Penutup: Menjaga “Objektvitas” Analisis Wacana dan Pemanfaatan Hasil Analisis

F. Penutup: Menjaga “Objektvitas” Analisis Wacana dan Pemanfaatan Hasil Analisis

Pertanyaan yang sering diajukan, bagaimanakah cara menjaga “objektivitas” hasil analisis wacana? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita harus sepakat terlebih dahulu mengenai pengertian objektif, yaitu kemampuan dapat diulanginya kembali sebuah riset analisis wacana dengan hasil yang sama.

Dalam konteks itu, sebuah riset analisis wacana dapat dapat diulangi kembali dengan hasil yang sama jika pengulangan tersebut menggunakan pendekatan teori yang sama, paradigma penelitian yang sama, serta tipe dan metode analisis yang sama. Misalnya, peneliti A melakukan riset analisis wacana tajuk rencana koran

X tentang “Mahalnya Biaya Pendidikan” yang dimuat tanggal 2 Mei 2006. Teori yang digunakan adalah “teori kewajiban negara” (pada teori substantifnya) dan teori framing (pada teori wacananya), memakai paradigma konstruktivis,

dan memilih CDA Norman Fairclough sebagai strategi risetnya serta menerapkan analisis fram- ing Robert Entman untuk menganalisis naskahnya. Jika peneliti B mengulangi riset tersebut dengan peralatan penelitian yang sama dengan si A, niscaya hasil penelitian keduanya mesti sama. Kalau terjadi perbedaan, besar kemungkinan salah satu peralatan riset di antara keduanya yang berbeda, misalnya berbeda dalam paradigma penelitian!

Lagian, seperti tampak dalam tabel 1 dan tabel 2 masing-masing metode analisis memiliki karakteristik tersendiri. Demikian pula paradigma penelitian memiliki kiteria kualitas dan cara berpikir sendiri (Tabel 6). Semua itu berpengaruh pada objektivitas yang akan diperoleh oleh analisis wacana.

Jadi, objektivitas hasil penelitian analisis wacana terletak pada konsistensi si peneliti mengaplikasikan suatu pendekatan teori, paradigma penelitian dan jenis riset serta metode analisis wacana. Selama ia mengacu sekuat tenaga pada peralatan riset tersebut dalam rangka menjawab permasalah dan membuktikan tujuan penelitian, maka hasil risetnya dapat dikatakan sudah objektif. Oleh karena itu, hindarilah opini pribadi dan selalulah memakai kriteria kualitas paradigma penelitian dan karakter metode analisis wacana yang dipakai sebelum, selama, dan sesudah penelitian dilakukan. Upaya untuk senantiasa konsisten dengan kriteria kualitas paradigma penelitian ini pada gilirannya bagian dari usaha peneliti menjaga validitas hasil penelitian analisis wacana sesuai paradigma masing-masing.

Seandainya sebuah hasil analisis wacana berbeda dari hasil analisis wacana lainnya, mana yang harus dipercayai? Untuk ini perlu diperhatikan 7 (tujuh) aspek utama yang ada dalam penelitian: perumusan masalah, tujuan penelitian, teori substantif yang dipakai, teori wacana yang digunakan, paradigma penelitian yang dipilih, metode analisis wacana yang diterapkan serta teknik analisis yang dilakukan. Jika dua atau lebih penelitian sama dalam ketujuh aspek tersebut, seharusnya sama hasilnya dan sama validnya. Kalau sebuah penelitian memiliki Seandainya sebuah hasil analisis wacana berbeda dari hasil analisis wacana lainnya, mana yang harus dipercayai? Untuk ini perlu diperhatikan 7 (tujuh) aspek utama yang ada dalam penelitian: perumusan masalah, tujuan penelitian, teori substantif yang dipakai, teori wacana yang digunakan, paradigma penelitian yang dipilih, metode analisis wacana yang diterapkan serta teknik analisis yang dilakukan. Jika dua atau lebih penelitian sama dalam ketujuh aspek tersebut, seharusnya sama hasilnya dan sama validnya. Kalau sebuah penelitian memiliki

tersebut terhadap kelangkaan pupuk. Mana yang Lantas, sejauhmana tingkat generalisasi lebih lengkap penulisannya dan lebih kritis sebuah hasil analisis wacana? Yang jelas, analisis melihat masalahnya. wacana tak mengenal tingkat generalisasi seperti

Tentu saja jika pemberitaan itu terjadi setiap yang dimaksudkan dalam pendekatan kuantitatif. hari, katakanlah selama tiga bulan, dan dilakukan Analisis wacana hanya berupaya menerangkan pula analisis wacananya, maka kita dapat kandungan isi naskah dan jika perlu beserta melakukan kuantifikasinya. Kalau analisisnya konteks atau hitorisnya tentang sebuah tema/isu dilakukan selama tiga bulan, setidak-tidaknya yang dimuat dalam naskah tersebut. Dengan diperoleh: demikian, hasil penelitian analisis wacana bersifat (1) Kuantifikasi dalam hal medan wacana: aspek ideografis.

apa saja yang banyak dijadikan masalah Pertanyaan lain yang kerap muncul, buat apa

berita. Misalnya dalam kelangkaan pupuk, analisis wacana dilakukan, hatta sudah

mungkin yang banyak diangkat adalah dilaksanakan secara objektif? Dalam kasus

masalah sebab-sebab kelangkaan; mungkin hilangya pupul, hasil analisis pada level naskah

tentang oknum-oknum yang terlibat; mungkin menunjukkan bahwa para nara sumber terbagi atas

pula tentang cara-cara mengatasinya. dua jenis: (1) para petani yang menjadi nara (2) Kuantifikasi dalam hal nara sumber: siapa saja

sumber sebagai korban ketidak pastian kebijakan yang sering dikutip dalam masalah yang publik dalam bidang pertanian khususnya pupuk

diberitakan; dari kalangan mana saja, unsur dan ini juga didukung oleh aparat keamanan

pejabat atau masyarakat; dan mana yang (polisi); (2) staf pertanian yang mengesankan

seharusnya dikutip tapi media tidak sebagai pihak yang kurang bertanggung jawab.

melakukannya.

Hasil analisis ini secara kritikal seharusnya (3) Kuantifikasi sikap media: selama tiga bulan memberikan beberapa implikasi yang mesti

pemberitaan, kemanakah kecenderungannya; ditindak lanjuti untuk mengamankan kebijakan

apakah lebih banyak positif ke arah petani publik. Pertama, harus ada perlindungan kepada

atau lebih banyak positif ke arah pemerintah? para petani Unggul Harjo mengingat daerah ini

Demikian pula dalam sikap negatif dan sikap sentra pertanian unggulan padi “Ratu Legit”

netral.

yang terkenal hingga luar negeri. Kedua, harus ada penguatan kepada penyuluh pertanian agar

Dengan demikian, tak berlebihan kiranya jika ikut serta dalam mengamankan keberadaan pupuk dikatakan analisis wacana mampu memberikan di desa Unggul Harjo. Ketiga, pemberiaan kemanfaatan yang tak sedikit kepada perubahan dukungan kepada LSM Paguyuban Petani Desa sosial terutama jika dipakai paradigma kritikal dan Unggul Harjo sebagai komponen dalam produksi partisipatoris. Sementara analisis wacana secara petani unggulan. Keempat, mengajak keterlibatan sintagmatis dan paradigmatis akan sangat aparat keamanan untuk menjaga kawasan berguna untuk kritik naskah; dan secara pertanian Unggul Harjo termasuk mencari “otak pragmatis dapat dipakai oleh para pelaku media pelaku” kelangkaan pupuk dan menangkapnya.

watch untuk memantau kinerja media dalam Hal lain yang dapat dikatakan adalah melaporkan berbagai peristiwa terutama yang implikasi secara methodologis. Harus diingat, menyangkut kepentingan publik. Di samping

342 M EDIA T OR, Vol. 8 No.2 Desember 2007

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

signifikansi sosial tersebut, penggunaan analisis ————— (1995). Critical Discourse Analy- wacana setidak-tidaknya menyadarkan para

sis, London-NY : Longman. penafsir naskah untuk lebih bertanggung jawab Foss, Sonja K, at.all, (1985) Contemporary Per- atas “bacaan” yang dilakukannya, tidak semata-

spectives on Rethoric, Illinois : Waveland. mata didasarkan atas pendapat pribadi melainkan

dipandu oleh prinsip-prinsip metode penelitian. Gee, James Paul, (2005). an Introduction to Dis- course Discourse Analysis, Theory and Method, London and New York : Routledge.

Daftar Pustaka

Halliday, MAK (1993), Language as Social Semiotic, The Social Interpretation of

Barthes, Roland, (1993). Mythologies, London: Language and Meaning, London : The Vintage Books.

Open University Set Book. Berger, Arthur Asa, (1982). Media Analysis Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas

Techniques, Beverly Hills : Sage Publica- Politik di Media Massa sebuah Study tions,

Critical Discourse Analysis Discourse. Denzin, Norman K dan Yvonna S. Lincoln

Jakarta: Granit.

(2005), Handbook of Qualitative Re- Mills, Sara, (1997). Discourse, London and New search, London : Sage Publication.

York : Routledge,

Dijk, Teun A. Van, (1988), News As Discourse, Norris, Sigrid dan Rodney H. Jones (2005), Dis- Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum

course in Action, London and New York: Associate.

Routledge

Eriyanto, (2002), Analisis Framing, Yogyakarta: Schiffrin, Deborah at.al, editor. (2005). The LkiS.

Handbook of Discourse Analysis. Fairclough, Norman (2006). Discourse and So-

Blackwell Publishing. cial Change. Cambridge: Polity Press

Sobur, Alex (2001) Analisis Teks Media, ————— (2005). Analysing Discourse, Tex-

Bandung : Rosdakarya, 2001 tual analysis for social research. London Titscher, Stefan at.al, (2000) Methods of Text

and New York: Routledge. and Discourse Analysis, Sage Publication ————— (1995). Media Discourse, London: Thesis Jurnal Penelitian Komunikasi Volume IV/

Edward Arnold. No. 1 Januari-April 2005.

Ibnu Hamad. Lebih Dekat dengan Analisis Wacana

344 M EDIA T OR, Vol. 8 No.2 Desember 2007