32
H2: Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh Positif terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
2.3.3. Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
Frekuensi rapat mendorong dewan komisaris untuk mendapatkan informasi tentang kondisi perseroan yang lebih intensif, relevan, dan tepat
waktu terutama tentang risiko serta kualitas pengendalian internal yang lebih baik. Frekuensi rapat yang semakin tinggi dapat memberikan sinyal-sinyal
positif terhadap pengguna laporan keuangan atas kinerja perseroan dalam mencapai tujuan perseroan
. Frekuensi rapat dewan komisaris yang semakin
tinggi mendorong kualitas informasi yang lebih tinggi pula. Oleh karena itu, fungsi kehadiran Komite Manajemen Risiko terutama yang terpisah, membantu
dewan komisaris untuk memperoleh kualitas informasi tentang manajemen risiko yang lebih relevan, akurat, dan tepat waktu Wahyuni, 2012.
Oleh karena itu, frekuensi rapat yang semakin tinggi, maka kemungkinan Dewan
Komisaris untuk lebih memperhatikan risiko dan manajemen risiko yang akan diterapkan semakin besar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
level pengawasan dan aktivitas manajemen risiko. Dengan demikian, semakin sering dewan menyelenggarakan rapat maka akan mendukung keberadaan
Komite Manajemen Risiko. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
33
H3: Frekuensi rapat dewan berpengaruh positif dengan keberadaan Komite Manajemen Risiko
2.3.4. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest, maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai
mediator pada hubungan antara principal dengan agent sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada
data akuntansi yang dikajikan oleh auditor yang bereputasi. Pada saat ini auditor menjadi faktor utama pengawasan organisasi dan berperan penting
bagi manajemen risiko. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan dari Big Four audit
tentang kualitas monitoring internal yang terdapat pada klien big four audit
jika dibandingkan dengan kualitas monitoring internal dari non big four audit.
Terdapat tekanan yang lebih besar pada perusahaan yang diaudit Big Four
untuk membentuk Komite Manajemen Risiko, dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit non-Big Four. Adanya Komite Manajemen
Risiko dipandang sebagai dukungan tambahan ketika auditor sedang menilai sistem monitoring risiko internal, mereka lebih memilih untuk
meminimalisasi kerugian reputasi dengan kegagalan audit Cohen, et al., 2004. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dikembangkan:
H4: Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
34
2.3.5. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan dan Reputasi Auditor
Terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
Besarnya proporsi komisaris independen merupakan sumber daya perusahaan untuk dapat meminimalkan konflik agensi yang terjadi dan untuk
meminimalkan biaya yang ditimbulkan akibat konflik agensi tersebut. Oleh karena itu, semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin besar
pula pengawasan suatu perusahaan tersebut terhadap pengawasan internalnya yang memungkinkan perusahaan tersebut untuk membentuk suatu komite di
bidang manajemen, yaitu komite manajemen risiko. Menurut teori agensi, ukuran dewan yang besar berpengaruh positif terhadap asimetri informasi.
Untuk mengatasi hal tersebut, dewan komisaris akan berusaha meningkatkan keefektifan pemantauannnya. Frekuensi rapat yang semakin tinggi,
memungkinan Dewan Komisaris untuk lebih memperhatikan risiko dan manajemen risiko yang akan diterapkan semakin besar, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan level pengawasan dan aktivitas manajemen risiko. Saat ini auditor menjadi faktor utama pengawasan organisasi dan
berperan penting bagi manajemen risiko. Terdapat tekanan yang lebih besar pada perusahaan yang diaudit Big Four untuk membentuk Komite
Manajemen Risiko, dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit non-Big Four.
Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dikembangkan:
35
H5: Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan dan Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap Keberadaan
Komite Manajemen Risiko 2.4. Hipotesis
H1: Proporsi Komisaris Independen Berpengaruh Positif terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
H2: Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh Positif terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
H3: Frekuensi rapat dewan berpengaruh positif dengan keberadaan Komite Manajemen Risiko
H4: Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
H5: Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan dan Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap Keberadaan
Komite Manajemen Risiko
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian