Sinar monokromatik dengan panjang gelombang terpilih dipantulkan melalui cermin  sehingga  mengenai  objek  lempeng  KLT.  Sinar  yang  datang  dapat
dipantulkan  maupun  diteruskan.  Sinar  yang  dipantulkan  atau  diteruskan  ditangkap oleh  pengganda  foton  photomultiplier  yang  berfungsi  untuk  menggandakan  sinar
yang datang sehingga dihasilkan elektron yang terbaca oleh sistem komputer sebagai data output Wulandari, 2011.
2.7 Optimasi Kondisi Analisis
Prinsip  kromatografi  adalah  pemisahan  analit  dari  campuran.  Optimasi proses kromatografi perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pemisahan dengan
cara  mengubah  satu  atau  lebih  parameter  dari  sistem  kromatografi  Kowalska  and Prus,  2003.  Optimasi  yang  perlu  dilakukan  adalah  optimasi  kondisi  analisis  karena
untuk  mendapatkan  pemisahan  yang  baik  harus  digunakan  kondisi  analisis  yang optimum. Pemilihan kondisi analisis yang akan digunakan didasarkan pada penilaian
parameter  efisiensi  sistem  kromatografi.  Parameter  yang  menentukan  efisiensi kromatogram  antara  lain  nilai  resolusi  Rs,  nilai  theoritical  plate  N,  dan  nilai
height equivalent of theoritical plate H Wulandari, 2011. 2.7.1
Resolusi Resolusi  merupakan  kemampuan  kondisi  analisis  untuk  memisahkan  dua
senyawa  dalam  sampel.  Resolusi  analit  dengan  zat  lain  sebaiknya  lebih  dari  1,5. Semakin  besar  nilai  resolusi  semakin  baik  pemisahan  yang  terjadi.  Apabila  resolusi
kromatografi  kecil,  yaitu  kurang  dari  1,5,  maka  perlu  dilakukan  evaluasi  kondisi analisis yang digunakan. Secara matematik nilai Rs dirumuskan sebagai berikut.
Rs =
� {    −    ] � +�
keterangan Rs
= pemisahan antara dua puncak kromatogram zat a dan zat b Za
= jarak migrasi zat a Zb
= jarak migrasi zat b Wa
= lebar dasar puncak zat a
Wb = lebar dasar puncak zat b
Wulandari, 2011 2.7.2
Nilai Theoritical Plate N Nilai  theoritical  plate  atau  lempeng  teoritis  merupakan  nilai  atau  angka
pelebaran  zona  yang  menunjukkan  satu  kali  kesetimbangan  analit  dalam  fase  gerak dan fase diam. Secara matematik nilai N dirumuskan sebagai berikut.
N = 16
[
� �
]
2
keterangan N
=  nilai  pelebaran  zona  untuk  satu  kali  kesetimbangan  analit  dalam fase gerak dan fase diam
Zs = jarak migrasi analit
W = lebar dasar puncak
Wulandari, 2011 2.7.3
Nilai Height Equivalent of Theoritical Plate H Nilai  H  merupakan  panjang  jarak  tempuh  eluen  yang  dibutuhkan  sampai
terjadinya satu kali kesetimbangan dalam fase gerak dan fase diam. Secara matematik nilai H dirumuskan sebagai berikut.
H =
� �
keterangan H
= jarak tempuh analit untuk satu kali kesetimbangan analit dalam fase diam dan fase gerak
Zf = jarak migrasi fase gerak
N =  nilai  pelebaran  zona  untuk  satu  kali  kesetimbangan  analit  dalam
fase gerak dan fase diam Wulandari, 2011
2.8 Validasi Metode Analisis