6. Bank Danamon Indonesia Tbk
3.27 2.26
2.36 2.63
7. Bank Eksekutif Internasional Tbk
7.89 15.17
15.49 12.85
8. Bank International Indonesia Tbk
5.54 3.13
2.69 3.79
9. Bank Kesawan Tbk
6.20 6.81
4.08 5.69
10. Bank Mandiri Persero Tbk
16.34 8.64
5.35 10.11
11. Bank Mayapada Tbk
0.70 0.48
2.83 1.33
12. Bank Mega Tbk
1.68 1.53
1.18 1.46
13. Bank Negara Indonesia Tbk
10.50 8.53
5.00 8.01
14. Bank Niaga Tbk
3.08 3.03
2.50 2.87
15. Bank OCBC NISP Tbk
2.49 2.53
2.72 2.58
16. Bank Pan Indonesia Tbk
7.97 3.06
4.34 5.12
17. Bank Permata Tbk
6.39 4.56
3.53 4.83
18. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
4.83 3.45
2.78 3.68
19. Bank Victoria International Tbk
3.55 3.75
2.52 3.27
Rata-Rata 5.24
4.39 3.89
4.51
Sumber: Penulis
Melalui rumus NPL yaitu dengan membandingkan antara jumlah kredit bermasalah dengan keseluruhan total kredit yang diberikan, maka diperolehlah
nilai NPL dari setiap bank seperti yang telah tertera pada tabel diatas. Pada tahun 2006, nilai tertinggi NPL terdapat pada Bank Madiri sebesar
16.34 dengan jumlah kredit bermasalah sebesar Rp 19,229,020,000,000 dan jumlah total kredit Rp 117,670,942,000,000. Nilai NPL 10.50 membuat
bank BNI berada diposisi kedua dengan jumlah kredit bermasalah Rp6,976,259,000,000 dari total kredit Rp 66,459,947,000,000.
Sementara nilai NPL terendah dipegang oleh Bank Mayapada yaitu 0,70 dengan jumlah kredit bermasalah hanya Rp 16,405,467,000 dari total
kredit Rp 2,356,245,600,000. Dengan NPL 1.30, Bank BCA berada diurutan kedua setelah Bank Mayapada dengan jumlah kredit bermasalah
Universitas Sumatera Utara
Rp798,850,000,000 dari total kredit Rp 61,422,308,000,000. Rata-rata nilai NPL pada tahun 2006 adalah 5.24.
Pada tahun 2007, nilai tertinggi NPL 15.17 menempatkan Bank Eksekutif Internasional diurutan terakhir menggeser Bank Mandiri yang dapat
menekan NPL-nya menadi 8.64. Peningkatan NPL Bank Eksekutif Internasional ditandai dengan meningkatnya jumlah kredit bermasalah sekitar
Rp 70,000,000,000, padahal total kredit yang diberikan meningkat hanya sekitar Rp 30,000,000,000. Bank Mandiri meningkatkan jumlah kredit sekitar
Rp 20,000,000,000,000, tapi dapat menekan jumlah kredit bermasalahnya sekitar Rp 8,000,000,000,000.
Sementara, NPL terendah yaitu 0.48 tetap dipegang oleh Bank Mayapada yang menurunkan nilai NPL sekitar 0.22 dari tahun lalu.
Demikian pula Bank BCA yang dapat menurunkan nilai NPL-nya sekitar 0.50. Pada tahun ini penurunan NPL yang besar juga terjadi pada Bank Pan
Indonesia. Penurunan NPL terjadi hampir 5 dari tahun sebelumnya. Rata- rata NPL keseluruhan bank tahun 2007 adalah 4.39.
Pada tahun 2008, kinerja Bank BCA dalam mengatasi kredit bermasalah terus terbukti dengan penurunan NPL sebesar 0.21 menjadi 0.60. Hal
tersebut membuat Bank BCA berada diurutan terendah dalam hal NPL. Begitu juga dengan Bank Mandiri dan Bank BNI yang terus-menerus menurunkan
nilai NPL-nya yaitu sama sekitar 3. Sementara posisi NPL Bank Mayapada meningkat menjadi 2.38 dikarenakan jumlah kredit bermasalah yang
meningkat sekitar Rp 100,000,000,000. Namun, meningkatnya kredit
Universitas Sumatera Utara
bermasalah Bank Mayapada diimbangi dengan peningkatan total kredit yang diberikan yaitu sekitar Rp 900,000,000,000.
Bank Eksekutif Internasional masih belum bisa mengatasi kredit bermasalahnya. Terbukti dengan kenaikan NPL sekitar 3 menjadi 15.49
dari tahun sebelumnya. Penambahan total kredit sebesar Rp 55,000,000,000 pada bank ini diimbangi dengan kenaikan kredit bermasalah sebesar Rp
10.000.000.000.
Gambar 4.2 Non Performing Loan
Universitas Sumatera Utara
3. Manajemen Management