Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pupuk Hayati Dan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PUPUK HAYATI DAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR TAHU SKRIPSI OLEH : WAHYU ADY YUDIANTO 100301196 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PUPUK HAYATI DAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR TAHU SKRIPSI OLEH : WAHYU ADY YUDIANTO 100301196 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

Judul Skripsi
Nama NIM Prodi Minat

: Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pupuk Hayati Dan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu
: Wahyu Ady Yudianto : 100301196 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Ketua

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Anggota

(Ir. Asil Barus, MS) NIP. 19540424 198203 1 005


(Dr. Ir. Yaya Hasanah, MSi) NIP. 19690110 200502 2 003

Mengetahui, Ketua Program Studi Agroteknologi

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc) NIP. 19640620 199803 2 001

ABSTRAK WAHYU ADY YUDIANTO: Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pupuk Hayati dan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Tahu dibimbing oleh ASIL BARUS dan YAYA HASANAH.
Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan belum maksimalnya pengetahuan petani dalam penggunaan teknologi produksi yang mendukung pertanian berkelanjutan dan semakin berkurangnya sumber daya lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.) terhadap pupuk hayati dan pupuk organik cair dari limbah tahu cair. Penelitian dilaksanakan di Medan-Binjai km 13,5 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang pada November 2014 sampai Januari 2015, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk hayati (tanpa pupuk hayati, menggunakan pupuk hayati) dan POC dari limbah cair tahu (0, 15, 30, 45, 60 ml/l). Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per plot, bobot 100 biji kering.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati meningkatkan jumlah bintil akar eefektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan jumlah polong hampa per tanaman. Pemberian POC dari limbah cair tahu meningkatkan jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman dan bobot kering biji per plot. Interaksi kedua perlakuan meningkatkan jumlah polong hampa per tanaman. Kata kunci : kedelai, pupuk hayati, limbah cair tahu
I

ABSTRACT WAHYU ADY YUDIANTO: Growth and Production of Soybean (Glycine max L.) Response to Biofertilizer and Organic Liquid Fertilizer from Tofu Waste water guided by ASIL BARUS and YAYA HASANAH.
The low production of soybean in Indonesia one of them because there is maximal knowledge of farmers in the use of technologies that support sustainable agricultural production and the decreasing availability of arable land resources due to the use of inorganic fertilizers continuously. Of the research is to determine the response of growth and production of soybean on application biofertilizer and liquid organic fertilizer from tofu waste water. The research was conducted in Sunggal District, Deli Serdang on November 2014 until January 2015, using a factorial randomized block design with two factors. The first factor was biofertilizers (without and with biofertilizers). The second factor was liquid organicfertilizer from tofu waste water (0 , 15, 30, 45, 60 ml / l). Parameter Observed was plant height, stem diameter, total leaf area, number of effective root nodules, nodule effective weight, shoot dry weight, number of pods per plant, number of empty pods per plant, seeds dry weight per plant, seed dry weight per plot, dry weight of 100 seeds.
The results showed that administration of biofertilizers increase the number of root nodules efektive, effective root nodule weight, shoot dry weight, root dry weight and number of empty pods per plant. The liquid organic fertilizer of tofu waste water increased the number of effective root nodules, nodule effective weight, shoot dry weight, root dry weight, number of pods per plant lists, the number of empty pods per plant and seeds per plant dry weight. Interaction between treatments increased the number of empty pods per plant. Keywords: soybean, biofertilizer, tofu waste water
II

RIWAYAT HIDUP WAHYU ADY YUDIANTO, lahir di Medan, 20 Oktober 1992, anak tunggal dari Bapak Sucipto dan Ibu Nila Azwani. Tahun 2010, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Binjai dan pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Tahun 2014/2015, penulis menjadi asisten Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi Himadita Nursery (HN). Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, Tbk., Tanjung Garbus, Lubuk Pakam, Deli Serdang pada bulan Juli – Agustus 2013.
III


KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Rasa kebanggaan yang terdalam dihanturkan kepada orang tua Ibunda Nila Azwani dan Ayahanda Sucipto atas doa, kasih sayang, dukungan dan kepercayaan yang selalu mengiringi langkah penulis dan kepada keluarga besar yang telah mendukung penulis selama perkuliahan hingga sampai saat ini. Judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pupuk Hayati Dan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program studi Agroteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing skripsi yaitu, Ir. Asil Barus, MS., selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Yaya Hasanah, MSi., selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman Agroekoteknologi 2010 dan Himadita Nursery (HN) Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, Amin.
Medan, Februari 2015
Penulis
IV

DAFTAR ISI
ABSTRAK...................……………………………………………………….i
ABSTRACT………………………………………………………………….ii
RIWAYAT HIDUP.....……………………………………………………...iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………v
DAFTAR TABEL.......……………………………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR.......………………………………………………….viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..ix
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 Hipotesis Penelitian............................................................................. 3 Kegunaan Penelitian............................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman .................................................................................. 4 Syarat Tumbuh .................................................................................... 5 Iklim ............................................................................................... 5 Tanah .............................................................................................. 6 Pupuk Hayati....................................................................................... 7 Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu...................................... 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ........................................................... 11 Bahan dan Alat................................................................................... 11 Metode Penelitian............................................................................... 11
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ................................................................................. 14 Aplikasi Pupuk Hayati ....................................................................... 14 Penanaman Benih ............................................................................... 14 Pemupukan ....................................................................................14 Aplikasi Pupuk Cair Organik dari Limbah Cair Tahu ....................... 14 Pemeliharaan Tanaman ...................................................................... 15 Penjarangan ............................................................................... 15 Penyiraman................................................................................ 15 Penyiangan ................................................................................ 15 Pembumbunan........................................................................... 15
V


Panen........................................................................................15 Pengamatan Parameter ....................................................................... 16
Tinggi Tanaman (cm)................................................................ 16 Diameter Batang (mm).............................................................. 16 Total Luas Daun (cm2)...............................................................16 Jumlah Bintil Akar Efektif (bintil)............................................ 16 Bobot Bintil Akar Efektif (g) .................................................... 17 Bobot Kering Tajuk (g)............................................................. 17 Bobot Kering Akar (g) .............................................................. 17 Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)............................ 17 Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong).......................... 17 Bobot Kering Biji Per Tanaman (g)...........................................17 Bobot Kering Biji Per Plot (g) .................................................. 18 Bobot 100 Biji Kering (g) ......................................................... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil.................... ............................................................................... 19 Pembahasan........................................................................................ 37 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan............ ............................................................................ 44 Saran................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
VI

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Tinggi tanaman (cm) 2-6 MST pada pemberian pupuk hayati dan POC limbah cair tahu ..................................................................................... 20

2. Diameter batang (mm) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ......................................................................................
3. Total luas daun (cm2) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ......................................................................................

21 22

4. Jumlah bintil akar efektif (bintil) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ............................................................................... 23

5. Bobot bintil akar efektif (g) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ...................................................................................... 25

6. Bobot kering tajuk (g) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ..................................................................................... 27


7. Bobot kering akar (g) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ...................................................................................... 29

8. Jumlah polong berisi per tanaman (polong) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu........................................... 31

9. Jumlah polong hampa per tanaman (polong) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ........................................... 32

10. Bobot kering biji per tanaman (g) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ................................................................. 34

11. Bobot kering biji per plot (g) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ....................................................................... 35

12. Bobot 100 biji kering per plot (g) pada pemberian pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu ....................................................................... 37

VII

DAFTAR GAMBAR No. Hal.
1. Hubungan antara jumlah bintil akar efektif tanaman dengan pupuk hayati.................................................................................................. 24
2. Hubungan jumlah bintil akar efektif dengan pemberian POC dari limbah cair tahu................................................................................... 24
3. Hubungan antara bobot bintil akar efektif dengan pupuk hayati................................................................................................. 26
4. Hubungan bobot bintil akar efektif dengan pemberian POC dari limbah cair tahu..................................................................................... 26

5. Hubungan antara bobot kering tajuk dengan pupuk hayati.................................................................................................. 28
6. Hubungan bobot kering tajuk dengan pemberian POC dari limbah cair tahu..................................................................................... 28
7. Hubungan antara bobot kering akar dengan pupuk hayati.................................................................................................. 30
8. Hubungan bobot kering akar dengan pemberian POC Dari limbah cair tahu.................................................................................... 30
9. Hubungan jumlah polong berisi per tanaman dengan pemberian POC dari limbah cair tahu........................................................................... 32
10. Hubungan antara jumlah polong hampa per tanaman dengan pupuk hayati................................................................................................ 33
11. Hubungan jumlah polong hampa per tanaman dengan pemberian POC dari limbah cair tahu........................................................................... 34
12. Hubungan bobot biji kering per plot dengan pemberian POC dari Limbah cair tahu.......................................................................................... 36
VIII

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal.
1. Deskripsi kedelai varietas grobogan……………………………………… 48 2. Pembuatan pupuk organik cair dari limbah tahu cair…………………….. 49 3. Bagan penanaman pada plot……………………………………………… 50 4. Bagan plot penelitian……………………………………………………... 51 5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian………………………………….. 52 6. Hasil analisis tanah……………………………………………………….. 53 7. Hasil analisis pupuk organik cair dari limbah cair tahu………………….. 54 8. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm)........................................... 55 9. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST............................................................ 55 10. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm)........................................... 56 11. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST............................................................ 56 12. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm)........................................... 57 13. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST............................................................ 57 14. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm)........................................... 58 15. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST............................................................ 58 16. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm)........................................... 59 17. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST............................................................ 59 18. Data pengamatan diameter batang (mm).................................................... 60 19. Sidik ragam diameter batang...................................................................... 60 20. Data pengamatan total luas daun (cm2)...................................................... 61 21. Sidik ragam total luas daun........................................................................ 61 22. Data pengamatan jumlah bintil akar (bintil).............................................. 62
IX

21. Sidik ragam jumlah bintil akar................................................................... 62 22. Data pengamatan bobot bintil akar (g)....................................................... 63 23. Sidik ragam bobot bintil akar..................................................................... 63 24. Data pengamatan bobot kering tajuk (g)................................................ …64 25. Sidik ragam bobot kering tajuk.................................................................. 64 26. Data pengamatan bobot kering akar (g)..................................................... 65 27. Sidik ragam bobot kering tajuk.................................................................. 65 28. Data pengamatan jumlah polong berisi tanaman sampel (polong)............ 66 29. Sidik ragam jumlah polong berisi tanaman sampel................................... 66 30. Data pengamatan jumlah polong hampa tanaman sampel (polong)...........67 31. Sidik ragam jumlah polong hampa tanaman sampel................................. 67 32. Data pengamatan bobot biji kering tanaman sampel (g)........................... 68 33. Sidik ragam bobot biji kering tanaman sampel......................................... 68 34. Data pengamatan bobot biji kering per plot (g)......................................... 69 35. Sidik ragam bobot biji kering per plot....................................................... 69 36. Data pengamatan bobot 100 biji kering per plot (g).................................. 70 37. Sidik ragam bobot 100 biji kering per plot................................................ 70 38. Foto biji tanaman kedelai .......................................................................... 71 39. Foto lahan penelitian ................................................................................. 72
X

ABSTRAK WAHYU ADY YUDIANTO: Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pupuk Hayati dan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Tahu dibimbing oleh ASIL BARUS dan YAYA HASANAH.
Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan belum maksimalnya pengetahuan petani dalam penggunaan teknologi produksi yang mendukung pertanian berkelanjutan dan semakin berkurangnya sumber daya lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.) terhadap pupuk hayati dan pupuk organik cair dari limbah tahu cair. Penelitian dilaksanakan di Medan-Binjai km 13,5 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang pada November 2014 sampai Januari 2015, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk hayati (tanpa pupuk hayati, menggunakan pupuk hayati) dan POC dari limbah cair tahu (0, 15, 30, 45, 60 ml/l). Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per plot, bobot 100 biji kering.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati meningkatkan jumlah bintil akar eefektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan jumlah polong hampa per tanaman. Pemberian POC dari limbah cair tahu meningkatkan jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman dan bobot kering biji per plot. Interaksi kedua perlakuan meningkatkan jumlah polong hampa per tanaman. Kata kunci : kedelai, pupuk hayati, limbah cair tahu

I

ABSTRACT WAHYU ADY YUDIANTO: Growth and Production of Soybean (Glycine max L.) Response to Biofertilizer and Organic Liquid Fertilizer from Tofu Waste water guided by ASIL BARUS and YAYA HASANAH.
The low production of soybean in Indonesia one of them because there is maximal knowledge of farmers in the use of technologies that support sustainable agricultural production and the decreasing availability of arable land resources due to the use of inorganic fertilizers continuously. Of the research is to determine the response of growth and production of soybean on application biofertilizer and liquid organic fertilizer from tofu waste water. The research was conducted in Sunggal District, Deli Serdang on November 2014 until January 2015, using a factorial randomized block design with two factors. The first factor was biofertilizers (without and with biofertilizers). The second factor was liquid organicfertilizer from tofu waste water (0 , 15, 30, 45, 60 ml / l). Parameter Observed was plant height, stem diameter, total leaf area, number of effective root nodules, nodule effective weight, shoot dry weight, number of pods per plant, number of empty pods per plant, seeds dry weight per plant, seed dry weight per plot, dry weight of 100 seeds.
The results showed that administration of biofertilizers increase the number of root nodules efektive, effective root nodule weight, shoot dry weight, root dry weight and number of empty pods per plant. The liquid organic fertilizer of tofu waste water increased the number of effective root nodules, nodule effective weight, shoot dry weight, root dry weight, number of pods per plant lists, the number of empty pods per plant and seeds per plant dry weight. Interaction between treatments increased the number of empty pods per plant. Keywords: soybean, biofertilizer, tofu waste water
II

PENDAHULUAN Latar Belakang
Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan belum maksimalnya pengetahuan petani dalam penggunaan teknologi produksi yang mendukung pertanian berkelanjutan dan semakin berkurangnya sumber daya lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus (Jumrawati, 2008).
Produksi kedelai pada tahun 2013 sebesar 780,16 ribu ton biji kering turun sebesar 62,99 ribu ton (7,47 %) dibanding tahun 2012. Penurunan produksi kedelai terjadi karena penurunan produktivitas sebesar 0,69 kuintal/hektar (4,65 %) dan penurunan luas panen seluas 16,83 ribu hektar (2,96%) (BPS, 2013).
Pertumbuhan tanaman kedelai yang banyak mengandung protein membutuhkan banyak unsur hara terutama N dan P. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut diperlukan pupuk buatan yang membutuhkan biaya yang tinggi. Bahkan selain biaya yang tinggi, penggunaan pupuk buatan secara terusmenerus dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan dan menurunkan kesuburan tanah. Oleh karena itu perlu diupayakan beberapa alternatif untuk memulihkan produksi kedelai nasional seperti penggunaan pupuk hayati berupa inokulan mikroorganisme tanah (konsorsium mikroba) dan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) (Bertham, 2007).
Pupuk hayati yang mengandung konsorsium mikroba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan antara Rhizobium sp., Bacillus sp., Azospirillum sp., Pseudomonas sp., dan Bakteri Endofitik (Ocrobactrum pseudogrigmonense) yang berasosiasi membentuk kerja sama untuk memfiksasi

2
N, sebagai penyedia unsur hara agar tersedia bagi tanaman dan sebagai biokontrol patogen akar.
Hasil penelitian Chusnia, et al. (2012) menyebutkan pupuk hayati konsorsium mikroba meningkatkan tinggi tanaman, jumlah bintil akar, dan bobot kering akar, bobot polong, bobot total biji kedelai, serta efektivitas pupuk hayati dan produktivitas lahan.
Pemberian pupuk hayati pada tanaman sebaiknya diimbangi dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik dapat diperoleh dengan memanfaatkan limbah rumah tangga atau industri di lingkungan sekitar. Pabrik tahu merupakan salah satu industri yang mengalami kesulitan dalam mengelola limbahnya. Bahkan, tak jarang pengusaha industri tersebut membuang limbah cair tahu tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, sehingga akan mencemari lingkungan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, limbah cair tahu mengandung unsurunsur yang dibutuhkan tanaman. Menurut Handajani (2005), limbah cair tahu dapat dijadikan pupuk sebab di dalam limbah cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Triawati (2010) pemanfaatan limbah cair tahu menjadi pupuk cair organik dengan menambahkan EM4 menghasilkan total kandungan nitrogen dalam pupuk cair organik sangat baik untuk kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Keuntungan lain dalam penggunaan POC dari limbah cair tahu yaitu dapat digunakan dengan cara disiramkan ke akar atau disemprotkan kepada tanaman sehingga menghemat tenaga (Supardi, 2001).

3

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang respons pertumbuhan dan produksi kedelai terhadap pupuk hayati dan pupuk organik cair dari limbah cair tahu. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.) terhadap pupuk hayati dan pupuk organik cair dari limbah cair tahu. Hipotesa Penelitian
Terdapat pengaruh nyata pada pertumbuhan dan produksi kedelai terhadap pupuk hayati dan pupuk organik cair dari limbah cair tahu serta interaksi antara keduanya. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Berdasarkan Steenis, et al (2005) tanaman kedelai termasuk ke dalam, kingdom: Plantae, divisio: Spermatophyta, class: Dicotyledoneae, ordo: Fabales, family: Leguminoceae, genus: Glycine, species: Glycine max (L) Merrill.
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (70-150 cm), menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas yaitu berbunga hampir serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun pada batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya (Hidayat, 1985).
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu (1) kotiledon atau daun biji, (2) dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profila. Daun primer berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak

5
berseberangan pada buku pertama diatas kotiledon. Bentuk daun kedelai adalah lancip, bulat dan lonjong serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara lonjong dan lancip (Adie dan Krisnawati 2007).
Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu (Irwan, 2006).
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 50100 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abuabu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman (Sugeno, 2008).
Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6-30 g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6-10 g/100 biji), biji sedang(11-12 g/100 biji) dan biji besar (>13 g/100 biji). Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Soemaatmadja, et al. 1999). Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang tepat bagi kedelai adalah tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai terhadap iklim lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400

6
mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C (Prihatman, 2000).

Pada awalnya kedelai merupakan tanaman subtropika hari pendek, namun setelah di domestikasi dapat menghasilkan banyak kultivar yang dapat beradaptasi terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya dapat ditanam pada semua tempat adalah keunggulan utama tanaman ini. Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20-25 0C. Suhu 12-20 0C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 200-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis (Bappenas, 2007). Tanah
Tanaman kedelai pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

7
Tanaman kedelai mampu beradaptasi terhadap berbagai iklim, tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada tanah yang mengandung bahan organik dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1996).
Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan alumunium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Bappenas, 2007). Pupuk Hayati
Pupuk hayati adalah pupuk berisi mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah dan udara. Umumnya digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Mikrobia yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung kedalam tanah disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikrobia penambat Nitrogen (N) dan mikrobia untuk meningkatkan ketersediaan Posfor (P) dalam tanah (Warta, 2007).
Pupuk hayati mengandung mikroba yang dipakai untuk memperbaiki kesuburan tanah, misalnya rhizobium, mikroba pelarut fosfat, cendawa mikoriza dan lain-lain. Penambahan mikroba pelarut fosfat dan bakteri perangsang

8
pertumbuhan tanaman mampu meningkatkan ketersediaan hara fosfor (P) didalam tanah, merangsang pertumbuhan akar tanaman sehingga penyerapan hara nitrogen (N) dan fosfor (P) meningkat (Hasibuan, 2006).
Dalam inokulan konsorsium mikroba terdiri dari gabungan bermacammacam mikroba yang dapat saling bersimbiosis dan bekerja sama dalam memfiksasi dan menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman. Mikroba yang membantu fiksasi N dari udara adalah bakteri rhizobium, Bacillus sp. yang dapat melarutkan fosfat dan sebagai biokontrol fungi patogen akar tanaman kedelai, Azospirillum sp. yang membantu penyerapan nitrogen dan mengurangi terjadinya pencucian, Pseudomonas sp. yang dapat memacu pertumbuhan kecambah kedelai dan mampu memproduksi fitohormon (IAA) dan bakteri endofitik yakni Ocrobactrum pseudogrigmonense yang hidup didalam tanaman sebagai anti patogen (Prihastuti, 2008)
Pupuk hayati mempunyai perbedaan yang besar dibandingkan dengan pupuk kimia yaitu respon tanaman yang lambat terhadap pemberian serta ketersediaan hara yang tidak secara langsung. Pupuk hayati memiliki kekurangan yaitu respon tanaman terhadap pupuk lambat, penyediaan hara secara tidak langsung karena harus bersimbiosis dengan tanaman inang dan pengalami proses biologi (Damanik, et al. 2009). Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu
Limbah industri tahu terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dan gumpalan tahu pada tahap proses

9
penggumpalan dan penyaringan yang disebut air didih atau whey. Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi atau pembersihan, penguapan kulit, pencucian, penyaringan, penyucian peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan industri pembuatan tahu sebanding dengan penggunaaan air untuk pemrosesannya. Menurut Nuraida (1985) jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair tersebut (khususnya air didih) dimanfaatkan kembali sebagai bahan penggumpal (Dhahiyat, 1990).
Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik kompleks yang tinggi terutama protein asam-asam amino dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut (BPPT, 1997). Adanya senyawa-senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung BOD, COD dan TSS yang tinggi (Tay, 1990; BPPT, 1997a ;dan Husain, 2003) yang apabila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkan pencemaran.
Berdasarkan hasil studi Balai Perindustrian Medan terhadap karakteristik air buangan industri tahu di Medan (Bappeda Medan, 1993), diketahui bahwa limbah cair industri tahu rata-rata mengandung BOD (4583 mg/l); COD (7050 mg/l), TSS (4743 mg/l) dan minyak atau lemak 26 mg/l serta pH 6,1.

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawasenyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya palin besar (Nurhasanah dan Pramudyanto, 1991).

10
Menurut Sugiharto (1994), terdapat 40%-60% protein, 25%-50% karbohidrat dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme didalam air limbah tahu tersebut.
Limbah tahu dapat dipakai sebagai pupuk dan pestisida bahkan fungisida organik dengan bantuan tambahan dari bahan yang lain, antara lain menggunakan bahan empon – empon atau tanaman herba melalui proses fermentasi, sehingga bahan aktif dapat terurai dengan sempurna sedangkan limbah cair tahu banyak mengandung sisa protein dan asam cuka sehingga mampu mendukung efektifitas fermentasi (http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat di Medan – Binjai km 13, Kabupaten Deli Serdang, Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ±30 meter di atas permukaan laut, mulai bulan November 2014 sampai Januari 2015. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah benih kedelai varietas Grobogan (deskripsi tersaji pada lampiran 1), pupuk hayati konsorsium mikroba dari PT Bio Industri Nusantara, POC dari limbah cair tahu (hasil analisis tersaji pada lampiran 7), pupuk kompos, pupuk Urea, TSP dan KCL, air, plastik transparan, amplop, dan label.
Alat yang digunakan yakni cangkul, gembor, sprayer, pacak sampel, meteran, timbangan analitik, jangka sorong, buku data, alat tulis, dan kalkulator. Metode Percobaan
Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial, dengan 2 faktor perlakuan; Faktor I : Pupuk Hayati Konsorsium Mikroba H0 = Tanpa Pupuk Hayati H1 = Pupuk Hayati Faktor II : Dosis Pupuk Organik Cair dari Limbah Tahu Cair L0 = 0 ml/l air L1 = 15 ml/l air L2 = 30 ml/l air

12

L3 = 45 ml/l air L4 = 60 ml/l air POC dari limbah cair tahu diaplikasikan pada 2-6 MST.

Diperoleh 10 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

H0L0 H1L0


H0L1 H1L1

H0L2 H1L2

H0L3 H1L3

H0L4 H1L4

Jumlah ulangan

= 3 ulangan

Jumlah plot

= 30 plot

Ukuran plot

=2mx2m


Jarak tanam

= 40 cm x 20 cm

Jumlah tanaman per plot = 45 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya = 1350 tanaman

Jumlah sampel per plot

= 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya = 150 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + єijk

Dimana: i = 1, 2, 3 j = 1, 2, k = 1, 2, 3, 4, 5 Yijk = Data hasil pengamatan dari unit percobaan ke-i dengan perlakuan
pupuk hayati taraf ke-j dan berbagai konsentrasi limbah cair tahu pada taraf ke-k

13
μ = Nilai tengah ρi = Efek blok ke-i αj = Efek perlakuan pupuk hayati ke-j βk = Efek pemberian konsentrasi limbah cair tahu taraf ke-k (αβ)jk = Efek interaksi dari perlakuan pupuk hayati ke-j dan konsentrasi limbah
cair tahu pada taraf ke-k
єijk = Efek error pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk hayati
pada taraf ke-j dan konsentrasi limbah tahu cair pada taraf ke-k. Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Areal pertanaman terlebih dahulu dibersihkan dari gulma. Kemudian lahan diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman kira-kira 20 cm. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 2 cm x 2 cm serta jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 30 cm dan parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari genangan air. Hasil analisis tanah tersaji pada lampiran 6. Aplikasi Pupuk Hayati
Pupuk Hayati diaplikasikan bersamaan dengan penanaman benih kedelai dengan cara mencampurkan secara merata pada benih dengan dosis 40 g benih/sachet pada pagi hari dan ditempat yang teduh. Penanaman Benih
Benih ditanam ke lubang tanam dengan kedalaman 2-5 cm pada jarak tanam 40 x 20 cm sebanyak 2 benih per lubang tanam yang telah dilumuri oleh konsorsium mikroba lalu ditutup dengan tanah. Pemupukan
Pemupukan urea, TSP, dan KCl dilakukan pada saat tanam dengan cara larikan pada semua tanaman. Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran yaitu Urea 50 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha sebagai pupuk dasar. Aplikasi Pupuk Organik Cair Dari Limbah Cair Tahu
Pengaplikasian POC dari limbah cair tahu dilakukan mulai 2-6 MST sesuai dengan perlakuan. Pengaplikasian POC dari limbah cair tahu dilakukan dengan cara disemprot ke tanaman secara merata menggunakan Sprayer. Hasil analisis POC dari limbah cair tahu tersaji pada lampiran 7.

15
Pemeliharaan Tanaman Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman pada pangkal batang dan menyisakan satu tanaman per lubang tanam. Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah tanam. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada pada plot tanaman. Penyiangan dilakukan setiap minggu untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Pembumbunan
Agar tanaman berdiri tegak dan kokoh dilakukan pembumbunan dengan cara menarik tanah disekeliling tanaman. Pembumbunan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Panen
Panen dilakukan dengan cara memetik satu persatu polong yang ada dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panennya adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95%. Pemanenan dilakukan pada saat 70-75 HST.

16
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, untuk menghindari kekeliruan dibuat pacak sampel. Pengukuran dilakukan mulai 2 MST sampai 6 MST. Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong pada ketinggian 1 cm dari leher akar. Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat akhir vegetatif (6 MST) dari sampel destruktif. Total Luas Daun (cm2)
Luas semua daun untuk tanaman sampel destruktif diukur pada 6 MST. Masing – masing daun diukur panjang dan lebar daun untuk dapat dihitung total luas daun. Total Luas daun dihitung menggunakan rumus :
Total Luas Daun = p x l x k Keterangan : P = Panjang l = lebar k = Konstanta Konstanta daun tengah = 0,6531 dan daun kiri serta kanan = 0,765 (Dartius, et al. 1991) Jumlah Bintil Akar Efektif (bintil)
Dihitung jumlah bintil akar pada sampel dekstruktif yang terbentuk di akar tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada akhir fase vegetatif.(6 MST).

17
Bobot Bintil Akar Efektif (g) Bobot bintil akar diperoleh dengan cara menimbang bobot semua bintil
akar tanaman sampel yang didestruksi pada 6 MST. Bobot Kering Tajuk (g)
Tajuk yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 800 C hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan dengan cara destruksi tajuk pada 6 MST. Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 800 C hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan dengan cara destruksi akar pada 6 MST. Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
Jumlah polong dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang telah berisi, dilakukan pada saat tanaman dipanen. Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong)
Jumlah polong hampa dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang tidak berisi/hampa, dilakukan pada saat tanaman dipanen. Bobot Kering Biji per Tanaman (g)
Pengamatan dilakukan pada biji yang telah dikeringkan selama 2-3 hari di bawah sinar matahari. Kemudian biji ditimbang per tanaman sampel.

18
Bobot Kering Biji per Plot (g) Pengamatan dilakukan pada biji yang telah dikeringkan selama 2-3 hari di
bawah sinar matahari. Kemudian biji ditimbang per plot Bobot 100 biji kering (g)
Biji yang telah dikeringkan selama 2-3 hari dibawah sinar matahari, diambil secara acak sebanyak 100 biji kemudian dihitung bobot 100 biji.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar, bobot bintil akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan jumlah polong hampa per tanaman. Sedangkan pemberian POC limbah cair tahu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3-6 MST, jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman dan bobot kering biji per plot. Interaksi antara pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 dan 4 MST, jumlah bintil akar efektif, bobot bintil akar efektif dan jumlah polong hampa per tanaman (Lampiran 8-36) Tinggi Tanaman (cm)
Pemberian POC dari limbah cair tahu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3-5 MST. Interaksi antara pupuk hayati dengan POC dari limbah cair tahu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST (Lampiran 8-17).
Rataan tinggi tanaman 2-6 MST terhadap pupuk hayati dan POC dari limbah cair tahu dapat dilihat pada Tabel 1.

20

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada pemberian pupuk hayati dan POC dari

limbah cair tahu

Pupuk Hayati

POC dari Limbah Cair tahu (L)

L0 L1

L2

L3

L4 Rataan

(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45 ml/l) (60 ml/l)

2 MST

.....................................cm......................................

H0 (tanpa pupuk hayati) 23,87 23,75 24,96 23,65 24,81 24,21

H1 (pupuk hayati)

22,77 23,59 24,43 24,19 21,56 23,31

Rataan

23,32 23,67 24,69 23,92 23,19

3 MST H0 (tanpa pupuk hayati) 33,29b 34,28bc 33,35bc 34,93ab 33,51bc 33,87

H1 (pupuk hayati)

31,04c 32,80b 34,97a 34,35bc 33,70bc 33,37

Rataan

32,16b 33,54ab 34,16ab 34,64a 33,60ab

4 MST H0 (tanpa pupuk hayati) 42,59 45,16 42,52

47,29

44,56 44,43

H1 (pupuk hayati)

40,73 42,89 44,91 44,59 44,68 43,56

Rataan

41,66b 44,03ab 43,72ab 45,94a 44,62ab

5 MST H0 (tanpa pupuk hayati) 57,08 59,17 56,58

65,21

57,95 59,20

H1 (pupuk hayati)

54,91 57,38 59,91 59,05 59,81 58,21

Rataan

56,00b 58,28ab 58,25ab 62,13a 58,88ab

6 MST H0 (tanpa pupuk hayati) 64,60 68,91 64,85

72,09

66,35 67,36

H1 (pupuk hayati)

62,12 62,97 65,97 66,75 67,71 65,11

Rataan

63,36 65,94 65,41 69,42 67,03

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan tanpa pupuk hayati

memberikan tinggi tanaman pada 2-6 MST yang cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan pemberian pupuk hayati. Sedangkan perlakuan POC dari

limbah cair tahu dengan dosis 45 ml/l (L3) memberikan tinggi tanaman pada

3-5 MST yang lebi tinggi dibandingkan perlakuan yang lain.

Tinggi tanaman pada umur 3 MST terdapat interaksi antara pupuk hayati

(H1) dan limbah cair tahu dengan dosis 30 ml/l (L2) secara berpengaruh nyata

dapat meningkatkan tinggi tanaman (34,97 cm) dibandingkan kombinasi yang lain

21

Diameter Batang (mm) Pemberian pupuk hayati, POC dari limbah cair tahu serta interaksi antara

pupuk hayati dengan limbah cair tahu berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

batang (Lampiran 18-19).

Rataan diameter batang terhadap pupuk hayati dan POC dari limbah cair

tahu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan diameter batang pada pemberian pupuk hayati dan POC dari

limbah cair tahu

Pupuk Hayati

POC dari Limbah Cair tahu (L) L0 L1 L2 L3 L4 Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45 ml/l) (60 ml/l)

H0 (tanpa pupuk hayati) H1 (pupuk hayati) Rataan

......................................mm....................................

2,64 2,39 2,59 2,67 2,54 2,63 2,55 2,52 2,65 2,61

2,56 2,59

2,63 2,47 2,56 2,66 2,57

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan pupuk hayati memberikan

diameter batang yang cenderung lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk hayati.

Sedangkan perlakuan POC dari limbah cair tahu dengan dosis 45 ml/l (L3)

memberikan diameter batang yang cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan

yang lain.

Interaksi antara tanpa pupuk hayati (H0) dan POC dari limbah cair tahu

dengan dosis 45 ml/l (L3) cenderung meningkatkan diameter batang (2,67 mm)

dibandingkan kombinasi yang lain. Total Luas Daun (cm2)
Pemberian pupuk hayati, POC dari limbah cair tahu serta interaksi antara

pupuk hayati dengan POC dari limbah cair tahu menunjukkan berpengaruh tidak

nyata terhadap total luas daun (Lampiran 20-21).

22

Rataan total luas daun terhadap pupuk hayati dan POC dari limbah cair

tahu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan total luas daun pada pemberian pupuk hayati dan POC dari

limbah cair tahu

Pupuk Hayati

POC dari Limbah Cair tahu (L) L0 L1 L2 L3 L4 Rataan

(0 ml/l) (15 m