Unsur tindak pidana menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dapat dibedakan
menjadi 2 dua, yaitu terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif.
25
1. Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana adalah unsur yang melekat pada terpidana atau yang berhubungan dengan diri
terpidana, terdiri dari : a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa
b. Maksud Voornemen pada suatu percobaan Poging seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, yang berbunyi :
24
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 2005, hlm 1.
25
Hoge Raad, Dikutip dalam Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm 193.
“Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan,
dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-
mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.”
c. Macam-macam maksud oogmerk yang terdapat di dalam
kejahatan-kejahatan pencurian,
penipuan,
pemerasan, pemalsuan dan lain-lain
d. Merencanakan terlebih dahulu voorbedachte raad seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan
menurut Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KUHP
e. Perasaan takut terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KUHP, yang berbunyi :
“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama
sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan
maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut dalam Pasal 305 dan
306 dikurangi separuh.”
2. Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah unsur yang mempunyai
hubungan dengan
keadaan-keadaan dimana
tindakan-tindakan dari terpidana itu harus dilakukan terdiri dari
26
: a. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid.
b. Kualitas dari pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan.
26
Ibid, hlm 194.
c. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai
akibat. Pemidanaan adalah suatu upaya terakhir dalam pemberian sanksi
terhadap pelaku kejahatan, pemidanaan bukan merupakan upaya sebagai balas dendam, melainkan sebagai upaya pembinaan bagi
seorang pelaku kejahatan. Ada 3 tiga bentuk tujuan pemidanaan :
27
a. Pemidanaan Memberikan Efek Penjeraan dan Penangkalan Deterrence.
Penjeraan sebagai efek pemidanaan, menjauhkan terpidana dari kemungkinan mengulangi kejahatan yang sama, sedangkan tujuan
sebagai penangkal, pemidanaan berfungsi sebagai contoh yang mengingatkan dan menakutkan bagi penjahat-penjahat potensial
dalam masyarakat. Wesley Cragg menilai bahwa fungsi penjeraan dari efek pemidanaan sepatutnya lebih dianggap sebagai suatu
bentuk kontrol sosial, pada hakikatnya berkepentingan untuk menjauhkan diri dari sakit dan penderitaan, pemidanaan sebagai
penjeraan mempengaruhi sikap dan perilaku si terpidana maupun warga masyarakat.
28
Pengaruh itu dapat berdaya-hasil bila dikomunikasikan secara negatif, yaitu dengan menakut-nakuti orang, menurut Philip Bean,
bahwa maksud di balik penjeraan ialah mengancam orang-orang lain untuk kelak tidak melakukan kejahatan.
29
27
M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 56.
28
Wesley Cragg, Dikutip dalam Karl O. Christiansen, Op.cit., hlm 33.
29
Philip Bean, Dikutip dalam Karl O. Christiansen, Op.cit., hlm 34.