“Frame”: Polemik RUU-APP di “Kompas”
“Frame”: Polemik RUU-APP di “Kompas”
Problem Identification Masalah Humaniora (Kemanusiaan) Isi pasal-pasal RUU-APP adalah penyebab timbulnya
polemik di masyarakat dan perempuan yang dianggap akan Causal Interpretation
menjadi korbannya. Isi pasal bias dan tidak menyentuh akar persoalan pornografi
Moral Evaluation dan pornoaksi yang dihadapi masyarakat Indonesia Ditinjau kembali keberadaan RUU-APP apalagi jika akan
Treatment Recommendation
dijadikan sebagai Undang-Undang
Dedeh Fardiah. Polemik Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi ...
Frame Suratkabar “Republika”: Masalah Nasional
Judul
Isi Berita/Wawancara
Sumber Berita
“Pemerintah Liberal Sejak era reformasi bergulir, industri Ade Armando (Pakar komunikasi Pornografi Menjamur”
media pornografi tumbuh subur di massa UI), Rudi Satrio (Pakar hukum) Indonesia. Untuk memberantas dan Musyafak (Kapolres Jakarta pornografi diperlukan ketegasan Utara) pemerintah
“RUU Antipornografi RUU-APP harus dibahas serius Balkan Kaplale (Ketua Pansus Harus Jalan Terus”
karena dianggap sudah terkatung- RUU-APP di DPR RI), Ratna katung selama 7 tahun
Sarumpaet (Ketua Dewan Kesenian
Jakarta) Tuti Alawiyah (Ketua MUI Jakarta Pusat) KH.Abdullah Syukri Zarkasi (Pengurus Pontren Darusalam Gontor)
“Asing Intervensi Adanya upaya asing mengintervensi Balkan Kaplale (Ketua Pansus RUU- RUU-Antipornografi”
penggodogan RUU-APP
APP di DPR RI), Romo Dani Sanusi (Sekretaris Komisi Keadilan dan Konferensi Wali Gereja Indonesia- KWI), Badriyah Fayumi (Fraksi PKB), Ratna Batara Murni (Direktur LBH APIK), dan I Ketut Untung Yoga Ana (Kabid Humas Polda Metro Jaya)
larutnya pembahasan RUU yang mengakibatkan pemerintah bertindak secara lamban padahal ide semakin meluasnya budaya pornografi dan RUU-APP sudah dimunculkan sejak 1999. Namun, pornoaksi di kalangan masyarakat. Cuplikan berita hingga 2006, belum juga ditangani secara serius. yang mendukung pernyataan ini diantaranya RUU-APP yang hendak disahkan bulan Februari adalah:
pun hanya impian belaka. Republika coba Sejak era reformasi bergulir, industri media mengangkat hal ini lewat beritanya sebagai berikut:
pornografi tumbuh subur di tanah air.. kebijakan
“RUU-APP sudah terlalu lama hampir tujuh tahun
pemerintah yang lembek merupakan salah satu
terkatung-katung nasibnya, yaitu sejak diajukan di
faktor penyebabnya (Republika, 8 Februari 2006).
era pemerintahan Presiden Habiebie (1999),
Republika menyoroti polemik ini sebagai
GusDur, Megawati, hingga Susilo Bambang
sebuah persoalan bangsa yang berpangkal dari
Yudhoyono” (Republika, 9 Februari 2006).
keadaan negara yang semakin bersikap liberal
“Naskah RUU-APP ini sudah tujuh tahun
terhadap pers sehingga sikap bebas yang
terkatung-katung sudah saatnya disahkan” (Republika, 17 Februari 2006).
dijalankan ini memicu berkembangnya media-me- dia berbau pornografi. Selain itu maraknya
Treatment Recommendation. Berdasarkan pornografi di Indonesia dianggap merupakan pernyataan-pernyataan yang dituangkan dalam
strategi jahat dari pihak yang ingin menghambat pemberitaan polemik RUU-APP ini. Republika kemajuan bangsa dan eksistensi Islam di Indone- merekomendasikan agar RUU-APP segera dibahas sia.
dan disahkan menjadi sebuah undang-undang. Moral Evaluation. Penilaian atas penyebab Beberapa pernyataan yang mendukung yang
masalah polemik RUU-APP ini tampak ketika diklaim melalui pemberitaanya antara lain : 146
M EDIA T OR, Vol. 8 No.1 Juni 2007
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
“Frame”: Polemik RUU-APP di “Republika”
Problem Identification M asalah Nasional
Causal Interpretation K elambanan pemerintah adalah penyebab timbulnya polemik di masyarakat yang menyebabkan menjamurnya media pornografi
Moral Evaluation Rancangan undang-undang pornografi dan pornoaksi sudah terlalu lama diendapkan sehingga perlu segera ditindaklanjuti
Treatment Recommendation Segera dibahas dan disahkan menjadi sebuah Undang- U ndang
“Optimis pembahasan RUU tersebut jalan terus walaupun ada beberapa gelintir pihak yang
7.3 Perbandingan “Frame” “Kompas”
keberatan. Malah Pansus tidak terpengaruh oleh
dan“Republika”
mulai diefektikannya KUHP untuk menjerat Pembahasan di atas menunjukkan bagaimana pornografi. Targer Pansus, Juni mendatang peristiwa yang berbeda bisa dimaknai dan
pembahasannya rampung untuk segera disahkan... didefinisikan secara berbeda. Pendefinisian yang Kini saatnya dan segera mengegolkannya, adanya berbeda tersebut menyebabkan peristiwa bisa pro kontra itu biasa” (Republika, 9 Februari 2006). berubah secara total. Dalam polemik Rancangan
“Pihak asing menunjukkan gelagat intervensi
Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
terhadap proses pembahasan Rancangan Undang-
(RUU-APP), antara Kompas dan Republika
undang Antipornografi dan pornoaksi... tak akan
mempunyai definisi yang berbeda. Kompas
bisa diintervensi oleh kepentingan asing.
mendefinisikan masalah ini sebagai masalah
Pembahasan RUU-APP pun akan jalan terus. Pansus menargetkan Juni 2006 penggodokan aturan
humaniora (kemanusiaan), persoalan dilihat
yang akan mengurangi pornografi dan pornoaksi
sebagai pembatasan terhadap hak azasi manusia
itu sudah rampung”. (Republika, 17 Februari 2006)
dan menyentuh aspek-aspek privasi manusia.
Perbedaan “Kompas” dan “Republika”
Problem Identification Masalah Humaniora (Kemanusiaan) Masalah Nasional Causal Interpretation
Isi pasal-pasal RUU-APP adalah
Kelambanan pemerintah adalah
penyebab timbulnya polemik di
penyebab timbulnya polemik di
masyarakat dan perempuan yang
masyarakat yang menyebabkan
menjamurnya media pornografi Moral Evaluation
dianggap akan menjadi korbannya.
Isi pasal bias dan tidak menyentuh
Rancangan undang-undang
akar persoalan pornografi dan
pornografi dan pornoaksi sudah
pornoaksi yang dihadapi masyarakat
terlalu lama diendapkan
Indonesia
sehingga perlu segera ditindaklanjuti
Treatment Recommendation
Ditinjau kembali keberadaan RUU-
Segera dibahas dan disahkan
APP apalagi jika akan dijadikan
menjadi sebuah Undang-Undang
sebagai Undang-Undang
Dedeh Fardiah. Polemik Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi ...
Namun, Republika melihat polemik ini sebagai dasarnya terjadi proses pendefinisian situasi masalah nasional yang menuntut pemikiran yang dengan mengklasifikasi, mengorganisasi, dan serius dari seluruh elemen bangsa.
menginterpretasi secara aktif. Lewat frame ini, Pendefinisian yang berbeda ini akan berakibat Kompas dan Republika melihat realitas dengan pada apa yang menjadi faktor penyebab dan akan pandangan tertentu. berakibat apa. Ketika polemik RUU-APP dianggap sebagai masalah humaniora alasan-alasan
8. Kesimpulan
kemanusiaan yang menjadi penyebabnya dengan menuding substansi isi yang melanggar hak azasi
Berdasarkan hasil analisis pada tulisan berita manusia. Ketika masalah ini dianggap sebagai surat kabar Kompas dan Republika yang bertema
masalah nasional, pihak pemerintah menjadi Polemik Rancangan Undang-Undang Anti sasaran empuk timbulnya polemik.
Pornografi dan Pornoaksi, terdapat perspektif atau Pada akhirnya, semua ini berimbas pada cara pandang komunikator yang digunakan ketika
bagaimana polemik ini direkomendasikan jalan menyeleksi dan menonjolkan isu dalam menyajikan keluarnya oleh masing-masing media. Kompas berita. Cara pandang atau perspektif itu pada sesuai dengan bingkai humaniora (kemanusiaan) akhirnya menentukan fakta apa yang yang dikembangkannya mengusulkan agar RUU- dikedepankan, bagian mana yang ditonjolkan dan APP ditinjau kembali substansi isinya dengan sebaliknya, serta hendak dibawa kemana berita memperhatikan faktor-faktor kemanusiaan tersebut.
Frame menentukan bagaimana fakta Republika mengusulkan agar RUU-APP ini segera disahkan untuk menjamin kepastian hukum dalam ditonjolkan, siapa yang diwawancarai, bagaimana
memberantas pornografi dan pornoaksi di Indo- hasil wawancara itu diperlakukan, bagaimana ia nesia.
ditulis dan ditempatkan pada bagian berita. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan,
Melihat perbandingan berita tentang polemik maka simpulan yang dapat ditarik ihwal Framing RUU-APP yang ditampilkan media seperti ini, media suratkabar Kompas dan Republika Kompas dan Republika menempatkan berita terhadap pemberitaan polemik Rancangan sebagai institusi sosial. Berita ditempatkan, dicari, Undang-Undang Pornografi dan P or n oa k s i dan disebarkan lewat praktik profesional dalam adalah: organisasi dimana Kompas dan Republika itu (1) Kompas mendefinisikan masalah dalam berpijak. Karenanya, hasil dari suatu proses berita
pemberitaan tentang polemik RUU-APP dipengaruhi oleh produk dan proses institusional
sebagai sebuah masalah humaniora ini, di mana Kompas sebagai media yang memiliki
(kemanusiaan) sedangkan Republika sejarah historis kristen dan Republika yang
melihatnya sebagai masalah nasional. memiliki sejarah historis Islam berdampak pada (2) Kompas memperkirakan sumber masalah
bagaimana peristiwa polemik RUU-APP dibentuk dalam pemberitaan tentang polemik RUU-APP dan dikonstruksi oleh kedua media tersebut.
dengan menuding soal substansi isi dari RUU Mengacu pada perspektif dramaturgi yang
sedangkan Republika menuding pemerintah dipelopori Erving Goffman. Kompas dan Republika
yang dinilai lamban dalam membahas RUU- menampilkan dan berperan menurut karakter
APP.
masing-masing. Kompas dan Republika (3) Kompas membuat keputusan moral terhadap berperilaku laksana dalam suatu panggung untuk
pemberitaan polemik RUU-APP dengan menciptakan kesan yang meyakinkan kepada
menilai Isi pasal bias dan tidak menyentuh akar khalayak. Dalam perspektif ini, Kompas dan
persoalan pornografi dan pornoaksi yang Republika ketika menafsirkan realitas tidak
dihadapi masyarakat Indonesia; Sedangkan dengan konsepsi yang hampa. Karenanya, apa
Republika menilai Rancangan undang- yang dilihatnya dalam polemik RUU-APP pada
undang pornografi dan pornoaksi sudah terlalu 148
M EDIA T OR, Vol. 8 No.1 Juni 2007
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
lama diendapkan, sehingga perlu segera Iskandar Muda, Dedi. 2003. Jurnalistik Televisi. ditindaklanjuti.
Bandung: Remaja Rosdakarya. (4) Kompas menekankan penyelesaian dalam
Eriyanto. 2002. Analisis Framing. Yogyakarta: pemberitaan polemik RUU-APP dengan
LkiS
merekomendasikan agar RUU-APP ditinjau keberadaannya RUU-APP; apalagi jika akan
McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa: dijadikan sebagai Undang-Undang;
Suatu Pengantar. Jakarta: Erlanga. sedangkan Republika justru sebaliknya
Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu mengusulkan agar RUU-APP segera
Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya dibahas dan disahkan menjadi sebuah
Undang-Undang. ———————. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ruhaeni, Neni. 2006. Makalah Diskusi tentang
Daftar Pustaka
RUU-APP Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Bandung, Puskaji Unisba
Abar, Ahmad Zamri. 1995. Kisah Pers Indo- nesia, Yogyakarta: LKiS.
Romli, Asep Syamsul M.2003. Jurnalistik Terapan; Pedoman Kewartawanan dan Alwasilah, A Chaedar. 2002. Pokoknya
Kepenulisan, Bandung: Batic, Press. Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Santana, Septiawan K. 2005. Jurnalisme Bandung: Pustaka Jaya.
Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indo- nesia.
Assegaff, Dja’far.1983, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bungin, Burhan.2003 Pornomedia; Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa, Jakarta: Prenada Media.
Sumber Lain:
Chanley, Mitchel. 1975, Reporting. Edisi III, Kompas, 20, 27 Januari, 3,6 ,11,15 ,26 Februari 2006. New York: Holt Reinhart & Winston.
Republika, 9 ,17 Februari, 9,19 Maret 2006. Hill, David. The Press in New Order Indone-
Koran Tempo, 8 Maret 2006. sia, Universirty of Australian Press,
Jakarta, Sinar Harapan Media Indonesia, 26 Maret 2006.
Dedeh Fardiah. Polemik Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi ...
150 M EDIA T OR, Vol. 8 No.1 Juni 2007