Pengembangan perikanan bubu untuk keberlanjutan usaha nelayan Sibolga

PENGEMBANGAN PERIKANAN BUBU
UNTUK KEBERLANJUTAN USAHA NELAYAN SIBOLGA

LUCIEN PAHALA SITANGGANG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Perikanan
Bubu Untuk Keberlanjutan Usaha Nelayan Sibolga adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2012


Lucien Pahala Sitanggang
NRP C461080011

ABSTRACT
LUCIEN PAHALA SITANGGANG. Development of Traps for Sustainable
Fishing at Sibolga. Under direction of ARI PURBAYANTO, DOMU
SIMBOLON, and FEDI SONDITA.
Rapid population growth in the world will has implication to the increasing
demand for protein especially from fish. Traps is one of fishing gears to catch
demersal or coral reef fish. Recently trap operation at coast of Western Sumatera
has been restricted. The operation of trap is considered destructive for coral reef.
The objectives of this research are to evaluate fishing operation technic of
demersal fishing using basket traps, to measure technical performance of basket
trap modification, to analysis potential fishing ground and catch of basket trap and
to arrange development strategy of trap fisheries at coast of Western Sumatera.
The research was conducted in coastal area of western Sumatera from March 2011
to February 2012. The methods applied in this research were experimental fishing
and survey method. Analysis of data used descriptive analysis, the statictical
analysis for significantly test, analysis hierarchy process and SWOT analysis. The
result showed that the evaluation of fishing operation technic using basket trap

need repair, especially from the way of landing and construction. There were 26
species found in four fishing grounds located around coast of western Sumatera.
The 26 species were dominated by three families, for example Serranidae,
Carangidae and Lutjanidae. Basket trap modification showed higher productivity
compared to the fishers basket trap. The average catch of Sibolga fishermen was
57.66%, which was lower than the average catch of basket trap modification about
75.28%. Based on the factorial analysis, type of traps gave significantly influence
to the catch of demersal fish. Analysis of hierarchy process showed that repairing
technic operations of trap is the main priorities in improving the sustainable
fishing at Sibolga. Development of capture fisheries activities must consider
resources sustainability.
Keywords: demersal, fishing, modification, basket trap, Sibolga

RINGKASAN
LUCIEN PAHALA SITANGGANG. Pengembangan Perikanan Bubu Untuk
Keberlanjutan Usaha Nelayan Sibolga. Dibimbing oleh ARI PURBAYANTO,
DOMU SIMBOLON, dan FEDI SONDITA.
Perikanan tangkap khususnya perikanan demersal terus berkembang seiring
dengan tingginya permintaan pasar ekspor. Ikan demersal memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi, sehingga berdampak pada upaya penangkapan yang

terus meningkat tanpa mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya. Saat ini
perkembangan kegiatan penangkapan ikan demersal di pantai Barat Sumatera
mulai terhambat dengan adanya pelarangan beroperasi oleh pemerintah setempat.
Bubu kawat merupakan salah satu alat tangkap nelayan Sibolga yang digunakan
untuk menangkap ikan demersal atau ikan yang berhabitat di sekitar terumbu
karang.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi teknik
operasional bubu kawat di pantai Barat Sumatera, untuk menganalisis tingkat
produktivitas bubu modifikasi dan bubu yang digunakan nelayan dalam
pengembangan perikanan demersal, mengukur kinerja teknis pengoperasian bubu
modifikasi sebagai hasil dari perbaikan alat tangkap, analisis finansial
pengoperasian bubu untuk keberlanjutan usaha nelayan Sibolga dan menyusun
strategi pengembangan perikanan bubu di pantai Barat Sumatera. Manfaat dari
penelitian ini antara lain: sebagai informasi kepada pelaku usaha bubu di pantai
Barat Sumatera; dan informasi kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan dan
memberikan bantuan kepada nelayan.
Penelitian ini dilaksanakan di pantai Barat Sumatera dengan daerah
pengoperasian di Pulau Mursala, Pulau Pini, Pulau Nias dan Pulau Karang.
Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan usaha perikanan bubu
adalah experimental fishing. Percobaan penangkapan ikan dilakukan dengan

mengoperasikan 36 unit bubu nelayan dan 36 unit bubu modifikasi. Setiap daerah
pengoperasian yang telah ditentukan memiliki 9 stasiun percobaan. Metode
pengoperasian bubu nelayan mengikuti kebiasaan nelayan Sibolga, sedangkan
pengoperasian bubu modifikasi dilakukan dengan perendaman 4 hari.
Hasil dari penelitian menunjukkan teknik pengoperasian bubu nelayan
masih memerlukan beberapa perbaikan khususnya dari proses pendaratan bubu di
dalam air. Pendaratan bubu yang tidak sempurna menyebabkan bubu nelayan
menjadi sulit saat dicari. Pada lokasi pengoperasian bubu nelayan di Pulau
Karang, sering ditemukan ghost fishing karena pergeseran bubu yang cukup jauh
dari titik setting. Perbaikan metode pengoperasian bubu dilakukan dengan
memberikan pemberat pada alas bubu nelayan dan memberikan pelampung pada
selimut atas bubu, dengan tujuan bubu akan mendarat sempurna dan pergeseran
bubu akibat arus dasar dapat dieliminir.
Berdasarkan perbandingan produktivitasnya, bubu nelayan dan bubu
modifikasi memiliki umur teknis yang sama yaitu 3 bulan. Metode perendaman
bubu yang berbeda menyebabkan bubu modifikasi dapat dioperasikan lebih
banyak jika dibandingkan dengan bubu nelayan. Bubu modifikasi dapat
digunakan sebanyak 8 sampai 12 trip, sedangkan bubu nelayan hanya 5 sampai 6
trip. Sebanyak 26 spesies ikan tertangkap di empat daerah pengoperasian bubu


yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil tangkapan bubu modifikasi ini
didominasi famili Serranidae, Carrangidae, Centroponidae dan Lutjanidae. Hasil
tangkapan rata-rata ikan target dari bubu nelayan 57,66%, nilai ini lebih rendah
dari hasil tangkapan rata-rata ikan target bubu modifikasi yakni sebesar 75,28%.
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan masih membutuhkan pengembangan dan
perbaikan metode pengoperasian untuk keberlanjutan usaha bubu mereka.
Hasil analisis hirarki proses menunjukkan bahwa perbaikan teknik operasi
adalah prioritas pengembangan usaha perikanan bubu di pantai Barat Sumatera.
Nilai SWOT pada strategi pengembangan usaha perikanan bubu di Sibolga
menunjukkan bahwa perairan Sibolga masih memiliki peluang yang cukup baik.
Peran serta pemerintah dalam pengawasan sumberdaya dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan yang berkelanjutan merupakan strategi yang dapat
difokuskan pada pengembangan perikanan bubu di Sibolga.

Kata kunci: demersal, penangkapan, modifikasi, bubu, Sibolga

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

PENGEMBANGAN PERIKANAN BUBU
UNTUK KEBERLANJUTAN USAHA NELAYAN SIBOLGA

LUCIEN PAHALA SITANGGANG

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Mayor Teknologi Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2012

Komisi Penguji Luar pada Ujian Tertutup Disertasi:
1. Dr. Sulaeman Martasuganda, B.Sc, M. Sc
2. Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil

Komisi Penguji Luar pada Ujian Terbuka Disertasi:
1. Prof. Dr. Ir. Wudianto
2. Dr. Ir. Budi H. Iskandar

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Disertasi

: Pengembangan Perikanan Bubu untuk Keberlanjutan Usaha
Nelayan Sibolga

Nama

: Lucien Pahala Sitanggang


NRP

: C461080011

Program Studi

: Teknologi Perikanan Tangkap

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
Ketua


Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si
Anggota

Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc
Anggota


Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknologi Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc
NIP. 196203031988031001

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
NIP. 196508141990021001

Tanggal Ujian : 9 Agustus 2012

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibolga Sumatera Utara pada
tanggal 12 Maret 1980 dari ayah Florencius Sitanggang dan

ibu Almarhum Tiominar Br Marbun. Penulis merupakan
putra kedelapan dari sepuluh bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2003,
penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Program Pascasarjana IPB dan menamatkan diri pada tahun 2006. Pada tahun
2008, penulis kembali melanjutkan pendidikan pada Program Doktor Mayor
Teknologi Perikanan Tangkap, Pascasarjana IPB.
Penulis mengikuti pendidikan Program Doktor melalui beasiswa dari
Bantuan Pendidikan Pasca Sarjana (BPPS) yang diberikan oleh Direktorat
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.
Pada tahun 2004 penulis bekerja sebagai Technical Support Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Terbuka. Pada tahun 2007
penulis diangkat sebagai dosen tetap pada Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga.
Pada tahun yang sama penulis diangkat menjadi Pembantu Ketua I Bidang
Akademik di Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga. Saat menjalani pendidikan pada
tahun 2009 penulis diberikan tanggung jawab sebagai Ketua Sekolah Tinggi
Perikanan Sibolga sampai pada saat ini. Pada tahun 2010 penulis juga diangkat
sebagai Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan pemerintah Kota Sibolga.


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan
judul “Pengembangan Perikanan Bubu Untuk Keberlanjutan Usaha Nelayan
Sibolga” ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc., Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon,
M.Si., dan Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc., atas kesediaannya untuk
membimbing penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Syarfi Hutauruk selaku Walikota Sibolga, Bapak Marudut Situmorang selaku
Wakil Walikota Sibolga. K.M Renta Sari, nelayan-nelayan di pantai Barat
Sumatera, Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sibolga, Kepala Pelabuhan
Perikanan Nusantara Sibolga, Staf Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga.
Secara khusus penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada:
1. Kepada bapak yang telah mendampingi penulis selama ujian dan mama di
surga yang telah menjadi inspirator sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan;
2. Kepada istriku Yenny March Fransisca Harefa dan anakku Natasya
Zomasienka

Sitanggang

yang

setia

mendampingi

penulis

dalam

menyelesaikan disertasi;
3. Keluarga besar Sitanggang atas segala bantuan, doa, kesabaran, dorongan,
dan pengertian yang telah diberikan secara tulus dan ikhlas selama penulis
menempuh pendidikan;
4. Irnawaty Sinaga dan keluarga yang turut membantu proses penyelesaian
studi di IPB;
5. Lambok Parulian Pasaribu sebagai teman penelitian di lapangan yang telah
mempermudah penulis dalam pengumpulan data;
6. Mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga Aferius, Davida, Harry,
Metty,

Ratna

dan

Anwar

menyelesaikan studi di IPB.

sebagai

pendamping

penulis

selama

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih belum sempurna, sehingga
kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan disertasi ini. Besar harapan disertasi ini dapat memberikan
konstribusi yang positif dalam pengembangan perikanan tangkap di Sibolga dan
sekitarnya.
Semoga disertasi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2012

Lucien Pahala Sitanggang

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................

i

DAFTAR ISI ..................................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xiii

DAFTAR ISTILAH .......................................................................................

xv

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................

5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................

8

1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................

8

1.5 Kerangka Pemikiran...................................................................................

9

1.6 Novelti........................................................................................................

12

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Ikan Demersal .......................................................................

13

2.2 Perikanan Bubu ..........................................................................................
2.2.1 Definisi bubu ................................................................................
2.2.2 Daerah pengoperasian bubu...........................................................
2.2.3 Jenis-jenis bubu .............................................................................
2.2.4 Tingkah laku ikan terhadap bubu ..................................................
2.2.5 Bubu ramah lingkungan ................................................................

16
16
19
22
25
27

2.3 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan..................................

28

2.4 Kelayakan Usaha Bubu ..............................................................................
2.4.1 Net Present Value (NPV) ...............................................................
2.4.2 Internal Rate of Return (IRR) ........................................................
2.4.3 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ......................................................
2.4.4 Break Event Point (BEP) ...............................................................

34
35
35
36
36

2.5 Pengembangan Usaha Perikanan ...............................................................
2.5.1 Analysis Hierarchy Process (AHP) ...............................................
2.5.2 Strenghts Weaknesess Opportunities Threats (SWOT) ................

37
39
42

iii

3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat .....................................................................................

43

3.2 Bahan dan Alat ...........................................................................................

44

3.3 Metode Penelitian .......................................................................................
3.3.1 Prosedur percobaan............................................................................
3.3.2 Modifikasi bubu.................................................................................
3.3.3 Pemilihan lokasi penempatan bubu ...................................................

46
47
48
51

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................
3.4.1 Teknik pengoperasian bubu ...............................................................
3.4.2 Data kinerja teknis bubu modifikasi ..................................................
3.4.3 Data produktivitas bubu ....................................................................
3.4.4 Data daerah pengoperasian ................................................................

52
53
54
54
55

3.5 Analisis Data ..............................................................................................
3.5.1 Tingkat potensi pemanfaatan tangkapan utama bubu........................
3.5.2 Konstruksi dan teknik pengoperasian ................................................
3.5.3 Pergeseran titik bubu .........................................................................
3.5.4 Kinerja teknis bubu modifikasi..........................................................
3.5.5 Perbandingan produktivitas bubu ......................................................
3.5.6 Pengaruh jenis bubu terhadap hasil tangkapan ..................................
3.5.7 Kelayakan usaha bubu .......................................................................
3.5.8 Pengembangan perikanan demersal ..................................................
3.5.9 Teknologi berwawasan lingkungan ...................................................

57
57
59
59
60
60
60
62
64
70

4. PROFIL LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kota Sibolga .....................................................................

75

4.2 Kondisi Unit Penangkapan Ikan .................................................................
4.2.1 Kapal perikanan .................................................................................
4.2.2 Alat penangkapan ikan ......................................................................
4.2.3 Nelayan ..............................................................................................

76
76
78
79

4.3 Pemanfaatan Sumberdaya Ikan ..................................................................

80

5. HASIL PENELITIAN
5.1 Tingkat Pemanfaatan Ikan Demersal ..........................................................

83

5.2 Teknik Pengoperasian Bubu Nelayan......................................................... 87
5.2.1 Konstruksi bubu nelayan ................................................................... 87
5.2.2 Daerah penangkapan ikan .................................................................. 90
5.2.3 Operasi penangkapan ikan dengan bubu nelayan .............................. 97
5.2.4 Dampak pengoperasian bubu nelayan ............................................... 104
5.3 Kinerja Teknis Bubu Modifikasi ................................................................ 105
5.3.1 Stabilitas gerak bubu modifikasi ....................................................... 105
5.3.2 Operasi penangkapan ikan dengan bubu modifikasi ......................... 108

iv

5.3.3 Perbandingan konstruksi dan pengoperasian bubu
modifikasi dengan bubu nelayan ......................................................

114

5.4 Produktivitas Bubu.....................................................................................
5.4.1 Komposisi jenis dan jumlah hasil tangkapan ....................................
5.4.2 Komposisi jenis dan bobot hasil tangkapan ......................................
5.4.3 Ukuran panjang hasil tangkapan .......................................................
5.4.4 Pengaruh jenis bubu terhadap berat hasil tangkapan ........................
5.4.5 Pengaruh jenis bubu terhadap jumlah hasil tangkapan .....................

116
116
126
137
143
146

5.5 Keberlanjutan Usaha Bubu ........................................................................
5.5.1 Tingkat efisiensi bubu .......................................................................
5.5.2 Kelayakan usaha bubu ......................................................................

148
148
149

5.6 Pengembangan Perikanan Bubu.................................................................
5.6.1 Prioritas pengembangan ....................................................................
5.6.2 Perumusan strategi pengembangan ...................................................
5.6.3 Penentuan unit penangkapan bubu mendukung CCRF ....................

152
152
155
160

6. PEMBAHASAN
6.1 Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal ..............................
6.1.1 Ikan kerapu.......................................................................................
6.1.2 Kakap merah....................................................................................
6.1.3 Kuwe ................................................................................................

163
165
166
166

6.2 Daerah Pengoperasian Bubu ......................................................................

167

6.3 Perbandingan Konstruksi dan Operasional Bubu .....................................
6.3.1 Konstruksi bubu nelayan dan bubu modifikasi ................................
6.3.2 Operasi penangkapan ikan dengan bubu .........................................
6.3.3 Perbandingan kinerja teknis bubu nelayan dan modifikasi..............
6.3.4 Faktor yang mempengaruhi pengoperasian bubu ............................

169
169
171
181
182

6.4 Dampak Pengoperasian Bubu ....................................................................

183

6.5 Perbandingan Produktivitas Bubu..............................................................

186

6.6 Keberlanjutan Usaha Bubu ........................................................................
6.6.1 Efisiensi bubu ..................................................................................
6.6.2 Kelayakan usaha bubu .....................................................................

193
193
194

6.7 Strategi Pengembangan Perikanan Bubu ...................................................
6.7.1 Prioritas pengembangan ..................................................................
6.7.2 Strategi pengembangan ...................................................................
6.7.3 Pengembangan bubu ramah lingkungan ..........................................

195
195
195
197

v

7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................................................. 199
7.2 Saran ........................................................................................................... 200
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 201
LAMPIRAN .................................................................................................... 207

vi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram alir penelitian perikanan bubu ....................................................

11

2. Desain bubu kawat nelayan Sibolga ..........................................................

25

3. Peta lokasi penelitian bubu di pantai Barat Sumatera ................................

44

4. Alat akustik Garmin 178 C ........................................................................

45

5. Katrol yang digunakan saat menarik bubu .................................................

46

6. Alat bantu yang digunakan nelayan saat mencari bubu kawat ..................

46

7. Desain dan konstruksi rangka bubu modifikasi .........................................

48

8. Rancangan bubu modifikasi pantai Barat Sumatera ..................................

49

9. Desain bubu modifikasi tampak atas .........................................................

50

10. Desain bentuk bukaan mulut bubu .............................................................

52

11. Skematis analisis SWOT............................................................................

68

12. Matrik SWOT ............................................................................................

70

13. Histogram armada penangkapan ikan tahun 2006-2010 ............................

77

14. Grafik maximum sustainable yield ikan kakap ..........................................

84

15. Grafik maximum sustainable yield ikan kerapu .........................................

85

16. Grafik maximum sustainable yield ikan kuwe ...........................................

86

17. Desain dan konstruksi bubu kawat nelayan Sibolga ..................................

87

18. Bubu nelayan berdasarkan tampak depan .................................................

88

19. Desain bubu nelayan tampak atas ..............................................................

89

20. Konstruksi bubu dasar pada tahun 1970 (Rose, 1998) ..............................

89

21. Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Mursala .....

90

22. Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Pini ............

92

23. Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Nias ...........

93

24. Peta daerah pengoperasian bubu nelayan Sibolga di perairan Karang ......

95

25. Grafik rata-rata dan standar error pergeseran titik bubu pada daerah
pengoperasian yang berbeda ......................................................................

97

26. Diagram alir proses penjatuhan bubu nelayan ...........................................

100

27. Waktu rata-rata pencarian bubu nelayan ....................................................

104

vii

28. Analisis hubungan waktu penjatuhan bubu modifikasi dengan kedalaman
perairan ....................................................................................................... 106
29. Analisis hubungan waktu penjatuhan bubu nelayan dengan
kedalaman perairan ................................................................................... 107
30. Grafik rata-rata dan standar error perbandingan pergeseran bubu
modifikasi ................................................................................................... 112
31. Waktu pencarian bubu modifikasi berdasarkan daerah pengoperasian .... 113
32. Waktu rata-rata pencarian bubu modifikasi................................................ 113
33. Grafik sebaran jumlah individu ikan yang tertangkap................................ 117
34. Perbandingan persentasi jumlah hasil tangkapan kedua jenis bubu ........... 118
35. Rata-rata jumlah individu ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Mursala (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 119
36. Rata-rata jumlah individu ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Pini (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 121
37. Rata-rata jumlah individu ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Nias (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 123
38. Rata-rata jumlah individu ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Karang (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 125
39. Sebaran data bobot hasil tangkapan bubu berdasarkan DPI ....................... 127
40. Perbandingan persentasi bobot hasil tangkapan bubu ................................ 128
41. Rata-rata bobot ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Mursala (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 129
42. Rata-rata bobot ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Pini (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 131
43. Rata-rata bobot ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Nias (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 133
44. Rata-rata bobot ikan berdasarkan jenis hasil tangkapan di
Pulau Karang (a) hasil tangkapan utama untuk ekspor, (b) hasil
tangkapan utama untuk lokal, (c) hasil tangkapan sampingan ................... 135
45. Perbandingan komposisi hasil tangkapan;
(a) komposisi hasil tangkapan bubu modifikasi; (b) komposisi hasil
tangkapan bubu nelayan ............................................................................. 137

viii

46. Sebaran data panjang ikan kerapu merah hasil tangkapan bubu ................

138

47. Sebaran data panjang ikan kerapu macan hasil tangkapan bubu ...............

139

48. Sebaran data panjang ikan kakap merah hasil tangkapan bubu .................

140

49. Sebaran data panjang ikan kerapu putih hasil tangkapan bubu .................

141

50. Sebaran data panjang ikan kuwe hasil tangkapan bubu .............................

142

51. Sebaran data panjang ikan jenaha hasil tangkapan bubu ...........................

142

52. Hasil analisis prioritas pengembangan perikanan demersal ......................

152

53. Prioritas pengambilan kebijakan berstruktur .............................................

155

54. Posisi faktor internal dan ekternal perikanan bubu di
pantai Barat Sumatera ................................................................................

158

55. Pola gerak jatuh bubu nelayan dalam perairan ..........................................

173

56. Pola gerak jatuh bubu modifikasi dalam perairan ......................................

174

57. Proses pencarian bubu modifikasi yang dilengkapi pelampung ................

180

ix

x

DAFTAR TABEL

Halaman
1.

Dimensi bubu kawat nelayan di Sibolga ...................................................

24

2.

Sebaran bubu penelitian untuk setiap DPI ................................................

47

3.

Perbedaan dimensi dan massa penyusun bubu nelayan dan
bubu modifikasi pantai Barat Sumatera ...................................................

50

4.

Jenis dan teknik pengumpulan data pengoperasian bubu nelayan ............

53

5.

Metode pengumpulan data produktivitas bubu .........................................

54

6.

Skala banding berpasang berdasarkan taraf relatif pentingnya.................

66

7.

Nilai random consistency index (ri) untuk jumlah elemen (n) 1
sampai dengan 10 .....................................................................................

67

Kriteria teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan dan
nilai bobot .................................................................................................

72

Kemiringan lahan kota Sibolga.................................................................

76

10. Perkembangan jenis alat tangkap ikan tahun 2006-2010 ..........................

78

11. Jumlah nelayan Kota Sibolga tahun 2001-2010 .......................................

80

12. Ikan yang didaratkan di Sibolga pada tahun 2010 ....................................

81

13. Daftar harga ikan hasil tangkapan bubu Tahun 2011 ...............................

84

14. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau
Mursala .....................................................................................................

91

8.
9.

15. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau
Pini ............................................................................................................
16. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau
Nias ...........................................................................................................
17. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu nelayan di Pulau
Karang .....................................................................................................
18. Faktor pengoperasian bubu nelayan nelayan Sibolga ...............................

94

19. Kriteria perairan saat penjatuhan bubu nelayan ........................................

101

20. Waktu pencarian bubu nelayan di pantai Barat Sumatera ........................

102

21. Dampak pengoperasian bubu terhadap kerusakan karang ........................

105

92

96
98

22. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu modifikasi di Pulau
Mursala ....................................................................................................

108

23. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu modifikasi di Pulau
Pini ............................................................................................................

xi

109

24. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan bubu modifikasi i di Pulau
Nias ........................................................................................................... 110
25. Jarak antara posisi penjatuhan dan pengangkatan modifikasi di Pulau
Karang ...................................................................................................... 111
26. Perbandingan bubu nelayan dan bubu modifikasi ..................................... 115
27. Bobot hasil tangkapan berdasarkan DPI (kilogram) ................................. 144
28. Jumlah hasil tangkapan berdasarkan DPI (ekor) ....................................... 146
29. Perbandingan analisis kelayakan usaha bubu nelayan dan
bubu modifikasi......................................................................................... 150
30. Matriks IFAS ............................................................................................. 156
31. Matriks EFAS ............................................................................................ 157
32. Analisis perumusan strategi SWOT pada perikanan bubu di pantai Barat
Sumatera.................................................................................................... 159
33. Kriteria CCRF ........................................................................................... 161
34. Hasil penilaian kriteria CCRF pada bubu di pantai Barat Sumatera ......... 162

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar pemilik kapal bubu di Sibolga ........................................................

207

2. Peta 135 ......................................................................................................

209

3. Titik koordinat penjatuhan bubu nelayan...................................................

210

4. Titik koordinat penjatuhan bubu modifikasi ..............................................

212

5. Analisis regresi hubungan waktu penjatuhan bubu terhadap kedalaman
perairan.......................................................................................................

214

6. Sebaran spesies ikan yang tertangkap pada bubu ......................................

216

7. Hasil analisis faktorial hubungan DPI dan jenis bubu terhadap
berat hasil tangkapan..................................................................................

217

8. Hasil analisis faktorial hubungan DPI dan jenis bubu terhadap
jumlah hasil tangkapan...............................................................................

218

9. Analisis kelayakan usaha bubu nelayan .....................................................

219

10. Analisis kelayakan usaha bubu modifikasi ................................................

222

11. Dokumentasi kegiatan penimbangan ikan per individu .............................

225

12. Dokumentasi jenis ikan hasil tangkapan utama bubu Sibolga ...................

226

xiii

xiv

DAFTAR ISTILAH
Berkelanjutan

: Pemanfaatan sumberdaya secara lestari, yaitu dimana laju
pemanfaatan harus lebih kecil atau sama dengan laju
pemulihan sumberdaya tersebut.

Bubu

: Suatu jenis alat tangkap berupa jebakan yang bersifat
pasif dan selektif, memiliki bentuk serta ukuran yang
beraneka ragam dan teknik pengoperasiannya ada yang
diletakkan pada dasar perairan, mengapung dan
dihanyutkan.

By catch

: Hasil tangkapan sampingan dari operasi penangkapan
ikan.

Demersal

: Jenis ikan yang habitatnya berada
perairan.

Diurnal

: Mahluk hidup yang aktif pada siang hari.

Ekosistem

: Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik yang tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.

Ghost fishing

: Suatu kondisi dimana alat penangkapan hilang akibat
terlepas, putus atau karena fenomena alam.

Habitat

: Lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami.

pada bagian dasar

Internal Rate of : Suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net
Return (IRR)
present value sama dengan nol.
Kebijakan

: Arah kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan; atau intervensi pemerintah (dan publik) untuk
mencari pemecahan masalah dalam pembangunan dan
mendukung proses pembangunan yang lebih baik.

Komoditas
unggulan

: Suatu jenis komoditas yang paling diminati dan memiliki
nilai jual tinggi serta diharapkan mampu memberikan
pemasukan yang besar dibandingkan dengan jenis yang
lainnya.

Masyarakat
nelayan

: Orang yang memiliki mata pencaharian menangkap,
mamanfaatkan sumberdaya ikan di laut maupun di
perairan umum.

Modifikasi

: Merubah sesuatu tanpa menghilangkan fungsi atau sifat

xv

dasarnya.
MSY

: Keuntungan maksimum dalam usaha penangkapan.

Nelayan

: Orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau
tanaman air.

Net Benefit Cost : Perbandingan antara total penerimaan bersih atau total
Ratio (Net B/C)
biaya produksi.
Net
Present : Selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai
Value (NPV)
sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu.
Open Access

: Pemanfaatan sumberdaya ikan secara bebas, tidak ada
larangan bagi pengguna sumberdaya ikan untuk ikut
memanfaatkan dan meningkatkan jumlah kapal atau
upaya penangkapan (effort).

Pakar (expert)

: Seseorang yang mempunyai pengalaman yang luas dan
pengetahuan yang intuitive tentang suatu domain tertentu.

Pengembangan

: Usaha perubahan dari suatu nilai yang kurang kepada
suatu yang lebih baik; proses yang menuju pada suatu
kemajuan.

Perikanan

: Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya
mulai dari pra produksi, produksi, pengelolaan sampai
dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan.

Perikanan
tangkap

: Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah dan atau mengawetkannya

Stakeholder

: Pihak yang
kepentingan.

Substrat

: Senyawa penyusun dasar perairan.

Sumberdaya
ikan

: Potensi semua jenis ikan.

Terumbu karang

: Suatu komunitas di dasar laut tropis yang dibangun
terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis

berkepentingan

xvi

atau

para

pemangku

moluska, crustacea, ecinodermata, policeata dan lunicata.
Thigmotaksis

: Suatu sifat mahluk hidup yang tertarik akibat rasa ingin
tahu.

Topografi

: Relief atau bentuk permukaan dari dasar laut.

Unit
penangkapan
ikan

: Suatu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan
ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap dan
nelayan.

Up welling

: Fenomena oseanografi yang melibatkan wind-driven
motion dan mengakibatkan terjadinya pergerakan massa
air secara vertikal.

xvii

 

1

1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di beberapa

negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari
waktu ke waktu. Meningkatnya permintaan ikan ini mengarah pada jumlah yang
tidak terbatas, mengingat kegiatan pembangunan yang merupakan faktor
pendorong dari permintaan ikan berlangsung secara terus-menerus. Sementara di
sisi lain, permintaan ikan tersebut dipenuhi dari sumberdaya ikan yang jumlahnya
di alam mulai terbatas. Hal ini dapat dilihat dengan semakin canggihnya alat
tangkap yang digunakan nelayan tanpa memperhatikan unsur kelestarian
lingkungan.
Kecenderungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang
berkembangnya industri perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya. Sayangnya, perkembangan industri perikanan ini lebih banyak dilandasi
oleh pertimbangan teknologi dan ekonomi, namun mengabaikan pertimbangan
lainnya seperti lingkungan, sosial budaya serta kelestarian sumberdaya ikan.
Dampak yang terjadi saat ini, jaminan usaha perikanan yang berkelanjutan mulai
dipertanyakan terutama akibat pengelolaan sumberdaya ikan yang belum optimal.
Hal ini mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan nelayan.
Bagi Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam
pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor (Dahuri, 2001):
1)

Sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah tangga budidaya,
menggantungkan hidupnya dari kegiatan usaha perikanan;

2)

Adanya sumbangan devisa yang jumlahnya cukup signifikan dan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun melalui pemenuhan kebutuhan sumber
protein hewani bagi sebagian masyarakat;

3)

Terbukanya lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, sehingga diharapkan
mampu mengurangi angka pengangguran;

4)

Adanya potensi perikanan yang dimiliki Indonesia.

2

Kerangka pembangunan nasional menyatakan, peningkatan kontribusi
perikanan harus diupayakan secara hati-hati agar tidak menimbulkan dampak
negatif di masa yang akan datang. Kondisi saat ini peranan pengelolaan potensi
perikanan menjadi sangat strategis. Disisi lain

pertumbuhan penduduk dan

pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia, telah mendorong meningkatnya
permintaan bahan makanan salah satunya ikan. Timbulnya kesadaran masyarakat
akan kesehatan telah menggeser pola makan masyarakat, khususnya sumber
protein hewani dari yang bersifat “red meat” (sapi, domba dan sebagainya) ke
pola “white meat” (ikan). Kondisi tersebut telah berimplikasi pada meningkatnya
permintaan ikan dunia.
Sibolga merupakan salah satu wilayah pesisir di pantai Barat Sumatera,
yang memiliki aktivitas perikanan tangkap cukup tinggi. Aktivitas yang cukup
tinggi ditunjukkan dengan keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Saat ini banyak para nelayan di luar wilayah Sibolga yang
mendaratkan hasil tangkapannya di PPN dan tangkahan (pelabuhan swasta) yang
ada di sepanjang pantai Sibolga. Kebanyakan hasil tangkapan ini berupa ikan
pelagis kecil, sedangkan untuk ikan pelagis besar dan ikan demersal biasanya
langsung ditampung oleh PT. Putra Ali Sentosa dan PT. Anugerah Samudera
Hindia untuk diekspor.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Balai Riset Kelautan
dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2005, potensi
perikanan laut dalam di pantai Barat Sumatera sebesar 8.293 ton per tahun
(Suman dalam Purbayanto, 2007). Potensi perikanan yang sangat besar di
Indonesia khususnya di perairan pantai Barat Sumatera telah mendorong nelayan
Sibolga untuk mengembangkan usaha penangkapan ikan di laut dengan bubu
kawat. Pengembangan alat tangkap bubu saat ini didorong oleh keberadaan daerah
penangkapan ikan yang memiliki berbagai jenis terumbu karang. Ekosistem
terumbu berpotensi sebagai habitat dari ikan demersal dan ikan yang berasosiasi
dengan ekosistem karang.
Salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi
adalah ikan demersal. Sumberdaya ikan demersal banyak diminati oleh

3

masyarakat Jepang, Hongkong dan Singapura hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya restoran sea food yang menjadikan ikan demersal sebagai menu utama.
Peningkatan permintaan yang terus terjadi memberikan dampak terhadap upaya
nelayan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan demersal. Salah satu usaha
nelayan dalam meningkatkan hasil tangkapan ikan demersal adalah dengan
mengembangkan alat tangkap bubu. Penggunaan alat tangkap bubu menghasilkan
ikan yang lebih segar karena ikan tertangkap dalam kondisi hidup.
Bubu merupakan salah satu alat tangkap yang paling sering digunakan oleh
nelayan Sibolga. Alat tangkap ini dikategorikan sebagai alat yang ramah
lingkungan karena bersifat pasif dan selektif. Banyak nelayan Sibolga yang
berasumsi bahwa bubu yang mereka gunakan saat ini cukup efisien karena sistem
kerjanya sederhana dan menghasilkan ikan-ikan ekonomis penting. Inovasi
teknologi penangkapan ikan karang dengan bubu dasar memberikan keuntungan
yang signifikan (Risamasu, 2008). Alat ini

menjadi efektif karena mampu

menghasilkan ikan karang yang memiliki nilai jual tinggi terutama untuk ekspor.
Disisi lain nelayan dengan sistem operasional menggunakan purse seine lebih
membutuhkan modal besar dan nilai jual hasil tangkapan tidak sebaik ikan karang.
Prinsip kerja bubu kawat di pantai Barat Sumatera adalah menjebak ikan
agar masuk melalui mulut bubu dan sulit untuk keluar. Pemilihan daerah
pengoperasian bubu sangat dipengaruhi oleh keberadaan ekosistem terumbu
karang. Pulau-pulau kecil sepanjang pantai Barat Sumatera masih memiliki
ekosistem karang yang relatif baik sehingga masih memerlukan perluasan daerah
pengoperasian bubu.
Bubu kawat di pantai Barat Sumatera saat ini menjadi salah satu jenis alat
tangkap yang tidak diijinkan oleh pihak pemerintah daerah khususnya mereka
yang berada di Sumatera Barat. Sementara untuk pengoperasian bubu kawat ini,
nelayan Sibolga sampai menjangkau daerah Sumatera Barat. Isu mengenai
rusaknya terumbu karang akibat pengoperasian bubu ini menjadi tolak ukur
pemerintah setempat dalam membuat kebijakan. Pengoperasian bubu kawat
dengan cara menempatkannya di atas terumbu karang telah merusak ekosistem
terumbu karang terutama saat nelayan melakukan pengangkatan bubu sehingga
berdampak kepada habitat karang di wilayah tersebut.

4

Nelayan Sibolga saat ini mulai mengurangi operasi penangkapan ikan
dengan bubu akibat meningkatnya biaya operasional dan pembatasan wilayah
pengoperasian dengan adanya pelarangan oleh pemerintah daerah di sekitar pantai
Barat Sumatera. Saat ini Pulau Mursala, Pulau Pini dan pulau-pulau kecil yang
terletak di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Nias Selatan banyak
digunakan sebagai daerah pengoperasian bubu oleh nelayan Sibolga.
Melihat kekayaan hayati yang dimiliki perairan pantai Barat Sumatera dan
belum optimalnya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, maka timbul
suatu pemikiran untuk mengoptimalkan hasil sumberdaya hayati tersebut melalui
pengembangan alat tangkap dengan tujuan peningkatan produktivitas hasil
tangkapan tanpa harus merusak lingkungan.
Penelitian mengenai pemanfaatan ikan demersal melalui pengoperasian
bubu yang relevan dengan studi ini menyangkut inovasi teknologi penangkapan
ikan karang dengan bubu dasar rumpon (Risamasu, 2008) dan studi posisi bukaan
mulut bubu terhadap nilai hasil tangkapan (Hermawan, 2007). Penelitian
terdahulu belum menjawab permasalahan bubu di pantai Barat Sumatera. Metode
pengoperasian bubu khususnya teknik pencarian dan pengangkatan bubu yang
bersifat acak masih dianggap sebagai penyebab utama rusaknya terumbu karang.
Saat ini

dibutuhkan penelitian yang mampu menganalisis bagaimana sistem

pengoperasian bubu di pantai Barat Sumatera sekaligus memberikan rekomendasi
terhadap keberlanjutan usaha nelayan bubu.
Potensi perikanan demersal pantai Barat Sumatera menjadi salah satu alasan
perlu adanya kajian ilmiah yang bersifat kompeherensif untuk menciptakan
keberlanjutan usaha masyarakat disekitarnya. Pedoman pemanfaatan sumberdaya
dengan mengacu pada Code of Conduct Responsibility Fisheries (CCRF) dapat
membantu nelayan dalam mempertahankan keberlangsungan sumberdaya ikan
demersal. Dengan demikian penelitian pengembangan perikanan bubu di pantai
Barat Sumatera dapat memberikan solusi terhadap permasalahan sulit
berkembangnya daerah pengoperasian bubu yang dianggap merusak lingkungan.
Pengembangan usaha bubu yang berkelanjutan dan pelarangan pemerintah daerah
seperti di Sumatera Barat akan terjawab jika bubu dapat dioperasikan secara baik
dan tidak menimbulkan kerusakan pada ekosistem disekitarnya.

5

1.2

Perumusan Masalah
Pemanfaatan

sumberdaya

perikanan

demersal

dengan

bubu

mulai

mengalami hambatan akibat pelarangan pengoperasian bubu di beberapa wilayah
perairan pantai Barat Sumatera. Teknik penjatuhan bubu di sekitar wilayah
terumbu karang dianggap sebagai penyebab utama rusaknya ekosistem karang.
Kerusakan karang terlihat saat proses pencarian bubu, dimana gancu yang
digunakan sebagai alat bantu harus digerakkan secara acak dan menimbulkan
benturan terhadap karang disekitarnya. Teknik penempatan bubu yang tidak
memperhatikan daya gerak bubu saat menyentuh dasar perairan juga sering
menyebabkan bubu sulit untuk ditemukan.
Pelarangan pengoperasian bubu di beberapa wilayah pantai Barat Sumatera
harus didasari alasan yang kuat. Hal ini dapat menghambat keberlangsungan
usaha nelayan bubu karena semakin sempitnya daerah pengoperasian. Perbaikan
teknik pengoperasian dengan memodifikasi bubu nelayan harus dilakukan sebagai
langkah awal memperbaiki kinerja teknis bubu. Perbaikan kinerja teknis
operasional bubu nelayan yang saat ini digunakan, diharapkan menjadikan
pengoperasian bubu di pantai Barat Sumatera dapat berkelanjutan. Perbaikan
dalam teknik penjatuhan, proses penempatan dan penarikan bubu merupakan
aspek yang harus dikaji dalam mewujudkan bubu yang ramah terhadap
lingkungan.
Memodifikasi bubu nelayan tentunya harus dipertimbangkan dengan target
produksi yang tidak merugikan nelayan. Perbaikan metode dan alat tangkap
sebaiknya tidak menimbulkan peningkatan biaya operasional dan tingkat
pengoperasian yang sulit. Permasalahan pengopersian bubu yang dianggap
merusak lingkungan harus diselesaikan dengan alternatif pemecahan yang juga
berpihak pada nelayan. Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
memodifikasi bubu adalah dengan tidak mengurangi pendapatan nelayan sehingga
usaha bubu dapat berkesinambungan.
Kinerja teknis dari bubu nelayan dan bubu modifikasi harus memberikan
pengaruh yang nyata terhadap keberlangsungan usaha nelayan Sibolga. Alat
tangkap yang produktif