Proses Komunikasi Dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang)

PROSES KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN NILAI-NILAI
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK
(Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang)

SYF. AMINAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Proses Komunikasi dan
Perubahan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus :
Tradisi Pantang Larang) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2007


Syf. Aminah
NRP. P054040131

ABSTRAK

SYF. AMINAH. 2007. Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya
Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang). Dibimbing
oleh DJUARA P. LUBIS dan TOHA NURSALAM.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan tradisi pantang larang terutama
dalam prosesi perkawinan, kehamilan dan kelahiran pada masyarakat Melayu
Pontianak; (2) Untuk mempelajari pola dan perubahan komunikasi tradisi pantang
larang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus,
yaitu tradisi pantang larang. Wawancara dilakukan pada Sultan Istana Kadriah
Pontianak, Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Kota Pontianak,
tokoh adat Melayu Pontianak dan beberapa generasi tua dan generasi muda
masyarakat Melayu Pontianak. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi tradisi pantang larang
mengalami perubahan terhadap pola komunikasi pada masyarakat Melayu
Pontianak, terbukti dari : (1) Proses komunikasi tradisi pantang larang telah

mengalami perubahan pola komunikasi di masyarakat Melayu Pontianak. Pola
sikap, pola kelakuan dan pola sarana dalam menjalani pantang larang perkawinan,
kehamilan dan kelahiran memberikan perubahan terhadap makna pesan pantang
larang bagi generasi tua dan generasi muda. Generasi muda tetap melaksanakan
tradisi pantang larang hanya saja memaknai pesan pantang larang sesua i dengan
kondisi pada masa kini; (2) Faktor yang mempengaruhi perubahan pola sikap,
pola kelakuan dan pola sarana pada tradisi pantang larang generasi muda, yaitu
faktor penduduk yang heterogen, pendidikan formal yang maju dan faktor sikap
masyarakat; (3) Pola dan perubahan komunikasi tradisi pantang larang terjadi
pada proses komunikasi berupa proses ajar didik, sanksi, ritus kolektif dan alokasi
posisi, sumber informasi dan pesan informasi. Semua ini mempengaruhi pola
sikap, pola kelakuan dan pola sarana generasi muda masyarakat Melayu Pontianak
dalam melaksanakan pantang larang.
Kata kunci: proses komunikasi, pola sikap, pola kelakuan

ABSTRACT
SYF. AMINAH. 2007. The Communication Processes and Change of Culture
Values of Malay Society in Pontianak (Case Study : Taboo and Restriction
Tradition). Under the directio n of DJUARA P. LUBIS and TOHA NURSALAM
The objectives of this research are (1) to describe taboo and restriction tradition

especially in the marriage ceremonial, pregnancy and birth rituals of Malay
Society in Pontianak; (2) to study the patterns and the change of communication
the taboo and restriction tradition. The qualitative approach is used within case
study design. The interview had been done to Sultan Istana Kadriah Pontianak, to
Head of History Study and Traditional Values Board of Pontianak, MannerFigure of Malay Society in Pontianak and some old and young generations from
Malay Society in Pontianak. Then, the data is analyzed descriptive ly. The result
show that (1) the communication processes of taboo and restriction tradition have
change communication patterns for Malay society in Pontianak. Attitude, behavior
and means pattern to do the taboo and restriction tradition in marriage, pregnancy
and birth rituals caused change in the message meaning in of taboo and restriction
tradition for old and young og generation. The old generations did the taboo and
restriction tradition with first faith while the young generations also still did it
with the reasons that of adapted to present; (2) factors that influenced the change
are heterogenily population, better formal education, and attitude of society;
(3) the pattern and the change of communication of taboo and restriction tradition
were happened in doctrine processes, the sanctions, collective rites and position
placement. All of it was influenced by attitude, behavior and means patterns of
young generations from Malay society in Pontianak to do the taboo and restriction
tradition.
Keyword: communication processes, attitude and behavior patterns


© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

PROSES KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN NILAI-NILAI
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK
(Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang)

SYF. AMINAH

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2007

Judul Tesis

: Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya
Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus : Tradisi
Pantang Larang)

Nama Mahasiswa : Syf. Aminah
NRP

: P054040131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P Lubis, MS
Ketua


Ir. Toha Nursalam, M.Si
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. H. Sumardjo, MS

Tanggal Ujian : 23 Januari 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menye lesaikan tesis dengan baik. Tesis dengan
judul Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu
Pontianak (Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang) disusun sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains
(S2) dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Ir. Toha Nursalam, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam penulisan
tesis ini.
2. Dr. Ir. Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, serta seluruh staf pengajar yang
telah membekali ilmu bagi penulis.
3. Dra. Krishnarini Matindas, MS yang telah bersedia sebagai penguji luar
komisi.
4. Penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada Ibunda Tercinta
Hj. Zubaidah Hasan Almuthahar dan saudara serta keponakan (Mbo’ Ai
dan bang Saleh, Mbo’ Laila dan Bang Amed, Mbo’ Ida dan Bang Dolah,

Bang Faisal dan Kak Bani, Kak Yuli dan Bang Iwan serta Nia, Rara, Riris,
Nadia, Tifa, Tia, Dede, Ary dan Zaki yang tersayang) atas do’a, dukungan
dan pengorbanannya selama ini.
5. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak, beserta
seluruh jajarannya dan seluruh rekan seangkatan (Kak Sri, Kak Ipat,
Kak Hesti, Kak Ijun, Kak Ita dan Kak Ifit).
6. Teman-teman terbaikku ”Gank Ijo” (Bang Dony, Eka dan Taufik, Ita,
Nana, Mulia dan Fany).
7. Teman-teman KMP 2004 terutama Kak Tata, ayuk Ica, Dini, Bu Yuni, atas
persaudaraan dan kebersamaan serta Pak Narso, Peggy, dan lain- lain atas
canda tawa, bantuan, diskusi dan kebersamaan selama perkuliahan dan
Mbak Lia sekretaris KMP atas semua bantuannya selama ini serta
dukungan teman-teman program Pascasarjana dari Kalimantan Barat.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna karena
kesempurnaan hanya milik Allh SWT. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu komunikasi.

Bogor, Januari 2007

Syf. Aminah


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 11 September 1980 dari
Pasangan Sy. Hasan Alwi Almuthahar (Alm) dan Syf. Hj. Zubaidah Ali
Almuthahar. Penulis merupakan anak terkahir dari enam bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak, Sekolah Menengah
Pertama Negeri 4 Pontianak dan Mandrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak Lulus
tahun 1999. Tahun yang sama masuk pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pontianak (S1) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
lulus tahun 2003. Tahun 2004, penulis diterima pada Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan untuk (S2) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak sejak
tahun 2003. Penulis juga pernah bekerja sebagai staf warung Informasi dan
Teknologi (Warintek) PADI Pontianak pada tahun 2001-2004 dan reporter radio
Volare Pontianak pada tahun 2002-2003.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

iv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….

1

Rumusan Masalah ……………………………………………………

3


Tujuan Penelitian …………………………………………………….

4

Kegunaan Penelitian ………………………………………………….

4

TINJUAN PUSTAKA
Pantang Larang dalam Masyarakat Melayu Pontianak ………………

5

Masyarakat Melayu Pontianak .............................................................

6

Proses Komunikasi dan Kebudayaan …………………………………

9

Pola Komunikasi dan Perubahan Sosial ………………………………

27

KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………….........

32

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian ……………………………………………………..

35

Jenis dan Metode Penelitian ………………………………………….

35

Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………

35

Sumber Data ………………… …………………………………….....

37

Analisis Data ………………………………………………………….

38

Validitas dan Reliabilitas ......................................................................

40

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Gambaran Umum Kota Pontianak …………….……………………...

43

Sejarah Kota Pontianak …………………………………………….…

46

Masyarakat Melayu Pontianak Timur ………………...........................

48

PROSES KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN NILAI-NILAI
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK
(Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang)

SYF. AMINAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Proses Komunikasi dan
Perubahan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus :
Tradisi Pantang Larang) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2007

Syf. Aminah
NRP. P054040131

ABSTRAK

SYF. AMINAH. 2007. Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya
Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang). Dibimbing
oleh DJUARA P. LUBIS dan TOHA NURSALAM.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan tradisi pantang larang terutama
dalam prosesi perkawinan, kehamilan dan kelahiran pada masyarakat Melayu
Pontianak; (2) Untuk mempelajari pola dan perubahan komunikasi tradisi pantang
larang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus,
yaitu tradisi pantang larang. Wawancara dilakukan pada Sultan Istana Kadriah
Pontianak, Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Kota Pontianak,
tokoh adat Melayu Pontianak dan beberapa generasi tua dan generasi muda
masyarakat Melayu Pontianak. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi tradisi pantang larang
mengalami perubahan terhadap pola komunikasi pada masyarakat Melayu
Pontianak, terbukti dari : (1) Proses komunikasi tradisi pantang larang telah
mengalami perubahan pola komunikasi di masyarakat Melayu Pontianak. Pola
sikap, pola kelakuan dan pola sarana dalam menjalani pantang larang perkawinan,
kehamilan dan kelahiran memberikan perubahan terhadap makna pesan pantang
larang bagi generasi tua dan generasi muda. Generasi muda tetap melaksanakan
tradisi pantang larang hanya saja memaknai pesan pantang larang sesua i dengan
kondisi pada masa kini; (2) Faktor yang mempengaruhi perubahan pola sikap,
pola kelakuan dan pola sarana pada tradisi pantang larang generasi muda, yaitu
faktor penduduk yang heterogen, pendidikan formal yang maju dan faktor sikap
masyarakat; (3) Pola dan perubahan komunikasi tradisi pantang larang terjadi
pada proses komunikasi berupa proses ajar didik, sanksi, ritus kolektif dan alokasi
posisi, sumber informasi dan pesan informasi. Semua ini mempengaruhi pola
sikap, pola kelakuan dan pola sarana generasi muda masyarakat Melayu Pontianak
dalam melaksanakan pantang larang.
Kata kunci: proses komunikasi, pola sikap, pola kelakuan

ABSTRACT
SYF. AMINAH. 2007. The Communication Processes and Change of Culture
Values of Malay Society in Pontianak (Case Study : Taboo and Restriction
Tradition). Under the directio n of DJUARA P. LUBIS and TOHA NURSALAM
The objectives of this research are (1) to describe taboo and restriction tradition
especially in the marriage ceremonial, pregnancy and birth rituals of Malay
Society in Pontianak; (2) to study the patterns and the change of communication
the taboo and restriction tradition. The qualitative approach is used within case
study design. The interview had been done to Sultan Istana Kadriah Pontianak, to
Head of History Study and Traditional Values Board of Pontianak, MannerFigure of Malay Society in Pontianak and some old and young generations from
Malay Society in Pontianak. Then, the data is analyzed descriptive ly. The result
show that (1) the communication processes of taboo and restriction tradition have
change communication patterns for Malay society in Pontianak. Attitude, behavior
and means pattern to do the taboo and restriction tradition in marriage, pregnancy
and birth rituals caused change in the message meaning in of taboo and restriction
tradition for old and young og generation. The old generations did the taboo and
restriction tradition with first faith while the young generations also still did it
with the reasons that of adapted to present; (2) factors that influenced the change
are heterogenily population, better formal education, and attitude of society;
(3) the pattern and the change of communication of taboo and restriction tradition
were happened in doctrine processes, the sanctions, collective rites and position
placement. All of it was influenced by attitude, behavior and means patterns of
young generations from Malay society in Pontianak to do the taboo and restriction
tradition.
Keyword: communication processes, attitude and behavior patterns

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

PROSES KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN NILAI-NILAI
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK
(Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang)

SYF. AMINAH

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

: Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya
Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus : Tradisi
Pantang Larang)

Nama Mahasiswa : Syf. Aminah
NRP

: P054040131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P Lubis, MS
Ketua

Ir. Toha Nursalam, M.Si
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. H. Sumardjo, MS

Tanggal Ujian : 23 Januari 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menye lesaikan tesis dengan baik. Tesis dengan
judul Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu
Pontianak (Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang) disusun sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains
(S2) dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Ir. Toha Nursalam, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam penulisan
tesis ini.
2. Dr. Ir. Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, serta seluruh staf pengajar yang
telah membekali ilmu bagi penulis.
3. Dra. Krishnarini Matindas, MS yang telah bersedia sebagai penguji luar
komisi.
4. Penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada Ibunda Tercinta
Hj. Zubaidah Hasan Almuthahar dan saudara serta keponakan (Mbo’ Ai
dan bang Saleh, Mbo’ Laila dan Bang Amed, Mbo’ Ida dan Bang Dolah,
Bang Faisal dan Kak Bani, Kak Yuli dan Bang Iwan serta Nia, Rara, Riris,
Nadia, Tifa, Tia, Dede, Ary dan Zaki yang tersayang) atas do’a, dukungan
dan pengorbanannya selama ini.
5. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak, beserta
seluruh jajarannya dan seluruh rekan seangkatan (Kak Sri, Kak Ipat,
Kak Hesti, Kak Ijun, Kak Ita dan Kak Ifit).
6. Teman-teman terbaikku ”Gank Ijo” (Bang Dony, Eka dan Taufik, Ita,
Nana, Mulia dan Fany).
7. Teman-teman KMP 2004 terutama Kak Tata, ayuk Ica, Dini, Bu Yuni, atas
persaudaraan dan kebersamaan serta Pak Narso, Peggy, dan lain- lain atas
canda tawa, bantuan, diskusi dan kebersamaan selama perkuliahan dan
Mbak Lia sekretaris KMP atas semua bantuannya selama ini serta
dukungan teman-teman program Pascasarjana dari Kalimantan Barat.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna karena
kesempurnaan hanya milik Allh SWT. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu komunikasi.

Bogor, Januari 2007

Syf. Aminah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 11 September 1980 dari
Pasangan Sy. Hasan Alwi Almuthahar (Alm) dan Syf. Hj. Zubaidah Ali
Almuthahar. Penulis merupakan anak terkahir dari enam bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak, Sekolah Menengah
Pertama Negeri 4 Pontianak dan Mandrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak Lulus
tahun 1999. Tahun yang sama masuk pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pontianak (S1) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
lulus tahun 2003. Tahun 2004, penulis diterima pada Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan untuk (S2) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak sejak
tahun 2003. Penulis juga pernah bekerja sebagai staf warung Informasi dan
Teknologi (Warintek) PADI Pontianak pada tahun 2001-2004 dan reporter radio
Volare Pontianak pada tahun 2002-2003.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

iv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….

1

Rumusan Masalah ……………………………………………………

3

Tujuan Penelitian …………………………………………………….

4

Kegunaan Penelitian ………………………………………………….

4

TINJUAN PUSTAKA
Pantang Larang dalam Masyarakat Melayu Pontianak ………………

5

Masyarakat Melayu Pontianak .............................................................

6

Proses Komunikasi dan Kebudayaan …………………………………

9

Pola Komunikasi dan Perubahan Sosial ………………………………

27

KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………….........

32

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian ……………………………………………………..

35

Jenis dan Metode Penelitian ………………………………………….

35

Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………

35

Sumber Data ………………… …………………………………….....

37

Analisis Data ………………………………………………………….

38

Validitas dan Reliabilitas ......................................................................

40

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Gambaran Umum Kota Pontianak …………….……………………...

43

Sejarah Kota Pontianak …………………………………………….…

46

Masyarakat Melayu Pontianak Timur ………………...........................

48

TRADISI PANTANG LARANG PADA MASYARAKAT MELAYU
PONTIANAK
Deskripsi
Umum
Pantang
Larang
Masyarakat
Melayu
Pontianak ...............................................................................................

52

Pantang Larang dalam Prosesi Perkawinan ……………......................

54

Pantang Larang Pada Kehamilan ….......................…………………...

69

Pantang Larang Pada Kelahiran …………………................................

75

Faktor Perubahan Tradisi Pantang Larang ............................................

79

Ikhtisar ………………………………………………………………..

81

POLA DAN PERUBAHAN KOMUNIKASI TRADISI PANTANG
LARANG
Proses Komunikasi dalam Pantang Larang .………………………...

84

Komunikator dalam Komunikasi Pantang Larang ................................

91

Pesan dalam Komunikasi Pantang Larang ............................................

92

Pola dan Perubahan Komunikasi ..........................................................

93

Ikhtisar ………………………………………………………………..

98

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ……………………………………………………………...

101

Saran ………………………………………………………………….

102

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

103

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

106

ii

DAFTAR TABEL
No

Halaman

1.

Luas Wilayah Kecamatan Pontianak Timur Tahun 2005…………

44

2.

Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pontianak
Timur Tahun 2005 ..........................................................................

45

3.

Proses Komunikasi Pada Proses Ajar Didik...................................

88

4.

Pola dan Perubahan Komunikasi Tradisi Pantang Larang .............

95

5.

Perubahan Pola Sikap, Pola Kelakuan dan Pola Sarana Tradisi
Pantang Larang Prosesi Perkawinan ..............................................

95

Perubahan Pola Sikap, Pola Kelakuan dan Pola Sarana Tradisi
Pantang Larang Masa Kehamilan .................................................

96

Perubahan Pola Sikap, Pola Kelakuan dan Pola Sarana Tradisi
Pantang Larang Masa Kelahiran .....................................................

97

6.

7.

iii

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman

1.

Alur Kerangka Berpikir …………………………………............

34

2.

Komponen-komponen Analisa Data : Model Interaktif................

39

iv

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman

1.

Instrumentasi Penelitian .................................................................

106

2.

Daftar Wawawancar .......................................................................

109

3.

Contoh Perbedaan Bahasa Melayu Pontianak dengan Bahasa
Indonesia .........................................................................................

110

Sebaran Penduduk di Kecamatan Pontianak Timur Berdasarkan
Urutan Usia pada Tahun 2005 ........................................................

111

Sebaran Penduduk di Kecamatan Pontianak Timur Berdasarkan
Pendidikan pada Tahun 2005 .........................................................

112

Luas dan Produksi Tanaman Utama di Kecamatan Pontianak
Timur Tahun 2005 ..........................................................................

113

Dokumentasi (Foto) ........................................................................

114

4.

5.

6.

7.

v

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi pengaruh
terhadap perkembangan berbagai aspek kehidupan, seperti sosial, politik, ekonomi
dan budaya. Kondisi seperti itu membawa pula aneka ragam perubahan tatanan
kehidupan manusia termasuk perubahan nilai- nilai budaya. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Koentjaraningrat (1990) menyatakan
budayalah

yang

menyediakan

suatu

kerangka

yang

koheren

untuk

mengorganisasikan aktivitas dan memungkinkan meramalkan perilaku orang lain.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dengan berbagai macam kebudayaan yang dimiliki.
Kebudayaan suatu suku bangsa mempunyai tradisi dengan ciri dan bentuk yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Tradisi melengkapi masyarakat dengan
suatu tatanan mental yang berpengaruh kuat atas sistem moral untuk menilai apa
yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Suatu budaya diekspresikan dalam tradisi, yang memberikan para
anggotanya suatu rasa memiliki dalam suatu keunikan budaya. Sajogyo (1985)
menyatakan bahwa arti tradisi yang paling mendasar adalah ”tradium” yaitu
sesuatu yang diteruskan dari masa lalu ke masa sekarang, bisa berupa benda atau
tindak laku sebagai unsur kebudayaan atau berupa nilai, norma, harapan dan citacita.
Kota Pontianak sebagai ibu kota Propinsi Kalimantan Barat mempunyai
berbagai macam kebudayaan salah satunya adalah kebudayaan Melayu.
Masyarakat Melayu Pontianak mempunyai tradisi yang berlaku di dalam
lingkungan

keluarga

dan

masyarakat

untuk

kelangsungan

hidup

yang

mengandung nilai- nilai luhur. Berbagai macam tradisi bagi masyarakat Melayu
Pontianak berlangsung secara turun temurun dan sangat melekat dalam kehidupan
sehari- hari. Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Melayu
Pontianak adalah pantang larang.

2

Tradisi pantang larang bagi masyarakat Melayu Pontianak merupakan
kepercayaan masyarakat Melayu zaman dahulu berkaitan dengan adat dan warisan
nenek moyang. Tradisi ini bertujuan untuk mendidik masyarakat agar
mengamalkan nilai- nilai murni dalam kehidupan. Pesan yang disampaikan bukan
untuk dipercayai saja tetapi untuk dihayati sebagai makna yang terkandung di
dalam pantang larang yang telah diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
Tradisi pantang larang masyarakat Melayu Pontianak dapat dilihat pada
kehidupan sehari- hari, seperti pantang larang dalam prosesi perkawinan, masa
kehamilan, kelahiran, dan kematian. Dalam penelitian ini yang diamati hanya
pada prosesi perkawinan, kehamilan dan kelahiran.
Pada prosesi perkawinan pantang larang diberlakukan untuk menjalani
serangkaian adat istiadat yang ada dalam masyarakat. Pantang larang larang masa
kehamilan diberikan untuk menanamkan sifat-sifat baik pada calon anak dan
calon ibu sedangkan pantang larang pada masa kelahiran diberikan untuk menjaga
agar seorang ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Sebagian dari tradisi pantang
larang itu berakar dari sejarah mereka sebagai satu suku bangsa Melayu, dan
sebagian lagi berasal dari penyerapan mereka terhadap nilai- nilai yang datang dari
luar, mereka terima karena ternyata nilai-nilai itu serasi dengan sifat-sifat dan
kondisi kehidupan mereka.
Sekarang pelaksanaan proses komunikasi pantang larang tidak lagi
berlangsung sebagaimana dahulu, pantang larang masyarakat Melayu Pontianak
masa dahulu dimana setiap pantang larang harus dilaksanakan karena disampaikan
oleh orang tua sebagai sumber atau komunikator yang menyampaikan pantang
larang menjadikan pantang larang harus dilakukan oleh anaknya, selain itu adanya
pesan pada pantang larang yang ditakutkan akan sanksi yang di dapat bila tidak
melaksanakan pantang larang. Ada perubahan dari masyarakat Melayu Pontianak
sekarang yang memandang tradisi pantang larang tersebut memberikan pengaruh
terhadap perubahan nilai-nilai budaya tradisi pantang larang. Kondisi tersebut
menunjukan adanya perubahan proses komunikasi yang berjalan dari ge nerasi
dahulu dan generasi untuk melaksanakan tradisi pantang larang pada prosesi
perkawinan, masa kehamilan dan kelahiran.

3

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu mengkaji kembali tradisi pantang
larang melalui penelitian ini. Dalam penelitian ini ingin diketahui bagaimana
proses komunikasi dan perubahan nilai- nilai budaya masyarakat Melayu
Pontianak khususnya tradisi pantang larang menjadi amat penting dilakukan.
Selain menunjukkan proses komunikasi pada tradisi pantang larang pada
masyarakat Melayu Pont ianak, juga melihat perubahan yang terjadi dalam setiap
generasi melihat tradisi pantang larang sehingga adanya pola komunikasi baru
yang dilakukan dalam melaksanakan nilai- nilai budaya tradisi pantang larang.

Rumusan Masalah
Awal berdirinya Kota Pontianak sampai sekarang merupakan kota
perdagangan dan jasa menjadikan Kota Pontianak sebagai salah satu tempat
persinggahan orang-orang pendatang. Masyarakat Melayu Pontianak sebagai
penduduk asli tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pergeseran terhadap
berbagai macam tradisi-tradisi yang mengandung nilai- nilai kehidupan yang
semula menjadi pegangan masyarakat akan menjadi hilang dengan masuknya
pengaruh nilai- nilai dari luar. Adanya pengaruh ini menyebabkan perubahan nilainilai yang terkandung dalam tradisi itu.
Keadaan yang demikian juga akan mempengaruhi tradisi-tradisi yang ada
dalam masyarakat, seperti tradisi pantang larang. Aturan-aturan yang ada dalam
pantang larang bukan saja ditinggalkan mungkin akan hilang dalam kehidupan
masyarakat Melayu Pontianak. Hal ini menyebabkan proses komunikasi pada
tradisi pantang larang yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Pontianak juga
akan mengalami perubahan.
Dalam menanggapi masalah ini maka perlu diadakan penelitian tentang
proses komunikasi dan perubahan nilai- nilai budaya masyarakat Melayu
Pontianak pada tradisi pantang larang yang merupakan kepercayaan masyarakat
Melayu zaman dahulu berkaitan dengan adat dan warisan nenek moyang yang
bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mengamalkan nilai- nilai murni dalam
kehidupan.

4

Adapun masalah penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi dan
perubahan nilai-nilai budaya masyarakat Melayu Pontianak pada tradisi pantang
larang.
Fokus masalah penelitian ini adalah :
1. Apa pesan dari tradisi pantang larang dalam prosesi perkawinan, kehamilan
dan kelahiran pada masyarakat Melayu Pontianak?
2. Bagaimana pola dan perubahan komunikasi tradisi pantang larang?

Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan tradisi pantang larang terutama dalam prosesi perkawinan,
kehamilan dan kelahiran pada masyarakat Melayu Pontianak.
2. Untuk mempelajari pola dan perubahan komunikasi tradisi pantang larang.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermafaat bagi masyarakat Melayu dan
generasi penerus Kota Pontianak, yaitu :
1. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat Kota Pontianak tentang nilai- nilai
budaya yang terkandung pada tradisi pantang larang di dalam masyarakat
Melayu Pontianak.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai proses komunikasi dan
perubahan nilai- nilai budaya masyarakat Melayu Pontianak, terutama tradisi
pantang larang.
3. Bahan pertimbangan bagi pemerintah propinsi Kalimantan Barat dan Kota
Pontianak dalam pengambilan kebijakan dalam upaya membangun masyarakat
Malayu dalam menghadapi setiap perubahan secara terus menerus.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pantang Larang dalam Masyarakat Melayu Pontianak
Masyarakat Melayu Pontianak adalah salah satu suku yang ada di kota
Pontianak. Masyarakat Melayu Pontianak memiliki berbagai macam tradisi yang
menarik untuk dikaji. Banyaknya tradisi pada masyarakat Melayu Pontianak yang
diwariskan dari nenek moyang secara turun temurun selalu ditaati dan dijunjung
tinggi bila nilai- nilai budaya yang terkandung sesuai dan tidak bertentangan
dengan agama Islam. Nilai- nilai budaya itu merupakan konsep mengenai apa yang
hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai
apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga
dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada
kehidupan masyarakat.
Sebagai bagian dari adat istiadat, sistem nilai budaya berada di luar dan di
atas diri para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Para
individu itu sejak kecil telah mendapatkan nilai- nilai budaya yang hidup dalam
masyarakatnya sehingga konsepsi-konsepsi itu sejak lama telah berakar dalam
alam jiwa mereka. Sehingga nilai-nilai budaya yang telah ada sukar diganti
dengan nilai- nilai budaya lain dalam waktu singkat.
Hamidy yang dikutip oleh Suhaimi (2002) menyatakan ada tiga sistem
nilai yang hidup dalam arti dipelihara oleh masyarakat, dihayati dan diindahkan
dalam kehidupan Melayu Pontianak, pertama, sistem nilai yang diberikan oleh
agama Islam. Perangkat nilai ini yang amat dipandang mulia oleh masyarakat.
Nilai-nilai yang diberikan oleh agama Islam merupakan nilai yang tinggi
kualitasnya. Oleh sebab itu pelaksanaan nilai ini tidak memerlukan komando atau
perintah dari pihak manapun. Kedua, ialah sistem nilai yang diberikan oleh adat.
Sistem ini memberikan ukuran dan ketentuan-ketentuan terhadap bagaimana
manusia harus berbuat dan bertingkah laku, serta dengan serangkaian sanksi yang
cukup tegas. Sistem nilai yang diberikan oleh adat merupakan hasil pemikiran
yang mendalam dari orang tua terdahulu bagaimana sebaiknya kehidupan
bermasyarakat dapat dia atur. Ketiga, adalah sistem nilai tradisi yang memberikan

6

kebenaran kepada sistemnya melalui mitos- mitos. Dalam hal ini kadang-kadang
sejajar dengan manusia tetapi bisa pula dipandang lebih tinggi dari manusia.
Dari ketiga sistem nilai di atas, sistem nilai yang diberikan oleh tradisi
yang paling banyak mewarnai tingkah laku kehidupan sosial masyarakat
Pontianak khususnya pada tradisi pantang larang. Hal ini karena nilai- nilai tradisi
mudah dan lebih dahulu dicerna oleh setiap anggota masyarakat, karena nilai- nilai
inilah ya ng lebih awal diperkenalkan dalam perkembangan hidup bermasyarakat.
Perangkat nilai ini selalu bersentuhan dengan kehidupan mereka sehari- hari.
Tradisi pantang larang orang Melayu merupakan kepercayaan masyarakat
Melayu zaman dahulu berkaitan dengan adat dan warisan nenek moyang.
Kebanyakan adalah bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mengamalkan
nilai- nilai murni dalam kehidupan, pesan yang disampaikan bukan untuk
dipercayai tetapi untuk dihayati makna yang terkandung di dalam pantang larang
yang telah diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Tradisi pantang
larang juga mempunyai arti memberikan manfaat dalam hidup setiap orang.
Pelaksanaan tradisi pantang larang yang mengalami perubahan pada
proses komunikasi oleh setiap generasi yang beranggapan bahwa makna pesan
pada tradisi pantang larang sesuai dengan kehidupan sekarang.

Masyarakat Melayu Pontianak
Menurut Koentjaraningrat (1990) konsep yang tercakup dalam istilah suku
bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat kesadarannya dan identitasnya
akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas seringkali (tidak
selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
Sejarah kelompok suku Melayu adalah kelompok masyarakat yang berasal
dari anak benua dan kepulauan yang berpusat di Asia Tenggara yang meliputi
Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Burma, Kamboja dan lain- lain.
Anggota kelompok ini telah lama mendiami rantau ini, namun secara tepatnya
belum ada kepastian bagaimana mereka bisa berada di wilayah nusantara dan dari
mana mereka datang.
Sejarah terbentuknya komunitas Melayu tidak terlepas dari sejarah
perkembangan agama Islam di Kalimantan Barat. Kedatangan orang asing dari

7

Asia seperti Arab, India dan Cina yang telah memeluk agama Islam membawa
kehidupan baru bagi masyarakat dimana mereka kemudian menetap dan
mengikuti gaya hidup setempat. Di antara para penyebar agama Islam yang
mendapat tempat di hati masyarakat adalah orang Arab yang bahkan mendapat
kewibawaan sebagai seorang Syarif.
Di Propinsi Kalimantan Barat suku Melayu adalah suku mayoritas yang
tersebar di kawasan pesisir atau pantai, dan mereka merupakan anggota kelompok
suku yang telah lama bermukim di daerah ini. Bahkan secara umum suku Melayu
dikenal sebagai salah satu penduduk asli Propinsi Kalimantan Barat selain suku
Dayak yang lebih banyak tinggal di daerah pedalaman Kalimantan Barat.
Suku Melayu sebenarnya serumpun dengan suku Dayak. Hanya saja
kedatangan mereka ke Kalimantan Barat dilakukan melalui dua tahap, yaitu pada
tahap pertama kedatangan kelompok suku Dayak (sering juga disebut dengan
“Melayu Tua”). Kedatangan kelompok pertama ini mereka langsung datang ke
wilayah ini tanpa melalui proses persinggahan ke tempat lain di wilayah
Nusantara dan hal ini terjadi jauh sebelum agama Islam masuk ke Nusantara,
tetapi diperkirakan setelah Nusantara terpisah dari daratan Asia (Alqadrie, 1992).
Tahap kedua adalah kelompok suku Melayu ke Kalimantan Barat dengan
melalui proses persinggahan terlebih dahulu dalam perjalannya, seperti : Thailand,
Kamboja, Filipina dan Malays ia dimana kedatangan gelombang kedua ini
diperkirakan pada permulaan masuknya ajaran Islam ke Nusantara ini.
Menurut Alqadrie (1992) dalam kehidupan sehari- hari adalah sangat sulit
untuk mendapatkan konsep atau arti dari nama atau sebutan Melayu di Kota
Pontianak. Sangat sulit untuk dapat membedakan antara pengertian “Melayu”
sebagai kelompok etnis atau suku dan “Melayu” dalam pengertian yang luas.
Kesulitan ini dikarenakan, khusus untuk Propinsi Kalimantan Barat pengertian
“Melayu” dalam kehidupan sehari- hari tidak dapat dipisahkan dengan agama
Islam sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu di
Kalimantan Barat.
Walaupun demikian, pada umumnya masyarakat Melayu di Kalimantan
Barat bisa dibedakan, misalnya mereka kebanyakan bermukim disepanjang pesisir
daerah pantai atau sungai. Ditambah lagi, keberadaan kelompok suku bangsa

8

Melayu di Kalimantan Barat ini umumnya dan Kota Pontianak khususnya, tidak
dapat dipisahkan dari peninggalan beberapa kerajaan yang pernah terdapat di
Propinsi Kalimantan Barat, seperti : Kesultanan Pontianak, Kesultanan Sambas,
Kerajaan Matan di Ketapang dan beberapa Kerajaan kecil (penembahan) yang
terdapat pada beberapa kabupaten. Selanjut nya bekas Kerajaan Melayu di
Kalimantan Barat memiliki hubungan historis dengan beberapa Kerajaan Melayu
yang masih bertahan dengan Kerajaan Brunai Darussalam dan Kerajaan Melayu
di Malaysia. Umumnya masyarakat yang berasal dari bekas Kerajaan tersebut
menganggap kelompok mereka sebagai bagian dari kelompok suku bangsa
Melayu di Kalimantan Barat.
Dalam adat istiadat perbedaannya tidak begitu terlihat karena adat istiadat
itu didasarkan atas sumber yang sama yaitu ajaran agama Islam, sehingga
pengertian Islam dan Melayu di daerah ini sangat identik sekali. Masuk Islam dari
agama lain disebut juga masuk Melayu dan masuk Melayu berarti berganti atau
berpindah agama dari bukan Islam menjadi Islam.
Menurut Nurahmawati (2002) jika dilihat dari unsur kebudayaan lainnya
diantara beberapa sub kelompok suku Melayu tersebut, tidak terdapat perbedaan
yang mendasar atau mencolok, hal ini dikarenakan kebudayaan Melayu
Kalimantan Barat pada umumnya dan kebudayaan Melayu Pontianak pada
khususnya sangat kental atau sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan
Islam.
Suku bangsa Melayu adalah suatu kelompok suku yang mengaku dirinya
sebagai suku bangsa Melayu, menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
komunikasi sehari- hari dan beragama Islam. Identitas suku bangsa Melayu
didasarkan pada :
1. Agama Islam
2. Bahasa Melayu
3. Istiadat Melayu
Karakteristik masyarakat di Kalimantan Barat umumnya, dan masyarakat
Melayu Pontianak Timur khususnya, masyarakat dan kebudayaannya cukup
banyak dipengaruhi oleh nilai- nilai Islam. Oleh karena itu masyarakat Melayu
Pontianak Timur sangat mencintai agamanya dan mengidentikkan Melayu dengan

9

Islam. Sebagian masyarakat dari suku lain cenderung menganggap suku Melayu
terutama Melayu Pontianak Timur sangat “fanatik” dengan agama yang
dianutnya. Demikian pula dengan adat istiadat mereka, karena dalam adat Melayu
disebutkan bahwa adat bersendikan hukum Syara’ dan Syara’ bersendikan pada
Kitabullah (Al-Qur’an).
Menurut Dewi (1998) secara umum, masyarakat melayu mempunyai lima
falsafah dan berlandaskan lima dasar, yaitu :
1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal, demokratis dan bermusyawarah.
2. Melayu itu budaya, yang sifatnya Nasional dalam bahasa, sastra, tari, pakaian,
tersusun dalam tingkah laku dan lain- lain.
3. Melayu itu beradat, yang sifatnya regional, kedaerahan dalam Bhineka
Tunggal Ika, dengan tepung tawar, pakai pulut kuning, dan lain- lain yang
mengikat tua dan muda.
4. Melayu itu berturai, yang tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib,
mengutamakan ketentraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan
harga menghargai timbal balik. Bebas tetapi terikat dalam masyarakat.
5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan
dan ilmu kebatinan agama dan mistik, agar bermarwah dan disegani orang
untuk kebaikan umum.

Proses Komunikasi dan Kebudayaan
Komunikasi dan Kebudayaan
Setiap praktik komunikasi pada dasarnya adalah suatu representasi budaya.
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah
komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Hubungan antara budaya
dan komunikasi adalah timbal balik. Porter dan Samovar yang dikutip oleh
Mulyana (1996) berpendapat bahwa kebudayaan akan mempengaruhi komunikasi.
Antara keduanya tidak dapat dipisahkan, karena kebudayaan tidak hanya
menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana orang
menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk
mengirim,

memperhatikan

dan

menafsirkan

pesan.

Sebenarnya

seluruh

perbendaharaan perilaku seseorang sangat tergantung pada kebudayaan dimana

10

orang itu dibesarkan. Konsekuensinya, kebudayaan merupakan landasan
komunikasi. Bila kebudayaan beraneka ragam, maka beraneka ragam pula
praktik-praktik komunikasi. Lebih jauh dinyatakan pula bahwa perilaku setiap
orang mengandung makna yang dapat dipelajari dan diketahui, dan perilaku
tersebut terikat dengan kebudayaan.
Kemiripan kebudayaan dalam persepsi memungkinkan pemberian makna
yang mirip pula terhadap suatu objek sosial atau suatu peristiwa. Cara-cara
berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi, bahasa, gaya dan perilaku-perilaku
nonverbal seseorang, semua itu terutama merupakan respon terhadap dan fungsi
kebudayaan orang tersebut. Sebagaimana kebudayaan berbeda antara satu dengan
yang lainnya, maka praktek dan perilaku komunikasi individu- individu yang
diasuh dalam budaya-budaya tersebut pun akan berbeda pula.
Smith yang dikutip oleh Sunarwinadi (2000) menerangkan hubungan yang
tidak dapat terpisahkan antara komunikasi dan kebudayaan. Kebudayaan
merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki
bersama, untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi,
sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang- lambang yang harus
dipelajari dan dimiliki bersama.
Untuk lebih mengerti hubungan antara komunikasi dan kebudayaan, ada
manfaatnya bila ditinjau dari sudut perkembangan masyarakat, perkembangan
kebudayaan serta peranan komunikasi dalam proses perkembangan tersebut.
Dapat dipahami bahwa dalam corak hubungan apapun yang terus berlangsung,
beberapa simbol, pengertian, aturan serta pola verbal dan non verbal khusus
tertentu berkembang sebagai akibat alami dari pemprosesan data resiprokal antara
orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dalam konteks hubungan komunikasi dan kebudayaan, Dahlan (1983)
berpandangan bahwa setiap tindakan komunikasi manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor dalam kehidupan dan perkembangan dirinya, namun pengaruh
yang barangkali paling menentukan dalam memberikan konteks terhadap
peristiwa komunikasi adalah yang datang dari faktor kebudayaan.
Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan
saling menentukan. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktivitas

11

para individu anggotanya. Hubungan kebudayaan dan komunikasi nampak jelas
dilakukan dalam masyarakat. Di satu pihak, jika bukan karena kemampuan
manusia untuk menciptakan bahasa simbolik, tidak dapat dikembangkan
pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai- nilai, aturan-aturan dan tata upacara,
yang memberikan batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan, organisasiorganisasi dan masyarakat yang terus berlangsung. Demikian pula, tanpa
komunikasi tidak mungkin untuk mewariskan unsur- unsur kebudayaan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Komunikasi juga merupakan sarana yang dapat
menjadikan individu sadar akan dan menyesuaikan diri dengan subbudayasubbudaya dan kebudayaan asing yang dihadapi. Tepat kiranya jika dikatakan
bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui
komunikasi.
Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Seorang
antropolog E.B. Tylor yang dikutip oleh Soekanto (2005) memberikan definisi
kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat- istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau
dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari
segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya,
mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan atau bertindak
Kim yang dikutip oleh Sunarwinadi (2000) mendefinisikan budaya sebagai
kumpulan pola-pola kehidupan yang dipelajari oleh sekelompok manusia tertentu
dari generasi- generasi sebelumnya dan akan diteruskan ke generasi mendatang,
kebudayaan tertanam dalam diri individu sebagai pola-pola persepsi yang diakui
dan diharapkan oleh orang-orang lainnya dalam masyarakat. Secara formal
budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam

12

semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang
dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
Dodd yang dikutip oleh Sunarwinadi (2000) melihat kebudayaan sebagai
konsep yang bergerak melalui suatu kontinum. Mulai dari kognisi dan keyakinan
mengenai orang-orang lain dan diri sendiri, termasuk nilai- nilai, sampai dengan
pola-pola tingkah laku. Adat kebiasaan (norms) dan praktek-praktek kegiatan
(activities) merupakan bagian dari norma- norma kebudayaan, yakni model- model
perilaku yang sudah diakui dan diharuskan. Ruben yang dikutip oleh Sunarwinadi
(2000) menyebutkan beberapa karakteristik dari kebudayaan, yaitu (1) kompleks
dan banyak segi, (2) tidak dapat dilihat, dan (3) berubah sejalan dengan waktu.
Beberapa dimensi yang paling mendasar dari kebudayaan adalah bahasa, adat
istiadat, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas,
oirientasi politik, agama, falsafah ekonomi, keyakinan dan sistem nilai. Unsurunsur ini tidak terpisahkan satu sama lainnya, tetapi sebaliknya saling berinteraksi
sehingga menciptakan sistem budaya tersendiri.
Trenholm dan Jensen yang dikutip oleh Mulyana (2005) menyatakan
budaya sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat, aturan
dan kode, yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang,
mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama.
Sistem nilai budaya merupakan suatu rangkaian dari konsepsi-konsepsi
abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu
masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga
mengenai apa yang diaggap remeh dan tak berharga dalam hidup. Dengan
demikian sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman tapi juga
sebagai pendorong kelakuan manusia dalam hidup, sehingga berfungsi juga
sebagai suatu sistem tata kelakuan, malahan sebagai salah satu sistem tata
kelakuan yang tertinggi diantara yang lain, seperti hukum adat, aturan sopan
santun dan sebagainya.
Suatu sistem nilai budaya yang tertentu telah berkembang sejak lama,
mencapai suatu kemantapan dan hidup langsung dari generasi ke generasi. Di
dalam fungsinya sebagai pedom