Efek Perbedaan Teknik Pengeringan terhadap Kualitas, Fermentabilitas, dan Kecernaan Hay Daun Rami (Boehmeria nivea L Gaud)

EFEK PERBEDAAN TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS, FERMENTABILITAS, DAN KECERNAAN
HAY DAUN RAMI (Boehmeria nivea L Gaud)

SKRIPSI
NOVENI DWI ASTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
1

RINGKASAN
NOVENI DWI ASTI. D24053038. 2009. Efek Perbedaan Teknik Pengeringan
terhadap Kualitas, Fermentabilitas, dan Kecernaan Hay Daun Rami
(Boehmeria nivea L Gaud). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Daun rami merupakan limbah hijauan dari tanaman rami yang berpotensi

sebagai pakan ternak. Saat ini penggunaannya dalam bentuk segar sangat terbatas
karena proses panennya dilakukan hanya pada periode tertentu, sehingga diperlukan
adanya pengawetan. Salah satu cara pengawetan hijauan adalah pengawetan kering
(hay). Teknik pengeringan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan
matahari terbuka, rumah kaca, dan oven.
Daun rami yang digunakan berasal dari Koperasi dan Pondok Pesantren
Darussalam, Garut, Jawa Barat. Teknik pengeringan yang dilakukan adalah kering
matahari 7 jam (KM-7), kering matahari 14 jam (KM-14), kering matahari 21 jam
(KM-21), rumah kaca 7 jam (RK-7), rumah kaca 14 jam (RK-14), rumah kaca 21
jam (RK-21), pengeringan oven 50˚C (Ov-50), oven 60˚C (Ov-60), dan oven 70˚C
(Ov-70). Peubah yang diukur pada hay daun rami antara lain komposisi nutrien
(bahan kering, abu, protein, serat kasar), NDF dan ADF, konsentrasi NH3 dan VFA
total, produksi gas dan kecernaan bahan organik estimasi, serta kecernaan bahan
kering dan bahan organik secara in vitro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan teknik pengeringan
menyebabkan perubahan dan perbedaan pada kandungan nutrien hay daun rami.
Pengeringan dengan intensitas cahaya matahari 14 jam pada RK dan 21 jam pada
KM dapat menghasilkan hay dengan kandungan BK >86% atau KA 86% atau KA86%). Drying in oven in all
temperature produced hay with moisture content 86%). Ov-50 resulted
higher ramie leaves CP content than RK-14, RK-21, or KM-21. Organic matter

digestibilities estimated from gas production of Ov’s techniques were lower than
RK’ or KM’s. At least 14 hours of light intensities were needed to produce dried
ramie leaves with moisture content less than 14% or DM > 86% on green house and
21 hours if oven sun drying technique will be applied. Drying ramie leaves at lower
temperature (50oC) were sufficient.
Keywords: Drying technique, green house, oven heat drying, ramie leaf, sun drying.

3

EFEK PERBEDAAN TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS, FERMENTABILITAS, DAN KECERNAAN
HAY DAUN RAMI (Boehmeria nivea L Gaud)

NOVENI DWI ASTI
D24053038

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
4

EFEK PERBEDAAN TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS, FERMENTABILITAS, DAN KECERNAAN
HAY DAUN RAMI (Boehmeria nivea L Gaud)

Oleh
NOVENI DWI ASTI
D24053038

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 5 Agustus 2009

Pembimbing Utama


Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.
NIP. 19670506 199103 1 001

Dr. Ir. Suryahadi, DEA.
NIP. 19561124 198103 1 002

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr.
NIP. 19670107 199103 1 003


Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.
NIP. 19670506 199103 1 001
5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 November 1987 di Purworejo, Jawa
Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Kasdono dan Ibu Supiyah.
Pada tahun 1993 penulis mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar
Negeri 2 Katerban dan diselesaikan pada tahun 1999. Pendidikan lanjutan tingkat
pertama dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Purworejo. Penulis melanjutkan pendidikannya
di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Purworejo pada tahun 2002 dan diselesaikan
pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2006. Penulis aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER)
periode 2006-2007) sebagai bendahara dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
sebagai staf Riset dan Pengembangan Mahasiswa, periode 2007-2008. Penulis juga

aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Purworejo di IPB
(GAMAPURI) sebagai sekretaris, periode 2007-2008. Penulis pernah mengikuti
kegiatan magang di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah selama 2 minggu
pada tahun 2007. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa PPA
(Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2007/2008 dan beasiswa Tanoto
Foundation tahun 2008/2009.

6

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efek Perbedaan
Teknik Pengeringan terhadap Kualitas, Fermentabilitas, dan Kecernaan Hay
Daun Rami (Boehmeria nivea L Gaud). Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan
Agustus sampai Desember 2008 bertempat di Laboratorium Lapang Agrostologi, dan
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tulisan ini berisi informasi tentang beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk pengeringan daun rami atau pembuatan hay daun rami, kandungan nutien hay

daun rami, dan penggunaan hay daun rami secara in vitro. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui teknik pengeringan yang dapat digunakan untuk pengeringan daun
rami sehingga dapat menjamin ketersediaannya sebagai pakan ternak.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

7

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN…………………………………...………………………….

Ii

ABSTRACT………………………………………………………………..


Iii

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………...

Iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………..

V

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

Vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………….

Vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………


Viii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….

Ix

PENDAHULUAN…………………………………………………………

1

Latar Belakang……………………………………………………..
Perumusan Masalah………………………………………………..
Tujuan………………………………………………………………

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………


3

Tanaman Rami….…………………………………………………..
Daun Rami dan Pemanfaatanya untuk Ternak..……………………
Fermentabilitas Pakan………………………………………………
Kecernaan Pakan…………………………………………………...
Teknik Pengeringan………………………………………………...
Kandungan dan Sifat-Sifat Bahan Pangan………………………….
Hasil Penelitian tentang Pengeringan………………………………

3
5
6
7
7
11
12

METODE…………………………………………………………………...


14

Lokasi dan Waktu……………………………………………….....
Materi………….……………………………………………………
Rancangan Percobaan………………………………………………
Prosedur…………………………………………………………….

14
14
14
16

HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….

20

Perubahan BK, BO, dan Protein Kasar Hay Daun Rami..…………
Kandungan Nutrien Hay Daun Rami..……………………………..
Kecernaan Hay Daun Rami...….…………………………………...
Koefisien Cerna Bahan kering (KCBK)…………...……...
Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO)…………...……
Produksi Gas…………………………………………………….....
Fermentabilitas Hay Daun Rami ..………………………………...
Konsentrasi VFA (Volatile Fatty Acid) Total……………
Konsentrasi NH3………………………………………….

20
21
25
26
26
27
28
29
29

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………

30
8

Kesimpulan………………………...……………………………….
Saran……………………………………..…………………………

30
30

UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….

31

DAFTAR PUTAKA…………………………..……………………………

32

LAMPIRAN………………………………….…………………………….

35

9

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Suhu Pengeringan Matahari dan Rumah Kaca……………………

16

2. Suhu, Kelembaban Udara, dan Jenis Tanah Bogor dan
Garut……………………………………………………………….

16

3. Kehilangan Air selama Proses Pengeringan (g) serta BK, BO, dan
PK Hay Daun Rami setelah Proses Pengeringan.………...............

20

4. Komposisi Nutrien Hay Daun Rami..……………………………..

21

5. Kandungan NDF dan ADF Hay Daun Rami.…………………......

24

6. Kecernaan Hay Daun Rami..…..…………………………………..

25

7. Produksi Gas dan Koefisien Laju Produksi Gas…………………..

27

8. Fermentabilitas Hay Daun Rami..…………………………………

28

10

EFEK PERBEDAAN TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS, FERMENTABILITAS, DAN KECERNAAN
HAY DAUN RAMI (Boehmeria nivea L Gaud)

SKRIPSI
NOVENI DWI ASTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
1

RINGKASAN
NOVENI DWI ASTI. D24053038. 2009. Efek Perbedaan Teknik Pengeringan
terhadap Kualitas, Fermentabilitas, dan Kecernaan Hay Daun Rami
(Boehmeria nivea L Gaud). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Daun rami merupakan limbah hijauan dari tanaman rami yang berpotensi
sebagai pakan ternak. Saat ini penggunaannya dalam bentuk segar sangat terbatas
karena proses panennya dilakukan hanya pada periode tertentu, sehingga diperlukan
adanya pengawetan. Salah satu cara pengawetan hijauan adalah pengawetan kering
(hay). Teknik pengeringan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan
matahari terbuka, rumah kaca, dan oven.
Daun rami yang digunakan berasal dari Koperasi dan Pondok Pesantren
Darussalam, Garut, Jawa Barat. Teknik pengeringan yang dilakukan adalah kering
matahari 7 jam (KM-7), kering matahari 14 jam (KM-14), kering matahari 21 jam
(KM-21), rumah kaca 7 jam (RK-7), rumah kaca 14 jam (RK-14), rumah kaca 21
jam (RK-21), pengeringan oven 50˚C (Ov-50), oven 60˚C (Ov-60), dan oven 70˚C
(Ov-70). Peubah yang diukur pada hay daun rami antara lain komposisi nutrien
(bahan kering, abu, protein, serat kasar), NDF dan ADF, konsentrasi NH3 dan VFA
total, produksi gas dan kecernaan bahan organik estimasi, serta kecernaan bahan
kering dan bahan organik secara in vitro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan teknik pengeringan
menyebabkan perubahan dan perbedaan pada kandungan nutrien hay daun rami.
Pengeringan dengan intensitas cahaya matahari 14 jam pada RK dan 21 jam pada
KM dapat menghasilkan hay dengan kandungan BK >86% atau KA 86% atau KA86%). Drying in oven in all
temperature produced hay with moisture content 86%). Ov-50 resulted
higher ramie leaves CP content than RK-14, RK-21, or KM-21. Organic matter
digestibilities estimated from gas production of Ov’s techniques were lower than
RK’ or KM’s. At least 14 hours of light intensities were needed to produce dried
ramie leaves with moisture content less than 14% or DM > 86% on green house and
21 hours if oven sun drying technique will be applied. Drying ramie leaves at lower
temperature (50oC) were sufficient.
Keywords: Drying technique, green house, oven heat drying, ramie leaf, sun drying.

3

EFEK PERBEDAAN TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS, FERMENTABILITAS, DAN KECERNAAN
HAY DAUN RAMI (Boehmeria nivea L Gaud)

NOVENI DWI ASTI
D24053038

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
4

EFEK PERBEDAAN TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP
KUALITAS, FERMENTABILITAS, DAN KECERNAAN
HAY DAUN RAMI (Boehmeria nivea L Gaud)

Oleh
NOVENI DWI ASTI
D24053038

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 5 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.
NIP. 19670506 199103 1 001

Dr. Ir. Suryahadi, DEA.
NIP. 19561124 198103 1 002

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr.
NIP. 19670107 199103 1 003

Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.
NIP. 19670506 199103 1 001
5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 November 1987 di Purworejo, Jawa
Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Kasdono dan Ibu Supiyah.
Pada tahun 1993 penulis mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar
Negeri 2 Katerban dan diselesaikan pada tahun 1999. Pendidikan lanjutan tingkat
pertama dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Purworejo. Penulis melanjutkan pendidikannya
di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Purworejo pada tahun 2002 dan diselesaikan
pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2006. Penulis aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER)
periode 2006-2007) sebagai bendahara dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
sebagai staf Riset dan Pengembangan Mahasiswa, periode 2007-2008. Penulis juga
aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Purworejo di IPB
(GAMAPURI) sebagai sekretaris, periode 2007-2008. Penulis pernah mengikuti
kegiatan magang di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah selama 2 minggu
pada tahun 2007. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa PPA
(Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2007/2008 dan beasiswa Tanoto
Foundation tahun 2008/2009.

6

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efek Perbedaan
Teknik Pengeringan terhadap Kualitas, Fermentabilitas, dan Kecernaan Hay
Daun Rami (Boehmeria nivea L Gaud). Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan
Agustus sampai Desember 2008 bertempat di Laboratorium Lapang Agrostologi, dan
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tulisan ini berisi informasi tentang beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk pengeringan daun rami atau pembuatan hay daun rami, kandungan nutien hay
daun rami, dan penggunaan hay daun rami secara in vitro. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui teknik pengeringan yang dapat digunakan untuk pengeringan daun
rami sehingga dapat menjamin ketersediaannya sebagai pakan ternak.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

7

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN…………………………………...………………………….

Ii

ABSTRACT………………………………………………………………..

Iii

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………...

Iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………..

V

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

Vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………….

Vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………

Viii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….

Ix

PENDAHULUAN…………………………………………………………

1

Latar Belakang……………………………………………………..
Perumusan Masalah………………………………………………..
Tujuan………………………………………………………………

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………

3

Tanaman Rami….…………………………………………………..
Daun Rami dan Pemanfaatanya untuk Ternak..……………………
Fermentabilitas Pakan………………………………………………
Kecernaan Pakan…………………………………………………...
Teknik Pengeringan………………………………………………...
Kandungan dan Sifat-Sifat Bahan Pangan………………………….
Hasil Penelitian tentang Pengeringan………………………………

3
5
6
7
7
11
12

METODE…………………………………………………………………...

14

Lokasi dan Waktu……………………………………………….....
Materi………….……………………………………………………
Rancangan Percobaan………………………………………………
Prosedur…………………………………………………………….

14
14
14
16

HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….

20

Perubahan BK, BO, dan Protein Kasar Hay Daun Rami..…………
Kandungan Nutrien Hay Daun Rami..……………………………..
Kecernaan Hay Daun Rami...….…………………………………...
Koefisien Cerna Bahan kering (KCBK)…………...……...
Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO)…………...……
Produksi Gas…………………………………………………….....
Fermentabilitas Hay Daun Rami ..………………………………...
Konsentrasi VFA (Volatile Fatty Acid) Total……………
Konsentrasi NH3………………………………………….

20
21
25
26
26
27
28
29
29

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………

30
8

Kesimpulan………………………...……………………………….
Saran……………………………………..…………………………

30
30

UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….

31

DAFTAR PUTAKA…………………………..……………………………

32

LAMPIRAN………………………………….…………………………….

35

9

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Suhu Pengeringan Matahari dan Rumah Kaca……………………

16

2. Suhu, Kelembaban Udara, dan Jenis Tanah Bogor dan
Garut……………………………………………………………….

16

3. Kehilangan Air selama Proses Pengeringan (g) serta BK, BO, dan
PK Hay Daun Rami setelah Proses Pengeringan.………...............

20

4. Komposisi Nutrien Hay Daun Rami..……………………………..

21

5. Kandungan NDF dan ADF Hay Daun Rami.…………………......

24

6. Kecernaan Hay Daun Rami..…..…………………………………..

25

7. Produksi Gas dan Koefisien Laju Produksi Gas…………………..

27

8. Fermentabilitas Hay Daun Rami..…………………………………

28

10

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Tanaman Rami..…………………………………………………..

3

2. Laju Produksi Gas Hay Daun Rami.…………………………......

28

11

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Bahan Kering (BK)
Hay Daun Rami.…………………………………………………………

36

2. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Abu Hay Daun
Rami.…………………………………………………………….............

37

3. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Bahan Organik
(BO) Hay Daun Rami.…………………………………………………..

38

4. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Protein Kasar (PK)
Hay Daun Rami..………………………………………………………...

39

5. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Serat Kasar (PK)
Hay Daun Rami..………………………………………………………...

40

6. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan NDF Hay Daun
Rami……………………………………………………………………..

41

7. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan ADF Hay Daun
Rami.…………………………………………………………….............

42

8. Data dan Sidik Ragam (Anova) VFA Hay Daun Rami..………………..

43

9. Data dan Sidik Ragam (Anova) NH3 Hay Daun Rami..………………

43

10. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Produksi Gas Hay
Daun Rami.……………………………………………………………...

44

11. Data dan Sidik Ragam (Anova) KCBK Hay Daun Rami.………………

45

12. Data dan Sidik Ragam (Anova) KCBO Hay Daun Rami.………………

45

13. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Estimasi KCBO
Hay Daun Rami..………………………………………………..............

46

14. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan Kehilangan Air
selama Proses Pengeringan Hay Daun Rami..…………………………

47

15. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan BK (g/kg) Hay
Daun Rami..………………………………………………………….....

48

16. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan BO (g/kg) Hay
Daun Rami..………………………………………………………..…...

49

17. Data, Sidik Ragam (Anova), dan Uji Jarak Duncan PK (g/kg) Hay
Daun Rami..……………………………………………………...……...

50

12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman rami identik dengan serat karena selama ini tanaman tersebut
dibudidayakan untuk diambil seratnya. Namun, ternyata daun rami mempunyai
potensi digunakan sebagai pakan hijauan setelah digunakan dalam berbagai
penelitian.
Pengembangan rami sebagai penghasil serat dalam usaha mensubstitusi kapas
impor menyisakan daun rami untuk pakan ternak.

Hasil penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa daun rami mengandung semua nutrien utama yang diperlukan
oleh ternak (Duarte et al, 1997) dan setara dengan Lucerne (FAO, 1978).
Kandungan protein yang cukup tinggi (20%) memperlihatkan bahwa daun rami dapat
dikelompokkan pada pakan sumber protein. Hasil percobaan pemberian pakan pada
ternak ruminansia maupun nonruminansia semakin mendukung daun rami dapat
digunakan sebagai pakan alternatif (Balitnak, 2008).
Tanaman rami dapat menghasilkan hijauan hingga 300 ton bahan
segar/ha/tahun (FAO, 2005) atau setara dengan 42 ton bahan kering (BK). Daun
rami diperoleh dari sisa pemanenan batang yang dilakukan secara periodik dengan
interval 25 – 40 hari dengan produksi berlimpah, sehingga perlu dilakukan
pengawetan supaya dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Budidaya tanaman rami merupakan usaha yang sangat menjanjikan.
Produksi serat mentah tanaman rami di Wonosobo sekitar 1 ton/ha/bulan atau setara
dengan 200 kg serat rami top dengan harga Rp 15.000/kg (Dhomiri, 2002). Di
samping itu, limbah hijauannya berupa daun dan pucuk dapat digunakan sebagai
makanan ternak (FAO, 1978).
Persentase kehilangan dari panen untuk konsumsi bijian adalah sebesar 10%
sedangkan untuk hay sebesar 28% dari total produksi, sehingga perlu dilakukan
pengawetan (Hall, 1980). Pengeringan adalah salah satu cara pengawetan hijauan. Di
daerah temperate dimana hijauan tidak dapat tersedia sepanjang tahun, pengawetan
hijauan sudah banyak dilakukan. Di Indonesia yang merupakan negara tropis,
teknologi tersebut mengalami beberapa kendala, antara lain oleh adanya kelembaban
dan suhu yang tinggi menyebabkan kualitas hay cepat menurun, tetapi teknologi ini
lebih murah dan mudah. Walaupun pengeringan matahari terbuka merupakan metode

1

yang murah, tetapi karena kelebihan hijauan umumnya terjadi pada musim
penghujan menyebabkan pengeringan sering terkendala oleh hujan dan menyebabkan
pertumbuhan jamur pembusuk. Perlu dipelajari kemungkinan pengeringan pada
rumah kaca yang memanfaatkan panas matahari terjerap dan penggunaan oven
sebagai alternatif pengeringan matahari terbuka.
Perumusan Masalah
Serat rami merupakan sumber alternatif bahan baku dalam industri tekstil
untuk menggantikan kapas. Budidaya tanaman rami memungkinkan mengurangi
impor kapas. Namun, petani rami di Indonesia saat ini kurang berminat terhadap
usaha pengembangan rami karena pendapatannya yang rendah akibat usaha yang
tidak terintegrasi. Serat rami diperoleh dari batang tanaman rami yang menyisakan
daun rami sebagai limbah. Usaha integrasi penanaman rami dapat dilakukan dengan
memanfaatkan daun rami sebagai sumber hijauan pakan ternak. Namun demikian
pemanfaatan daun rami sebagai pakan hijauan terkendala oleh ketersediaannya dalam
bentuk segar yang hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu yaitu bersamaan dengan
panen batang. Oleh karena itu, perlu adanya usaha pengawetan daun rami.
Pengawetan yang mungkin dilakukan adalah pengawetan kering dan basah. Namun,
pengawetan kering membutuhkan biaya yang lebih murah daripada pengawetan
basah. Pengawetan kering atau pengeringan dapat dilakukan di bawah matahari
langsung ataupun menggunakan oven. Sedangkan pengawetan basah biasanya
dengan pembuatan silase yang memerlukan tambahan zat aditif untuk meningkatkan
bahan kering daun rami sehingga dapat terjadi proses fermentasi. Beberapa cara
pengeringan adalah dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, rumah kaca, dan
oven dengan beberapa suhu.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah untuk mempelajari
efek beberapa teknik pengeringan terhadap kandungan nutrisi hay daun rami,
fermentabilitas dan kecernaannya pada ruminan secara in vitro.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Rami
Rami merupakan tanaman tahunan berumpun yang menghasilkan serat dari
kulit kayunya. Tanaman yang diduga berasal dari Cina ini secara botanis dikenal
dengan nama Boehmeria nivea L Gaud. Di Jawa Barat tanaman ini dikenal dengan
nama haramay, di Minangkabau dikenal dengan ramin, di Sumatra Barat disebut
kelu, dan di Sulawesi dikenal dengan nama gambe. Dalam perdagangan internasional
tanaman ini dikenal dengan sebutan rami. Di Indonesia terdapat dua spesies rami
yang populer, yaitu Boehmeria nivea var. proper yang permukaan daunnya berwarna
putih keperakan dan Boehmeria nivea var. tenaccisima dengan permukaan bawah
daun yang berwarna hijau dan lebih sempit (Musaddad, 2009). Tanaman ini sepintas
terlihat seperti tanaman murbei, perbedaannya tanaman rami ini menghasilkan
rizome yang jika digunakan sebagai bibit dapat menghasilkan rizome baru yang
berbentuk ramping dengan pertumbuhan dapat mencapai ketinggian di atas 250 cm
dan diameternya antara 12 – 20 mm setelah 3 bulan tanam. Batang rami dapat
dipanen seratnya setelah 6 bulan tanam. Tanaman rami menghasilkan serat dari kulit
batang yang mengkilap. Serat rami merupakan salah satu bahan baku tekstil yang
pemakaiannya dapat dicampur dengan serat kapas atau polyster. Serat olahan awal
disebut China grass selanjutnya melalui proses degumming, diolah menjadi serat
panjang halus. Selanjutnya serat rami dilakukan pemotongan sebelum dipintal,
sehingga menyerupai serat kapas dan dijadikan benang (Dhomiri, 2002).
Tanaman rami termasuk ke dalam klasifikasi :
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Hammamelidae

Ordo

: Urticales

Famili

: Urticaceae

Genus

: Boehmeria

Species

: Boehmeria nivea

Gambar 1 Tanaman Rami

3

Ciri-ciri morfologi:
Tanaman rami mempunyai dua sistem perakaran, yaitu akar umbi dan akar
reproduksi. Akar umbi adalah pangkal akar yang menembus tanah sampai kedalaman
25 cm. Akar ini lebih berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan. Akar
reproduksi (rizome) adalah akar yang menjalar di bawah permukaan tanah sedalam
kira-kira 10 cm. Pada rizome terdapat banyak mata tunas yang dapat digunakan
untuk perbanyakan tanaman.
Batang rami tinggi ramping, berbentuk silindris dengan diameter 12 – 20 mm.
Ketinggian batang rami berkisar 200 – 250 cm. Namun, ada juga beberapa jenis yang
bisa mencapai ketinggian 300 cm. Batang biasanya akan bercabang jika sebagian
terpotong (Musaddad, 2009).
Daun rami berbentuk seperti jantung dengan bagian sisinya bergerigi halus.
Panjang daun antara 10 – 20 cm dengan lebar 5 – 12 cm. Daun berwarna hijau muda
hingga tua mengilap pada bagian atas. Daun bagian bawah berwarna putih keperakan
dan berbulu halus pada bagian punggungnya (Musaddad, 2009).
Bunga tanaman rami tergolong majemuk dengan biji sangat kecil. Bunga
pada beberapa varietas berwarna putih kehijauan, tetapi ada juga yang berwarna hijau
kekuningan saat muda dan berubah menjadi cokelat setelah tua. Bunga rami terikat
mengelompok sebagai karangan bunga di sela-sela daun pada bagian bawah bukubuku batang. Biji rami sangat kecil dan berbentuk bulat lonjong seperti telur,
berwarna cokelat kehitaman. Jika biji dibiarkan jatuh ke tanah akan tumbuh menjadi
tanaman baru, tetapi tidak produktif (Musaddad, 2009).
Tanaman rami dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun, tanaman rami
lebih menyukai tanah lempung berpasir, lempung, lempung berdebu dan banyak
mengandung bahan organik dengan pH 6 – 7. Jenis tanah andosol, latosol, dan
alluvial sesuai untuk tanaman rami. Secara umum jenis tanah yang demikian
memiliki solum tanah yang dalam (30 cm). Kandungan mineral tanah cukup tinggi
dan bertopografi datar sampai bergelombang. Untuk tanah gambut yang masam
harus diberi kapur dengan sistem drainase yang baik, sedangkan untuk tanah liat
berat kurang cocok untuk penanaman rami (Musaddad, 2009).
Tanaman rami tergolong tanaman yang pertumbuhan vegetatifnya cepat
karena setiap 2 bulan sekali harus dipanen atau dipotong agar pertumbuhan batang

4

yang berasal dari rizome dapat terpacu. Berdasarkan sifat tersebut rami
membutuhkan air yang cukup tersedia sepanjang tahun serta tanah yang subur dan
gembur. Supaya pertumbuhannya baik atau berproduksi tinggi, rami memerlukan
ketersediaan air sepanjang tahun. Selain dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah,
rami juga dapat tumbuh dan berkembang di berbagai ketinggian tempat dari 1 –
1.500 m dpl. Namun, rami ideal ditanam di daerah dengan ketinggian 800 – 1.300 m
dpl (dataran tinggi) dengan rata-rata curah hujan 1.200 – 2.000 mm/th. Pada daerahdaerah dengan curah hujan merata sepanjang tahun dapat dipanen 5 – 6 kali dalam
setahun. Di luar daerah tersebut perlu tambahan irigasi selama bulan-bulan kering.
Suhu ideal untuk penanaman rami berkisar antara 22 – 28˚ C dan kelembaban udara
40 – 90 % (Musaddad, 2009).
Daun Rami dan Pemanfaatannya untuk Ternak
Penelitian tentang penggunaan daun rami sebagai pakan ternak telah
dilakukan pada kelinci, kambing, dan domba. Hasil penelitian Despal (2007)
menunjukkan bahwa suplementasi daun rami sampai 33% pada ransum berbasis
rumput lapang mampu mencegah kehilangan bobot badan domba selama musim
kering dan memberikan pertumbuhan positif. Menurut de Toledo et al.( 2008) daun
rami dapat digunakan untuk mensubstitusi alfalfa 15% dalam ransum kelinci dan
kombinasi daun rami dengan alfalfa dapat meningkatkan performan pertumbuhan
pada kelinci. Penggunaan daun rami sampai 30% (Muslih et al., 2005) dan tepung
rami 40% dalam ransum kelinci tidak berpengaruh negatif pada pertumbuhan kelinci
(Juarini et al., 2005)
Percobaan terhadap kambing yang dilakukan oleh Sudibyo et al. (2005)
menunjukkan bahwa penggunaan limbah daun rami sebagai bahan konsentrat dalam
pakan lengkap dalam percobaan in vitro dapat meningkatkan kandungan protein
kasar 0,77% dan serat kasar 13,83%, daya degradasi pakan 1,0-1,8%, dan daya
kecernaan 2,28-3,26%. Namun dalam percobaan in vivo menurunkan jumlah pakan
terkonsumsi, jumlah feses yang dikeluarkan, dan pertambahan bobot badan masingmasing sebesar 15,96%; 23,43%; dan 39,87%.
Menurut Duarte et al (1997) daun rami mengandung bahan kering berkisar
9%, protein 21%, lemak 4%, serat kasar 20% , dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
sekitar 46%. Kandungan mineral Ca daun rami sangat tinggi yaitu berkisar 6%,

5

namun kandungan phosphor dan kaliumnya rendah (kurang dari 1%). Mineral yang
cukup tinggi dalam tanaman ini adalah Molibdenum (Mo) yang dapat mengganggu
penggunaan Cu karena membentuk senyawa tak larut. Tanaman rami memenuhi
semua unsur-unsur utama atau nutrien makro yang dibutuhkan ternak, kecuali asam
amino methionin yang terdapat hanya 1,27% dari 2,60% kebutuhan ternak kambing
yang dianjurkan (FAO, 1978).
Menurut Duarte et al (1997) daun rami juga mengandung beberapa senyawa
phenolic yang dapat mengganggu pencernaan ternak monogastrik, diantaranya
oxalate (1%), phytat (16 mg P/%), nitrat (480 mg/%) dan nitrit (5 mg/%).
Fermentabilitas Pakan
Proses fermentasi pakan didalam rumen menghasilkan VFA dan NH3, serta
gas-gas (CO2, H2, dan CH4) yang dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi
(Arora, 1989). Pengujian fermentabilitas pakan dapat menggunakan pengukuran
produksi asam lemak terbang atau volatile fatty acid (VFA). Karbohidrat pakan di
dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim-enzim yang dihasilkan
oleh mikroba rumen. Tahap pertama, karbohidrat mengalami hidrolisis menjadi
monosakarida, seperti glukosa, fruktosa, dan pentose. Selanjutnya, gula sederhana
tersebut dipecah menjadi asam asetat, asam propionat, asam butirat, CO2, dan CH4
(McDonald et al., 2002). Menurut Sutardi (1980), kisaran VFA ransum yang optimal
adalah 80-160 mM.
Amonia merupakan hasil metabolisme protein dan nitrogen bukan protein.
Amonia dalam rumen adalah sumber nitrogen bagi mikroba dan bersama dengan
kerangka karbon sumber energi akan disintesa menjadi protein mikroba (Hungate,
1966). Menurut McDonald et al. (2002) protein pakan di dalam rumen dipecah oleh
mikroba menjadi peptida dan asam amino, beberapa asam amino dipecah lebih lanjut
menjadi amonia. Amonia diproduksi bersama dengan peptida dan asam amino yang
akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein mikroba.
Konsentrasi amonia yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme dalam rumen
berkisar 6 - 21 mM. Apabila pakan defisien atau protein sulit didegradasi, maka
konsentrasi amonia dalam rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba akan
lambat (McDonald et al., 2002).

6

Produksi gas yang dihasilkan menunjukkan terjadinya proses fermentasi
pakan oleh mikroba rumen, yaitu menghidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida
dan disakarida yang kemudian difermentasi menjadi asam lemak terbang (VFA)
terutama asam asetat, propionat dan butirat serta gas metan (CH4) dan CO2
(McDonald et al., 2002). Produksi gas dari fermentasi protein relatif sedikit
dibandingkan dari fermentasi karbohidrat (Sallam, 2005). Jenis pakan yang berbeda
akan menunjukkan jumlah produksi gas yang berbeda pada selang waktu fermentasi
yang sama (Menke et al., 1979).
Kecernaan Pakan
Kecernaan adalah perubahan sifat fisik dan kimia yang dialami bahan
makanan dalam alat pencernaan (Sutardi, 1980). Tinggi rendahnya kecernaan bahan
pakan dipengaruhi oleh jenis hewan, bentuk fisik pakan, komposisi kimia bahan
pakan, tingkat pemberian pakan, dan temperatur lingkungan (Ranjhan dan Pathak,
1979). Pada ruminansia, pakan mengalami perombakan secara fermentatif sehingga
sifat-sifat kimianya berubah menjadi senyawa lain yang berbeda dengan zat makanan
asalnya (Sutardi, 1980). Menurut Arora (1989) semakin tinggi kecernaan bahan
kering pakan maka semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Kecernaan bahan kering dan bahan organik
dapat diukur dengan teknik in vitro berdasarkan Tilley dan Terry (1969). Selain itu
kecernaan bahan organik dapat diestimasi dari produksi gas (Menke et al., 1979
dalam Close dan Menke, 1986)
Teknik Pengeringan
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan
dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa
panas (Naynienay, 2007). Pengeringan juga didefinisikan sebagai proses pengeluaran
air dari bahan sehingga tercipta kondisi dimana kapang, jamur, dan bakteri yang
menyebabkan pembusukan tidak dapat tumbuh (Henderson dan Perry, 1976).
Pengeringan adalah proses pengeluaran kadar air untuk memperoleh kadar air yang
aman untuk penyimpanan (Winarno et al., 1980). Tujuan pengeringan adalah
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme
dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.
7

Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang
lebih lama (Hall, 1980). Keuntungan dari pengeringan bahan adalah mengawetkan
bahan dengan volume yang lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat
ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga
memudahkan pengangkutan, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi
lebih murah (Winarno et al., 1980).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: faktor
yang berhubungan dengan udara pengering (suhu, kecepatan volumetrik aliran udara
pengering, dan kelembaban udara), dan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
(ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan). Bahan pangan yang
dihasilkan dari produk-produk pertanian pada umumnya mengandung kadar air
tinggi. Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak dihilangkan, maka akan
dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan. Contohnya, akan terjadi
pembusukan dan penurunan kualitas akibat masih adanya kadar air yang terkandung
dalam bahan tersebut. Pembusukan terjadi akibat dari penyerapan enzim yang
terdapat dalam bahan pangan oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang biak
dengan bantuan media kadar air dalam bahan pangan tersebut. Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan adanya suatu proses penghilangan atau pengurangan kadar air
yang terdapat dalam bahan pangan sehingga terhindar dari pembusukan ataupun
penurunan kualitas bahan pangan. Salah satu cara sederhananya adalah dengan
melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan tahap awal dari adanya
pengawetan. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju
udara karena adanya perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan (Naynienay, 2007).
Panas

pada

proses

pengeringan

menyebabkan

penurunan

jumlah

mikroorganime dalam produk, tetapi pengaruhnya berbeda pada masing-masing jenis
organisme. Biasanya semua kapang dan sebagian besar bakteri mati, tetapi spora
bakteri dan jamur umumnya dapat bertahan, seperti yang dilakukan beberapa sel
vegetatif sedikit spesies bakteri tahan panas (heat resistant bacteria). Pengeringan
beku dapat membunuh lebih banyak mikroorganisme daripada pengeringan biasa
(Frazier dan Westhoff, 1978).

8

Metode pengeringan pangan maupun non-pangan yang umum dilakukan
antara lain adalah pengeringan matahari (sun drying), rumah kaca (greenhouse),
oven, iradiasi surya (solar drying), pengeringan beku (freeze drying), dan yang
berkembang saat ini pengeringan menggunakan sinar infra merah. Pangan dapat
dikeringkan dengan beberapa cara yaitu menggunakan matahari, oven, atau
microwave. Pengeringan merupakan metode pengawetan yang membutuhkan energi
dan biaya yang cukup tinggi, kecuali pengeringan matahari (sun drying) (Hughes dan
Willenberg, 1994).
Pengeringan Matahari (Sun Drying)
Pengeringan matahari (sun drying) merupakan salah satu metode pengeringan
tradisional karena menggunakan panas langsung dari matahari dan pergerakan udara
lingkungan. Pengeringan ini mempunyai laju yang lambat dan memerlukan perhatian
lebih. Bahan harus dilindungi dari serangan serangga dan ditutupi pada malam hari.
Selain itu pengeringan matahari sangat rentan terhadap resiko kontaminasi
lingkungan, sehingga pengeringan sebaiknya jauh dari jalan raya atau udara yang
kotor (Toftgruben, 1977). Pengeringan matahari tergantung pada iklim dengan
matahari yang panas dan udara atmosfer yang kering, dan biasanya dilakukan untuk
pengeringan buah-buahan (Frazier dan Westhoff, 1978). Pengeringan merupakan
kegiatan yang penting dalam pengawetan bahan atau dalam industri pengolahan.
Pada pengeringan makanan suhu yang digunakan adalah 65 - 70˚C supaya kadar air
dalam bahan dapat cepat turun (Troftgruben, 1977).
Pengeringan Rumah Kaca (Greenhouse)
Pengering efek rumah kaca adalah alat pengering berenergi surya yang
memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi karena adanya penutup transparan pada
dinding bangunan serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan
suhu udara ruang pengering. Lapisan transparan memungkinkan radiasi gelombang
pendek dari matahari masuk ke dalam dan mengenai elemen-elemen bangunan. Hal
ini menyebabkan radiasi gelombang pendek yang terpantul berubah menjadi
gelombang panjang dan terperangkap dalam bangunan karena tidak dapat menembus
penutup transparan sehingga menyebabkan suhu menjadi tinggi. Proses inilah yang
dinamakan efek rumah kaca. (Kamaruddin et al., 1996).

9

Pengeringan Oven
Pengeringan oven (oven drying) untuk produk pangan membutuhkan sedikit
biaya investasi, dapat melindungi pangan dari serangan serangga dan debu, dan tidak
tergantung pada cuaca. Namun, pengeringan oven tidak disarankan untuk
pengeringan pangan karena energi yang digunakan kurang efisien daripada alat
pengering (dehydrator). Selain itu sulit mengontrol suhu rendah pada oven dan
pangan yang dikeringkan dengan oven lebih rentan hangus (Hughes dan Willenberg,
1994).
Pengeringan Iradiasi Surya (Solar Drying)
Solar drying merupakan modifikasi dari sun drying yang menggunakan
kolektor sinar matahari yang didesain khusus dengan ventilasi untuk keluarnya uap
air (Hughes dan Willenberg, 1994). Energi matahari dikumpulkan menggunakan
pengumpul energi yang berupa piringan tipis (flat plate) yang biasanya terbuat dari
plastik transparan (Bala,1997). Solar drying disebut juga iradiasi surya. Suhu pada
pengeringan jenis ini umumnya 20 sampai 30˚C lebih tinggi dari pada di tempat
terbuka (open sun drying) dengan waktu pengeringan yang lebih singkat. Solar
drying memiliki beberapa kelebihan daripada sun drying, tetapi terdapat kelemahan
pada ketersediaan cahaya matahari (Bala, 1997) dan keduanya memiliki kekurangan
pada control cuaca (Hughes dan

Willenberg, 1994). Sistem solar drying juga

digunakan pada pengeringan bijian, selain menggunakan sistem batch drying dan
continous flow drying (Bala,1997).
Pengeringan Beku (Freeze Drying)
Pengeringan beku merupakan salah satu cara dalam pengeringan produk
pangan. Tahap awal produk pangan dibekukan kemudian diperlakukan dengan suatu
proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es yang
terbentuk selama tahap pembekuan akan menyublim jika dipanaskan pada tekanan
hampa udara yaitu berubah bentuk dari es menjadi uap tanpa melewati fase cair
(Gaman dan Sherrington, 1981). Pengeringan beku atau sublimasi air dari proses
pembekuan makanan menggunakan vakum dan panas digunakan pada beberapa jenis
produk pangan seperti daging, ayam, makanan laut, buah, dan sayuran (Frazier dan
Westhoff, 1978).

10

Pengaruh Pengeringan terhadap Sifat Bahan
Makanan yang dikeringkan mempunyai nilai gizi yang lebih rendah
dibandingkan dengan bahan segarnya. Selama proses pengeringan terjadi perubahanperubahan pada jaringan produk pangan antara lain penyusutan, reaksi pencoklatan
(browning), dan case hardening(Winarno et al., 1980).
1.

Efek Penyusutan
Masing-masing jaringan pada hewan maupun tumbuhan diatur oleh “tur