departemen atau divisi dan merupakan bagian dari laporan keuangan perusahaan yang lengkap.
2. Kesinambungan
Suatu kesatuan ekonomi diasumsikan akan terus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan, kecuali bila ada bukti sebaliknya. Asumsi ini
memberikan dukungan yang kuat untuk penyajian aktiva berdasarkan harga perolehannya dan bukan atas dasar nilai kontan aktiva tersebut
atau nilai yang dapat direalisasi pada saat likuidasi. Contoh yang jelas dari dianutnya konsep kesinambungan ini adalah dalam pelaporan aktiva
tetap; aktiva dicatat menurut harga perolehannya dan disusutkan dengan cara yang sistematis tanpa adanya petunjuk mengenai nilai yang dapat
direalisasi pada saat pelaporan. .
3. Periode Akuntansi
Ada dua alasan utama perlunya penerapan konsep ini. Pertama, gambaran yang lengkap dan tepat mengenai kesuksesan suatu
perusahaan hanya bisa diperoleh pada saat perusahaan itu menghentikan kegiatannya dan mencairkan hartanya menjadi kas. Akan tetapi, banyak
keputusan yang harus diambil selama berlangsungnya kegiatan perusahaan dan tidak mungkin menunggu sampai perusahaan itu
menghentikan usahanya. Karena perusahaan dianggap selalu melaksanakan kegiatan usahanya
Going Concern, maka kegiatannya dibagi dalam periode-periode sehingga perkembangan perusahaan dapat
dicatat secara periodik pula. Dengan penyajian laporan keuangan secara periodik, diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pengambilan keputusan.
Alasan kedua, adalah perlunya informasi akuntansi secara periodik untuk maksud-maksud perencanaan perusahaan. Untuk itu diperlukan laporan
keuangan yang tepat, dalam arti harus menyajikan data yang sesuai dengan periode laporan keuangan. Oleh karena itu, transaksi-transaksi
perusahaan harus dicatat pada saat terjadinya. Misalnya, pada bulan Desember 1985 perusahaan berhak atas penghasilan sewa sebesar
Rp.150.000, tetapi menurut perjanjian baru akan diterima pada tanggal 15 Januari 1986. Menurut konsep ini, penghasilan sewa tersebut harus di-
catat sebagai penghasilan tahun 1985.
4. Pengukuran dalam Nilai Uang
Mengingat peranan khusus unit moneter sebagai alat peng- ukurpertukaran di dalam perekonomian, akuntansi keuangan
menggunakan uang sebagai denominator umum dalam pengukuran aktiva dan kewajiban perusahaan beserta perubahannya. Namun, hal
tersebut tidak berarti bahwa informasi nonmoneter tidak tercakup dalam sistem akuntansi perusahaan; ,informasi ini juga diikutsertakan, tetapi
informasi utama pada laporan keuangan diukur dalam nilai uang agar memberikan dasar penafsiran yang universal bagi pembaca laporan. Di
dalam akuntansi konvensional, daya beli uang dalam hal ini rupiah diasumsikan tidak berubah. Dalam periode di mana terjadi fluktuasi yang
besar dalam nilai rupiah, harus diperhatikan bahwa informasi akuntansi yang tidak sensitif terhadap perubahan dalam nilai uang menjadi kurang
relevan untuk berbagai tujuan pengambilan keputusan.
5. Harga Pertukaran
Akuntansi mengasumsikan bahwa harga yang disetujui pada saat terjadinya suatu transaksi ditentukan secara objektif oleh pihak-pihak
yang bersangkutan serta didukung oleh bukti-bukti yang dapat diperiksa kelayakannya oleh pihak bebas netral, dan karenanya merupakan dasar
paling tepat untuk pencatatan akuntansi. Berdasarkan asumsi ini, transaksi keuangan harus dicatat sebesar harga pertukaran, yaitu jumlah
uang yang harus diterima atau dibayarkan untuk transaksi itu. Misalnya, pada tahun 1980 perusahaan membeli kendaraan seharga
Rp.15.000.000. Bila tidak ada perubahan-perubahan yang menyebabkan kapitalisasi biaya, maka sampai tahun 1985 harga kendaraan yang
tercantum pada laporan keuangan tetap sebesar Rp.15.000.000.
Meskipun demikian, dengan dianutnya konsep ini tidak berarti bahwa seluruh aktiva yang diperoleh harus tetap menunjukkan jumlah harga
semula selama jangka waktu hidup perusahaan. Sejalan dengan berlalunya waktu, harga aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan
mengalami perubahan, baik karena pengalokasian harga perolehan aktiva yang bersangkutan sepanjang masa manfaatnya, atau disebabkan oleh
aktivitas tertentu dari perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan.
6. Penetapan Beban dan Pendapatan