2.2. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa SiO
2
dan felspar MZ
4
O
8
. M adalah kation K
+
, Na
+
atau Ca
+
. Z adalah kation-kation Al
3+
dan Si
4+
. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang diendapkan di tepi-tepi sungai, danau, atau laut. Pasir kuarsa mengandung
senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pada umumnya, senyawa pengotor tersebut terdiri atas oksida besi, oksida kalsium, oksida alkali,
oksida magnesium, lempung, dan zat organik hasil pelapukan sisa-sisa hewan serta tumbuhan.
Pasir kuarsa yang terdapat di alam ditemukan dengan kemurnian yang bervariasi, tergantung pada proses terbentuknya dan juga material lain yang ikut
selama proses pengendapan. Material pengotor tersebut bersifat sebagai pemberi warna pada pasir kuarsa. Secara umum, pasir kuarsa Indonesia mempunyai
komposisi kimia seperti yang dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan komposisi fisika pasir kuarsa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2. Hasil Analisa XRF Komposisi Kimia Pasir Kuarsa Indonesia
Senyawa Jumlah
SiO
2
55,30 – 99,87 Fe
2
O
3
0,01 – 9,14 Al
2
O
3
0,01 – 18,00 TiO
2
0,01 – 0,49 CaO
0,01 – 3,24 MgO
0,01 – 0,26 K
2
O 0,01 – 17,00
Sumber : Suhala, et al, 1997
10
Tabel 3. Parameter Fisika Pasir Kuarsa Indonesia
Parameter Keterangan
Warna Putih bening atau warna lain tergantung
senyawa pengotornya. Misalnya, warna kuning berarti mengandung oksida besi.
Kekerasan 7 skala
Mohs Berat Jenis
2,65 gcm
3
Titik Lebur 1715°C
Bentuk Kristal Hexagonal
Panas Spesifik 0,185
Konduktivitas Panas 12 – 100°C
Sumber : Suhala, et al, 1997
Pasir kuarsa banyak digunakan dalam kegiatan industri. Penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang baik langsung sebagai bahan baku utama maupun
bahan tambahan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri pembuatan chip, gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, dan ampelas.
Sedangkan sebagai bahan tambahan, misalnya dalam industri pengecoran logam,
bata tahan api refraktori, dan lain sebagainya.
Sekarang penggunaan pasir kuarsa sudah dikembangkan untuk pembuatan panel surya. Faktor utama yang diperhatikan adalah pasir kuarsa yang dipakai
harus mencapai kemurnian dengan pembatasan pada oksida pengotornya. Kristal silika merupakan bahan baku utama untuk pembuatan panel surya monokristal.
Kristal silika ditemukan di alam terutama sebagai pasir kuarsa. Proses ekstraksi pasir kuarsa bervariasi berdasarkan lokasinya, tetapi biasanya dikombinasikan
mulai dari pengolah tanah, penghancuran, penggilingan, pencucian, dan penyaringan untuk memisahkan partikel-partikel kristal silika dari mineral lain
11
dan kotoran untuk mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan. Produk akhirnya disebut sebagai pasir silika atau kristal silika.
Pemanfaatan pasir kuarsa dari Indonesia sebagai bahan baku untuk panel surya harus dimulai dari penguasaan teknologi pemurnian silika dari pasir kuarsa.
Syarat minimal penguasaan teknologi pemurnian silika dari pasir kuarsa untuk panel surya jika hasil pemurnian SiO
2
mencapai 99,999. Karena pentingnya penguasaan teknologi pemurnian silika dari pasir kuarsa Indonesia maka perlu
adanya penelitian pemurnian silika dari pasir kuarsa dengan terobosan proses. Diharapkan dengan terobosan proses ini akan meningkatkan pertumbuhan industri
pembuatan modul panel surya dari pasir kuarsa Indonesia. Keuntungan dengan penguasaan teknologi tersebut bagi Indonesia adalah swasembada energi
sekaligus meningkatkan nilai tambah pasir kuarsa Indonesia. Potensi sumber daya pasir kuarsa di Indonesia cukup besar dengan
cadangan diperkirakan tidak kurang dari 4,48 milyar ton. Cadangan pasir kuarsa tersebar di 16 provinsi, yang terbesar diantaranya terdapat di Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung Suhala, et al, 1997.
2.3. Logam Pengotor