Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

34 | Andi Abd. Muis

4. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai negara kesatuan republik indonesia. 21

Jika melihat rentang usia peserta didik di sekolah, kepemi- likan kompetensi guru PAI sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran agama Islam dan pembentukan pribadi peserta didik. Hal ini didasari dengan asumsi bahwa pada fase-fase tertentu peserta didik akan memasuki masa puber yang ditandai dengan kematangan alat-alat reproduksi. Kematangan alat-alat reproduksi tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku peserta didik. Di samping itu, kondisi sosial pun sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku peserta didik. Jika mereka mendapatkan respon positif dari lingkungan sosialnya, baik dari orang tua, kakak, adik, guru, maupun teman-temannya, maka kondisi sosial tersebut sangat dominan dalam membentuk sikap dan perilakunya. Namun sebaliknya, jika respon dari lingkungan sosialnya negatif, maka perubahan- perubahan isik akan berdampak sangat besar terhadap

perkembangan psikologisnya. 22 Fase ini sering juga disebut sebagai masa panca roba dan pencarian jati diri (nilai). Karena itu, komunikasi edukatif antara peserta didik, orang tua, guru, dan teman-teman sebayanya memegang peran penting dalam pembentukan sikap dan perilaku mereka.

21. PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 3 ayat 5 22. Elizabeth B Hurlock, Development Psychology A Kife-Span Approach, terj.

Istiwidayanti & Soedjarwo, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 191-192.

Implementasi Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah | 35

Menurut Amir Tengku Ramly, guru akan mampu mengem bangkan kepribadian menjadi lebih baik, jika dia mau mengubah paradigma dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, dari to have menjadi to be atau dari teaching

menjadi learning. 23 Paradigma to have (memiliki) merupakan sebuah gagasan atau pola pikir seseorang yang cenderung dan mengutamakan kebutuhan materi. Sedangkan paradigm to be (menjadi) merupakan gagasan atau pola pikir yang cenderung pada nilai-nilai non materi. Kemudian perubahan kata dari teaching menjadi learning sungguh sangat dalam maknanya. Dengan menggunakan istilah learning, guru memiliki kesempatan lebih untuk memberdayakan diri dan lingkungan belajarnya. Learning itu sendiri dapat diartikan sebagai proses perbaikan diri secara terus menerus (countinous improvement) dari suatu individu. Sehingga dengan paradigma ini guru akan terbuka terhadap masukan baru, mencari solusi terbaik dari suatu permasalahan, memiliki mindset colaboration, belajar dari kesalahan, siap menghadapi resiko, mempunyai daya respon yang cukup besar, motivasi untuk saling memiliki, terbuka terhadap perubahan, dan visioner.