Pemeriksaan Informasi Fiskal Informasi fiskal seharusnya dapat diawasi secara eksternal.
3.4.3 Pemeriksaan Informasi Fiskal Informasi fiskal seharusnya dapat diawasi secara eksternal.
Hal ini meliputi (1) badan audit nasional; (2) laporan audit dan
Pemeriksaan
mekanisme tindak lanjut; (3) penilaian independen atas prakiraan dan
Informasi Fiskal
asumsi; dan (4) verifikasi data independen sebagai berikut:
a. Badan audit nasional Kebijakan dan keuangan publik seharusnya dapat diawasi oleh
badan audit nasional atau organisasi sejenis yang independen dari pemerintah.
UUD 1945 dan amandemennya mengamanatkan adanya suatu
Badan Audit
badan pemeriksa keuangan yang memeriksa pengelolaan dan Nasional tanggung jawab keuangan negara, dan menyampaikan hasil
auditnya kepada DPR. Lingkup audit yang dilaksanakan BPK diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terbitnya UU Nomor 15 Tahun 2006 lebih memperkuat dasar hukum bagi BPK sebagai institusi pemeriksa yang independen dalam melaksanakan mandatnya sebagai lembaga independen dalam memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Namun demikian, BPK mengalami pembatasan dalam memeriksa keuangan negara dikarenakan aturan perundangan lainnya yang bertentangan dengan UU BPK yaitu pada pemeriksaan pajak yang merupakan bagian terbesar pendapatan negara.
b. Laporan audit dan mekanisme tindak lanjut Suatu badan pemeriksa yang independen terhadap pihak
pemerintah seharusnya menyediakan semua laporan, termasuk laporan keuangan tahunannya kepada lembaga legislatif dan mempublikasikannya. Mekanisme pemantauan tindak lanjut harus ada untuk memonitor tindak lanjut dari rekomendasi hasil pemeriksaan.
Sebagaimana dijelaskan pada butir 3.4.3 a, BPK melaporkan
Laporan Audit dan
pemeriksaan yang dilakukan kepada DPR. Untuk meningkatkan Mekanisme Tindak
Lanjut
akuntabilitas pengelolaan keuangan BPK, UU Nomor 15 Tahun
Publik. Atas Laporan Keuangan BPK Tahun 2009 mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Opini tersebut sangat menunjang program reformasi birokrasi dimana BPK menjadi lembaga percontohan.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK juga diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK. Untuk kepentingan tindak lanjut BPK menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota. Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota memberitahukan secara tertulis kepada BPK tentang kemajuan tindak lanjut yang ada di lingkup wilayahnya. Tugas BPK selanjutnya adalah memantau pelaksanaan tindak lanjut.
Hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR dianggap terbuka bagi masyarakat. Efektivitas hasil pemeriksaan tergantung dari tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan. Berdasarkan laporan Hasil Pemeriksaan Semester diketahui bahwa tindak lanjut atas hasil pemeriksaan BPK masih rendah. Selain itu DPR juga kurang memanfaatkan hasil pemeriksaan BPK sebagai alat kendali pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.
Tindak lanjut rekomendasi atas pemeriksaan LKPP Tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 juga belum menggembirakan. BPK telah mengklasifikasikan temuan-temuan yang berulang sehingga pemantauan atas tindak lanjut dilakukan atas rekomendasi dan kondisi yang paling mutakhir.
c. Penilaian independen atas prakiraan dan asumsi
Para ahli yang independen seharusnya dilibatkan untuk menilai
suatu prakiraan fiskal dan makroekonomi, serta semua asumsi- asumsi yang mendasarinya.
Dengan berkembangnya civil society di Indonesia, berkembang
Penilaian
pula Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memonitor arah Independen Atas
Prakiraan dan
dan kebijakan pemerintah. LSM yang bergerak dalam bidang
Asumsi
pengembangan ekonomi ini memberikan kritisi dan feedback kepada pemerintah tentang prakiraan dan kebijakan fiskal maupun ekonomi. Selain itu lembaga ekonomi dunia seperti IMF, ADB, World Bank memberikan penilaiannya terhadap kebijakan fiskal dan kondisi makroekonomi Indonesia.
d. Verifikasi data independen Badan Pusat Statistik (BPS) seharusnya didukung lembaga
BPS merupakan lembaga pemerintah yang bertugas memberikan
Verfikasi Data
data kepada pemerintah yang dihasilkan dari aktifitas statistik Independen
yang komprehensif. BPS memiliki unit kerja sampai dengan tingkat kabupaten/kota yang memungkinkan BPS melakukan sensus atau survei lapangan secara komprehensif dan merata. Namun, untuk meningkatkan transparansi diperlukan lembaga independen yang bertugas untuk menguji kualitas data fiskal dari BPS tersebut. Sampai laporan ini dibuat, belum ada lembaga independen yang melakukan fungsi yang samadengan BPS.