Studi Penggunaan Serbuk Daun Salaon(Indigofera tinctoria L.), Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), Biji Alpukat (Persea americana Mill) dan Kapur Tohor Dalam Sediaan Pewarna Rambut

(1)

STUDI PENGGUNAAN CAMPURAN SERBUK DAUN

SALAON (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir

(Hunter) Roxb), BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DAN

KAPUR TOHOR DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

SKRIPSI

a Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utar

OLEH:

HARTIAN LUBIS

NIM 121524144

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STUDI PENGGUNAAN CAMPURAN SERBUK DAUN

SALAON (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir

(Hunter) Roxb), BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DAN

KAPUR TOHOR DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

SKRIPSI

Universitas ar

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HARTIAN LUBIS

NIM 121524144

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

STUDI PENGGUNAAN CAMPURAN SERBUK DAUN SALAON (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb),

BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DAN KAPUR TOHOR DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

OLEH: HARTIAN LUBIS

NIM 121524144

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 26 Agustus 2014 Agustus 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 196106191991031001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Medan, September 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan kasih dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Studi Penggunaan Serbuk Daun Salaon (Indigofera tinctoria L.), Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), Biji Alpukat (Persea americana Mill) dan Kapur Tohor Dalam Sediaan Pewarna Rambut” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Orangtua tercinta, Ayahanda St. R. Lubis dan Ibunda N. br. Sibarani (Almh), serta ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Roy Tiohohu


(5)

Lubis, Am. Keb dan Feronika Lubis, Am. AK (kakak), Afrizal H Lubis, ST (abang) dan Jery F Lubis (adik) yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan semangat secara moral dan moril. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 26 Agustus 2014 Penulis,


(6)

STUDI PENGGUNAAN CAMPURAN SERBUK DAUN SALAON (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb),

BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DAN KAPUR TOHOR DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

ABSTRAK

Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Salaon (Indigofera tinctoria L.), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) dan biji alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dapat digunakan sebagai pewarna rambut dengan penambahan kapur tohor.

Daun salaon, gambir, biji alpukat dan kapur tohor dibuat dalam bentuk serbuk yang sudah dihaluskan dengan ayakan mesh 60. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula yang terdiri dari serbuk daun salaon, serbuk gambir, dan serbuk biji alpukat dengan perbandingan konsentrasi formula A, B, C dan D masing-masing yaitu 10:10:10, 15:10:10, 10:15:10, 10:10:15. Kapur tohor 2% ditambahkan ke dalam setiap formula dan sebagai pelarut digunakan akuades. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-6 jam dan diamati perubahan warna setiap 2 jam secara visual. Pengamatan stabilitas warna dilakukan dengan cara uji stabilitas terhadap pencucian dan sinar matahari, selanjutnya dilakukan uji biologis (iritasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi campuran serbuk dan waktu perendaman. Pewarnaan terbaik diperoleh dari formula C yang menghasilkan warna coklat sedang, stabil terhadap pencucian, sinar matahari, dan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dan kapur tohor dapat digunakan sebagai pewarna rambut.

Kata kunci: Daun salaon (Indigofera tinctoria L.), daun gambir (Uncaria gambir

(Hunter) Roxb.), biji alpukat (Persea americana Mill), kapur tohor, pewarna rambut


(7)

STUDY OF MIXED SALAON LEAVES POWDER (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), AVOCADO SEED (Persea

americana Mill) AND QUICKLIME USE IN HAIR DYE PREPARATION

ABSTRACT

Hair dye cosmetics are used in hair preparation and hair coloring, both to restore natural hair color or change the color of the natural hair into a new color. Salaon (Indigofera tinctoria L.), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) and avocado seeds (Persea americana Mill) is a plant that can be used as a natural dye. The aim of this study was to find out that a mixture of salaon leaves powder (Indigofera tinctoria L.), gambir powder (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) avocado seed powder (Persea americana Mill) can be used as a hair dye with the addition of quicklime.

Salaon leaves, gambir, avocado seeds and quicklime made in the powder was pulverized to 60 mesh sieve. Hair dye preparations made with a formula consisting of salaon leaves powder (Indigofera tinctoria L.), gambir powder (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) avocado seed powder (Persea americana Mill) with the concentration comparison for formula A, B, C, and D, 10:10:10, 15:10:10, 10:15:10, 10:10:15 respectively. As much as 2% of quicklime were added to all formula and aquadest was used as the solvent. Coloring was done by soaking the gray hair in hair dye preparations for 1-6 hours and observed color changes every 2 hours visually. Observations carried out by means of color stability test of washing and sunshine, further biological testing (irritation).

The results of this research showed that the resulting color was influenced by the concentration of the powder mixture and the time of immersion. The best coloration was obtained from the formula C which produces a brown color, stable against washing, sunlight, and did not cause irritation to the skin.

The result concluded that mixture of salaon leaves powder (Indigofera tinctoria L.), gambir powder (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) avocado seeds powder (Persea americana Mill) and quicklime can be used as a hair dye.

Keywords: Salaon leaves (Indigofera tinctoria L.), gambir leaves (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), avocado seeds (Persea americana Mill), quicklime, hair dye


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Tumbuhan Salaon ... 6

2.1.1 Nama daerah ... 6

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 7

2.1.3 Identifikasi tumbuhan ... 7

2.1.4 Kandungan daun salaon ... 8


(9)

2.2 Uraian Tumbuhan Gambir ... 8

2.2.1 Nama daerah ... 9

2.2.2 Morfologi tumbuhan gambir ... 9

2.2.3 Identifikasi tumbuhan ... 9

2.2.4 Kandungan kimia daun gambir ... 10

2.2.5 Kegunaan tumbuhan gambir ... 10

2.3 Uraian Tumbuhan Alpukat ... 11

2.3.1 Nama daerah ... 11

2.3.2 Morfologi tumbuhan alpukat ... 11

2.3.3 Identifikasi tumbuhan alpukat ... 12

2.3.4 Kandungan kimia tanaman alpukat ... 12

2.3.5 Kegunaan tanaman alpukat ... 12

2.4 Kapur Tohor ... 13

2.5 Rambut ... 13

2.5.1 Anatomi rambut ... 14

2.5.2 Struktur rambut ... 17

2.5.3 Jenis rambut ... 17

2.5.4 Fisiologi rambut ... 19

2.5.4.1 Pertumbuhan rambut ... 19

2.6 Pewarnaan Rambut ... 20

2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna ... 20

2.6.1.1 Pewarnaan rambut temporer ... 20

2.6.1.2 Pewarnaan rambut semipermanen ... 21


(10)

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan ... 23

2.6.2.1 Pewarnaan rambut langsung ... 23

2.6.2.2 Pewarnaan rambut tidak langsung ... 23

2.7 Uji iritasi ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Alat dan Bahan ... 25

3.1.1 Alat-alat ... 25

3.1.2 Bahan-bahan ... 25

3.2 Prosedur Kerja ... 25

3.2.1 Pengumpulan sampel ... 25

3.2.2 Identifikasi sampel ... 25

3.2.3 Pengolahan sampel ... 26

3.2.3.1 Pembuatan serbuk daun tumbuhan salaon .. 26

3.2.3.2 Pembuatan serbuk biji alpukat ... 26

3.3 Pembuatan Formula ... 26

3.4 Evaluasi ... 29

3.4.1 Pengamatan secara visual dengan waktu perendaman yang berbeda ... 29

3.4.2 Pengamatan stabilitas warna ... 30

3.4.2.1 Stabilitas warna terhadap pencucian ... 30

3.4.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari .... 30

3.4.2.3 Uji biologis (Uji iritasi) ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32


(11)

4.2 Pengaruh Penambahan Bahan dan Perbedaan Konsentrasi

Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban ... 32

4.2.1 Hasil orientasi perbedaan konsentrasi kapur terhadap perubahan warna rambut uban ... 32

4.2.2 Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban ... 33

4.2.3 Hasil pewarnaan rambut uban sesuai dengan formula yang dibuat ... 36

4.2.3.1 Formula A ... 36

4.2.3.2 Formula B ... 36

4.2.3.3 Formula C ... 37

4.2.3.4 Formula D ... 37

4.3 Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Uban ... 39

4.4 Hasil Evaluasi ... 40

4.4.1 Stabilitas warna terhadap pencucian ... 40

4.4.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari ... 41

4.4.3 Uji biologis (uji iritasi) ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 3.1 Formula standard ... 26 3.2 Formula orientasi ... 27 3.3 Formula pewarna rambut yang dibuat ... 28 4.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi

masing-masing serbuk terhadap perubahan warna rambut uban . 38 4.2 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 42


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Struktur indigo ... 8

2.2 Struktur katekin ... 10

2.3 Struktur flavonoida ... 12

2.4 Anatomi rambut ... 14

2.5 Batang rambut ... 15

2.6 Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut ... 22

3.1 Natural colour levels ... 30

4.1 Pengaruh perbedaan konsentrasi kapur terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 6 jam ... 32

4.2 Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendama 6 jam ... 34

4.3 Hasil pewarnaan rambut formula A ... 36

4.4 Hasil pewarnaan rambut formula B ... 36

4.5 Hasil pewarnaan rambut formula C ... 37

4.6 Hasil pewarnaan rambut formula D ... 38

4.7 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban ... 39

4.8 Stabilitas warna terhadap pencucian ... 40


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Bagan alir pembuatan serbuk daun salaon ... 47

2. Bagan alir pembuatan serbuk biji alpukat ... 48

3. Hasil identifikasi daun salaon (Indigofera tinctoria L) ... 49

4. Hasil identifikasi daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) 50

5. Hasil identifikasi biji alpukat (Persea americana Mill) ... 51

6. Gambar tumbuhan yang digunakan ... 52

7. Gambar buah alpukat (Persea americana Mill) ... 53

8. Gambar mikroskopik tumbuhan ... 53

10. Gambar serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) ... 55

11. Gambar serbuk ekstrak daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) 55

12. Gambar serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) ... 56

13. Gambar kapur tohor yang digunakan ... 56

14. Gambar campuran serbuk pewarna rambut ... 57


(15)

STUDI PENGGUNAAN CAMPURAN SERBUK DAUN SALAON (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb),

BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DAN KAPUR TOHOR DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

ABSTRAK

Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Salaon (Indigofera tinctoria L.), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) dan biji alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dapat digunakan sebagai pewarna rambut dengan penambahan kapur tohor.

Daun salaon, gambir, biji alpukat dan kapur tohor dibuat dalam bentuk serbuk yang sudah dihaluskan dengan ayakan mesh 60. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula yang terdiri dari serbuk daun salaon, serbuk gambir, dan serbuk biji alpukat dengan perbandingan konsentrasi formula A, B, C dan D masing-masing yaitu 10:10:10, 15:10:10, 10:15:10, 10:10:15. Kapur tohor 2% ditambahkan ke dalam setiap formula dan sebagai pelarut digunakan akuades. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-6 jam dan diamati perubahan warna setiap 2 jam secara visual. Pengamatan stabilitas warna dilakukan dengan cara uji stabilitas terhadap pencucian dan sinar matahari, selanjutnya dilakukan uji biologis (iritasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi campuran serbuk dan waktu perendaman. Pewarnaan terbaik diperoleh dari formula C yang menghasilkan warna coklat sedang, stabil terhadap pencucian, sinar matahari, dan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dan kapur tohor dapat digunakan sebagai pewarna rambut.

Kata kunci: Daun salaon (Indigofera tinctoria L.), daun gambir (Uncaria gambir

(Hunter) Roxb.), biji alpukat (Persea americana Mill), kapur tohor, pewarna rambut


(16)

STUDY OF MIXED SALAON LEAVES POWDER (Indigofera tinctoria L.), GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), AVOCADO SEED (Persea

americana Mill) AND QUICKLIME USE IN HAIR DYE PREPARATION

ABSTRACT

Hair dye cosmetics are used in hair preparation and hair coloring, both to restore natural hair color or change the color of the natural hair into a new color. Salaon (Indigofera tinctoria L.), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) and avocado seeds (Persea americana Mill) is a plant that can be used as a natural dye. The aim of this study was to find out that a mixture of salaon leaves powder (Indigofera tinctoria L.), gambir powder (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) avocado seed powder (Persea americana Mill) can be used as a hair dye with the addition of quicklime.

Salaon leaves, gambir, avocado seeds and quicklime made in the powder was pulverized to 60 mesh sieve. Hair dye preparations made with a formula consisting of salaon leaves powder (Indigofera tinctoria L.), gambir powder (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) avocado seed powder (Persea americana Mill) with the concentration comparison for formula A, B, C, and D, 10:10:10, 15:10:10, 10:15:10, 10:10:15 respectively. As much as 2% of quicklime were added to all formula and aquadest was used as the solvent. Coloring was done by soaking the gray hair in hair dye preparations for 1-6 hours and observed color changes every 2 hours visually. Observations carried out by means of color stability test of washing and sunshine, further biological testing (irritation).

The results of this research showed that the resulting color was influenced by the concentration of the powder mixture and the time of immersion. The best coloration was obtained from the formula C which produces a brown color, stable against washing, sunlight, and did not cause irritation to the skin.

The result concluded that mixture of salaon leaves powder (Indigofera tinctoria L.), gambir powder (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) avocado seeds powder (Persea americana Mill) and quicklime can be used as a hair dye.

Keywords: Salaon leaves (Indigofera tinctoria L.), gambir leaves (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), avocado seeds (Persea americana Mill), quicklime, hair dye


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar rambut yang ada dalam lapisan dermis dan melalui saluran folikel rambut ke luar dari kulit (Tranggono dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut merupakan penempatan sel-sel tanduk yang berada di atas permukaan kulit dan terdapat di masing-masing bagian tubuh yang berbeda dalam panjang, tebal, dan warnanya. Batang rambut ini tidak mempunyai saraf perasa sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Peranan rambut sangat penting untuk diperhatikan, karena rambut bukan hanya sebagai pelindung kepala dari berbagai hal seperti bahaya benturan/pukulan benda keras, sengatan sinar matahari, dan sebagainya, tetapi ia juga merupakan “perhiasan” yang berharga. Rambut yang tebal, panjang, hitam/berwarna, berkilau, sehat dan mudah diatur memberikan daya pesona tersendiri bagi pemiliknya (Rostamailis dan Yanita, 2008).

Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin yang ada pada korteks rambut, baik jumlah maupun besarnya melanosit. Pigmen yang mempengaruhi warna rambut adalah eumelanin yang menyebabkan warna hitam atau coklat dan pyomelanin yang menyebabkan warna merah atau pirang. Disamping itu jumlah dan ukuran granula pigmen dan ada tidaknya gelembung udara dalam korteks juga menentukan warna rambut seseorang (Putro, 1998).


(18)

Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, yang sering kurang disukai keberadaannya (Wasitaatmadja, 1997). Warna rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Sediaan pewarna rambut adalah kosmetik yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asal atau mengubah menjadi warna lain (Ditjen POM, 1985). Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985).

Salaon (Indigofera tinctoria L.) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pewarna adalah daunnya. Daun salaon menghasilkan pigmen berwarna biru, biasanya warna yang dihasilkan oleh daun salaon ini dimanfaatkan masyarakat Samosir untuk mewarnai benang dalam pembuatan ulos (Niessen, 2009). Daun salaon (Indigofera tinctoria L.) juga digunakan sebagai pewarna batik dan pewarna tekstil (Suheryanto, 2012). Daun salaon (Indigofera tinctoria

L.) mengandung zat warna yang disebut dengan indigo, merupakan senyawa indoksil yang larut dalam air dan mudah teroksidasi menjadi indigo yang berwarna biru (Lemmens, 1992).

Gambir adalah ekstrak kering daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. yang termasuk dalam famili Rubiaceae yang merupakan komoditas perkebunan rakyat (Amos, 2010). Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)


(19)

merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pewarna alami untuk mewarnai tekstil. Kandungan utama gambir adalah katekin dan asam katekutanat. Katekin merupakan kristal utama yang terdapat dalam gambir, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada keadaan kering katekin berbentuk kristal berwarna kuning kecoklatan (Amos, 2010).

Biji alpukat (Persea americana Mill) adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami, yaitu biji yang dikeringkan dan dibuat dalam bentuk serbuk biji. Biji buah alpukat dapat digunakan sebagai zat warna alam karena mengandung zat flavonoida, yaitu senyawa yang dapat digunakan sebagai dasar zat warna alam (Anonim, 2011).

Dari hasil orientasi yang dilakukan terhadap masing-masing bahan dan dari campuran ketiga bahan didapat warna yang dapat mewarnai rambut uban. Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengolah dan memanfaatkan daun salaon (Indigofera tinctoria L.), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) dan biji alpukat (Persea americana Mill) dengan penambahan kapur tohor sebagai pewarna rambut.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas perumusan masalahnya adalah:

a. Apakah campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dan kapur tohor dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut.


(20)

b. Berapakah konsentrasi serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat

(Persea americana Mill) dan kapur tohor yang menghasilkan warna terbaik.

1.3Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir

(Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana

Mill) dan kapur tohor diduga dapat digunakan dalam sediaan pewarna rambut.

b. Campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir

(Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana

Mill) dan kapur tohor dapat memberikan warna terbaik pada konsentrasi tertentu.

1.4Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui bahwa campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dapat dibuat sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan kapur tohor.

b. Untuk mengetahui konsentrasi serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria


(21)

(Persea americana Mill) dan kapur tohor yang dapat menghasilkan warna terbaik.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari daun salaon, daun gambir, biji alpukat. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria

L.), serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami dengan penambahan kapur tohor.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Salaon (Indigofera tinctoria L.)

Salaon merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna benang dalam pembuatan ulos di daerah Samosir yang dapat menghasilkan warna biru alami (Niessen, 2009).

Indigofera dalam bahasa latin berarti indigo menghasilkan warna biru alami dari organ daun (Muzayyinah, 2012). Genus Indigofera (kira-kira 700 jenis) tersebar di seluruh wilayah tropika dan subtropika di Asia, Afrika dan Amerika. Kira-kira 40 jenis asli Asia Tenggara dan banyak jenisnya yang telah dibudidayakan di seluruh wilayah tropika (Suheryanto, 2012).

Indigofera adalah sosok nama tumbuhan yang tidak asing bagi kalangan pecinta warna alami, pecinta batik tulis. Warna indigo yang oleh masyarakat umum dikenal dengan nila terkandung di dalam jenis tumbuhan Indigofera

(Muzayyinah, 2012).

Indigofera tinctoria L. tumbuh tersebar luas di Indonesia juga di negara lain diantaranya Taiwan, Jepang, India, dan Thailand. Tumbuhan ini sudah ada sejak dulu dan para pengrajin telah menggunakan pewarna indigo untuk memberi warna biru pada pembuatan batik dan tenunan tradisional kuno (Suheryanto, 2012).

2.1.1 Nama daerah

Nama daerah Indigofera tinctoria L. di Jawa: tom, brendel, nila (Jawa), tarum (Sunda) (Heyne, 1987). Di Sumatera: salaon (Samosir) (Niessen, 2009).


(23)

Sedangkan di negara-negara lain Indigofera tinctoria L. mempunyai nama yang berbeda juga, seperti di Malaysia: nila, tarum, Filipina: tagung-tagung (Bisaya), taiom (Ilokano), taiung (Pampango), Kamboja: trom, Laos: khaam, Thailand: khraam, Vietnam: cham nhuom (Lemmens, 1992).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria L.) merupakan tumbuhan perdu tegak, bercabang banyak, tinggi 1-1,80 m. Ujung ranting hijau atau kemerahan. Anak-anak daunnya berukuran kecil tersusun ganda dengan jumlah antara 5-13 helai. Bentuk helaiannya bundar telur sampai lonjong. Tandan bunga ke luar di cabang sisi yang pendek atau di ketiak daun yang tumbuh tegak atau agak tegak. Umumnya polongnya berbentuk bulat lurus sampai agak melengkung, berisi 3-12 biji. Jumlah polong pada tiap pohonnya banyak (Steenis, 2005).

2.1.3 Identifikasi tumbuhan

Tanaman salaon (Indigofera tinctoria L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Nama daerah : Salaon Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub-klas : Sympetae Famili : Fabaceae


(24)

2.1.4 Kandungan daun salaon

Daun salaon (Indigofera tintoria L.) mengandung tanin, flavonoid, alkaloid, glikosida dan fenol (Swadhini, 2011).

Daun salaon (Indigofera tinctoria L.) mengandung zat warna yang disebut dengan indigo, merupakan senyawa indoksil yang larut dalam air dan mudah teroksidasi menjadi indigo yang berwarna biru (Lemmens, 1992).

Gambar 2.1. Struktur indigo ((Lemmens, 1992). 2.1.5 Kegunaan tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria L.)

Daun salaon dimanfaatkan sebagai pewarna biru benang dalam pembuatan ulos (Niessen, 2009). Tumbuhan Indigofera tinctoria L. juga digunakan untuk memberikan warna biru pada pembuatan batik, tenunan tradisional kuno, dan tekstil lainnya (Suheryanto, 2012).

Tumbuhan Indigofera tinctoria L. juga dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah dan sebagai pupuk hijau, khususnya di perkebunan teh, kopi dan karet. Daunnya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit ayan, untuk luka dan borok (Muzayyinah, 2012).

2.2 Uraian Tumbuhan Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)

Tanaman gambir merupakan tanaman yang dapat tumbuh dikawasan hutan dengan ketinggian antara 10-800 meter dari permukaan laut.Tanaman ini mulai


(25)

dapat dipanen setelah berumur 12-14 bulan. Pengembangbiakan tanaman gambir khususnya di Daerah Pulau Sumatera dilakukan dengan cara penyemaian biji pada suatu tempat tertentu (Amos, 2004). Gambir dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga kelembaban tanahnya dan dipupuk dengan pupuk organik (Hariana, 2004).

2.2.1 Nama daerah

Pada setiap daerah daun gambir mempunyai nama yang berbeda-beda, di Sumatera: sontang (Batak), gambie (Minangkabau), pengilom (Lampung), Jawa:

gambir (Jawa), gambhir (Madura), Maluku: gabi dan gagabere (Halmahera), Sulawesi: gambe (Ternate), (Hariana, 2004)

2.2.2 Morfologi tumbuhan gambir

Tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) adalah tanaman menjalar dari famili Rubiaceae. Batang tanaman gambir berkayu dengan ukuran lingkar batang pohon yang sudah tua bisa mencapai 18 inci. Daunnya berbentuk oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm dan lebar 4-6,5 cm. Pangkal daun membulat dan berbentuk sangat tipis. Panjang tangkai daun 0,5-0,75 cm. Dalam satu ranting tumbuh beberapa helai dahan yang sejajar atau mempunyai arah yang sama antara daun yang satu dengan daun yang lain. Bentuk bunganya adalah seperti pipa yang berjuntaian kemuka, kesamping, dan menghadap kedahan, sepanjang lebih kurang 2-4 cm, dengan jumlah antara 40-60 helai, yang terpisah-pisah antara helai yang satu dengan helai yang lainnya (Amos, 2004).

2.2.3 Identifikasi tumbuhan

Tanaman Uncaria gambir Roxb. dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Nama : Gambir


(26)

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub-klas : Sympetae Famili : Rubiaceae

Spesies : Uncaria gambir (Hunter) Roxb. 2.2.4 Kandungan kimia daun gambir

Kandungan utama gambir adalah katekin dan asam katekutanat. Kandungan katekin dalam gambir selain dalam bentuk katekin murni terdapat juga dalam bentuk katekol (Amos, 2004). Gambir juga mengandung sedikit

quercetine yaitu bahan pewarna yang memiliki warna kuning. Katekin bila mengalami pemanasan cukup lama atau pemanasan dengan larutan bersifat basa dengan mudah akan menjadi katekin tanat, karena kondensasi sendiri dan menjadi mudah larut dalam air panas (Hayani, 2003).

Gambar 2.2 Struktur katekin (Ahmad dan Hakim, 2008). 2.2.5 Kegunaaan tumbuhan gambir

Di Indonesia, gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Kegunaan gambir yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Kegunaan gambir lainnya adalah sebagai penstimulasi keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus, sebagai bahan


(27)

campuran obat luka bakar, diare, disentri, kumur-kumur, sariawan dan sebagai penyamak kulit (Agoes, 2010).

2.3 Uraian Tumbuhan Alpukat (Persea americana L.)

Pohon buah alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Walau dapat berbuah di dataran rendah, tapi hasil akan memuaskan bila ditanam pada ketinggian 200-1.000 m di atas permukaan laut, pada daerah tropik dan subtropik yang banyak curah hujannya (Astawan, 2008).

2.3.1 Nama daerah

Tanaman dikotil ini terkenal dalam berbagai nama di berbagai daerah di Indonesia, antara lain: Sumatera: apokat, alpokat, avokat (Aceh), jamboo pooan, pookat (Lampung), advokat, boah pokat, jamboo pokat (Batak), Jawa: apokat, avokat, plokat (Jawa), alpuket, apuket, jambu wolanda (Sunda) (Astawan, 2008). 2.3.2 Morfologi tumbuhan alpukat

Pohonya kecil tingginya 3-10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banyak bercabang, ranting berambut halus. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul. Bunganya bunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnya bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu berbiji satu, daging


(28)

buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan (Astawan, 2008).

2.3.3 Identifikasi tumbuhan alpukat

Sistematika dari tanaman alpukat adalah sebagai berikut: Nama : Alpukat

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub-klas : Sympetae Famili : Lauraceae Genus : Persea

Species : Persea americana Mill 2.3.4 Kandungan kimia tanaman alpukat Kandungan kimianya, antara lain:

- buah : tanin, glikosida

- daun : flavonoida, saponin, glikosida, polifenol, quersetin, gula alkohol - biji : flavonoida

Gambar 2.3 Struktur flavonoida (Robinson, 1995) 2.3.5 Kegunaan tanaman alpukat

Tanaman alpukat dapat digunakan untuk pengobatan sariawan, melembabkan kulit kering, kencing batu, sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung,


(29)

saluran nafas membengkak, sakit gigi, kencing manis dan haid yang tidak teratur (Astawan, 2008)

2.4 Kapur Tohor

Kapur tohor, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida (CaO), biasanya dibuat melalui dekomposisi termal bahan-bahan seperti batu gamping (limestone), atau cangkang kerang (atau cangkang molluska lainnya), yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3; mineral kalsit) sebagai kapur bakar (lime

kiln). Hal ini dilakukan dengan memanaskan material ini di atas 825°C (1.517°F), sebuah proses yang disebut kalsinasi atau pembakaran kapur, untuk membebaskan molekul karbon dioksida (CO2), meninggalkan kapur mentah. Kalsium oksida

merupakan kristal basa, kaustik, zat padat putih pada suhu kamar. Kalsium oksida dicampur dengan sedikit air menyebabkan CaO mengembang dan menghasilkan panas serta menjadi serbuk kapur yang dikenal sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Serbuk kapur akan menjadi cair jika campuran airnya berlebihan.

Serbuk kapur jika didiamkan terlalu lama, kandungan airnya akan hilang dan mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali menjadi kalsium karbonat seperti semula (Anonim, 2007).

2.5 Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis, yaitu rambut terminal yang kasar, mengandung banyak pigmen, terdapat di kepala, alis, bulu mata,


(30)

ketiak, serta rambut velus yang halus, sedikit mengandung pigmen dan terdapat hampir di seluruh tubuh (Soepardiman, 2010).

2.5.1 Anatomi rambut

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.4. Anatomi rambut (Scott, dkk., 1976).

Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

a. Ujung rambut

Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.

Pada potongan melintang batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur yaitu:

1) Selaput rambut (Kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian


(31)

bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi semula; melindungi bagian dalam dari batang rambut; rambut dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat meresap dalam korteks rambut.

2) Kulit rambut ( Korteks)

Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral.

3) Sumsum rambut (Medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara.


(32)

c. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit, terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

1) Kantong rambut (folikel)

Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka rambut akan keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2) Papil rambut

Papil rambut adalah bagian bawah folikel rambut berbentuk lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka berisi jaringan ikat tanpa serabut elastis, ke dalamnya masuk pembuluh kapiler untuk mensuplai nutrisi ke umbi rambut. Diantara sel-sel papil terdapat sel-sel melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang memberi warna pada kulit yang disebarkan ke dalam korteks dan medula rambut (Syaifuddin, 2009).

3) Umbi rambut (matriks)

Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut berwarna keputih-putihan dan masih lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang


(33)

menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.2 Struktur rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau sedang. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak, atau keriting.

Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), struktur rambut dengan bentuk folikel memberi perbedaan pada penampang rambut sebagai berikut:

- Rambut lurus dengan folikel seperti silinder lurus, bentuk penampangnya bulat dan panjang.

- Rambut berombak dengan folikel seperti silinder yang melengkung/bengkok, bentuk penampangnya oval dan panjang.

- Rambut keriting dengan folikel seperti silinder yang melengkung menyerupai busur, bentuk penampangnya semi oval dan panjang.

2.5.3 Jenis rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu: 1. Rambut velus

Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut ini terdapat diseluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki.

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, alis, bulu mata, dan ketiak.


(34)

b. Jenis rambut menurut sifatnya 1. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.

2. Rambut normal

Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang meproduksi minyak secara cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

3. Rambut kering

Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang aktifnya kelenjar minyak (Putro, 1998).

2.5.4 Fisiologi rambut

2.5.4.1 Pertumbuhan rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh permukaan kulit. Diakhir bulan ke-enam atau awal bulan ketujuh usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa


(35)

rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya (Rostamailis, dkk., 2008).

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase (Tranggono dan Latifah, 2007), yaitu:

1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun. 2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.


(36)

3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan ke luar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok. Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan

2.6 Pewarnaan Rambut

Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia bermacam-macam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan (Putro, 1998).

Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik.

Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi (Ditjen POM, 1985). 1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.

2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan. 2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna

2.6.1.1 Pewarna rambut temporer

Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut (Dalton, 1985).


(37)

Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM, 1985).

2.6.1.2 Pewarna rambut semipermanen

Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.1.3 Pewarna rambut permanen

Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

Pewarna permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen, dan


(38)

meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Pada proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat menghilangkan warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Gambar 2.6. Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut (Mitsui, 1997) Keterangan:

a = Pewarna rambut temporer b = Pewarna rambut semi permanen c = Pewarna rambut permanen


(39)

Mekanisme penempatan/deposit zat warna dari ketiga jenis pewarna rambut di atas yang diilustrasikan pada sehelai rambut dapat dilihat pada Gambar 2.6 di atas.

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

2.6.2.1 Pewarna rambut langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam 2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.

2.6.2.2 Pewarna rambut tidak langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan


(40)

misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).

2.7 Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit. Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergi. Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik, kertas perkamen, gunting, tissu gulung, cutton buds, lemari pengering, kompor, batang pengaduk dan alat-alat gelas yang diperlukan.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun salaon, gambir, biji alpukat, kapur, akuades, sampo dan rambut uban.

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun salaon (Indigofera tinctoria L.) yang diambil dari Desa Salaon, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Ekstrak daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) dibeli dari Desa Sibande, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara dan buah alpukat (Persea americana Mill) dibeli di pasar Melati, Jl.Flamboyan raya, Kecamatan Medan Selayang, Sumatera Utara. 3.2.2 Identifikasi sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.


(42)

3.2.3 Pengolahan sampel

3.2.3.1 Pembuatan serbuk daun tumbuhan salaon

Daun tumbuhan salaon yang telah disortasi, dipisahkan dari tangkai daunnya, dikumpulkan lalu dicuci, ditiriskan, dan ditimbang berat daun segar yaitu 3000 gram. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruangan, ditimbang berat keringnya yaitu 950 gram, selanjutnya diserbuk dengan menggunakan blender, diayak dengan ayakan mesh 60, ditimbang berat serbuk halus simplisia yaitu 687,5 gram.

3.2.3.2 Pembuatan serbuk biji alpukat

Biji alpukat yang diambil dari alpukat yang sudah tua, matang, diambil bijinya lalu dicuci, ditiriskan lalu diiris-iris dan ditimbang berat basahnya 1500 gram, dikeringkan dengan cara mengeringkannya dilemari pengering dengan suhu 40-500C selama 3 hari sampai kering lalu ditimbang berat keringnya yaitu 670 gram, selanjutnya diserbuk dengan menggunakan blender kemudian diayak dengan ayakan mesh 60, ditimbang berat serbuk halus simplisia yaitu 475,5 gram.

3.3 Pembuatan Formula

Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula standard

Komposisi Coklat

Serbuk hena 40


(43)

Sebelum membuat formula pewarna rambut, dilakukan lebih dahulu orientasi dengan konsentrasi kapur yang berbeda dengan hasil pewarnaannya terhadap rambut uban, seperti pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Formula orientasi

Komposisi Formula (%)

A B

Serbuk salaon 10 10

Serbuk gambir 10 10

Serbuk biji alpukat 10 10

Kapur tohor 1 2

Air panas ad (ml) 100 100

Orientasi menunjukkan warna yang diperoleh lebih gelap dengan konsentrasi kapur tohor 2% dengan demikian konsentrasi kapur tohor yang dipilih adalah 2%. Selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut uban dengan penambahan masing-masing bahan dalam sediaan pewarna rambut.

a. Rambut uban (Blanko)

b. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% c. Rambut uban dalam serbuk gambir 10% d. Rambut uban dalam serbuk biji alpukat 10% e. Rambut uban dalam kapur tohor 2%

f. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% g. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk biji alpukat 10% h. Rambut uban dalam serbuk gambir 10% + serbuk biji alpukat 10%

i. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% + serbuk biji alpukat 10%

j. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + kapur tohor 2% k. Rambut uban dalam serbuk gambir 10% + kapur tohor 2%


(44)

l. Rambut uban dalam serbuk biji alpukat 10% + kapur tohor 2%

m. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% + kapur tohor 2%

n. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk biji alpukat 10% + kapur tohor 2%

o. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% + serbuk biji alpukat 10% + kapur tohor 2%

Rambut uban dimasukkan ke dalam masing-masing bahan atau campuran bahan, dilakukan perendaman selama 6 jam, kemudian dikeluarkan, dicuci dan dikeringkan. Masing-masing diamati warna yang terbentuk.

Dari hasil orientasi di atas, dibuat formula dengan variasi konsentrasi masing-masing bahan seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Formula pewarna rambut yang dibuat

Komposisi Formula (%)

A B C D

Serbuk daun salaon 10 15 10 10

Serbuk gambir 10 10 15 10

Serbuk biji alpukat 10 10 10 15

Kapur tohor 2 2 2 2

Air panas ad (ml) 100 100 100 100 Keterangan:

Formula A= Konsentrasi serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10%, dan kapur tohor 2%

Formula B = Konsentrasi serbuk daun salaon 15%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10%, dan kapur tohor 2%

Formula C = Konsentrasi serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 15%, serbuk biji alpukat 10%, dan kapur tohor 2%

Formula D = Konsentrasi serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 15%, dan kapur tohor 2%


(45)

Prosedur kerja:

Dicampurkan serbuk daun salaon, serbuk gambir, serbuk biji alpukat dan kapur tohor kedalam lumpang digerus homogen. Dipindahkan massa ke dalam beaker glass yang sudah dikalibrasi, kemudian ditambahkan dengan akuades panas sampai 100 ml.

Pengujian terhadap rambut uban:

Tiga ikat rambut uban masing-masing seratus helai yang telah dipotong kira-kira 7 cm dan dicuci dengan sampo, dimasukkan ke dalam sediaan pewarna rambut, dilakukan perendaman selama 1 sampai 6 jam, satu ikat rambut diambil setiap 2 jam kemudian dicuci, dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk sesuai dengan waktu perendaman.

3.4 Evaluasi

3.4.1 Pengamatan secara visual dengan waktu perendaman yang berbeda Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan warna perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 2 jam, 4 jam, sampai 6 jam perendaman. Kemudian masing-masing fomula diamati hasil akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut


(46)

Gambar 3.1 Natural color levels (Dalton, 1985) Keterangan:

Blonde= Pirang; Brown= Coklat; Black= Hitam; Light= Terang; Medium= Sedang; Dark = Gelap

3.4.2 Pengamatan stabilitas warna

3.4.2.1 Stabilitas warna terhadap pencucian Prosedur kerja:

Uban yang telah direndam selama 6 jam dalam sediaan dicuci dengan menggunakan sampo dan dikeringkan. Pencucian dilakukan sebanyak 15 kali, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut setelah pencucian. 3.4.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari

Uban yang telah diwarnai dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai dari pukul 10.00- 15.00 WIB, setelah itu diamati perubahan warnanya.

3.4.2.3 Uji biologis (Uji iritasi)

Menurut Ditjen POM (1985) sukarelawan yang dijadikan sebagai panel dalam uji iritasi pada formula pewarna rambut adalah orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat


(47)

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan

4. Bersedia menjadi relawan Prosedur kerja:

Kulit sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol (diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna rambut yang telah disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema. Bila terjadi eritema diberi tanda +, terjadi eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi eritema, papula dan vesikula diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula diberi tanda ++++, dan bila tidak terjadi reaksi diberi tanda 0 (Scott,dkk., 1976; Ditjen POM, 1985).


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa bahan uji adalah tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria L.) famili Fabaceae, tumbuhan gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) famili Rubiaceae, tumbuhan alpukat (Persea americana Mill) famili Lauraceae.

4.2 Pengaruh Penambahan Bahan dan Perbedaan Konsentrasi Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban

4.2.1 Hasil orientasi perbedaan konsentrasi kapur terhadap perubahan warna rambut uban

Konsentrasi kapur tohor ditentukan berdasarkan hasil orientasi seperti pada Gambar 4.1 berikut:

a b

Gambar 4.1. Pengaruh perbedaan konsentrasi kapur terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 6 jam.

Keterangan:

a = rambut uban dalam serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10%, kapur tohor 1%

b = rambut uban dalam serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10%, kapur tohor 2%


(49)

Gambar (4.1.a) menunjukkan bahwa rambut uban dalam formula yang mengandung serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10% dan kapur tohor 2% dapat mengubah warna rambut uban dari putih menjadi pirang sedang, sementara rambut uban dalam formula yang mengandung kapur tohor 2% dengan jumlah serbuk daun salaon, serbuk gambir dan serbuk biji alpukat yang sama, mengubah warna rambut uban (putih) menjadi coklat sedang seperti pada Gambar (4.1.b). Dengan demikian, konsentrasi kapur tohor yang akan digunakan dalam formula pewarna rambut adalah 2%.

4.2.2 Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban

Berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 4.2 berikut:

a b c d


(50)

i j k l

m n o

Gambar 4.2. Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 6 jam. Keterangan:

a. Rambut uban (Blanko)

b. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% c. Rambut uban dalam serbuk gambir 10% d. Rambut uban dalam serbuk biji alpukat 10% e. Rambut uban dalam kapur tohor 2%

f. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% g. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk biji alpukat 10% h. Rambut uban dalam serbuk gambir 10% + serbuk biji alpukat 10%

i. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% + serbuk biji alpukat 10%

j. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + kapur tohor 2% k. Rambut uban dalam serbuk gambir 10% + kapur tohor 2% l. Rambut uban dalam serbuk biji alpukat 10% + kapur tohor 2%

m. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% + kapur tohor 2%

n. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk biji alpukat 10% + kapur tohor 2%

o. Rambut uban dalam serbuk daun salaon 10% + serbuk gambir 10% + serbuk biji alpukat 10% + kapur tohor 2%


(51)

Hasil perendaman rambut uban dalam serbuk daun salaon (4.2.b) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi biru, dalam serbuk gambir (4.2.c) berwarna pirang terang, dalam serbuk biji alpukat (4.2.d) warna pirang terang, dalam kapur tohor (4.2.e) warna tidak berubah, dalam serbuk daun salaon + serbuk gambir (4.2.f) berwarna pirang sedang, dalam serbuk daun salaon + serbuk biji alpukat (4.2.g) berwarna coklat kemerahan, dalam serbuk gambir + serbuk biji alpukat(4.2.h) berwarna pirang terang, dalam serbuk daun salaon + serbuk gambir + serbuk biji alpukat (4.2.i) berwarna pirang sedang, dalam serbuk daun salaon + kapur tohor (4.2.j) berwarna biru, dalam serbuk gambir + kapur tohor (4.2.k) berwarna pirang gelap, dalam serbuk biji alpukat + kapur tohor (4.2.l) berwarna pirang sedang, dalam serbuk daun salaon + serbuk gambir + kapur tohor (4.2.m) berwarna coklat terang, dalam serbuk daun salaon + serbuk biji alpukat + kapur tohor (4.2.n) berwarna biru kehijauan, dalam serbuk daun salaon + serbuk gambir + serbuk biji alpukat + kapur tohor (4.2.o) berwarna coklat sedang.

Gambar (4.2.b) menunjukkan bahwa perendaman rambut uban dalam serbuk daun salaon menghasilkan warna biru. Warna biru kurang cocok digunakan sebagai pewarna rambut. Dengan penambahan zat warna serbuk gambir, serbuk biji alpukat dan kapur tohor dapat dihasilkan warnacoklat sedang yang dapat terlihat pada Gambar (4.2.o). Penggunaan kapur tohor sebagai pembangkit dan pelekat warna pada zat warna alam akan menghasilkan warna yang lebih kuat (Fitrihana, 2007).


(52)

4.2.3 Hasil pewarnaan rambut uban sesuai dengan formula yang dibuat 4.2.3.1 Formula A

Terdiri dari konsentrasi serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10%, kapur tohor 2% dengan perendaman selama 2 jam, 4 jam, 6 jam diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 4.3 berikut:

A1 A2 A3 Pirang sedang Coklat terang Coklat sedang

Gambar 4.3 Hasil pewarnaan rambut formula A 4.2.3.2 Formula B

Terdiri dari konsentrasi serbuk daun salaon 15%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 10%, kapur tohor 2% dengan perendaman selama 2 jam, 4 jam, 6 jam diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 4.4 berikut:

B1 B2 B3 Pirang sedang Pirang sedang Coklat terang


(53)

4.2.3.3 Formula C

Terdiri dari konsentrasi serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 15%, serbuk biji alpukat 10%, kapur tohor 2% dengan perendaman selama 2 jam, 4 jam, 6 jam diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 4.5 berikut:

C1 C2 C3 Coklat terang Coklat sedang Coklat sedang

Gambar 4.5 Hasil pewarnaan rambut formula C 4.2.3.4 Formula D

Terdiri dari konsentrasi serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 10%, serbuk biji alpukat 15%, kapur tohor 2% dengan perendaman selama 2 jam, 4 jam, 6 jam diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar 4.6 berikut:

D1 D2 D3 Pirang gelap Coklat terang Coklat sedang


(54)

Hasil perendaman rambut uban dari masing-masing formula yang dibuat memberikan perubahan warna pada rambut uban seperti pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi

masing-masing serbuk terhadap perubahan warna rambut uban.

No. Formula Hasil pewarnaan pada lama perendaman (jam)

II IV VI

1 A Pirang sedang Coklat terang Coklat sedang 2 B Pirang sedang Pirang sedang Coklat terang 3 C Coklat terang Coklat sedang Coklat sedang 4 D Pirang gelap Coklat terang Coklat sedang

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa warna yang terbentuk dari tiap-tiap formula dengan semakin lama waktu perendaman maka hasilnya semakin gelap, yakni pada formula A menghasilkan warna pirang sedang (perendaman 2 jam), coklat terang (perendaman 4 jam), formula B menghasilkan warna pirang sedang (perendaman 2-4 jam), coklat terang (perendaman 6 jam), formula C menghasilkan warna coklat terang (perendaman 2 jam), coklat sedang (perendaman 4-6 jam), dan formula D menghasilkan warna pirang gelap (perendaman 2 jam), coklat terang (perendaman 4 jam), coklat sedang (perendaman 6 jam). Hal ini disebabkan karena penyerapan zat warna dari masing-masing serbuk pada rambut terjadi secara bertahap dan penyerapan yang paling maksimal yaitu perendaman selama 6 jam. Formula B adalah konsentrasi serbuk daun salaon yang paling tinggi yaitu 15%. Dari tabel (4.1) dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi serbuk daun salaon, hasil pewarnaannya menjadi lebih terang. Hal ini disebabkan karena pengaruh jumlah serbuk daun salaon semakin banyak memberikan warna yang dominan dibandingkan dengan warna yang dihasilkan serbuk daun salaon yang konsentrasinya lebih rendah


(55)

dalam formula, namun adanya serbuk daun salaon dapat menghasilkan variasi warna yang lebih banyak.

4.3 Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Hasil Perwarnaan Rambut Uban

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada Tabel 4.1, di bawah ini yang diambil dari formula A karena sangat jelas perubahan warna yang dihasilkan seperti pada Gambar 4.7 berikut:

a b c

Gambar 4.7 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban Keterangan:

a = Perendaman selama 2 jam b = Perendaman selama 4 jam c = Perendaman selama 6 jam

Pencampuran serbuk daun salaon, serbuk gambir, serbuk biji alpukat dan kapur dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).


(56)

Daya lekat zat warna campuran serbuk ini juga semakin kuat dengan dilakukannya perendaman secara bertahap selama 1-6 jam. Dapat dilihat pada perendaman 6 jam (formula C) menghasilkan warna yang lebih gelap yaitu coklat sedang.

Hasil pengamatan secara visual terhadap perendaman rambut uban diperoleh perubahan warna paling jelas dalam formula C yaitu menjadi coklat sedang, yang terdiri dari serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 15%, serbuk biji alpukat 10%, dan kapur tohor 2%. Kemudian formula inilah yang digunakan untuk uji evaluasi.

4.4 Hasil Evaluasi

4.4.1 Stabilitas warna terhadap pencucian

Berdasarkan uji stabilitas warna terhadap pencucian diperoleh hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna rambut setelah lima belas kali pencucian seperti terlihat pada Gambar 4.8 berikut:

a b c d e Gambar 4.8. Stabilitas warna terhadap pencucian

Keterangan:

a = sebelum pencucian b = 1 kali pencucian c = 5 kali pencucian d = 10 kali pencucian


(57)

Warna rambut sebelum dan setelah pencucian masih terlihat sama, tidak terjadi perubahan. Warna rambut uban tetap stabil terhadap pencucian karena adanya pencampuran zat warna alam dengan zat pengikat warna. Campuran tersebut dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut sebab zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut (Ditjen POM,1985).

4.4.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari

Pengujian dilakukan dengan memaparkan rambut selama 5 jam di bawah sinar matahari yaitu dari pukul 1000-1500 WIB, yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:

a b

Gambar 4.9. Stabilitas warna terhadap sinar matahari Keterangan:

a = Warna rambut sebelum dipaparkan di bawah sinar matahari langsung b = Warna rambut setelah dipaparkan di bawah sinar matahari langsung

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa warna rambut tetap stabil sebelum dan sesudah pemaparan terhadap sinar matahari.

4.4.3 Uji biologis (Uji iritasi)

Uji iritasi dilakukan dengan cara kulit sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol (diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna rambut yang telah disiapkan dioleskan dengan


(58)

menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan, komposisi, dan kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah dalam formulasi sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik (Ditjen POM, 1985).

Tabel 4.2. Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.

Sukarelawan

Pernyataan Eritema Eritema

dan Papula Eritema, Papula, dan Vesikula Edema dan Vesikula

I 0 0 0 0

II 0 0 0 0

III 0 0 0 0

IV 0 0 0 0

V 0 0 0 0

VI 0 0 0 0

VII 0 0 0 0

VIII 0 0 0 0

IX 0 0 0 0

X 0 0 0 0

Keterangan:

0 = Tidak ada reaksi + = Eritema

++ = Eritema dan papula

+++ = Eritema, papula, dan vesikula

++++ = Edema dan vesikula (Ditjen POM, 1985).

Uji ini dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula C yang terdiri dari serbuk daun salaon 10%, serbuk gambir 15%, serbuk biji alpukat 10%, dan kapur tohor 2%. Tabel 4.2 di atas menunjukkan


(59)

bahwa formula sediaan pewarna rambut yang digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Campuran serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.), serbuk gambir

(Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), serbuk biji alpukat (Persea americana Mill) dan kapur tohor dapat digunakan dalam sediaan pewarna rambut dengan menghasilkan warna dari pirang sedang sampai coklat sedang.

2. Pewarnaan terbaik diperoleh dari formula C yang terdiri dari serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) 10%, serbuk gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) 15%, serbukbiji alpukat (Persea americana Mill) 10% dan kapur tohor 2% yang menghasilkan warna coklat sedang.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.) dengan tumbuhan lain yang dapat menghasilkan warna baru untuk pewarna rambut.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007). Batu Kapur. Diakses tangaal 4 Mei 2011. http://www.google.com.

Anonim, (2011). Pewarna Alami Biji Alpukat. Diakses 26 April 2014 http://www.google.com.

Achmad, dan Hakim, E.H. (2008). Tumbuh-Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung: ITB. Hal. 284.

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 21-23.

Amos. (2010). Kandungan Katekin Gambir Sentra Produksi Di Indonesia. Jurnal Standarisasi. 13(3): 1-3.

Astawan, M. (2008). Sehat Dengan Buah. Jakarta: Dian Rakyat. Hal. 2-7.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Hal. 1-12, 83-86.

Dalton, J.W. (1985). The Professional Cosmetologist. Edisi ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Hal. 202, 210-233.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 85-86, 208-219.

Fitrihana, N. (2007). Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam Dari Tumbuhan Di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Diakses 8 Maret 2014 [www.batikindonesia.com].

Hariana, H.A. (2004). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Bogor: Salemba Medika. Hal. 114.

Hayani, E. ((2003). Analisis Kadar Catechin Dari Gambir Dengan Berbagai Metode. Jurnal Teknik Pertanian. 8(1): 31.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid Dua. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Hal. 965.

Lemmens, R.H.M.J. (1992). Plant Resources of South-East Asia No.3. Bogor: Porsea Foundation. Hal. 20, 81, 83.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Hal. 432.

Muzayyinah. (2012). Jejak Evolusi dan Spesiasi Marga Indigofera. Jurnal Biologi IPB. 5(2): 1-2.


(62)

Niessen, S. (2009). Legacy In Cloth Batak Textiles of Indonesia. Leiden: KITLV Press. Hal. 434.

Putro, D.S. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Hal. 12-15. Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-enam.

Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB Press. Hal. 191.

Rostamailis, Hayatunnufus, dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Hal. 21-22, 397.

Scott, O.P., Callahan, M.G., Faulkner, R.M., dan Jenkins, M.L. (1976). Textbook of Cosmetology. London: Prentice-Hall Inc. Hal. 32-33, 208-209.

Soepardiman, L. (2010). Kelainan Rambut. Dalam Buku: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Editor: Adhi Djuanda. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 301.

Suheryanto, D. (2012). Zat Warna Alam Indigo (Indigofera tinctoria). Jurnal Teknik Kimia UPN Veteran. 3(1): 2.

Steenis, V. (2005). Flora. Jakarta. PT. Pradnya Paramita. Hal. 235.

Swadhini. (2011). Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Five Medical Plants Against Myrotechium sp. Journal Microbiology VIT Universty Vellore India. 2(1): 6.

Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 404.

Tranggono, R.l., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33-37.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 126-127.


(63)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alir pembuatan serbuk daun salaon

Disortasi

Dipisahkan dari tangkai daunnya Dicuci, lalu ditiriskan

Ditimbang (sebagai berat daun segar)

Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruangan Ditimbang (sebagai berat kering)

Dihaluskan dengan cara diblender Diayak dengan ayakan mesh 60 Ditimbang

Daun salaon 3,0 Kg

Simplisia kering 950 gram Daun salaon


(64)

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan serbuk biji alpukat

Disortasi

Dipisahkan dari kulitnya Dicuci, lalu ditiriskan

Ditimbang (sebagai berat segar)

Diiris-iris

Dikeringkan pada suhu 40-500 C selama 3 hari

Ditimbang (sebagai berat kering)

Dihaluskan dengan cara diblender Diayak dengan ayakan mesh 60 Ditimbang

Biji alpukat 1500 gram

Simplisia kering 670 gram Biji alpukat


(65)

(66)

(67)

(68)

Lampiran 6. Gambar tumbuhan yang digunakan

a

b

Keterangan: a. Gambar tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria L.)


(69)

Lampiran 7. Gambar buah alpukat (Persea americana Mill)

c

Lampiran 8. Gambar mikroskopik tumbuhan


(70)

Lampiran 9. (Lanjutan)

b

c

Keterangan: a. Gambar daun salaon (Indigofera tinctoria L.) b. Gambar biji alpukat (Persea americana Mill) c. Gambar irisan biji alpukat


(71)

Lampiran 10. Gambar serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.)

Lampiran 11. Gambar serbuk ekstrak daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)


(72)

Lampiran 12. Gambar serbuk biji alpukat (Persea americana Mill)


(73)

(74)

Lampiran 15. Format surat pernyataan uji iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur : Jenis kelamin : Alamat :

Menyatakan bersedia mernjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian Hartian Lubis dengan judul penelitian Studi Penggunaan Campuran Serbuk Daun Salaon (Indigofera tinctoria L.), Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), Biji Alpukat (Persea americana Mill) Dan Kapur Tohor Dalam Sediaan Pewarna Rambut dan memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985).

1. Wanita

2. Usia antara 20 – 30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2014 Tertanda


(1)

Lampiran 7. Gambar buah alpukat (Persea americana Mill)

c


(2)

Lampiran 9. (Lanjutan)

b

c

Keterangan:a.Gambar daun salaon (Indigofera tinctoria L.) b. Gambar biji alpukat (Persea americana Mill) c. Gambar irisan biji alpukat


(3)

Lampiran 10. Gambar serbuk daun salaon (Indigofera tinctoria L.)

Lampiran 11. Gambar serbuk ekstrak daun gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)


(4)

Lampiran 12. Gambarserbuk biji alpukat (Persea americana Mill)


(5)

(6)

Lampiran 15. Format surat pernyataan uji iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur : Jenis kelamin : Alamat :

Menyatakan bersedia mernjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian Hartian Lubis dengan judul penelitian Studi Penggunaan Campuran Serbuk Daun Salaon (Indigofera tinctoria L.), Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), Biji Alpukat (Persea americana Mill) Dan Kapur Tohor Dalam Sediaan Pewarna Rambut dan memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985).

1. Wanita

2. Usia antara 20 – 30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2014 Tertanda