Perjalanan Pengawasan Penahanan dalam RUU KUHAP

18

BAB III Pengawasan Penahanan Prapersidangan

A. Perjalanan Pengawasan Penahanan dalam RUU KUHAP

Harus diakui bahwa Hakim Pemeriksa Pendahuluan HPP dalam Rancangan KUHAP versi 2012 memiliki tugas dan wewenang yang jauh lebih luas dan lebih lengkap terhadap tindakan-tindakan penegak hukum dalam tahap pra-ajudikasi ketimbang KUHAP yang ada saat ini. Ini merupakan terobosan penting dalam reformasi hukum acara pidana. Mekanisme dan alat pengawasan dan kontrol HPP dalam rancangan ini harus di dukung secara serius. Perluasan kewenangan HPP ini sebetulnya mulai berkembang sejak Rancangan KUHAP versi 2002, dan terutama mengalami ekspansi sejak Rancangan KUHAP versi 2004 yang kemudian dikonsolidasikan ulang dalam Rancangan KUHAP versi 2011. Dalam Rancangan KUHAP versi 2004, Hakim Komisaris, berwenang untuk memutus atau menetapkan: 25 a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penyitaan, penghentian penyidikan,penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas; b. perlu tidaknya dilakukan penahanan sebagaimana dimaksud dengan Pasal 53; 26 c. ganti kerugian danatau rehabilitasi bagi seorang yang ditahan secara tidak sah; Putusan Hakim Komisaris dibuat atas permohonan tersangka atau korban, sedangkan penetapan Hakim Komisaris dilakukan atas prakarsa sendiri setelah menerima tembusan surat penangkapan, penahanan, penyitaan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutanyang tidak berdasarkan asas oportunitas. 27 Sementara dalam Rancangan KUHAP versi April 2007,Hakim Komisaris berwenang menetapkan atau memutuskan: 28 a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, penghentian penyidikan, atau penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas; b. penahanan atas permintaan Penuntut Umum; c. ganti kerugian danatau rehabilitasi bagi seseorang yang ditangkap atauditahan secara tidak sah; d. dapat atau tidaknya dilakukan pemeriksaan pada tahap Penyidikan dan penuntutan tanpa didampingi oleh penasihat hukum berdasarkan permohonan tersangka atau korban, serta menangguhkan penahanan; dan suatu perkara layak atau tidak layak untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan berdasarkan permintaan Penuntut Umum. Hakim Komisaris memberikan penetapan penangkapan, penahanan, penyitaan,penghentian penyidikan, atau penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan atas asas oportunitas, atas prakarsa sendiri, setelah menerima tembusan surat penangkapan,penahanan, penyitaan, penghentian penyidikan, atau 25 Lihat Pasal 72 ayat 1 Rancangan KUHAP 2004. 26 Pasal 53 R Rancangan KUHAP 2004mengenai bantuan hukum bagi tersangka-terdakwa yang diancam hukuman mati, atau tindak pidana yang diancam hukuman penjara 15 tahun dan tidak ada hubungannya dengan penahanan yang dimaksud. 27 Lihat Pasal 72 Ayat 2 R Rancangan KUHAP 2004. 28 Lihat Pasal 731 R Rancangan KUHAP April 2007. 19 penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan atas asas oportunitas. 29 Hakim Komisaris juga dapat memerintahkan pemeriksaan atas seorang saksi yang mungkintidak dapat hadir pada saat persidangan, berdasarkan permohonan tersangka, terdakwa, atau Penuntut Umum. 30 Pemeriksaan tersebut dilakukan di hadapan tersangka atau terdakwa dan Penuntut Umum agar pemeriksaan silang dapat dilakukan. 31 Penetapan atau putusan Hakim Komisaris tidak dapat diajukan upaya hukum banding atau kasasi. 32 Hakim Komisaris membuat putusan melalui sidang dengan memeriksa tersangka, terdakwa atau saksi, setelah mendengar konklusi Penuntut Umum. Hakim Komisaris merupakan lembaga yang terletak antara Penyidik dan Penuntut Umum disatu pihak dan hakim di lain pihak. Wewenang Hakim Komisaris lebih luas dan lebih lengkap dari pada prapenuntutan lembaga praperadilan. 33 Jadi dalam Rancangan KUHAP April 2007 ada beberapa kewenangan baru yang ditambahkan dalam rancangan ini, berbeda dengan rancangan sebelumnya, terkait penahanan kewenangan baru tersebut adalah adanya kewenangan hakim komisaris untuk: a. memberikan penetapan penahanan, atas prakarsa sendiri, setelah menerima tembusan surat penahanan; b. memutuskan suatu perkara layak atau tidak layak untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan berdasarkan permintaan penuntut umum. 34 Inilah yang kemudian disebut dengan kewenangan bersifat pasif dan aktif Hakim Komisaris. Sedangkan Dalam Rancangan KUHAP Desember 2007, disebutkan bahwa kewenangan Hakim Komisaris adalah menetapkan atau memutuskan: 35 a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, ataupenyadapan; 36 b. pembatalan atau penangguhan penahanan; c. keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan melanggar hak untuk tidak memberatkan diri sendiri; d. alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat dijadikan alat bukti e. ganti kerugian danatau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau ditahan secara tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita secara tidak sah; f. tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi oleh pengacara; g. bahwa penyidikan atau penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah; h. penghentian Penyidikan atau penghentian Penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas; 37 i. layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan; dan j. pelanggaran terhadap hak tersangka apapun lainnya yang terjadi selama tahap Penyidikan. Hal-hal yang menjadi kewenangan Hakim Komisaris sebagaimana disebutkan di atas harus dilakukan melalui permohonan, yang dapat diajukan oleh tersangka atau penasihat hukumnya atau oleh penuntut umum, kecuali mengenai layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan 29 Lihat 73 ayat 3 Rancangan KUHAP 2007. 30 Lihat 73 ayat 4 Rancangan KUHAP 2007. 31 Lihat 73 ayat 5 Rancangan KUHAP 2007. 32 Lihat Pasal 81 Rancangan KUHAP 2007. 33 Penjelasan Pasal 73Ayat 1huruf aAyat 2 Rancangan KUHAP 2007. 34 Lihat penjelasan huruf f Kete tua dala pasal i i erupaka le aga aru ya g dike al se agai pre-trial . 35 Lihat Pasal 1111 Rancangan KUHAP Desember 2007. 36 Pe jelasa :Pasal Ayat huruf aYa g di aksud de ga asas oportu itas adalah se agai a a di aksud dala Pasal 111 ayat 2 Rancangan KUHAP Desember 2007. 37 Penjelasan: Kewenangan Hakim Komisaris ini berkaitan dengan kewenangan Penuntut Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat 3 Rancangan KUHAP Desember 2007. 20 yang hanya dapat diajukan oleh Penuntut Umum. 38 Rancangan ini juga sudah berani membuat kemajuan dengan menyantumkan ketentuan dimana Hakim Komisaris dapat memutuskan hal-hal yang menjadi kewenangannya tersebut atas inisiatifnya sendiri. 39 Kemudian dalam Rancangan KUHAP 2008, Hakim Komisaris berwenang menetapkan atau memutuskan: 40 a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, atau penyadapan; b. pembatalan atau penangguhan penahanan; c. bahwa keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan melanggarhak untuk tidak memberatkan diri sendiri; d. alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat dijadikan alat bukti; e. ganti kerugian danatau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau ditahan secara tidak sahatau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita secara tidak sah; f. tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi oleh pengacara; 41 g. bahwa penyidikan atau penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah; h. penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas; 42 i. layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan; dan j. pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama tahap penyidikan. Sebagaimana rancangan sebelumnya, permohonan diajukan oleh tersangka atau penasihat hukumnya atau oleh penuntut umum, kecuali ketentuan layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan hanya dapat diajukan oleh Penuntut Umum. 43 Selanjutnya dalam Rancangan KUHAP 2009, 2010 dan 2011 —tidak ada perubahan, disebutkan bahwa Hakim Komisaris berwenang menetapkan atau memutuskan: 44 a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, atau penyadapan; b. pembatalan atau penangguhan penahanan; c. bahwa keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan melanggar hak untuk tidak memberatkan diri sendiri; d. alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat dijadikan alatbukti; e. ganti kerugian danatau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau ditahan secara tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita secara tidaksah; f. tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi olehpengacara; g. bahwa penyidikan atau penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah; h. penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas; 38 Lihat Pasal 1112 Rancangan KUHAP Desember 2007. 39 Lihat Pasal 1113 Rancangan KUHAP Desember 2007. 40 Lihat Pasal 1111 Rancangan KUHAP 2008. 41 Lihat Penjelasan Huruf f Tersangka dapat tidak didampingi oleh penasihat hukum misalnya,dalam perkara pelanggaran hak asasi manusia berat, terorisme, danperdagangan senjata. 42 Lihat penjelasan Huruf h Kewenangan Hakim Komisaris ini berkaitan dengan kewenangan Penuntut Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat 3. 43 Lihat Pasal 74 Ayat 2 Rancangan KUHAP 2008. Hakim Komisaris membuat putusan melalui sidang dengan memeriksa tersangka, terdakwa atau saksi, setelah mendengar konklusi penuntut umum. Ayat 3 Hakim Komisaris merupakan lembaga yang terletak antara penyidik dan penuntut umum di satu pihak dan hakim di lain pihak. Wewenang HakimKomisaris lebih luas dan lebih lengkap daripada prapenuntutan lembaga praperadilan. 44 Lihat Pasal 1111 Rancangan KUHAP 2009 dan Pasal 1111 Rancangan KUHAP 2010, serta Pasal 111 ayat 1 Rancangan KUHAP 2011. 21 i. layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan; dan j. pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama tahappenyidikan. Permohonan diajukan oleh tersangka atau penasihat hukumnya atau oleh penuntut umum, kecuali ketentuan layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan hanya dapat diajukan oleh penuntut umum. 45 Hakim Komisaris dapat memutuskan yang menjadi kewenangannya atas inisiatifnya sendiri, kecuali ketentuan layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan. Hakim Komisaris membuat putusan melalui sidang dengan memeriksa tersangka, terdakwa atau saksi, setelah mendengar konklusi penuntut umum. Hakim komisaris merupakan lembaga yang terletak antara penyidik dan penuntut umum di satu pihak dan hakim di lain pihak. Wewenang hakim komisaris memang lebih luas dan lebih lengkap dari pada prapenuntutan lembaga praperadilan. 46

B. Perdebatan Mengenai Pengawasan Penahanan Prapersidangan: Hakim KomisarisHPP atau