Batasan Konsumsi Pakaian dalam Islam

B. Batasan Konsumsi Pakaian dalam Islam

Islam membolehkan bahkan memerintahkan seorang manusia khususnya seorang muslim untuk berpenampilan menarik, berwibawa, dan anggun dengan menikmati perhiasan, pakaian, dan berbagai bentuk aksesoris yang Allah SWT ciptakan.

Yusuf Qardhawi juga menjelaskan dalam bukunya “Halal Haram dalam Islam” (2003: 122) tujuan berbusana

dalam Islam ada dua yaitu menutup aurat dan berhias. Karena itulah menurutnya, Allah SWT memberi anugerah kepada manusia berupa pakaian dan perhiasan yang telah disediakan dengan pengelolaannya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut

KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _147

Artinya: “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan perhiasan.”(QS. Al-A’rāf: 26)

Karena itu, barangsiapa menyalahgunakan atau melampaui batas dalam salah satu diantaranya, berarti telah menyimpang dari jalan Islam menuju jalan setan. Inilah rahasia di balik dua seruan Allah SWT kepada anak-anak Adam, yang menyertai seruan sebelumnya.

Artinya: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya…”

Islam mewajibkan umatnya untuk menutup auratnya, yakni wilayah anggota badan yang bagi orang beradab dan bersih fitrahnya malu bila melihatnya. Itu dilakukan untuk membedakan antara manusia dengan binatang. Bahkan Islam juga menganjurkan mereka untuk tetap menutup auratnya meskipun sedang sendirian dan jauh dari orang lain, hingga rasa malu menjadi tabiat dan akhlaknya. Rasulullah S.A.W., bersabda:

148_ Melis, S.E.I., M.E.Sy

“Jagalah aurat mu kecuali terhadap istri atau budak yang kau miliki.’ Aku bertanya, ‘Bagaimana kalau dia sedang sendirian?’, Rasulullah SAW menjawab, “Allah SWT lebih berhak untuk ia merasa malu kepada- Nya.”(HR. Bukhari).

Untuk seorang muslimah, Islam mengharamkan wanita mengenakan pakaian yang ketat dan transparan. Termasuk dalam hal ini adalah pakaian yang menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Terutama bagian tubuh yang menggoda kaum Adam; payudara, pusar, pantat dan sebagainya.

Disebutkan dalam As-Shahih dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua golongan manusia yang termasuk penghuni neraka namun saya belum melihatnya. Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi untuk mencambuk orang lain (isyarat untuk para penguasa yang zhalim yang berlaku semena-mena kepada rakyatnya), dan perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, menggoda dan berlenggak-lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk surga dan tidak pula mendapatkan bau wanginya, meskipun semerbak

KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _149 KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _149

Maksud dari hadist di atas mereka dikatakan berpakaian karena mereka memang mengenakan pakaian. Akan tetapi dikatakan juga telanjang karena pakaiannya tidak berfungsi menutupi aurat, sangat tipis dan transparan, sehingga masih memperlihatkan tubuhnya seperti kebanyakan pakaian perempuan dewasa ini.

menggambarkan kepala perempuan itu seperti punuk unta, karena mereka memasang sanggul di atas kepalanya. Seakan beliau SAW ketika itu dengan pandangan ghaibnya mengetahui apa yang terjadi di zaman sekarang, yang perawatan dan kreasi rambut dengan segala modelnya telah menjadi objek perhatian secara khusus. Mereka datang ke salon-salon yang biasanya dikelola kaum lelaki dengan biaya yang sangat mahal. Bukan hanya itu, banyak perempuan yang tidak puas dengan rambut yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadanya. Mereka memasang rambut buatan dengan maksud untuk terlihat lebih anggun, indah mempesona, lebih menarik dan lebih menggoda.

Rasulullah

SAW

Prinsip yang harus dipegang dalam menikmati hal-hal yang baik, berupa makanan, minuman, juga pakaian adalah ketika melakukannya, seseorang tidak boleh berlebihan dan berlaku sombong. Sikap berlebih- lebihan adalah sikap melampaui batas dalam menikmati hal yang halal. Sedangkan kesombongan lebih banyak terkait dengan niat dan hati dibanding dengan

150_ Melis, S.E.I., M.E.Sy 150_ Melis, S.E.I., M.E.Sy

Artinya: “….dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyeret pakaiannya dengan kesombongan, Allah tidak akan memandang ke arahnya pada hari kiamat nanti .” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah).

Jika Islam membolehkan, bahkan memerintahkan umatnya untuk berhias dan mengingkari pengharamannya, seperti dikatakan dalam firman-Nya yang berbunyi , “Katakanlah siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan siapa pula yang mengharamkan rezeki yang baik.” (QS. Al-A’raf:32). Akan tetapi Allah mengharamkan dua macam perhiasan khusus untuk laki-laki dengan tetap menghalalkannya bagi perempuan. Kedua macam perhiasan itu adalah emas dan sutra.

Dari Ali bin Abi Thalib ra. Berkata, “Nabi SAW mengambil sutra dan dipegangnya dengan tangan kanan, dan mengambil emas lalu dipegangnya di tangan kiri, kemudian bersabda. “Dua macam perhiasan ini haram bagi kalangan laki-laki umatku.” (HR. Abu Daud)

KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _151

Kemudian Nabi melihat cincin emas di tangan seseorang. Maka dilepaskanlah cincin itu dan dicampakkannya, seraya bersabda, “Salah seorang di antara kalian sengaja mengambil bara api neraka dan diletakkan di tangannya.” Setelah itu Rasulullah pergi. Dikatakan kepada orang itu, “Ambillah cincinmu itu dan manfaatkan.” Orang tersebut menjawab “Tidak, demi Allah, saya tidak akan mengambilnya setelah ia dicampakkan oleh Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)

Perhiasan seperti cincin ini sering sekali terlihat dipakai oleh orang-orang yang berlebihan dalam hidupnya. Misalnya bolpoin emas, jam emas, korek api emas, pipa rokok emas, gigi emas dan sebagainya. Namun bercincin dengan perak, diperbolehkan Nabi SAW. bagi kaum laki-laki. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW memakai cincin perak yang dikenakan di tangannya, kemudian dipakai Abu Bakar ra Umar dan Utsman, hingga akhirnya terjatuh di sumur Urais.” (HR. Bukhari)

Adapun logam yang lain, seperti besi maka tidak ada nash shahih yang mengharamkannya. Bahkan disebutkan dalam shahih Bukhari bahwa Rasulullah SAW mengatakan kepada seseorang yang hendak menikahi wanita yang menghibahkan dirinya, “Carilah mahar meskipun hanya berupa cincin besi.” Dengan hadist ini, Imam Bukhari memfatwakan halalnya cincin besi.

Islam menolak sikap melampaui batas dalam berhias hingga mengubah ciptaan Allah. Al- Qur’an mengategorikan sikap itu sebagai wahyu setan yang

152_ Melis, S.E.I., M.E.Sy 152_ Melis, S.E.I., M.E.Sy

Artinya: “dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga- telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

Ayat di atas menerangkan bahwa syaitan tidak akan pernah menyerah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah dengan cara menuruti perintah-perintah syaitan dan dengan cara mengubah bentuk, warna, rupa ciptaan Allah dan pada akhirnya menjadikan syaitan sebagai pelindung baginya. Akan tetapi Allah telah menggariskan bagi orang- orang tersebut dengan penderitaan dan kerugian yang nyata.

Selanjutnya masih dalam bahasan berhias, Qardhawi (2003: 135-136) menjelaskan ada beberapa hal

KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _153 KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _153

1. Pelarangan tato, pangur dan operasi kecantikan Sebagaimana hadist Rasul yang berbunyi:

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. katanya: Rasulullah S.A.W., mengutuk orang yang menyambung rambut dan orang yang meminta supaya disambungkan rambutnya, orang yang membuat tato dan orang yang meminta supaya dibuatkan tato”. (HR. Bukhori)

Dalam hal tato, terjadi pengubahan wajah dan tangan dengan warna dan lukisan yang jelek. Sebagian masyarakat Arab sangat berlebihan dalam hal ini, khususnya di kalangan perempuan. Mereka melukisi sebagian besar tubuhnya. Di samping itu, sebagian agama juga melukiskan sembahan-sembahan dan simbol-simbol agama mereka, seperti yang sering terlihat pada orang-orang nasrani, mereka melukiskan gambar salib di tangan atau dada mereka.

Sedangkan pangur, yakni menajamkan atau memendekkan gigi, Rasulullah SAW telah melaknat perempuan yang memangur dan yang minta dipangur.

154_ Melis, S.E.I., M.E.Sy

Kalau sekiranya yang melakukan itu laki-laki, tentu laknatnya lebih besar.

Masalah operasi kecantikan yang merupakan produk peradaban yang memuja fisik dan nafsu yakni peradaban barat yang materialis. Semua itu adalah perbuatan yang dilaknat oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW karena menyiksa seseorang dan mengubah ciptaan Allah tanpa alasan yang benar, hanya karena sikap berlebihan dalam memperhatikan penampilan fisik bukan perhatian pada hakikat dan rohani.

2. Menipiskan Alis Di antara praktek berhias berlebihan yang diharamkan Islam adalah mencabut, mencukur atau menipiskan alis. Maksudnya adalah membuang rambut alis untuk ditinggikan atau diluruskan. Hadist Nabi: “Rasulullah SAW melaknat wanita yang membuang atau minta dibuangkan rambut alisnya.” (HR. Abu Daud)

3. Menyambung Rambut Imam Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Aisyah, Asma, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW melaknat wanita yang menyambung atau minta disambungkan rambutnya, baik dengan rambut sendiri atau rambut orang lain. Sebagaimana hadist yang berbunyi: “Bahwa ada seorang gadis Anshar yang akan menikah. Rambutnya rontok karena sakit. Lalu keluarganya hendak menyambung rambut itu. Mereka pun bertanya kepada Nabi SAW: “Allah melaknat perempuan

KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _155 KONSUMSI (Prinsip dan Batasan Dalam Perspektif Islam) _155

4. Menyemir Uban Rasulullah SAW tidak melarang menyemir uban asalkan memang warna yang digunakan bukanlah warna hitam dan juga menyesuaikan dengan usia serta wajah seseorang. Sesuai dengan hadist Nabi yang berbunyi: “Ubahlah (warna uban) ini dan hindari warna hitam.”

5. Membiarkan Jenggot Satu hal lagi yang masih berhubungan dengan pembahasan berhias yakni membiarkan jenggot. Berkaitan dengan itu, Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi SAW beliau bersabda; “Berbedalah dengan orang-orang musyrik, biarkanlah jenggot dan cukurlah kumis.” (HR. Turmudzi)

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penting bagi seorang konsumen muslim mengetahui batasan konsumsi pakaian dalam Islam. Islam sebenarnya tidak melarang seorang konsumen muslim memakai pakaian yang indah, justru hal tersebut diperbolehkan akan tetapi dalam batasan bahwa pakaian yang digunakan merupakan pakaian yang diperoleh dengan cara halal dan juga bersih. Selain itu pakaian yang digunakan tidaklah berlebihan serta dalam Islam memerintahkan kepada seorang konsumen muslim untuk berhias atau memperhatikan penampilannya apalagi ketika hendak melaksanakan ibadah shalat.

156_ Melis, S.E.I., M.E.Sy