Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Simpanan Mudharabah Di Bank BNI Syariah Cabang Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIMPANAN MUDHARABAH DI BANK BNI SYARIAH CABANG MEDAN

SKRIPSI Diajukan Oleh:

MONIKA ANDRASARI 060501011

Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ABSTRACT

The difference between conventional banking and Islamic banking are the interest rate on conventional banking and the proft sharing ratio for islamic banking sector. In other word, profit sharing in Islamic banking substitutes interest in conventional banking.

The title of this research is “Analisys of Factors Affecting Mudharaba Savings Volume in BNI sharia Medan”. The research aims to determine the influences of interest rate, profit sharing ratio, and income rate of mudharaba saving volume in BNI sharia Medan. This research used multiple resgession with Ordinary Least Squared (OLS) method, the data was processed by using the computer programme Eviews 5.1.

The estimation result shows that interest rate have negative effect and significant, profit sharing ratio have no effect, while income rate have positive effect and significant to mudharaba saving volume.

Key word: Islamis bank, mudharaba saving, interest rate, profit sharing ratio, incone rate.


(3)

ABSTRAK

Perbedaan antara perbankan konvensional dan perbankan syariah adalah adanya suku bunga di perbankan konvensional dan nisbah bagi hasil pada perbankan syariah. Bisa dikatakan, bagi hasil dalam perbankan syariah merupakan pengganti suku bunga dalam perbankan konvensional.

Penelitian ini berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi simpanan mudharabah di bank BNI syariah cabang Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil dan pendapatan perkapita terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa, data yang diperoleh diproses melalui program Eviews 5.1

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan, tingkat bagi hasil tidak brpengaruh dan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah.

Kata kunci : Bank Syariah, simpanan mudharabah, tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, pendapatan perkapita


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil a’lamin, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan dan memanjatkan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Skripsi ini diberi judul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Simpanan Mudharabah di BNI Syariah Cabang Medan”, yang disusun berdasarkan hasil riset yang penulis peroleh selama penulis melakukan penelitian di bank BNI Syariah Cabang Medan, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, PhD, selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Ilyda Sudardjat, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak H.B, Tarmizi, SU, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi pada Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Kepada Orang Tua tercinta yaitu Liswan Setiawan dan Fuji Andriani serta kedua saudara ku Reza dan Azizi yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dan tidak henti-hentinya mendorong serta memanjatkan do’a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

9. Sahabat-sahabat terdekatku di Fakultas Ekonomi yang telah membantu dan mendukung penulis Liza, Azhari, Wiman, Ibel, Arif, Zia, Saed, Delvin, Gawi, Giger, Icut, Isya, Ani, Sigit dan anak-anak syar.co, terima kasih atas kebersamaan dan karena telah memberikan warna dalam persahabatan, serta mambantu dalam memperlancar proses penyelesaian skripsi penulis.

10. Kepada yang special Aidil F. Fahruky yang tidak henti-hentinya mendukung dan meluangkan waktu menemani hari-hari penulis serta memanjatkan do’a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(6)

11.Kepada staff dan karyawan PT.BNI Syariah Cabang Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada semua sepupu-sepupu terdekat yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

13. Kepada bang Isan dan bang Fauzi serta Tya, Kiki, Reni yang meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Seluruh rekan-rekan angkatan 2006, adik-adik angkatan 2008 dan 2009 (Ika, Vany, Asty, Michelle) dan orang-orang yang terkasih yang telah memberikan dorongan dan nasehat serta saran-sarannya kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis menerima saran yang sehat dan konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semoga kita semua diberkahi Allah SWT dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010 Hormat Penulis,

(Monika Andrasari) NIM: 060501011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Hipotesis ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Defenisi Bank dan Bank Umum ... 10

2.2 Bank Syariah ... 11

2.3 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional .... 17

2.4 Pola Tabungan Islami ... 18

2.5 Bagi Hasil (Profit Sharing) Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah ... 20

2.6 Teori Konvensional Tentang Tabungan Deposito Tingkat Bunga Pendapatan dan Inflasi ... 23

2.7 Hasil Penelitian terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 33

3.2 Jenis Sumber Data ... 33

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Pengolahan Data ... 34

3.5 Model Analisis Data ... 34

3.6 Test of goodnees of fit (uji kesesuaian) ... 35

3.7 Uji Asumsi Klasik ... 38


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 43

4.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT. BNI Syariah Cabang Medan ... 47

4.3 Visi dan Misi PT. BNI Syariah Cabang Medan ... 49

4.4 Fitur Produk PT. BNI Syariah Cabang Medan ... 51

4.5 Analisa dan Pembahasan ... 56

BAB V Penutup ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 2.1 Perbedaan Paradigma

Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 18 2.2 Diagram Kemitraan Bank Syariah ... 21


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1 Kurva Uji F-Statistik... 37

3.2 Kurva Normal ... 38

4.1 Uji F-Statistik ... 60

4.2 Uji T-Statistik Tingkat Suku Bunga BI (X1) ... 61

4.3 Uji T statistik tingkat bagi hasil (X2) ... 62


(11)

ABSTRACT

The difference between conventional banking and Islamic banking are the interest rate on conventional banking and the proft sharing ratio for islamic banking sector. In other word, profit sharing in Islamic banking substitutes interest in conventional banking.

The title of this research is “Analisys of Factors Affecting Mudharaba Savings Volume in BNI sharia Medan”. The research aims to determine the influences of interest rate, profit sharing ratio, and income rate of mudharaba saving volume in BNI sharia Medan. This research used multiple resgession with Ordinary Least Squared (OLS) method, the data was processed by using the computer programme Eviews 5.1.

The estimation result shows that interest rate have negative effect and significant, profit sharing ratio have no effect, while income rate have positive effect and significant to mudharaba saving volume.

Key word: Islamis bank, mudharaba saving, interest rate, profit sharing ratio, incone rate.


(12)

ABSTRAK

Perbedaan antara perbankan konvensional dan perbankan syariah adalah adanya suku bunga di perbankan konvensional dan nisbah bagi hasil pada perbankan syariah. Bisa dikatakan, bagi hasil dalam perbankan syariah merupakan pengganti suku bunga dalam perbankan konvensional.

Penelitian ini berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi simpanan mudharabah di bank BNI syariah cabang Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil dan pendapatan perkapita terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa, data yang diperoleh diproses melalui program Eviews 5.1

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan, tingkat bagi hasil tidak brpengaruh dan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah.

Kata kunci : Bank Syariah, simpanan mudharabah, tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, pendapatan perkapita


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang.

Upaya pengembangan bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) lembaga perbankan. Keberadaan bank (konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Lebih lanjut, perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat terhadap karakteristik perbankan itu sendiri.

Sistem ekonomi berbasis Syariah, belakangan ini makin populer bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga negara-negara barat, yang ditandai dengan makin


(14)

suburnya bank-bank yang menerapkan konsep syariah. Di Indonesia perkembangan pemikiran tentang perlunya menerapkan prinsip Islam dalam berekonomi muncul pada 1974. Tepatnya digagas dalam sebuah seminar ‘Hubungan Indonesia-Timur Tengah’ yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK). Perkembangan pemikiran tentang perlunya umat Islam Indonesia memiliki lembaga keuangan Islam sendiri mulai berhembus sejak itu, seiring munculnya kesadaran baru kaum intelektual dan cendekiawan muslim dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adala Berdiri tahu pemerintah serta dukungan dari beberapa pengusaha muslim, kemudian disusul oleh lembaga-lembaga keuangan islam lainnya, seperti BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dan BMT (Baitul maal wat-Tanwil). Perbankan syariah ini muncul sebagai akibat dorongan dari adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya riba dan kelemahan dari sistem bunga yang selama ini dianut oleh bank-bank konvensional. Pada saat itu keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan (Bank Indonesia,2004).

Sejarah berdirinya perbankan syariah dengan sistem bagi hasil, didasarkan pada dua alasan utama yaitu : (1) Adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang dilarang oleh agama, bukan saja pada agama Islam tetapi dilarang juga oleh agama lainnya. (2) Dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Dalam jangka panjang sistem perbankan


(15)

konvensional akan menyebabkan penumpukkan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar (Sjahdeini, S. Remy, 1999).

Perbedaan kedua sistem tersebut terletak pada distribusi resiko usaha. Pada sistem bunga, balas jasa modal ditentukan berdasarkan persentase tertentu dan resiko sepenuhnya ditanggung oleh salah satu pihak. Untuk hal nasabah sebagai deposan, resiko sepenuhnya berada pada pihak bank, sebaliknya apabila nasabah sebagai peminjam, resiko sepenuhnya berada ditangan peminjam. Sedangkan pada sistem syariah diterapkan sistem bagi hasil dimana jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada akad. Prinsip utama dari akad adalah keadilan antara pemberi modal dan pemakai modal. Prinsip ini berlaku baik bagi debitur maupun kreditur.

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan


(16)

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali (Bank Indonesia,2008).

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip agama Islam (Heri Sudarsono,2004). Bank syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga) untuk pembagian keuntungannya. Besarnya bagi hasil (Profit Sharing) ini ditentukan di awal perjanjian. Berbeda dengan bunga, prosentase bagi hasil ini belum tentu sama tiap bulannya.

Penulis memilih bank BNI syariah cabang medan karena produk-produk yang ditawarkan oleh BNI syariah sangat potensial untuk diminati masyarakat, selain itu BNI syariah didirikan dengan memanfaatkan jaringan BNI konvensional yang ada baik fasilitas ATM maupun kantor cabang BNI konvensional dengan melalui syariah production counter. Dengan demikian pelayanan secara syariah ini juga dapat dilayani di kantor-kantor cabang konvensional, misalnya tabungan dan deposito.


(17)

Sebagai lembaga perbankan, BNI syariah menjalankan fungsinya sebagai

financial intermediary / lembaga perantara dari dua pihak, yakni pihak kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana (fungsi spesifik financial intermediary:

agent of trust, agent of development, and agent of success). Berkaitan dengan fungsi bank, BNI syariah bergerak di bidang jasa pelayanan untuk memberikan jasa-jasa perbankan dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah, prinsip ini berdasarkan pada kaidah al mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai

mudharib (pengelola dana), sementara penabung bertindak sebagai shahibul maal

(pemilik dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.

Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan utama seseorang dalam memutuskan untuk menabung.. Hubungan positif antara tingkat bunga dengan tingkat tabungan ini menunjukkan bahwa umumnya para penabung bermotif pada keuntungan atau profit motive. Konsep ini berbeda dengan sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah maupun bank). Pinjaman produktif yang disalurkan nantinya akan memberikan bagian bagi pemberi pinjaman, sebesar nisbah bagi hasil yang disepakati di awal transaksi. Sedangkan besarnya nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang di dapat oleh peminjam itu


(18)

sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah, jika hasil usaha peminjam menunjukkan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan besar dan sebaliknya jika keuntungan kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut.

Dalam upaya pengembangan sistem perbankan syariah yang sehat dan mampu menjawab tantangan masa mendatang, Bank Indonesia menyusun “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” . Sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011 tersebut memuat :

- Terpenuhi prinsip syariah dalam operasional ;

- Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah; - Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien, serta - Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan

masyarakat luas.

Dalam upaya mewujudkan sasaran tersebut, Bank Indonesia mencanangkan langkah-langkah strategis yang pelaksanaanya dibagi dalam empat focus area, yakni: mendorong kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah secara konsisten, menyempurnakan regulasi dan sistem pengawasan yang sesuai dengan karakteristik perbankan syariah, mendukung terciptanya efisiensi operasional dan daya saing bank syariah, serta meningkatkan kestabilan sistem, peran, dan kemanfaatan perbankan syariah bagi perekonomian secara umum.

Seperti dalam perbankan konvensional, perbankan syariah juga bergantung pada depositor yang menyimpan uangnya di bank. Seiring dengan meningkatnya


(19)

pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah, tingkat bagi hasil menjadi salah satu insentif depositor untuk menyimpan uangnya di bank syariah

Dari penjelasan diatas, menjadi penting kini untuk mengetahui faktor-faktor apa yang memotivasi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank syariah, dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah khususnya simpanan mudharabah di BNI Syariah cabang Medan.

Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis berbagai variabel yang menentukan besarnya simpanan tabungan mudharabah

perbankan syariah di Indonesia, untuk itu penulis mengambil judul :

“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi simpanan mudharabah di bank BNI syariah cabang Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap simpanan mudharadah di BNI syariah cabang medan?

2. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan?

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan terhadap simpanan mudharabah di BNI Syariah cabang Medan?


(20)

1.3Hipotesis

Secara empiris, hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian yang memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya. Dari permasalahan diatas, maka penulis memberikan hipotesisnya sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan.

2. Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang medan.

3. Tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap simpanan mudharabah di BNI Syariah.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bagi hasil terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan.


(21)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

3. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana.

4. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi - instansi yang terkait.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bank dan Bank Umum

Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan yang dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.

Bank Umum menurut UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Berdasarkan UU Perbankan nomor 14 tahun 1967, bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek, sedangkan menurut UU Perbankan nomor 7 tahun 1992, bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Pengertian bank yang lain dikemukakan oleh Frederick Mishkin (1994) : “Banks are financial institutions that accept money deposits and make loans”. Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman.


(23)

2.2 Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001).


(24)

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang 17 diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si


(25)

pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad

mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis: 1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

2). Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana

mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usahadimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian


(26)

bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:

a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu.

Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi

salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.


(27)

4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada

Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.


(28)

d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa

rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

Perbankan syariah dan perbankan konvensional menawarkan produk perbankan yang hampir serupa, termasuk tabungan, deposito dan giro. Perbedaannya bahwa di bank syariah tidak menawarkan dan menerima bunga yang dilarang dalam Islam. Secara umum, konsep sistem operasional bank syariah adalah :

Pertama, bank syariah sebagai penghimpun dana dari pihak surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola sesuai hukum syariah. Dana yang dimaksud adalah dana dari pihak pertama ( pemodal dan pemegang saham), dana pihak kedua (pinjaman dari bank dan bukan bank, atau pinjaman dari Bank Indonesia), dan dana pihak ketiga (nasabah).

Kedua, bank syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan, baik berupa kredit atau pembiayaan. Secara umum, pembiayaan yang diberikan oleh bank syraiah meliputi tiga kerangka (aqad), yaitu pembiayaan yang beraqad tijarah


(29)

(jual beli), pembiayaan yang beraqad syarikah (kerjasama atau kongsi) dan pembiayaan yang beraqad hasan (kebajikan) (Antonio, 2001).

2.3 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Kajian akademis mengenai perbankan syariah banyak berintikan pada keraguan para ekonom atau bankir akan sistem perbankan syariah yang diterapkan dalam sistem perekonomian. Sementara itu, perbankan konvensional yang kita kenal sekarang merupakan hasil dari proses perkembangan yang panjang dan berjalan dengan mapan dalam masyarakat. Maka tidaklah mengejutkan bila persepsi orang mengenai bank selalu terkait dengan suku bunga .Perkembangan persepsi masyarakat mengenai perbedaan perbankan syariah dan perbankan konvensionalpun masih begitu minim. Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara keduanya:


(30)

Tabel 2.1

Perbedaan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional

2.4Pola Tabungan Islami

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam Q.S An-Nisa ayat 9 dan Q.S Al-Baqarah ayat 266 yang menyatakan bahwa “ Allah memerintahkan manusia untuk mengantisipasi dan mempersiapkan

FAKTOR BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH

Hubungan bank dengan nasabah

Investor dengan investor Kreiditur dan debitur

Sistem pendapatan usaha Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee

Organisasi Tidak terdapat struktur

pengawasan syariah

Terdapat struktur pengawasan syariah yaitu

Badan Pengawas Syariah Penyaluran Pembiayaan Liberal untuk tujuan

keuntungan

Adanya batasan-batasan, memperhatikan unsur moral dan lingkungan.

Tingkat risiko umum dalam usaha

Risiko menengah-tinggi karena adanya transaksi spekulasi

Risiko menengah-rendah karena malarang transaksi spekulasi

Penanggung resiko investasi

Satu sisi hanya pada bank Dua sisi yaitu bank dan nasabah (deposan maupun debitur).


(31)

masa depan untuk keturunan baik secara rohani / iman maupun secara ekonomi“. Menabung adalah salah satu langkah dari persiapan tersebut .

Alokasi anggaran konsumsi seorang muslim akan mempengaruhi keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatannya dengan beragam motif, antara lain: (1) untuk berjagajaga terhadap ketidakpastian masa depan, (2) untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di masa depan, serta (3) untuk mengakumulasikan kekayaannya.

Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkannya pada sektor produktif. Dengan investasi maka seseorang rela mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapat hasil (return) di masa datang. Dengan adanya return di masa datang berarti akan terjadi akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.

Bukti lain bahwa Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi adalah bahwa dalam berbagai aturan Islam dalam mengelola harta membawa implikasi positif pada tabungan dan investasi ini, misalnya larangan terhadap penumpukan harta, pengenaan zakat pada harta yang menganggur melebihi batas waktu tertentu dan penghapusan bunga. Hal terakhir ini kemudian dijadikan alternatif sistem bagi hasil yang diperoleh melalui kerjasama investasi mudharabah dan


(32)

2.5Bagi hasil (Profit Sharing) sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah

Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bank akan berfungsi sebagai

mudharib (pengelola), sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

(penyandang dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan dengan pengusaha/peminjam dana, banksyariah berfungsi sebagai shahibul maal sementara pengusaha sebagai mudharib dengan mengelola dana bank.

Pengertian lain menyatakan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip bagi hasil ini adalah mudharabah dan musyarakah, lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.


(33)

Gambar 2.2

Diagram kemitraan Bank Syariah

Sumber: Antonio, 2001: 138

Besarnya bagi hasil (Profit Sharing) ini ditentukan di awal perjanjian. Berbeda dengan bunga, prosentase bagi hasil ini belum tentu sama tiap bulannya. Sedangkan nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh peminjam itu sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah adanya untung dan rugi. Jika hasil usaha peminjam menunjukkan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan besar dan sebaliknya jika keuntungan kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian (Center for Business and Islamic Economic Studies,1999 dalam Muhamad, 2002:125).

Terdapat Faktor-faktor internal yang mempengaruhi tingkat bagi hasil. Yaitu: 1. Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

penabung Bank Nasabah

peminjam Shahibul Maal Shahibul Maal

Akad :

Mudharabah, musyarakah Akad mudharabah Murabahah, bai as-salam dll.


(34)

a. Investment rate merupakan persemtase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana akan dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini :

- rata-rata saldo minimum bulanan, - rata-rata total saldo harian.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

c. Nisbah (profit sharing ratio)

- salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

- Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda.

- Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

- Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

2. Faktor tidak langsung

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

- Bank dana nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.


(35)

- Jika semua niaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya

2.6Teori Konvensional Tentang Tabungan, Deposito, Tingkat Bunga, Pendapatan dan Inflasi

2.6.1. Pengertian Tabungan

Ada banyak sekali pengertian tabungan, salah satunya yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno yaitu tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam masyarakat tradisional tabungan yang dicipta terutama digunakan untuk menyediakan pinjaman pada anggota masyarakat lainnya yang lebih miskin atau ditanamkan dalam kegiatan yang tidak produktif seperti membeli tanah, bangunan, rumah, dan sebagainya. Penggunaan tabungan yang digunakan tersebut tidak akan memberikan sesuatu sumbangan yang penting kepada usaha pembangunan.

2.6.2 Pengertian Deposito

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, simpanan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tetentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Berbeda dengan simpanan giro dan simpanan tabungan, simpanan deposito mengandung unsure jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan hanya setelah jatuh tempo.


(36)

Begitu pula dengan suku bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan simpanan tabungan dan giro (Martono, 2002:40).

2.6.3 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Suku bunga atau bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2003 : 133)

Dalam kegiatan perbankan konvensional sehari - hari, ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu :

1. Bunga Simpanan

Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, deposito.

2. Bunga Pinjaman

Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank, bunga pinjaman merupakan harga jual dan coontoh harga jual adalah bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing -


(37)

masing saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya, seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga: Loanable Funds

Tabungan, menurut teori klasik (teori yang dikemukakan kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo, dll) adalah fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi bunga, maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk berkonsumsi guna menambah tabungan. Sedangkan bunga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds, atau bisa diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori klasik bunga adalah “harga” yang terjadi di pasar investasi. Investasi juga merupakan tujuan dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga (tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan mendorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.


(38)

Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga: Liquidity Preference

Keynes dalam teori menyebutkan bahwa, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif mengapa seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Dalam hal ini, permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi.

2.6.5 Teori Pendapatan

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product,


(39)

GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional:

Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).

Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga


(40)

mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima ole pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).


(41)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

2.6.6 Teori Determinasi Pendapatan Nasional

Teori ini memperlihatkan ketergantungan atau keterkaitan antara pendapatan nasional (PN) dan komponen-komponen penentunya, yaitu konsumsi ( c ), tabungan atau saving (S), dan investasi (I) adapun arti dari C,S dan I bila dikaitkan dengan pendapatan nasioanal adalah sebagai berikut.

1. Konsumsi ( C ),dapat diartikan sebagai bagian dari Pendapatan Nasioanal yang dikeluarkan untuk membeli barang-barang konsumsi.

2. Saving (S), bagian dari pendapatan yang ditunda pengeluarannya atau dapat juga dikatakan konsumsi masa yang akan dating.

3. Investasi (I), dapat diartikan sebagai pengeluaran masyarakat (RTP) untuk pembelian barang-barang modal.

Pendekatan Analisis Determinan Pendapatan Nasioanl

Menurut Keynes, determinasi pendapatan nasional dapat dianalisis melalui dua pendekatan yaitu sebagai berikut :


(42)

1. Income approach, yaitu suatu pendekatan yang memandang nilai Pendapatan Nasional yang diterima masyarakat akan menentukan besar konsumsi dan tabungan masyarakat. Atau dengan kata lain pendapatan nasional akan digunakan sebagian untuk konsumsi dan sebagian lagi akan digunakan untuk saving. Secara matematis akan terlihat persamaan Y = C + S

Y = Pendapatan Nasional C = Konsumsi

S = Tabungan

2. Product/expenditure Approach yaitu suatu pendekatan yang memandang nilai pendapatan nasional dapat ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregate

atau permintaan agregate terhadap produk nasional. Pengeluaran aggregate atau permintaan masyarakat secara keseluruhan untuk perekonomian dua sector terdiri dari konsumsi ( C ) yang dilakukan rumah tangga konsumsi dan investasi yang dilakukan oleh rumah tangga produksi.

Y = C + I

Y = Pendapatan Nasional C = Konsumsi


(43)

2.7Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis ingin melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan. Dan melihat seberapa besar factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi volume simpanan mudharabah di BNi syariah cabang Medan tersebut.

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Erna Rachmawati (2004) dari Universitas Padjajaran Bandung dalam periode 1993-2003 yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka panjang dan pendek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Mechanism untuk melihat adanya indikasi pengaruh Gross Domestic Product, jumlah kantor, tingkat bagi hasil bank syariah, dan tingkat suku bunga bank konvensional terhadap simpanan mudharabah perbankan syariah. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa GDP berpengaruh negatif terhadap simpanan mudharabah secara signifikan hanya dalam jangka pendek, Kenaikan pendapatan diikuti dengan penurunan jumlah simpanan mudharabah, kantor cabang dan kantor cabang pembantu bank syariah secara signifikan berpengaruh positif terhadap simpanan mudharabah dalam jangka panjang dan jangka pendek, dan tingkat bagi hasil secara signifikan berpengaruh positif terhadap simpanan mudharabah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, Tingkat suku bunga, walaupun menunjukkan hubungan positif, secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap simpanan mudharabah di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.


(44)

Rani Widya Lestari (2006) yang meneliti mengenai preferensi dan permintaan masyarakat terhadap produk-produk bank syariah (Studi kasus Bank BTN Syariah dan Bank BNI Syariah), hasil dari penelitian ini yaitu persepsi masyarakat tentang bunga mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih bank syariah, sedangkan untuk variabel fasilitas, variasi atau pilihan produk dan pelayanan bank syariah juga mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap produk bank syariah.

Lalu menurut penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Erik Rio Indrawan (2006) yang meneliti mengenai pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap simpanan mudharabah (studi kasus di BPR syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh tidak signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BPRS syariah Yogyakarta, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BPRS syariah.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa faktor-faktor yang empengaruhi simpanan mudharabah yang dilakukan di BNI syariah cabang medan, di Jalan Kapten Maulana Lubis No.12 Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angaka-angka selama kurun waktu 4 tahun dalam bentuk kuartalan yaitu dari kuartal I 2006 – kuartal IV 2009, sedangkan sumber data diperoleh langsung dari BNI syariah cabang Medan dan data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel dan jurnal-jurnal.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari BNI syariah dan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan pencatatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan di atas.


(46)

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program Eviews 5.1 dan Microsoft excel untuk mengolah data dalam penulisan Skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model Ekonometrika, dan metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuatdrat terkecil Biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carls Friedrich Gauss. Data-data yang digunakan, dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda. Variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :

LY = f (X1,X2,LX3,) ………..(1)

Dari persamaan fungsi diatas di spesifikasikan ke dalam model semi-log : Log Y = α + β1X1+β2X2+β3lLogX3+μ ………(2)

Keterangan :

Y = Volume simpanan mudharabah BNI syariah cabang Medan (Milyar Rupiah)

α = Intercept

X1 = Tingkat suku bunga BI (Persen) X2 = Tingkat bagi hasil (Persen)

X3 = Tingkat pendapatan perkapita (Juta)

β1,β2, β3= Koefisien regresi


(47)

Berdasarkan model analisis diatas, maka kriteria yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1

X Y

<0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (tingkat suku bunga) maka Y

(simpanan mudharabah) akan mengalami penurunan, cateris paribus.

2

X Y

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (tingkat bagi hasil) maka Y ( simpanan

mudharabah) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3

X Y

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (tingkat pendapatan) maka Y

(simpanan

mudharabah) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian)

Pengujian hipotesis kompatibilitas (goodness of fit) merupakan pengujian hipotesis untuk menentukan apakah suatu himpunan frekuensi yang diharapkan sama dengan frekuensi yang diperoleh dari suatu distribusi, seperti distribusi binomial, poisson, normal, atau dari perbandingan lain. Jadi, uji goodness of fit merupakan pengujian kecocokan atau kesesuaian antara hasil pengamatan (frekuensi pengamatan) tertentu dengan frekuensi yang diperoleh berdasarkan nilai harapannya (frekuensi teoritis).


(48)

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1).

3.6.2 Uji F-Statistik (uji keseluruhan)

Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = 0 (tidak signifikan) Ha :bi ≠ 0 (signifikan)

Pengujian ini dilakukan untuk membadingkan nilai F-hitung denga F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak yang artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung =

(

)

(

n k

)

R k R − − − / 1 ) 1 /( 2 2 Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah Sampel


(49)

Dengan kritera pengambilan keputusan:

 H0:β1 = β2 = β3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen

 Ha: β1 ≠ β2β3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen

H0 diterima H0 ditolak

Gambar 3.1 Kurva Uji F-Statistik

3.6.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan dalam hal ini dugunakan hipotesis sebagai :

H0 : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. bila nilai t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tetentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :


(50)

t-hitung =

(

)

i i

Sb b b

Dimana :

bi = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak

Gambar 3.2 Kurva Normal

3.7 Uji Asumsi Klasik

Gujarati (2003) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:

1. Model regresi adalah linier, yaitu linier dalam parameter.

2. Residual variable pengganggu (µi) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value of disturbance µi).

3. Homoskedastisitas atau varian dari µi adalah konstan. 4. Tidak ada autokorelasi antara variable pengganggu (µi).


(51)

5. Kovarian antara µi dan variable independent (x1) adalah nol.

6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan di yang akan di observasi.

7. Tidak ada multikolinearitas.

8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik.

Berdasarkan kondisi tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan baik dan sahih, maka perlu dilakukan beberapa pengujian.

3.7.1 Multikolinearitas (multikolinearity)

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi,apakah terdapat korelasi independen diantara satu sama lain. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam suatu model , yaitu sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan dari hasil model estimasi sangat tinggi,tetapi tingkat signifikan variable bebas berdasarkan uji t-statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada.

2. Menggunakan korelasi parsial. Metode ini disarankan oleh Farrar dan Glauber(1967). Metode ini muncul berkaitan dengan kelemahan dari korelasi derajat nol. Rule of thumb yang digunakan sebagai pedoman adalah bila nilai R2 estimasi awal lebih besar dari estimasi parsial antara variable bebas maka didalam model tidak terdapat multikolinearitas.


(52)

3. Menggunakan regresi bantuan (subsidiary regression). Metode ini dilakukan karena diduga bahwa multikolinearitas timbul karena satu atau lebih variable penjelas merupakan kombinasi linier yang pasti atau mendekati pasti dari variable penjelas X lainnya.

3.7.2 Autokorelasi (serial correlation)

Autokorelasi terjadi apabila error term (μ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila ; variabel (ei,ej) ≠ 0 untuk i = j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu:

a. Dengan Uji Durbin Watson (DW Test) Dengan hipotesis sebagai berikut :

Dw-hitung =

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠ 0, artinya terdapat autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : tidak ada autokorelasi (tolak H0) Dw<dl : tolak H0 (ada korelasi positif)


(53)

Du<dw<4-du : terima H0 (tidak ada autokorelasi)

dl≤dw≤du : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) (4-du)≤dw≤(4-dl) : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive).

b. Dengan Uji Lagrange Multiplier (LM-Test)

Sangat berguna untuk mengidentifikasikan masalah Autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama (First order) tapi bissa juga digunakan pada tingkat derajat. Adapun langkah-langkah LM-test I ni adalah:

1. Lakukan regresi dengan menggunakan model empiris yang sedang di estimasi, kemudian dapatkan nilai residual, ut.

2. Lakukan regresi dengan ut sebagai variable independen dan dengan memasukkan sebagai variabel ut sebagai variabel bebas.

3. Hitunglah nilai (n-1)*R2=X2-hitung . n-1 digunakan karena jumlah efektif dari observasi adalah n-1, dimana n adalah jumlah data atau observasi. 4. Lakukan uji hipotesis nol (Ho) dengan ketentuan bahwa jika X2-tabel > X2

-hitung maka tidak ada autokorelasi dan sebaliknya jika X2-hitung > X2-tabel maka ada autokorelasi.

3.8 Defenisi Operasional

1. Total simpanan mudharabah adalah data tabungan yang bersumber dari laporan keuangan BNI syariah cabang medan yang berjangka 3 bulan dalam satuan Miliar Rupiah.


(54)

2. Tingkat suku bunga adalah data yang bersumber dari statistik keuangan ekonomi berupa suku bunga Bank Indonesia dalam bentuk persen.

3. Tingkat bagi hasil adalah data yang diperoleh dengan cara membagi besarnya total bagi hasil simpanan mudharabah yang diterima nasabah dengan total simpanan mudharabah dan data ini berupa dalam bentuk persen.

4. Tingkat pendapatan adalah pendapatan perkapita penduduk kota Medan yang dinyatakan dalam satuan Juta Rupiah.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Di mana kota Medan terletak antara 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur, yang berada 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.


(56)

2. Kondisi iklim dan Topografi

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0ºC - 24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,6ºC - 33,1ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,6ºC - 24,4ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,2ºC - 32,5ºC.

Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78 - 82 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 211,67 mm.

3. Kondisi Demografi

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.


(57)

4.1.2 Gambaran Perekonomian Kota Medan 1. Struktur Perekonomian Kota Medan

Struktur ekonomi daerah kota/kabupaten di propinsi Sumatera Utara, umumnya didominasi oleh sektor primer, namun berbeda dengan kota Medan, di mana sektor primer memiliki pengaruh kecil bagi perekonomian kota Medan. Basis kegiatan ekonomi kota Medan berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya merupakan kontributor utama sektor tersier, masing-masing 25,44%, 19,02% dan 14,13%. Sedangkan untuk sektor sekunder, yaitu sektor industri menyumbang 16,28%, listrik, gas dan air 1,88% dan bangunan 9,77%.

Memasuki semester II tahun 2008, perkembangan ekonomi Sumatera Utara memberikan harapan ke arah tercapainya pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang lebih baik dari tahun 2007. Harapan tersebut timbul setelah melihat laju pertumbuhan ekonomi triwulan III-2008 yang diperkirakan mencapai 7,26%, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2008 sebesar 5,50% .

Secara triwulanan, perekonomian Sumut juga tumbuh 2,92% setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 0,96%. Pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor industri pengolahan. Sektor PHR tumbuh paling pesat, yaitu sebesar 4,61%, terutama karena meningkatnya aktivitas perdagangan besar dan eceran, yang pada triwulan III-2008 mengalami lonjakan signifikan sehubungan hari raya Idul Fitri.


(58)

Sementara itu, laju inflasi Sumut triwulan III-2008 tercatat sebesar 10,47% , lebih baik dibanding laju inflasi nasional sebesar 12,14%. Hal ini kiranya memberikan suatu indikasi bagi upaya pencapaian stabilitas harga di Sumut ke depan. Adapun perkembangan harga barang dan jasa periode Januari-September menunjukkan inflasi 8,41%.

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan relatif terkendalinya tingkat inflasi, indikator perbankan juga menunjukkan perkembangan positif. Pada triwulan III-2008, perbankan di Sumatera Utara menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dibandingkan akhir tahun 2007, ditandai dengan pertumbuhan asset, DPK, dan kredit yang moderat, sehingga masing-masing mencapai Rp 97,46 triliun, Rp77,97 triliun dan Rp65,87 triliun pada akhir triwulan III-2008.

Fungsi intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan tercermin dari naiknya loan to deposits ratio (LDR), yaitu dari 76,01% di akhir tahun 2007 menjadi 84,48%. Begitu pula dengan kualitas kredit perbankan yang mengalami peningkatan, terlihat dari turunnya rasio kredit bermasalah atau non performing loans (NPLs) dari 6,24% di akhir tahun 2007 menjadi 3,16%

Peran regional ekonomi kota Medan, juga ditunjang oleh adanya kerja sama kota Medan dengan beberapa kota di Asia, seperti dengan kota Penang di Malaysia, Ichikawa di Jepang, dan Gwangju di Korea. Kerja sama yang diberi nama Kota Bersaudara ini meliputi bidang kebudayaan, pariwisata, ekonomi, perdagangan dan olahraga. Dalam konteks kerja sama IMT-GT (Indonesia Malaysia, Thailand Growth Triangle) kota Medan juga berperan aktif di berbagai bidang kerja sama yang diselenggarakan. Adanya kerja sama antar kota tersebut telah mampu meningkatkan


(59)

mobilitas orang, barang dan jasa baik dari dan ke masing-masing negara (kota) yang ada.

4.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT. BNI Syariah Cabang Medan

Dalam upaya untuk memperluas segmen pasar (market development), maka manajemen PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk telah memeutuskan menggarap pasar bank syariah sebagai salah satu upaya untuk memperkuat bisnis Bank Negara Indonesia syariah cabang Medan.

PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk cabang syariah di bentuk secara mandiri melalui tim proyek internal tanpa bantuan konsultan. Pola yang digunakan BNI untuk memasuki pasar perbankan syariah adalah Dual system bank. Pada tahun 2005 dilakukan pengembangan secara agresif, penataan organisasi dan adanya otonomi khusus. Dan pada tahun 2006 terbentuklah 22 kantor cabang syariah (KCS), 29 kantor cabang pembantu syariah (KCPS) dan 128 syariah chanelling outlet (SCO).

PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Cabang syariah adalah salah satu usaha bank untuk melayani para nasabah yang menghendaki sistem berdasarkan prinsip syariah. Bank BNI syariah didirikan pertama kali tanggal 29 April tahun 2000 dan sampai sekarang telah memiliki 24 cabang di seluruh Indonesia. PT. Bank Negara Indonesia cabang syariah Medan merupakan cabang syariah ke 11 dan didirikan pada tanggal 15 Agustus 2002 oleh Agoest Soebhekti, direktur ritel bank BNI.


(60)

1. Menyediakan layanan yang lengkap (mewujudkan bank BNI sebagai

Universal Banking).

2. 30% masyarakat Indonesia menolak sistem bunga (data MUI). 3. Landasan operasional perbankan syariah sudah kuat.

4. Masih terbatasnya competitor

5. Respon dan kepercayaan masyarakat yang besar atas kehadiran bank syariah (hasil survey MUI).

Adapun dasar pemikiran berdirinya PT. BNI syariah cabang Medan berdasarkan ketentuan dan aturan yang berkaitan dengan perbankan syariah adalah sebagai berikut:

• Undang-undang No.10 tahun 1998.

• SK Direksi BI No.32/33/kep/Dir tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah perubahan kegiatan usaha dan pembukaan kantor cabang syariah.

• Peraturan Bank Indonesia No.2/7/PBI/2000 tanggal 27 Februari 2000 tentang giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

• Peraturan Bank Indonesia No.2/14/PBI/2000 tanggal 9 Juni 2000 tentang perubahan atas peraturan BI No.1/3/PBI/1999 tentang penyelenggaraan kliring lokal dan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank dan hasil kliring lokal.


(61)

• Peraturan Bank Indonesia No.2/8/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah.

• Peraturan Bank Indonesia No.2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang sertifikat Wadiah BI.

• Buku petunjuk pendirian Bank Syariah.

PT. BNI cabang syariah didirikan pada tanggal 29 April 2000 di Jakarta dan sampai saat ini PT. BNI telah membuka 24 cabang syariah di Indonesia yaitu Yogyakarta, Pekalongan, Semarang, Malang, Banjar Masin, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bandung, Padang, Makasar, Medan, Palembang, Jakarta Prima, Surabaya Prima, Pekanbaru, Cirebon, Bogor, Balik Papan, Jakarta utara, Bumi Serpong Damai, Tanjung Karang, Kediri dan Jember.

4.3 Visi, Misi dan Tujuan PT. BNI Syariah cabang Medan

Visi PT. BNI Syariah cabang Medan adalah “Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam pelayanan dan kinerja yang sesuai dengan kaidah sehingga InsyaAllah mambawa berkah”.

Misi PT. BNI syariah cabang Medan adalah “Secara istiqamah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri”.

Tujuan PT. BNI syariah cabang Medan adalah “Dalam rangka menjadi Universal Banking maka perlu mengakomodir kebutuhan masyarakat yang ingin menyalurkan keuangannya melalui perbankan syariah serta sebagai alternative dalam menghadapi krisis yang mungkin timbul di kemudian hari, mengingat kegiatan


(62)

usaha berdasarkan prinsip syariah tidak terkena negative spread seperti yang dialami oleh bank-bank konvensional”.

Dengan mekanisme dual banking system, maka memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati layanan perbankan syariah dengan jaringan yang luas sehingga mempercepat perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Adapun keunggulan merupakan akselerasi perbankan syariah di Indonesia dengan dual system bank yaitu:

1.Efisiensi infrastruktur karena dapat memanfaatkan infrastruktur yang ada pada bank induk (teknologi informasi, jaringan distribusi dan sebagainya).

2.Dapat melakukan aliansi dengan Bussines Units dalam satu bank induk (share database, cross selling dan sebagainya).

3.Sistem manajemen dan operasional bank syariah lebih mudah atau cepat dibuat dengan mengadopsi sistem yang telah ada pada bank konvensional induknya.

4. Syariah compliance dapat dipenuhi dengan kebijakan operasional bank syariah (batas maksimum pembiayaan, nisbah dan sebagainya) yang terdiri melalui kebijakan otonomi khusus.

Adapun BNI syariah channeling outlet (SCO) yaitu layanan syariah pada cabang BNI konvensional dengan ketentuan:

• Dalam satu wilayah kerja kantor BI dengan kantor cabang induknya. • Menggunakan pola kerja sama antara kantor cabang induknya dengan


(63)

• Menggunakn SDM sendiri, bank yang telah memiliki pengetahuan mengenai produk dan operasional bank syariah.

• Wajib memiliki pencatatan daan pembukuan yang terpisah dari kantor cabang dan cabang pembantu.

• Menggunakan standar akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan syariah.

• Laporan keuangan syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan kantor cabang syariah induknya pada hari yang sama.

4.4 Fitur Produk Bank BNI syariah cabang Medan

Produk-produk bank BNI syariah telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) terdiri dari:

• Produk pendanaan : Tabungan Mudharabah, THI Mudharabah, Giro Giro Wadi’ah, Deposito Mudharabah dan Tapenas. • Produk pembiayaan : Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Qard

Al-Hasan dan Tapenas.

• Jasa : Kiriman Uang, Inkaso, Garansi Bank.

4.4.1 Produk Pendanaan 1. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah yang diaplikasikan di BNI unit usaha syariah menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yaitu suatu perkongsian antara dua pihak, dimana pihak pertama (Shahibul maal/Penabung) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib/Bank) bertangguang jawab atas pengelolaan usaha.


(64)

Bank sebagai pengelola dana bebas menggunakannya asal tidak bertentangan dengan syariat islam. Keuntungan dibagikan sesuai dengan nisbah/ratio bagi hasil yang telah disepakati bersama. Apabila rugi, shahibul maal turut menanggung kerugian tersebut.

2. Tabungan Haji Indonesia (THI) Mudharabah

Tabungan haji Indonesia Mudharabah (THI-Mudharabah) adalah tabungan yang dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan kepastian porsi untuk berangkat menunaikan ibadah haji sesuai porsinya (Tahun 2000 s/d 2003) cfm surat keputusan Ditjen Bimas Islam dan urusan haji No.D/145 tahun 1998 tanggal 13 juli 1998.

3. Giro Wadi’ah

Giro wadi’ah menggunakan prinsip Wadi’ah yad ad-dhamanah dimana bank sebagai penerima dana titipan dapat memanfaatkan dana tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat si peemilik menghendaki.

Dengan prinsip wadi’ah, pemilik modal (giran) tidak mendapatkan jasa giro, namun mendapatkan bonus yang besarnya ditentukan oleh bank yang tidak di perjanjikan di muka.

4. Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yaitu perkongsian antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal/Deposan) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib/bank) bertanggungjawab atas pengelolaan usaha.


(65)

5. Tapenas Syariah

Tapenas merupakan salah satu produk dari bank BNI syariah yang membantu nasabah sebagai orang tua dalam merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin bagi anaknya dan menilai pendidikan merupakan bekal yang sangat penting.

4.4.2 Produk Pembiayaan 1. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama.

2. Pembiayaan Ijarah Bai Ut Takjiri

Pembiayaan ijarah bai ut takjiri/muntahia bittamlik suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian dari padanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur.

3. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah adalah suatu kesepakatan antara bank dengan nasabah untuk membiayai suatu proyek dimana masing-masing pihak secara bersama-sama menyediakan dana dan berpartisipasi dalam kerja.

Masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan pernyataan masing-masing yang telah diperjanjikan di awal.


(1)

Sudarsono, Heri ( 2003 ),

Bank Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi

,

Ekonisia, Yogyakarta

Sukirno, Sadono, 2004.

Makroekonomi : Teori Pengantar

, Jakarta : PT.Raja Grafindo

Persada


(2)

LAMPIRAN 1

Besarnya Simpanan Mudharabah, Tingkat Suku Bunga BI dan Tingkat

Pendapatan Perkapita

Tahun

Simpanan Mudharabah

(Rp)

Tingkat

suku bunga

BI(%)

Tingkat

Bagi hasil

(%)

Tingkat

Pendapatan

perkapita (Rp)

2006:I

2006:II

2006:III

2006:IV

2007:I

2007:II

2007:III

2007:IV

2008:I

2008:II

2008:III

2008:IV

2009:I

2009:II

2009:III

2009:IV

197.535.067.000

284.884.600.000

372.234.240.000

459.583.680.000

552.374.550.000

620.849.006.000

661.264.570.000

834.234.600.000

905.267.980.000

1.032.736.070.000

1.083.059.000.000

1.204.733.666.000

1.197.373.000.000

1.316.378.900.000

1.412.216.800.000

1.507.778.100.000

12.75

12.5

11.25

9.75

9.00

8.50

8.25

8.00

8.00

8.50

9.25

9.25

7.75

7.00

6.50

6.50

4.90

4.81

4.75

4.11

5.12

4.39

4.11

3.75

4.09

4.03

3.29

2.92

3.45

3.52

3.08

2.93

11.031.748

11.217.994

11.404.205

11.590.416

11.776.626

11.962.837

12.149.048

12.335.258

12.521.469

12.707.680

12.893.890

13.080.101

13.266.312

13.452.522

13.638.733

13.824.944


(3)

LAMPIRAN 2

Hasil Regresi Linier

Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 03/02/10 Time: 12:02 Sample: 2006Q1 2009Q4 Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -59.42161 29.39771 -2.021301 0.0661

SBI -0.091091 0.039912 -2.282311 0.0415

TBH -0.084352 0.122500 -0.688586 0.5042

LOG(PDRBJUTA) 5.381291 1.758701 3.059809 0.0099

R-squared 0.959909 Mean dependent var 27.32485

Adjusted R-squared 0.949887 S.D. dependent var 0.606599

S.E. of regression 0.135793 Akaike info criterion -0.943045

Sum squared resid 0.221278 Schwarz criterion -0.749898

Log likelihood 11.54436 F-statistic 95.77372

Durbin-Watson stat 0.671321 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

LAMPIRAN 3

Uji Multikolinearitas

Tingkat suku bunga BI(X1) terhadap Tingkat Bagi hasil (X2) dan PDRB perkapita (X3)

Dependent Variable: SBI Method: Least Squares Date: 03/07/10 Time: 13:55 Sample: 2006Q1 2009Q4 Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 45.22425 11.44530 3.951339 0.0017

TBH -1.038222 0.823958 -1.260042 0.2298

PDRB -2.59E-06 6.76E-07 -3.830638 0.0021

R-squared 0.763181 Mean dependent var 8.921875

Adjusted R-squared 0.726748 S.D. dependent var 1.881309

S.E. of regression 0.983427 Akaike info criterion 2.971813

Sum squared resid 12.57266 Schwarz criterion 3.116674

Log likelihood -20.77451 F-statistic 20.94716

Durbin-Watson stat 0.572940 Prob(F-statistic) 0.000086

Tingkat Bagi hasil (X2) terhadap Tingkat suku bunga BI (X1) dan PDRB perkapita (X3)

Dependent Variable: TBH Method: Least Squares Date: 03/07/10 Time: 13:58 Sample: 2006Q1 2009Q4 Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 16.50279 2.857100 5.776063 0.0001

SBI -0.104832 0.083197 -1.260042 0.2298

PDRB -9.34E-07 1.77E-07 -5.290328 0.0001


(5)

R-squared 0.840106 Mean dependent var 3.959260

Adjusted R-squared 0.815507 S.D. dependent var 0.727534

S.E. of regression 0.312495 Akaike info criterion 0.678906

Sum squared resid 1.269493 Schwarz criterion 0.823766

Log likelihood -2.431247 F-statistic 34.15193

Durbin-Watson stat 2.399659 Prob(F-statistic) 0.000007

PDRB Perkapita (X3) Terhadap Tingkat Suku Bunga Bi (X1) Dan Tingkat Bagi Hasil (X2)

Dependent Variable: PDRB Method: Least Squares Date: 03/07/10 Time: 14:00 Sample: 2006Q1 2009Q4 Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 17149284 405048.0 42.33889 0.0000

SBI -204711.6 53440.62 -3.830638 0.0021

TBH -731073.1 138190.5 -5.290328 0.0001

R-squared 0.915715 Mean dependent var 12428364

Adjusted R-squared 0.902748 S.D. dependent var 886540.2

S.E. of regression 276469.8 Akaike info criterion 28.06495

Sum squared resid 9.94E+11 Schwarz criterion 28.20981

Log likelihood -221.5196 F-statistic 70.61923


(6)

LAMPIRAN 4

Uji Autokorelasi

LM –Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.733284 Prob. F(2,10) 0.225796

Obs*R-squared 4.118724 Prob. Chi-Square(2) 0.127535

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/07/10 Time: 15:30 Sample: 2006Q1 2009Q4 Included observations: 16

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.401259 28.67125 -0.153508 0.8811

SBI 0.002407 0.038238 0.062943 0.9511

TBH 0.040712 0.118089 0.344754 0.7374

LOG(PDRB) 0.257873 1.715976 0.150278 0.8835

RESID(-1) 0.562451 0.329204 1.708516 0.1183

RESID(-2) 0.023767 0.380326 0.062491 0.9514

R-squared 0.257420 Mean dependent var -7.99E-15

Adjusted R-squared -0.113870 S.D. dependent var 0.121457

S.E. of regression 0.128186 Akaike info criterion -0.990670

Sum squared resid 0.164317 Schwarz criterion -0.700949

Log likelihood 13.92536 F-statistic 0.693313

Durbin-Watson stat 1.571870 Prob(F-statistic) 0.640263