KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI KETENTUAN PIDANA P E N Y I D I K A N

Kumpulan Peraturan Daerah Kab. Lamandau Tahun 2009 2010 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau Date.file 2010. Usert.... Ld,SH 27

BAB IX PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN

PENUNDAAN PEMBAYARAN Pasal 13 1 Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan; 2 Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; 3 Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat berupa karcis, kupon atau kartu berlangganan; 4 Tata cara pemungutan retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB X SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 14 1 Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD; 2 Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didahului dengan surat teguran.

BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 15 1 Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus; 2 Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 lima belas hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; 3 Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XII TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 16 1 Apabila wajib retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang sampai saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang tersebut dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis; 2 Pengeluaran STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 tujuh hari sejak jatuh tempo; 3 Dalam waktu 7 tujuh hari setelah STRD atau surat lain yng sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

BAB XIII KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 17 1 Bupati dapat memberikan keringanan pembayaran retribusi berupa angsuran atau penundaan pembayaran; 2 Tata cara pemberian keringanan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XIV Kumpulan Peraturan Daerah Kab. Lamandau Tahun 2009 2010 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau Date.file 2010. Usert.... Ld,SH 28 PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUARSA Pasal 18 2 Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluarsa setelah melampaui waktu 3 tiga tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi; 3 Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tertangguh jika : a. Diterbitkan Surat Teguran; atau b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. 4 Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterima surat teguran tersebut; 5 Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b, adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah; 6 Pengakuan utang retribusi secara secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi. Pasal 19 1 Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan; 2 Bupati menetapkan keputusan penghapusan retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat 1; 3 Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XV KETENTUAN PIDANA

Pasal 20 1 Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah, dipidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda paling banyak 4 empat kali jumlah retribusi terutang; 2 Tindak pidana yang dimaksud pada ayat 1 adalah pelanggaran.

BAB XVI P E N Y I D I K A N

Pasal 21 1 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah; 2 Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah : b. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; c. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; d. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi; f. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; g. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; h. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saaat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orangdan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e; Kumpulan Peraturan Daerah Kab. Lamandau Tahun 2009 2010 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau Date.file 2010. Usert.... Ld,SH 29 i. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak Pidana Retribusi Daerah; j. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; k. Menghentikan penyidikan; l. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah menurut hokum yang dapat dipertanggungjawabkan; 3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulai penyidikan dan menyampaikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVII KETENTUAN PENUTUP