Pemenuhan Kebutuhan Akan SDM, Infrastruktur yang Dilakukan Untuk Menunjang Perekonomian

2.3.2 Pendidikan

Sistem Pendidikan Brasil mencakup lembaga-lembaga pemerintah (federal, negara-negara bagian dan kotamadya), serta lembaga swasta. Jenjang pendidikan dimulai dari tingkat prasekolah, sekolah dasar (Tingkat Dasar- I Grau ), dan tingkat menengah (Tingkat Kedua- II Grau ) sampai universitas dan tingkat pasca sarjana. Pendidikan wajib bagi anak usia 7-14 tahun.

Undang-Undang Dasar Brasil 1988 mengalokasikan sekurang-kurangnya 25% dari pendapatan pajak negara bagian untuk pendidikan. Di tahun 2000, 91% dari semua anak-anak Brasil usia 10-14 tahun bersekolah. Pemerintah Federal mendirikan sekurang-kurangnya satu universitas federal di setiap negara bagian. Pada tahun 1996 amandemen baru Undang-Undang Dasar dibuat, memungkinkan bagi para professor dan ilmuwan asing untuk menjadi pengajar di universitas Brasil. Kini di Brasil ada lebih dari 1.000 program pasca sarjana yang memiliki dosen pengajar yang mutunya setara dengan institusi sejenis di negara-negara maju. http://bit.ly/copy_win 17/12/2014 3.11 wib

NO Aspek

Brazil

1 Pendidikan dasar

Di Brazil pendidikan dasar dibagi dalam 2 tahap yaitu Ensino Fundamental I (untuk kelas 1-4) dan Ensino Fundamental II (Kelas 5-8). Untuk tingkat dasar pendidikannya dilaksanakan selama 8 tahun

2 Usia sekolah pendidikan Usianya dimulai pada usia 7 tahun sampai

dasar

dengan usia 14 tahun

3 Waktu belajar

Waktu belajar selama 200 hari efektif / 29 minggu efektif/tahun. Jumlah jam belajar 21 / minggu untuk Ensino Fundamental I sedangkan untuk jumlah jam belajar 22 / minggu untuk Ensino Fundamental II

4 Tahun akademik

Tahun akademik dibagi menjadi 2 semester yang pertama dari maret sampai pertengahan Tahun akademik dibagi menjadi 2 semester yang pertama dari maret sampai pertengahan

5 Sistem Penilaian

SAEB dan PROVA Brazil

Sumber : http://emahannasijada.blogspot.com/2012/05/perbandingan-pendidikan- brazil-dan.html 17/12/2014 3.06 wib

Hal menarik dari Ensio Medio di Brazil ini jika dibandingkan dengan pendidikan menengah di Indonesia adalah adanya pelatihan professional. Selain menyelesaikan pendidikan menengah selama tiga tahun, siswa Ensio Medio di Brazil juga mengikuti pelatihan professional yang biasanya berlangsung 2 tahun dan dapat diambil pada tahun kedua dan ketiga.

Berbeda dengan di Indonesia, pendidikan professional (dalam hal ini kejuruan) hanya didapatkan siswa yang telah memilih sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan siswa yang sekolah menengah umum (SMA) tidak mendapatkan materi kejuruan karena memang mereka dipersiapkan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Tetapi masalahnya, tidak semua lulusan SMA melanjutkan ke pendidikan tinggi. Ketika lulusan SMA ini lebih memilih untuk memasuki dunia kerja, maka pelajaran yang mereka dapatkan di SMA tidak mumpuni untuk dipakai di dunia kerja.

Oleh karena itu, pelatihan professional seperti di Brazil ini sepertinya baik diterapkan di SMA di Indonesia. Hasil pelatihan ini bisa menjadi bekal bagi mereka yang lebih memilih memasuki dunia kerja, dan bisa menjadi modal awal bagi mereka yang melanjutkan ke pendidikan tinggi. Apalagi di tengah persaingan Oleh karena itu, pelatihan professional seperti di Brazil ini sepertinya baik diterapkan di SMA di Indonesia. Hasil pelatihan ini bisa menjadi bekal bagi mereka yang lebih memilih memasuki dunia kerja, dan bisa menjadi modal awal bagi mereka yang melanjutkan ke pendidikan tinggi. Apalagi di tengah persaingan

Memuji reformasi belakangan ini di Brasil untuk menstabilkan inflasi, memperkuat mata uang dan mengurangi utang, OECD mengatakan bahwa "prospeknya bagus bagi pemulihan yang luas."

Namun laporan itu menyoroti tiga bidang dimana aksi yang perkasa diperlukan: 1.Tantangan "dominan" akan "terus berlanjut guna mengurangi utang publik yang

mengancam" sementara memperbai keuangan publik dengan kendali pengeluaran bukan terutama dengan kenaikan pajak sejauh ini. Reformasi pensiun khususnya penting.

2.Suatu "tantangan kebijakan utama adalah dengan meningkatkan inovasi di sektor bisnis" karena, meskipun kinerja inovasi membaik dengan cepat, masih terlalu rendah dan didorong terutama oleh negara dan universitas.

3.Kualitas pendidikan harus membaik karena sementara pendanaan naik hingga tingkat OECD hal itu tidak mendukung dengan cukup cepat kualifikasi angkatan kerja.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengurangi pasar tenaga kerja yang tak didiumumkan -- tinggi dan merugikan -- laporan tersebut menandaskan, menyebutkan sebuah terbitan bahwa buruh yang tak dideklarasikan berjumlah 37,0% dari angkatan kerja pada 1999. Dan institut itu mendesakkan diciptakannya "sistem sertifikasi keterampilan nasional".

Apa yang disebut "keajaiban Brasil" pada 1960-an dan 1970-an telah menaikkan produk domestik bruto dengan sekitar 7,5% per tahun, namun kebijakan peningkatan tidak berkelanjutan dan pertumbuhan menurun hingga sekitar 2,5% dari 1980 sampai 2005, karena lonjakan diikuti kemerosotan. "Hasilnya adalah bahwa kesenjangan dalam pendapatan per kapita Brasil dibandingkan dengan wilayah OECD (negara-negara industri maju) telah melebar dari sekitar 60% pada 1980 hingga hampir 70% sejak 2000."Untuk menutup kesenjangan ini dalam seperempat abad".

Seperti halnya Ki Hajar Dewantara, Imam Syafii, Bu Kasur, dan tokoh pendidikan yang lainnya, di Brasil juga terdapat tokoh yang dikenal dunia, yakni Paolo Freire, yang telah menyampaikan pemikiran-pemikiran kritisnya tentang realitas pendidikan. Bahwa pendidikan hanya ditakdirkan untuk melayani dominasi atau reproduksi bentuk-bentuk dominasi dari sebuah kekuasaan, telah diuraikan secara panjang lebar oleh Freire dalam sejumlah bukunya. Menelaah sejumlah karyanya, tampak bagaimana Freire mengkritisi tentang peran reproduksi sekolah atau pendidikan sistematis terhadap ideologi dominan atau ideologi yang berkuasa.

Tugas utama pendidikan sistematis adalah reproduksi ideologi kelas dominan, reproduksi kondisi-kondisi untuk memelihara kekuasaan mereka atau kekuasaan kaum borjuis. Namun tepatnya karena hubungan antara pendidikan sistematis sebagai suatu subsistem dengan sistem sosial merupakan hubungan pertentangan dan kontradiksi timbal balik. Gambaran Freire tentang kondisi pendidikan di Brazil ini tak jauh berbeda ketika masa pemerintahan orde baru. Instrumen-instrumen pendidikan seperti kurikulum, pengajar maupun siswa berada dalam sebuah sistem yang berfungsi untuk mengamankan kekuasaan yang ada.

Maka tidak heran jika fungsi pendidikan bukan lagi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan sebuah bentuk indoktrinasi untuk melanggengkan pemerintahan yang berkuasa. antangan yang kemudian muncul dalam menjalankan tugas oposisi pendidikan ini adalah bagaimana memperjuangkan transformasi revolusioner masyarakat borjuis untuk membangun masyarakat sosialis. Revolusi perlu menciptakan dan membantu lahirnya masyarakat baru dan proses kelahiran masyarakat baru ini ada di dalam pendidikan revolusioner. Ketika revolusi meraih kekuasaan itu merupakan bantuan fantastik yang diperlukan untuk membaharui sistem pendidikan. Satu hal yang menjadi pekerjaan sekarang adalah melawan sistem borjuis melalui korps revolusioner untuk mencipta melalui pendidikan. (http://bit.ly/123sell 17/12/2014 pukul 3.28 wib)