80 Kelas VIII SMP
Temukan, keteladanan apa yang dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari dari kisah Raja Pasenadi Kosala?
C. Raja Bimbisara
Raja Bimbisara adalah Maharaja Negara Magadha dan Anga dengan ibu kota Rajagaha. Setelah beberapa lama diam di Gayasisa, Buddha melanjutkan perjalanan-
Nya melalui Rajagaha dan berhenti di hutan kecil Latthivana.
Sumber: http:www.dhammatalks.netimagesvimuttisukha a14.jpg
Gambar 4.7 Raja Bimbisara beserta pengiringnya menemui Buddha
1.
Mengapa Raja Pasenadi Kosala menjadi salah satu pendukung Buddha? 2. Tunjukkan bukti-bukti bahwa Raja Pasenadi Kosala adalah raja pendukung
agama Buddha 3. Jelaskan kelebihan Raja Pasenadi Kosala
4. Bagaimana komentar Buddha kepada para murid-Nya bahwa bukan yang menang maupun yang kalah dalam peperangan yang akan merasakan kedamaian?
5. Mengapa Buddha mengatakan bahwa orang terkasih yang kita cintai, dapat mendatangkan dukacita dan ratapan, penderitaan, kesedihan dan kepatahan hati?
Ayo, Uji Kompetensi Latihan Soal-Soal
Tugasku
Ayo, Mengamati
Amati Gambar 4.7 Tahukah kamu kisah
Raja Bimbisara? Bagaimana perannya
dalam mendukung Buddha? Nilai-nilai
luhur apa yang dapat kamu teladani
darinya? Mengapa ia harus wafat di tangan
putra kandungnya sendiri?
Tidak untuk diperjual
belikan
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 81
Dalam waktu singkat, tersiar berita bahwa Buddha berada di
Rajagaha dan berdiam di hutan kecil Latthivana. Beliau adalah
seorang
Arahat yang telah mencapai Penerangan Sempurna
dan mengajar Dharma yang indah pada awalnya, indah pada
pertengahannya, dan indah pada akhirnya. Mendengar berita
itu, Raja Bimbisara beserta pengiringnya datang mengunjungi
Buddha. Raja memberi hormat
duduk di satu sisi. Namun, para pengiringnya bersikap tidak hormat. Selesai memberi penjelasan, Kassapa bangun dari tempat duduknya. Ia berlutut
tiga kali di bawah kaki Buddha dan mengaku bahwa Buddha adalah gurunya dan ia adalah siswanya. Akhirnya, keragu-raguan mereka lenyap dan menerima khotbah
Dharma. Buddha memulai khotbah diawali dengan anupubbikatha dilajutkan dengan Empat Kebenaran Mulia. Pada akhir khotbah, sebelas dari dua belas orang
yang hadir memperoleh Mata Dharma dan yang satu memperoleh keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap Triratna. Kemudian, Raja Bimbisara menceritakan
keinginannya semenjak kecil sebagai berikut:
“Dulu, sewaktu masih menjadi Putra Mahkota dan belum naik tahta kerajaan, aku mempunyai lima macam keinginan yaitu:
1. semoga aku kelak menjadi Raja Magadha; 2.
semoga seorang Buddha datang di negeriku sewaktu aku masih memerintah;
3. semoga aku memperoleh kesempatan untuk mengunjungi Buddha; 4. semoga Buddha memberikan khotbah kepadaku; dan
5. semoga aku mengerti apa yang harus dimengerti dari ajaran Buddha tersebut.
Sekarang semua keinginan yang berjumlah lima itu telah terpenuhi.” Raja Bimbisara memuji khotbah Buddha dan selajutnya ia menyatakan dirinya
sebagai upasaka untuk seumur hidup dan mengundang Buddha beserta para pengikutnya untuk datang besok siang di persembahkan dana makanan di istana.
Kemudian, ia bangun dari tempat duduknya, jalan memutar, dengan Buddha berada di sebelah kanan, dan pulang ke istana.
Sumber: jhodymaaf.blogspot.com Gambar 4.8 Raja Bimbisara beserta pengiringnya
menemui Buddha
Tidak untuk diperjual
belikan
82 Kelas VIII SMP
Sumber: http:3.bp.blogspot.com
Gambar 4.9 Tukang cukur menyayat telapak kaki Raja Bimbisara dan melumuri dengan garam di penjara bawah tanah.
Ayo, Mengamati
Amati Gambar 4.9 Tahukah
kamu, apa yang terjadi pada
peristiwa seperti pada gambar di
samping?
Keesokan hari, Raja Bimbisara mengundang Buddha ke istana untuk dipersembahkan dana makanan. Kemudian, Raja memikirkan tempat yang layak
yang dapat digunakan oleh Buddha sebagai tempat tinggal. Raja teringat pada Veluvanarama Hutan Pohon Bambu yang letaknya tidak terlalu jauh dan tidak
terlalu dekat dengan desa di sekelilingnya.
Dengan batin yang dipenuhi pikiran tersebut, Raja Bimbisara kemudian menuang air ke lantai dari kendi emas dan menerangkan bahwa ia berhasrat menyerahkan
Veluvanarama untuk dipakai oleh Buddha beserta pengiringnya sebagai tempat tinggal. Buddha menerima pemberian tersebut dan menggembirakan hati Raja dengan
menerangkan keuntungan besar yang dapat diperoleh dari dana tersebut.
Raja Bimbisara wafat secara mengenaskan di dalam penjara bawah tanah. Putranya Ajatasattu memenjarakannya di bawah tanah dengan tidak memberi makan sedikit
pun. Lebih keji lagi, Ajatasattu menyuruh tukang cukur untuk menyayat telapak kaki Raja dan melumuri dengan garam dan minyak lalu memanggangnya di atas bara api.
Bimbisara mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya. Bimbisara yang sudah amat lemah itu, tidak tahan lagi sehingga meninggal dunia. Bimbisara meninggal
karena penderitaannya di luar batas perikemanusiaan lagi. Ia meninggal atas perintah anak kandungnya sendiri.
Tidak untuk diperjual
belikan
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 83
Ayo, Merangkum
Tidak untuk diperjual
belikan
84 Kelas VIII SMP
D. Raja Ajatasattu