STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA WANITA NELAYAN DALAM MENGOLAH HASIL PERIKANAN BERBASIS KELOMPOK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA WANITA NELAYAN DALAM
MENGOLAH HASIL PERIKANAN BERBASIS KELOMPOK
Business Development Strategy of Women’s Fishermen In Processing Fishery Products
Based on Group
Ratna Diyah Palupi1, Ira2 dan Asriyana3
1,2

Program Studi Oseanografi FPIK Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridarma Anduonohu
Kendari 93232 1email : palupi_rd@yahoo.com
3
Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi
Tridarma Anduonohu Kendari 93232

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial serta merumuskan
strategi pengembangan usaha bakso ikan di Desa Bubu. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada
Bulan Juli–September 2016 bertempat di Desa Bubu Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton
Utara Sulawesi Tenggara. Metode penelitian dalam perumusan strategi peningkatan usaha
dianalisis menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat) dan
kelayakan financial menggunakan BC rasio dan payback period. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usaha bakso ikan di Desa Bubu memiliki prospek yang baik dan layak dikembangkan

dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek pemasaran, finansial, serta arah pengembangan usaha.
Faktor pendukung usaha bakso ikan yaitu kurangnya persaingan, sarana dan prasarana yang
mudah dijangkau, serta pemasaran produk sangat baik karena didukung oleh posisi desa yang
strategis. Faktor kelemahan yang menghambat yaitu ketersediaan bahan baku yang termasuk
musiman dan dapat diperbaharui dengan cara memperhatikan bahan baku dari daerah lain.
Aspek finansial layak dijalankan untuk jangka pendek (kondisi saat ini) dan jangka panjang (10
tahun ke depan).
Kata kunci: Bakso Ikan, Bisnis, Desa Bubu, Strategi Pengembangan

ABSTRACT
This study aimed are to analyze the financial feasibility and development strategic of the fish
balls business in the Bubu Village. The research activities conducted July-September 2016 at
Bubu Village Kambowa District of North Buton in Southeast Sulawesi. Data collected by
observation, interviews and literature. The results showed that the business of fish balls in Bubu
Village has a good business prospective and should be developed viewed from various aspects,
namely marketing, financial aspects as well as the direction of enterprise development.
Supporting factors the business of fish balls, namely a lack of competition, infrastructure and
facilities are within easy reach, as well as the marketing of the product is very good because it is
supported by the strategic position of the village. Factors that inhibit weakness are the
availability of raw materials, including seasonal and can be updated by means of taking raw

materials from other regions. Financial aspect is eligible to run for a short-term (current
conditions) and long term (10 years).
Keywords: Business, Fish balls, Bubu Village, Development Strategic

Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016

137

Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana

PENDAHULUAN
Dewasa ini penggunaan produk
makanan yang berbahan dasar ikan
semakin populer di kalangan masyarakat, karena nilai gizinya yang tidak
kalah dengan daging sapi dan bahan
bakunya mudah diperoleh serta harganya
lebih terjangkau. Hal ini menjadi angin
segar bagi para pelaku usaha, terutama
yang bermukim di daerah pesisir. Karena
produk perikanan dapat meningkatkan

nilai jual ikan dan waktu penyimpanannya lebih bertahan lama. Selain itu,
dapat pula dijadikan sebagai lapangan
usaha baru bagi wanita nelayan
Salah satu desa pesisir di
Kecamatan Kambowa adalah Desa
Bubu. Desa ini menghadap langsung
dengan Laut Banda sehingga sedikit
banyak wilayah perairannya sangat
dinamis. Desa ini dipengaruhi angin
muson pada tiap tahunnya. Musim
Timur yang terjadi antara bulan Juni
sampai Agustus dikenal dengan musim
ombak besar. Kondisi ini tentunya
sangat memengaruhi perekonomian
penduduk setempat dan infrastruktur
lainnya. Akibat yang ditimbulkan oleh
adanya Musim Timur adalah aktifitas
warga untuk mencari ikan berhenti total.
Akibatnya terjadi kelangkaan ikan serta
mahalnya harga ikan di musim tersebut.

Sebagai daerah pesisir tentunya
ikan sudah menjadi makanan pokok
warga desa. Maraknya makanan instan
di wilayah mereka menjadikan sumber
daya ikan sudah tidak lagi menjadi laukpauk sehari-hari khususnya bagi anakanak dan kaum remaja. Penurunan minat
gemar makan ikan ini diperparah dengan
langkanya ikan pada musim-musim

138

tertentu. Dengan adanya usaha pengolahan hasil perikanan maka dapat
menyiasati pada musim ombak besar
dimana harga ikan mahal dan susah
didapat. Dengan variasi olahan makanan
berbahan dasar ikan dapat menjadi alternatif warga untuk membuat makanan
beku dan tahan lama sehingga pada
musim tertentu ikan masih dapat
dinikmati, misalnya membuatnya menjadi bakso ikan. Bakso ikan adalah
produk olahan ikan yang berbentuk gel
homogen yang dibuat dari campuran

daging lumat, tepung tapioka/sagu dan
bumbu-bumbu seperti bawang putih,
bawang merah dan lada.
Selain itu dapat menjadi sumber
inspirasi warga untuk berwirausaha dan
membuka bisnis lapangan usaha baru
bagi ibu-ibu dan kaum remaja putri
sekaligus pemenuhan gizi keluarga
berupa makanan kaya protein. Sebagaimana pernyataan Kusnadi dan Rahim
(2007) bahwa tujuan dari pemanfaatan
dan pengelolaan tersebut adalah untuk
meningkatkan
perekonomian
dan
memandirikan masyarakat pesisir dan
sekitarnya. Namun, sebelum melakukan
usaha yang bergerak di bidang perikanan
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
untuk menganalisis tingkat kelayakan
finansial usaha bakso ikan di Desa Bubu.

Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk menganalisis kelayakan usaha
pembuatan bakso ikan sekaligus membuat strategi pengelolaan sustainability
usaha tersebut.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juli–September 2016 di Desa Bubu,

ISSN : 2355-6617
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Strategi pengembangan bisnis wanita nelayan

Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Data yang dikumpulkan dengan
cara observasi (pengamatan), wawancara
serta studi pustaka. Proses observasi
(pengamatan) secara langsung mengenai
ketersediaan bahan baku serta aspek

pemasaran, aspek teknis, serta aspek
finansial usaha bakso ikan.
Proses
wawancara
mengenai
keadaan umum lokasi penelitian dan
mengenai aspek kelayakan usaha seperti
aspek teknis, aspek finansial, aspek
manajemen, dan aspek pemasaran.
Aspek pemasaran meliputi produk,
harga, tempat dan promosi. Aspek teknis
meliputi penentuan lokasi, tata letak,
proses produksi termasuk pemilihan
teknologi, kelengkapan kajian teknis
(Kasmir dan Jakfar, 2003). Aspek
finansial meliputi analisis finansial untuk
mengetahui keberhasilan dan keuntungan yang dapat dicapai. Pada studi
pustaka, yang berfungsi untuk membandingkan data di lapang dengan data yang
diperoleh dari sumber lain seperti buku,
jurnal, internet, dan lain-lain. Serta untuk

memperoleh informasi data yang lebih
banyak, yang nantinya akan diolah
menjadi hasil dan pembahasan.
Data yang diperoleh berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif
dilakukan untuk mengetahui karakteristik masyarakat desa tersebut, yang
disajikan pada aspek-aspek non finansial
dalam bentuk uraian deskriptif dan Tabel
untuk
mempermudah
pemahaman.
Sedangkan data kuantitatif disajikan
untuk mengetahui keadaan usaha secara
finansial diantaranya B/C ratio dan
payback period.

Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan usaha bakso ikan tersebut
menguntungkan atau tidak, maka perlu

dilakukan
evaluasi
dengan
cara
menghitung manfaat dan biaya yang
diperlukan sepanjang umur usaha.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap
semua manfaat dan biaya, maka baru
dapat dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai dari kriteria investasi.
1) Penyusutan (Rp) = Harga perolehan
(Rp) – Nilai residu (Rp) dibagi umur
ekonomis (tahun)
2) Analisis pendapatan usaha
π = TR-TC (Kasim, 1995)
Keterangan:
π = Profit/Keuntungan (Rp)
TR = Penerimaan Total (Total
Revenue) (Rp)
TC = Biaya Total (Total Cost) (Rp)

3) Analisis kelayakan usaha
B/C = Total penerimaan/ Total biaya
4) Analisis payback period (PP)
PP = Investasi/ keuntungan x 1 tahun
HASIL
Potensi Pengembangan Usaha Bakso
Ikan
Desa Bubu merupakan suatu
wilayah dari daerah pemekaran wilayah
Bonegunu, yang terletak di jalur poros
Ereke-Baubau. Dengan adanya usaha
pengolahan hasil perikanan maka dapat
menyiasati pada musim ombak besar
dimana harga ikan mahal dan susah
didapat. Dengan variasi olahan makanan
berbahan dasar ikan dapat menjadi alternatif warga untuk membuat makanan
beku dan tahan lama sehingga pada
musim tertentu ikan masih dapat dinikmati. Juga dapat dapat menjadi sumber

139


Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana

inspirasi warga untuk berwirausaha di
Desa Bubu.

459

Laki-laki

Perempuan
449

Gambar 1. Diagram jumlah penduduk desa
bubu berdasarkan jenis kelamin

Sumber daya manusia memiliki
peranan penting dalam pengembangan
suatu usaha. Penduduk merupakan
sekelompok manusia yang mendiami
suatu wilayah. Desa Bubu memiliki
jumlah penduduk sekitar 908 jiwa yang
terdiri atas laki-laki dengan 459 jiwa
(51%) dan perempuan sekitar 449 jiwa
(49%).
Jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan yaitu jumlah penduduk yang dihitung berdasarkan berapa
penduduk yang menduduki hingga
bangku Sekolah Dasar, SMP, SMA atau
sederajat serta hingga pada bangku
perkuliahan.
Tabel 1. Karakteristik penduduk menurut
tingkat pendidikan
No
Tingkat
Jumlah
%
Pendidikan
(orang)
1 Tamat D1/D2/
11
1
D3/S1/S2
2 Tamat Akademi
13
1
3 Tamat SMA
185
20
4 Tamat SMP
160
18
5 Tamat SD
241
27
6 Belum/Tidak
298
33
sekolah
Total
908
100
Sumber : Data diolah, 2016

140

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
bahwa jumlah penduduk yang memiliki
tingkat pendidikan tertinggi adalah
belum/tidak sekolah yakni sebesar 33%,
disusul dengan tamat SD sebesar 27%.
Sementara yang memiliki tingkat pendidikan terendah adalah tamat akademi
dan tamat D1/D2/D3/sarjana (S1, S2)
masing-masing sebesar 1%.
Tabel 2. Karakteristik penduduk dari segi
pekerjaan
No
Mata
Jumlah
%
Pencaharian
(orang)
1 Petani
254
28,0
2 Nelayan
2
0,2
3 PNS
16
1,8
4 TNI/Polri
7
0,8
5
6
7
8

Tukang kayu
Tukang batu
Menjahit
Belum/tidak
bekerja
Total

18
15
5
591

2,0
1,7
0,6
65,1

908

100

Sumber : Data diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
bahwa mata pencaharaian masyarakat
Desa Bubu terdiri dari berbagai macam
mata pencaharian. Mata pencaharian terbanyak adalah belum/tidak bekerja
sebesar 65,1% disusul dengan yang
bermata pencaharian sebagai petani
yakni sebesar 28%.
Kelayakan Usaha Bakso Ikan
Aspek Teknis dan Produksi
Aspek teknis dan produksi yang
diteliti meliputi lokasi usaha, bahan
baku, tenaga kerja, teknologi, proses
produksi dan layout usaha bakso ikan.

ISSN : 2355-6617
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Strategi pengembangan bisnis wanita nelayan

untuk usaha
Rp4.450.000.

Aspek Pemasaran
Usaha bakso ikan di Desa Bubu
memiliki prospek yang baik bila dilihat
dari. Strategi pemasaran yang dilakukan
meliputi produk, harga, tempat dan
promosi.

ikan

sebesar

Tabel 3. Kebutuhan investasi usaha bakso
ikan
No
Uraian
Harga Beli(Rp)
1 Etalase atau gerobak
2.200.000
2 Alat masak
850.000
3 Alat makan
400.000
4 Meja kursi
700.000
5 Perlengkapan lain
300.000
Total Investasi
4.450.000
Sumber : Data diolah, 2016

Aspek Finansial
Analisis finansial diperlukan agar
masyarakat dapat membuat perhitungan
dan menentukan tindakan apa untuk
memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Biaya investasi
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan mulai usaha dilaksanakan sampai
usaha tersebut mulai beroperasi. Biaya
investasi biasanya berhubungan dengan
infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Berdasarkan Tabel 3, diperoleh hasil
perhitungan kebutuhan biaya investasi
Tabel 4. Biaya tetap usaha bakso ikan
No
Uraian

bakso

Biaya produksi terdiri atas biaya
tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
yaitu sejumlah biaya yang tetap harus
dikeluarkan saat proses berproduksi atau
tidak, misalnya biaya penyusutan. Biaya
tetap tertera pada Tabel 4.

Umur
Harga (Rp)
Ekonomis (th)

1

Penyusutan etalase atau gerobak
1/36 x Rp2.200.000
2 Penyusutan alat masak
1/36 x Rp850.000
3 Penyusutan alat makan minum
1/24 x Rp400.000
4 Penyusutan meja kursi
1/36 x Rp700.000
5 Penyusutan perlengkapan lain
1/12 x Rp300.000
6 Gaji karyawan
Total Biaya Tetap
Sumber : Data diolah, 2016

3

61.111

3

23.611

2

16.666

3

19.444

1

25.000

Biaya tidak tetap (biaya variabel)
yaitu sejumlah biaya yang digunakan
untuk memproduksi bakso ikan dan
jumlahnya sangat tergantung pada

Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016

700.000
845.000

jumlah kapasitas dan masa produksi
yang bersangkutan. Biaya tidak tetap
(variabel) terlihat pada Tabel 5.

141

Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana

Tabel 5. Biaya tidak tetap usaha bakso ikan
No
Uraian
1
Daging ikan laut
(3 kg x Rp25.000/ kg x 30 hari)
2
Tepung tapioka/sagu
(0,5 kg x Rp10.000/ kg x 30 hari)
3
Mie
(3 kg x Rp6.500/ kg x 30 hari)
4
Bumbu dan sayuran
(Rp70.000 x 30 hari)
5
Gas 3 kg
(Rp17.000 x 2 tabung x 30 hari)
6
Sewa tempat
7
Biaya listrik dan kebesihan
Total Biaya Variabel
Sumber : Data diolah, 2016

Total (Rp)
2.250.000
150.000
585.000
2.100.000
1.020.000
500.000
200.000
6.805.000

Tabel 6. Keuntungan usaha bakso ikan
No

Uraian

Total biaya
Penerimaan
- Proses produksi
- Jumlah produksi
- Harga per porsi
3
Keuntungan
Sumber : Data diolah, 2016

Jumlah Unit

1
2

30 kali/bulan
60 porsi
Rp5.000

Tabel 7.

Analisis kelayakan usaha dan
payback period
No
Uraian
Nilai
1
B/C ratio
1,2
2
PP (payback period)
3,29
Sumber : Data diolah, 2016

Penerimaan adalah jumlah uang
yang diperoleh dari penjualan sejumlah
output atau dengan alat lain merupakan
segala pendapatan yang diperoleh oleh
perusahaan dari penjualan hasil produksinya. Keuntungan usaha bakso ikan
dapat dilihat pada Tabel 6.
B/C ratio merupakan metode yang
dilakukan untuk melihat beberapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk
satu rupiah pengeluaran proyek. B/C
ratio usaha bakso ikan sebesar 1,2.

142

Total (Rp/bulan)

Total (Rp/tahun)

7.650.832
9.000.000

91.809.984
108.000.000

1.800 porsi

21.000 porsi/thn

1.349.168

16.190.016

Sementara payback period yaitu 3,29
tahun, artinya lama periode waktu untuk
mengembalikan modal investasi yaitu
3,29 tahun. Cepat atau lambatnya sangat
bergantung pada sifat aliran kas
masuknya.
PEMBAHASAN
Desa Bubu merupakan suatu
wilayah dari daerah pemekaran wilayah
Bonegunu, yang terletak di jalur poros
Ereke-Baubau. Desa Bubu memiliki luas
wilayah mencapai 7.315 hektar dan
memiliki musim kemarau lebih panjang
daripada musim hujan. Musim kemarau
merupakan saat dimana sebagian masyarakat beralih profesi dari petani atau
pekebun menjadi nelayan. Sebaliknya,

ISSN : 2355-6617
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Strategi pengembangan bisnis wanita nelayan

jika musim hujan seluruh masyarakat
menggantungkan hidupnya pada hasil
perkebunan. Dengan adanya usaha
pengolahan hasil perikanan maka dapat
menyiasati pada musim ombak besar
dimana harga ikan mahal dan susah
didapat. Dengan variasi olahan makanan
berbahan dasar ikan dapat menjadi
alternatif warga untuk membuat
makanan beku dan tahan lama sehingga
pada musim tertentu ikan masih dapat
dinikmati. Juga dapat dapat menjadi
sumber inspirasi warga untuk berwirausaha di Desa Bubu.
Analisis usaha bakso ikan dihitungkan berdasarkan analisis kelayakan
usaha dan investasi yang dikeluarkan
untuk kegiatan, yang terdiri atas analisis
finansial, tingkat pendapatan.
Hasil analisis kelayakan usaha
diperoleh bahwa usaha bakso ikan layak
untuk dikembangkan. Salah satunya
faktor sumberdaya manusianya sebagai
tenaga kerja sangat mendukung, dimana
memiliki jumlah perempuan yang tidak
jauh berbeda dengan jumlah laki-laki
yakni sekitar 49% sedangkan jumlah
laki-laki sekitar 51%. Bila dilihat bahwa
jumlah penduduk yang memiliki tingkat
pendidikan tertinggi adalah belum/tidak
sekolah yakni sebesar 33%, disusul
dengan tamat SD sebesar 27%. Sementara yang memiliki tingkat pendidikan
terendah adalah tamat akademi dan tamat D1/D2/D3/sarjana (S1,S2) masingmasing sebesar satu persen. Hal ini akan
membuka bisnis lapangan usaha baru
bagi ibu-ibu dan kaum remaja putri
sekaligus masyarakat yang belum bekerja. Usia produktif masyarakat Desa Bubu
dengan pendidikan yang tergolong
rendah ini sangat jarang mereka bekerja

Jurnal Bisnis Perikanan, FPIK UHO 3(2): Oktober 2016

di luar daerah. Sehingga mayoritas mereka duduk berdiam diri di rumah atau
sesekali membantu keluarga menjual
ikan atau berkebun. Sehingga melalui
usaha pembuatan bakso ikan ini dapat
menciptakan usaha baru yang mudah,
tidak membutuhkan skill tinggi dan
masih bisa dikerjakan di rumah.
Selanjutnya besarnya total investasi yang dikeluarkan demi mendukung
kegiatan produksi, cukup terjangkau oleh
masyarakat, yakni sekitar Rp4.450.000
dengan kapasitas produksi 60 porsi per
hari. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui pengeluaran terbesar untuk investasi
usaha bakso ikan adalah etalase atau
gerobak yakni sebesar Rp2.200.000.
Etalase atau gerobak sangat penting agar
lebih memudahkan mencari lokasi
potensial untuk berjualan. Etalase juga
dapat menjadi investasi jangka panjang.
Berdasarkan umur ekonomis, penyusutan etalase atau gerobak dapat
mencapai pemakaian selama 3 tahun.
Berdasarkan perhitungan rasio
pengembalian investasi, yaitu sebesar
3,29, menunjukkan bahwa dengan
mengeluarkan investasi Rp4.450.000
untuk usaha bakso ikan, dapat kembali
investasi tersebut selama 3 tahun 3 bulan
bila berproduksi secara efektif.
Biaya produksi per bulan pembuatan bakso ikan dihitung berdasarkan
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap terdiri atas gaji karyawan dan biaya
penyusutan alat. Sedangkan biaya tidak
tetap mencakup biaya operasional
produksi pengolahan. Biaya tidak tetap
yang dikeluarkan terbesar adalah biaya
bahan baku yakni daging ikan dan biaya
bumbu dan sayuran yang digunakan.

143

Palupi, R.D., Ira, dan Asriyana

Total biaya produksi merupakan
penjumlahan biaya tetap per produksi
ditambah biaya tidak tetap. Sekali
produksi total biaya usaha bakso ikan
sebesar Rp7.650.832 per bulan.
Setiap kali melakukan proses
produksi dibutuhkan sekitar 60 porsi
bakso ikan per hari dengan harga satu
porsi sekitar Rp5.000. Berdasarkan data
tersebut dapat dilihat keuntungan untuk
setiap kali usaha bakso ikan. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui keuntungan
rata-rata setiap kali usaha bakso ikan
sebesar Rp1.349.168 per bulan. Setiap
tahun dapat dihasilkan Rp16.190.016.
Analisis SWOT
Matriks faktor strategi internal
pada penelitian ini terdiri dari dua
macam indikator yaitu kekuatan dan
ancaman
yang
masing-masingnya
berjumlah tujuh indikator dan matriks
faktor strategi eksternal pada penelitian
ini terdiri dari dua macam indikator
strategi yaitu peluang dan ancaman.
a. Kekuatan (Strength)
Terdapat sarana dan prasarana
yang mudah diperoleh dan dijangkau;
kurang persaingan; usaha layak dijalankan untuk kondisi sekarang dan masa
yang akan datang secara finansial; pemasaran produk bakso ikan sangat baik
didukung oleh posisi desa yang strategis
yakni berada pada jalur jalan poros
Ereke-Bau Bau.
b. Ancaman (Threat)
Perubahan musim akan mempengaruhi ketersediaan bahan baku;
Lemahnya kemampuan sumber daya
manusia dalam informasi dan teknologi;
Perubahan harga dan kualitas akan
mempengaruhi permintaan konsumen;

144

Konsumen menginginkan harga terjangkau namun kualitas menjanjikan.
SIMPULAN
1. Usaha bakso ikan di Desa Bubu
prospektif usahanya layak dikembangkan, dilihat dari berbagai aspek,
yaitu aspek pemasaran, aspek finansial serta arah pengembangan usaha.
2. Faktor pendukung usaha bakso ikan
yaitu kurangnya persaingan, sarana
dan prasarana yang mudah dijangkau,
serta pemasaran produk bakso ikan
sangat baik karena didukung oleh
posisi desa yang strategis. Faktor
kelemahan yang menghambat yaitu
ketersediaan bahan baku yang termasuk musiman dan dapat diperbaharui dengan cara memperhatikan
bahan baku dari daerah lain.
3. Aspek finansial layak dijalankan
dalam jangka pendek (saat ini) dan
jangka panjang (10 tahun ke depan).
4. Hasil analisis SWOT disarankan
menggunakan strategi ST (strength,
threat) menggunakan kekuatan di
dalam usaha untuk mengatasi
ancaman di luar usaha, serta meningkatkan kualitas produk bakso ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, MY. 2003. Studi Kelayakan
Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.
Kasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta.
Kasim, S. A. 1995. Pengantar Ekonomi
Produksi
Fakultas
Pertanian.
Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Sofyan, I. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.
Graha Ilmu. Jakarta.

ISSN : 2355-6617
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan