Pengaruh Infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di Indonesia

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA KABUPATEN
TERTINGGAL DAN NON-TERTINGGAL DI INDONESIA

DWI NUR VITASARI SUYANTO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infrastruktur
terhadap Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Kabupaten Tertinggal dan
Non-Tertinggal di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Dwi Nur Vitasari Suyanto
NIM H14090051

ABSTRAK
DWI NUR VITASARI SUYANTO. Pengaruh Infrastruktur terhadap Produk
Domestik Regional Bruto per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di
Indonesia. Dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO, PhD
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita merupakan salah satu tolak ukur
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Semakin besar PDB per
kapita maka akan semakin makmur negara tersebut. Nampaknya pernyataan ini
belum berlaku di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya
jumlah daerah tertinggal di Indonesia. Masih banyaknya daerah tertinggal
merupakan bukti masih terjadinya ketimpangan PDRB per kapita antarkabupaten
yang salah satunya disebabkan oleh perbedaan ketersediaan infrastruktur.
Penelitian ini menggunakan metode Data Panel pada 159 kabupaten di Indonesia
tahun 2009-2011 dengan rincian 119 kabupaten non-tertinggal dan 40 kabupaten
tertinggal. Variabel bebas yang digunakan yaitu jumlah sekolah (LNSCHOOL),
akses rumah tangga terhadap listrik (LISTRIK), akses rumah tangga terhadap air

bersih (AIR), rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi (LNRS), dan panjang
jalan menurut kondisi baik dan sedang (LNJLN). Sementara variabel terikat yang
digunakan yaitu PDRB per kapita (LNPDRBK). Hasil penelitian ini menunjukkan
ketersediaan sekolah, rumah sakit, dan jalan lebih besar pengaruhnya di kabupaten
tertinggal, sementara ketersediaan listrik lebih besar pengaruhnya di kabupaten
non-tertinggal.
Kata kunci: Data Panel, Infrastruktur, Kabupaten Non-Tertinggal, Kabupaten
Tertinggal, PDRB per Kapita

ABSTRACT
DWI NUR VITASARI SUYANTO. Effect of Infrastructure to Regional Gross
Domestic Product Per Capita of Disadvantaged and Non-Disadvantaged Districts
in Indonesia. Supervised by D. S. PRIYARSONO, PhD

Gross Domestic Product (GDP) per Capita acts as a benchmark for the level
of economic well being of the population of a country. Higher Gross Domestic
Product per Capita indicates better welfare of a country. However, this statement
seems like cannot be well adapted in Indonesia. It can be proved by the large
number of disadvantaged districts. Great number of disadvantaged districts in
Indonesia is an evidence of unequal Regional Gross Domestic Product (RGDP)

for each district that is promoted by unbalanced infrastructure availability. This
research was conducted using Data Panel Method for 159 districts in Indonesia for
the periode of 2009 until 2011, consisting 119 non-disadvantaged districts and 40
disadvantaged districts. The independent variables used in this research are the
number of schools (LNSCHOOL), household access to electricity (LISTRIK),
household access to clean water (AIR), the ratio of hospital beds to size (LNRS),
and length of roads under good and moderate condition. While the dependent

variable is Regional Gross Domestic Bruto per Capita (LNPDRBK). Result of this
research shows that access for school, hospital, and road have higher influence for
disadvantaged areas, while access for electricity influences significantly to nondisadvantaged areas.

Keywords:

Panel Data, Infrastructure, Non-Disadvantaged Districts,
Disadvantaged Districts, Regional Gross Domestic Product.

ABSTRAK
DWI NUR VITASARI SUYANTO. Pengaruh Infrastruktur terhadap Produk
Domestik Regional Bruto per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di

Indonesia. Dibimbing oleh D. S. PRIYARSONO, PhD
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita merupakan salah satu tolak ukur
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Semakin besar PDB per kapita
maka akan semakin makmur negara tersebut. Nampaknya pernyataan ini belum
berlaku di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya jumlah
daerah tertinggal di Indonesia. Masih banyaknya daerah tertinggal merupakan bukti
masih terjadinya ketimpangan PDRB per kapita antarkabupaten yang salah satunya
disebabkan oleh perbedaan ketersediaan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan
metode Data Panel pada 159 kabupaten di Indonesia tahun 2009-2011 dengan rincian
119 kabupaten non-tertinggal dan 40 kabupaten tertinggal. Variabel bebas yang
digunakan yaitu jumlah sekolah (LNSCHOOL), akses rumah tangga terhadap listrik
(LISTRIK), akses rumah tangga terhadap air bersih (AIR), rasio ranjang rumah sakit
terhadap populasi (LNRS), dan panjang jalan menurut kondisi baik dan sedang
(LNJLN). Sementara variabel terikat yang digunakan yaitu PDRB per kapita
(LNPDRBK). Hasil penelitian ini menunjukkan ketersediaan sekolah, rumah sakit,
dan jalan lebih besar pengaruhnya di kabupaten tertinggal, sementara ketersediaan
listrik lebih besar pengaruhnya di kabupaten non-tertinggal.
Kata kunci: Data Panel, Infrastruktur, Kabupaten Non-Tertinggal, Kabupaten
Tertinggal, PDRB per Kapita


PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA KABUPATEN
TERTINGGAL DAN NON-TERTINGGAL DI INDONESIA

DWI NUR VITASARI SUYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengaruh Infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto
per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di Indonesia

Nama
: Dwi Nur Vitasari Suyanto
NIM
: H14090051

Disetujui oleh

D. S. Priyarsono, PhD

Diketahui oleh

Dr Dedi Budiman Hakim
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai

dengan Mei 2013 ini ialah Pengaruh Infrastruktur terhadap Produk Domestik
Regional Bruto per Kapita Kabupaten Tertinggal dan Non-Tertinggal di
Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak D. S. Priyarsono, PhD selaku
pembimbing, serta pihak BPS Pusat yang telah menyediakan dan melayani
penulis saat proses pengumpulan data. Kepada Nela, Perdana, Ola, Ochon, Kak
Diyah, Mbak Nana dan Pak Undang yang telah banyak membantu selama proses
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa tercinta
Ir Suyanto, Mama tercinta Purwantinah, Kakak tercinta Diah Pamulasari Suyanto,
serta Mas tersayang Deris Endang Sarifudin yang telah banyak memberi
dukungan secara moril. Kepada teman-temang genggong yaitu Dini, Nida, Sela,
Ria, Nikki, Dea, Nila, Rina, dan Amel, seluruh teman dan sahabat Departemen
Ilmu Ekonomi 46, serta seluruh pihak yang telah menyemangati dan selalu
mendoakan yang terbaik bagi penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Dwi Nur Vitasari Suyanto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

Kerangka Pemikiran Konseptual

5


Hipotesis Penelitian

5

METODE PENELITIAN

6

Jenis dan Sumber Data

6

Metode Pengolahan dan Analisis Data

7

Perumusan Model Penelitian

7


HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Perkembangan PDRB per Kapita di Indonesia

8

Perkembangan Ketersediaan Infrastruktur Kabupaten Tertinggal dan NonTertinggal

9

Keterkaitan Infrastruktur dan PDRB per Kapita
SIMPULAN DAN SARAN

13
19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1 Data, sumber data, dan simbol
2 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per kapita
kabupaten tertinggal dan non-tertinggal dengan metode Fixed Effect
Model dengan Cross Section Weighting dan White Cross Section
3 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per kapita
kabupaten non-tertinggal dengan metode Fixed Effect Model dengan
Cross Section Weighting dan White Cross Section
4 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per kapita
kabupaten tertinggal dengan metode Fixed Effect Model dengan Cross
Section Weighting dan White Cross Section

6

15

16

17

DAFTAR GAMBAR
1 Produk Domestik Bruto per kapita (juta rupiah) atas dasar harga
konstan 2000
2 Rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 (juta rupiah)
3 Kerangka pemikiran konseptual
4 Hipotesis penelitian
5 Rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
6 Rata-rata rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi di kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
7 Rata-rata unit sekolah (SD, SMP, SMA/SMK) di kabupaten tertinggal
dan non-tertinggal tahun 2009-2011
8 Rata-rata akses rumah tangga terhadap listrik di kabupaten tertinggal
dan non-tertinggal
9 Rata-rata akses rumah tangga terhadap air bersih di kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
10 Rata-rata jalan menurut kondisi baik dan sedang di kabupaten tertinggal
dan non-tertinggal tahun 2009-2011
11 Rata-rata pertumbuhan akses rumah tangga terhadap air bersih
12 Rata-rata pertumbuhan populasi

1
2
5
6
9
10
10
11
12
13
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji korelasi untuk pengujian asumsi klasik multikolinearitas di
kabupaten tertinggal
2 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square) untuk
mengestimasi keterkaitan antara infrastruktur terhadap PDRB per kapita
kabupaten tertinggal di Indonesia
3 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect dengan Cross Section
Weighting dan White Cross Section untuk mengestimasi keterkaitan
antara infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal di
Indonesia
4 Hasil pengujian dengan metode Random Effect untuk mengestimasi
keterkaitan antara infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten
tertinggal di Indonesia
5 Hasil pengujian Chow Test untuk mengestimasi keterkaitan antara
infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal d
Indonesia
6 Hasil pengujian Hausman Test untuk mengestimasi keterkaitan antara
infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal di
Indonesia
7 Hasil uji korelasi untuk pengujian asumsi klasik multikolinearitas di
kabupaten non-tertinggal
8 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square) untuk
mengestimasi keterkaitan antara infrastruktur terhadap PDRB per kapita
kabupaten non-tertinggal di Indonesia
9 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect dengan Cross Section
Weighting dan White Cross Section untuk mengestimasi keterkaitan
antara infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal
di Indonesia
10 Hasil pengujian dengan metode Random Effect untuk mengestimasi
keterkaitan antara infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten
non-tertinggal di Indonesia
11 Hasil pengujian Chow Test untuk mengestimasi keterkaitan antara
infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal di
Indonesia
12 Hasil pengujian Hausman Test untuk mengestimasi keterkaitan antara
infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal di
Indonesia
13 Nilai variabel dummy untuk kabupaten non-tertinggal
14 Nilai variabel dummy untuk kabupaten tertinggal

22

22

23

24

24

25
26

26

27

28

28

29
30
34

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk Domestik
Bruto per kapita
(juta rupiah)

Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia melakukan kegiatan
pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai social welfare
(kesejahteraan sosial) serta menghapuskan kemiskinan di negara tersebut. Tidak
hanya negara yang relatif sudah maju (negara berkembang) saja yang melakukan
kegiatan pembangunan. Negara yang belum maju pun melakukan kegiatan
pembangunan.
Berhasil atau tidaknya proses pembangunan yang dilakukan oleh suatu
negara atau wilayah dapat dilihat dari perkembangan beberapa indikator
perekonomian. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah PDB (Produk
Domestik Bruto), sedangkan untuk daerah tertentu disebut Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) . Selain PDRB, pendapatan per kapita juga merupakan
salah satu konsep penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Todaro dan
Smith (2006) , produk domestik bruto per kapita merupakan salah satu tolak ukur
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara.
15.00
10.00
5.00
0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 1 Produk Domestik Bruto per kapita (juta rupiah) atas dasar harga
konstan 2000
Sumber : BPS, 2000-2012 (diolah)
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa PDB per kapita Indonesia selama
kurun waktu 2000 sampai dengan 2012 selalu mengalami peningkatan. Semakin
besar PDB per kapita maka akan semakin makmur negara tersebut. Nampaknya
pernyataan ini belum berlaku di Indonesia. Meskipun PDB per kapita Indonesia
dapat dikatakan cukup baik sayangnya tidak diikuti dengan pemerataannya di
tingkat daerah. Karena adanya ketimpangan PDRB per kapita yang terjadi di
tingkat daerah inilah kemudian muncul daerah tertinggal dan non-tertinggal
Konsep dan kriteria kabupaten tertinggal tertuang dalam Keputusan Menteri
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor. 001/KEP/M-PDT/I/2005. Dalam
Keputusan Menteri tersebut daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif
kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Wilayah kabupaten digunakan sebagai unit terkecil daerah tertinggal dalam

2

Rata-rata PDRB per
kapita (juta rupiah)

strategi nasional sesuai dengan kewenangan otonomi daerah yang sepenuhnya
diberikan kepada pemerintah kabupaten. Suatu daerah dikatakan sebagai daerah
tertinggal karena beberapa faktor penyebab, antara lain yaitu secara geografis
letaknya sulit dijangkau; tidak memiliki potensi sumber daya alam;
masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
yang relatif rendah; keterbatasan prasarana dan sarana; sering mengalami bencana
alam dan konflik sosial yang mengganggu kegiatan pembangunan sosial dan
ekonomi; serta menjadi korban kebijakan pembangunan yang tidak tepat.
Berdasarkan data dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,
sampai dengan tahun 2013 masih terdapat 183 kabupaten yang tergolong sebagai
daerah tertinggal. Sebanyak 55 kabupaten tertinggal berada di wilayah KBI
(Kawasan Barat Indonesia) , dan sebanyak 128 kabupaten berada di KTI
(Kawasan Timur Indonesia) . Angka ini menunjukkan sedikit perbaikan pada
capaian pengentasan kabupaten tertinggal. Berdasarkan data RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2005-2009, terdapat 199 kabupaten
tertinggal di Indonesia yaitu 76 kabupaten tertinggal berada di KBI dan 123
kabupaten tertinggal berada di KTI.
Meskipun terjadi penurunan jumlah kabupaten tertinggal sebanyak 16
kabupaten dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2012, namun belum dapat
dikatakan upaya pengentasan kabupaten tertinggal melalui langkah peningkatan
pertumbuhan ekonomi telah berlangsung optimal. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya jumlah kabupaten tertinggal di Indonesia (183 kabupaten untuk tahun
2010 sampai dengan 2012) dan masih adanya ketimpangan rata-rata PDRB per
kapita antara kabupaten tertinggal dan non-tertinggal.
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000

Kab.Tertinggal
Kab. Non Tertinggal

2009
4.714
7.489

2010
4.963
7.822

2011
5.178
8.127

Gambar 2 Rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 (juta rupiah)
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
Ketimpangan PDRB per kapita antarkabupaten di Indonesia salah satunya
disebabkan oleh perbedaan ketersediaan infrastruktur. Kwik dalam Haris (2009)
menyatakan bahwa infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan infrastruktur sangat penting dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat di suatu wilayah (Munnel 1992, Canning dan Pedroni
1999, Hashimzade dan Gareth 2010, Herrerias 2010, Prasetyo 2010 dan
Vidyattama 2010) .

3
Infrastruktur yang berperan penting dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat terbagi menjadi infrastruktur ekonomi dan sosial. Infrastruktur
ekonomi terdiri dari prasarana transportasi, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, serta instalasi dan jaringan air minum. Infrastruktur sosial terdiri
dari prasaran pendidikan dan kesehatan (Ramelan 1997) .
Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar .
Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal pokok
untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan
memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara
berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan
kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
Kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas, sementara
keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik (Todaro dan
Smith 2006) .
Ketersediaan listrik dalam kehidupan menjadi kebutuhan yang tidak dapat
dihindari. Rumah tangga dan industri membutuhkan listrik untuk melakukan
berbagai aktivitas harian dan ekonomi. Konsumsi listrik baik oleh residensial
maupun non-residensial (sektor perhotelan, industri, dan bisnis) memberikan
pengaruh yang signifikan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dalam jangka panjang (Lorde et al. 2010) .
Ketersediaan air bersih merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam
perekonomian. Akses terhadap air bersih yang berkelanjutan menjadi salah satu
target Millenium Development Goals 2015 (Todaro dan Smith 2006) . Pada sisi
sosial, air bersih dapat berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yang dapat
tercermin dari kesehatannya. Penduduk yang sehat mampu bekerja dengan baik
dan menghasilkan pendapatan bagi kehidupannya. Daerah dengan akses air bersih
yang minim memiliki kesempatan yang terbatas dalam melakukan salah satu
upaya menjaga kesehatan masyarakatnya. Pada sisi ekonomi, air bersih dapat
digunakan bagi berbagai industri untuk berproduksi.
Ketersediaan dan kualitas jalan yang memadai dapat menarik investor dan
meciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan konsumsi masyarakat.
Akhirnya pendapatan daerah meningkat dan pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan daerah dapat meningkat pula.
Pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan karakteristik daerah
diperlukan untuk menghindari penumpukan pembangunan infrastruktur di
beberapa daerah tertentu sehingga tidak menyebabkan kesenjangan PDRB per
kapita antardaerah. Oleh karena itu masalah ini terpilih menjadi fokus penelitian.
Penelitian ini menganalisis pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap
PDRB per kapita daerah kabupaten tertinggal dan non-tertinggal. Penelitian ini
juga akan membandingkan besar pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per
kapita di kabupaten tertinggal dan non-tertinggal.

4
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka permasalahan pokok
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana perkembangan PDRB per kapita dan ketersediaan infrastruktur
di kabupaten tertinggal dan non-tertinggal?
2.
Bagaimana keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur dan PDRB per
kapita kabupaten tertinggal dan non-tertinggal di Indonesia?
3.
Bagaimana perbandingan besar pengaruh yang ditimbulkan masing-masing
jenis infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan nontertinggal di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan PDRB per kapita
dan ketersediaan infrastruktur di kabupaten tertinggal dan non-tertinggal. Selain
itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara
ketersediaan infrastruktur dan PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan nontertinggal serta melihat perbandingan besar pengaruh yang ditimbulkan masingmasing jenis infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan
non-tertinggal.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
pemerintah pusat dan daerah serta instansi terkait mengenai pentingnya
ketersediaan infrastruktur yang tepat dalam upaya meningkatkan PDRB per kapita
kabupaten tertinggal dan non-tertinggal. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan referensi bagi pihak yang
membutuhkan maupun sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup pengaruh ketersediaan infrastruktur
ekonomi dan sosial terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan nontertinggal di Indonesia dengan menggunakan metode data panel. Data yang
digunakan adalah data cross section berupa data 40 kabupaten tertinggal dan 119
kabupaten non-tertinggal di Indonesia dan data time series selama 3 tahun yaitu
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Infrastruktur yang digunakan adalah air,
listrik, panjang jalan menurut kondisi baik dan sedang, rasio ranjang rumah sakit
terhadap populasi, dan jumlah SD, SMP, dan SMA/SMK negeri dan swasta.

5
Kerangka Pemikiran Konseptual
Kabupaten di Indonesia

Kabupaten
Tertinggal

Kabupaten NonTertinggal
INFRASTRUKTUR

Infrastruktur Ekonomi

Infrastruktur Sosial

Tercapai PDRB per Kapita yang Optimal dan
Mengurangi Kesenjangan PDRB per Kapita
Antarkabupaten

Gambar 3 Kerangka pemikiran konseptual

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan dari
variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan teori yang tertera pada bagian
Pendahuluan, maka diambil beberapa hipotesis yang menduga bahwa :
1.
Panjang jalan menurut kondisi baik dan sedang berppengaruh positif
terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan non-tertinggal,
2.
Listrik berpengaruh positif terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal
dan non-tertinggal,
3.
Air bepengaruh positif terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan
non-tertinggal,
4.
Jumlah sekolah (SD, SMP, SMA/SMK negeri dan swasta) berpengaruh
terhadap PDRB kabupaten tertinggal dan non-tertinggal,
5.
Rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi berpengaruh positif terhadap
PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan non-tertinggal.

6
Panjang
jalan
Akses RT
terhadap air
bersih

Jumlah
sekolah

Akses RT
terhadap
listrik
Positif
memenga
ruhi
PDRB
per kapita

Ranjang
rumah
sakit/popula
si

Gambar 4 Hipotesis penelitian

METODE PENELITIAN
.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder 40 kabupaten tertinggal dan 119
kabupaten non-tertinggal di Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2011
dalam bentuk data panel. Data sekunder tersebut diperoleh dari sumber Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
serta studi pustaka dilakukan terhadap jurnal, artikel-artikel di internet serta
literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus penelitian. Data sekunder yang
digunakan akan dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data, sumber data, dan simbol
Data yang digunakan
Jumlah kabupaten tertinggal dan nontertinggal di Indonesia
PDRB per kapita atas dasar harga konstan
2000 kabupaten tertinggal dan non-tertinggal
di Indonesia
Panjang jalan menurut kondisi baik dan
sedang (km)
Akses rumah tangga terhadap listrik (%)
Akses rumah tangga terhadap air (%)
Jumlah SD, SMP, dan SMA/SMK negeri dan
swasta (unit)
Rasio ranjang rumah Sakit terhadap populasi
(unit/populasi)

Sumber
KPDT

Simbol

BPS

LNPDRBKit

BPS

LNJLNit

BPS
BPS
BPS

LISTit
AIRit
LNSCHOOLit

BPS

LNRSit

7

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini
digunakan untuk menggambarkan perkembangan PDRB per kapita kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal di Indonesia serta menggali lebih dalam mengenai
keterkaitan ketersediaan infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal. Metode ini juga digunakan ketika
menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari analisis data kuantitatif sehingga
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh ketersediaan
infrastruktur terhadap PDRB per kapita kabupaten tertinggal dan non-tertinggal di
Indonesia. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
data panel. Metode data panel ini dilakukan dengan menggunakan program
komputer Eviews6 dan Microsoft Excel yang hasil outputnya nanti akan
diinterpretasikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
Sehubungan dengan digunakannya metode data panel dalam penelitian ini,
maka data yang digunakan akan digunakan dengan menggunakan teknik estimasi
data panel yaitu dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan
teknik Pooled Least Square Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model.
Kemudian berdasarkan hasil dari ketiga model tersebut, akan ditentukan model
mana yang lebih tepat untuk menjelaskan jenis infrastruktur yang dapat
mempengaruhi PDRB per kapita dengan menggunakan uji kesesuaian model
dengan Chow Test dan Haussman Test.
.

Perumusan Model Penelitian
Dalam penelitian ini, infrastruktur dipecah menjadi infrastruktur ekonomi
dan sosial. Infrastruktur ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air,
listrik, panjang jalan menurut kondisi baik dan sedang. Infrastruktur sosial yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi
dan jumlah SD, SMP, dan SMA/SMK negeri dan swasta. Hubungan antara
infrastruktur ekonomi dan sosial dengan PDRB per kapita akan digambarkan
dalam persamaan model yang akan dibagi menjadi dua model sebagai berikut
LNPDRBKKNit = α0 + α1AIRit + α2LISTit + α3LNJLNit + α4LNRSit +
α5LNSCHOOLit+ μit (1)
LNPDRBKKTit = α0 + α1AIRit + α2LISTit + α3LNJLNit + α4LNRSit +
α5LNSCHOOLit + μit (2)
Keterangan :
(1)
(2)
PDRBKKNit
PDRBKKTit

Model 1 untuk kabupaten non-tertinggal
Model 2 untuk kabupaten tertinggal
Besaran nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan
2000 (rupiah) untuk kabupaten non-tertinggal
Besaran nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan
2000 (rupiah) untuk kabupaten tertinggal

8
α0
α1- α5
μit
AIRit
LISTRit
LNJLNit
LNRSit
LNSCHOOLit
i
t

Intercept
Parameter infrastruktur
Error term
Akses rumah tangga terhadap air bersih (%)
Akses rumah tangga terhadap listrik (%)
Logaritma natural dari jalan menurut kondisi baik dan
sedang (km)
Logaritma natural dari rasio ranjang rumah sakit
terhadap populasi (unit/populasi)
Logaritma natural dari jumlah SD, SMP, dan
SMA/SMK negeri dan swasta (unit)
Data cross section, yaitu 159 kabupaten
Tahun penelitian, yaitu tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan PDRB per Kapita di Indonesia
PDRB per kapita merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan
untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah demi
mencapai tingkat kesejahteraan ekonomi yang optimal bagi para penduduknya.
Faktanya di Indonesia, ketimpangan PDRB per kapita antarkabupaten justru
masih ditemui dan menimbulkan munculnya kabupaten tertinggal yang jumlahnya
masih melebihi jumlah kabupaten non-tertinggal. Selama periode 2009 sampai
dengan 2011 rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan kabupaten
tertinggal masih kalah jauh dibandingkan dengan rata-rata PDRB per kapita atas
dasar harga konstan kabupaten non-tertinggal. Selain itu tren ketimpangannya
juga makin melebar atau divergen dari tahun ke tahun dengan rata-rata laju
pertumbuhan sebesar 2.9 persen pada tahun 2010 dan 3.2 persen pada tahun 2011.

Rata-rata PDRB per kapita
(juta rupiah)

9
9.000
8.000
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000

Kab.Tertinggal
Kab. Non Tertinggal
Selisih

2009
4.714
7.489
2.776

2010
4.963
7.822
2.858

2011
5.178
8.127
2.949

Gambar 5 Rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
Sumber : BPS, 2010-2012, (diolah)

Perkembangan Ketersediaan Infrastruktur di Kabupaten Tertinggal
dan Non-Tertinggal

1. Pekembangan Rasio Ranjang Rumah Sakit terhadap Populasi Tingkat
Kabupaten di Indonesia
Ranjang rumah sakit terhadap populasi menunjukkan kapasitas rumah sakit
dalam menampung masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Makin
tinggi nilai dari rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi mengindikasikan
makin tingginya kapasitas rumah sakit dalam menampung masyarakat. Kualitas
pelayanan rumah sakit terhadap masyarakat akan makin baik dan akan
menciptakan kualitas sumber daya manusia yang baik pula serta akan ikut
meningkatkan produktivitas sumber daya manusia dalam melakukan kegiatan
ekonomi.

Rata-rata rasio (1000
orang)

10
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00

Kab.Tertinggal
Kab.Non Tertinggal
Selisih

2009
0.58
1.02
0.44

2010
0.60
1.07
0.47

2011
0.63
1.13
0.50

Gambar 6 Rata-Rata rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi di kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa Rata-rata rasio ranjang rumah sakit
terhadap populasi di kabupaten tertinggal dan non-tertinggal mengalami
peningkatan sepanjang tahun. Selisih rata-rata rasio ranjang rumah sakit antara
kabupaten non-tertinggal dan kabupaten tertinggal cenderung melebar atau
divergen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 6.8 persen pada tahun 2010
dan 6.4 persen pada tahun 2011.

2.

Perkembangan Jumlah SD, SMP, dan SMA/SMK Negeri dan Swasta di
Tingkat Kabupaten di Indonesia

Unit sekolah

Sekolah (SD, SMP, dan SMA/SMK negeri dan swasta) merupakan salah
satu sarana penyedia layanan pendidikan bagi masyarakat. Sekolah berperan
penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Seiring
dengan meningkatnya kualitas dan daya saing manusia, kesejahteraan manusia
pun akan meningkat serta mampu meningkatkan perekonomian daerah.
600
500
400
300
200
100
0

Kab. Tertinggal
Kab Non Tertinggal
Selisih

2009
381
553
172

2010
390
551
161

2011
392
559
167

Gambar 7 Rata-rata unit sekolah (SD, SMP, SMA/SMK) di kabupaten tertinggal
dan kabupaten non-tertinggal tahun 2009-2011
Sumber : BPS, 2012 (diolah)

11
Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa rata-rata unit sekolah di kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal mengalami peningkatan sepanjang tahun 2009
sampai dengan 2011. Selisih rata-rata jumlah unit sekolah antara kabupaten nontertinggal dan kabupaten tertinggal sempat mengecil atau cenderung konvergen
pada tahun 2010 namun kemudian melebar atau divergen pada tahun 2011 dengan
rata-rata laju pertumbuhan sebesar 3.7 persen.

3.

Perkembangan Akses Terhadap Listrik di Tingkat Kabupaten

Persen listrik

Listrik merupakan sumber energi yang sangat vital dalam menunjang
keberlangsungan kegiatan ekonomi terutama kegiatan ekonomi padat teknologi.
Pada penelitian ini digunakan variabel persentase akses rumah tangga terhadap
listrik yang bersumber dari PLN.
100
80
60
40
20
0

2009

2010

2011

Kab.Tertinggal

68

72

70

Kab Non Tertinggal

93

94

95

Selisih

25

22

25

Gambar 8 Rata-rata akses rumah tangga terhadap listrik di kabupaten tertinggal
dan non-tertinggal tahun 2009-2011
Sumber : SUSENAS, BPS, 2012 (diolah)
Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa rata-rata persentase akses rumah
tangga terhadap listrik PLN di kabupaten non-tertinggal mengalami peningkatan
selama kurun waktu tiga tahun tersebut. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi
di kabupaten tertinggal yang mengalami perkembangan yang fluktuatif. Selisih
rata-rata akses rumah tangga terhadap listrik antara kabupaten non-tertinggal dan
kabupaten tertinggal sempat mengecil atau cenderung konvergen pada tahun 2010
namun kemudian melebar atau divergen pada tahun 2011 dengan rata-rata laju
pertumbuhan sebesar 13.64 persen.
Berdasarkan Gambar 8 juga dapat terlihat bahwa rata-rata rumah tangga
yang mendapatkan akses listrik di kabupaten tertinggal adalah sebesar 70 persen
dan sempat mengalami pertumbuhan yang negatif pada tahun 2011 dengan ratarata pertumbuhan sebesar 3.26 persen. Sementara itu, untuk kabupaten nontertinggal, rata-rata rumah tangga yang mendapatkan akses listrik adalah sebesar
94 persen dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2009 sampai dengan 2011
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.02 persen. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa tingkat elektrifikasi baik di kabupaten tertinggal maupun nontertinggal cukup baik. Data The World Bank tahun 2009 menunjukkan bahwa
tingkat elektrifikasi dunia hanya sebesar 66.7 persen.

12
4.

Perkembangan Akses terhadap Air Bersih di Tingkat Kabupaten

Persen air bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat vital dalam
menunjang kelangsungan hidup manusia. Pemenuhan akan kebutuhan air bersih
mampu meningkatkan kualitas hidup manusia yang kemudian akan berpengaruh
terhadap produktivitas dan daya saing manusia dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Untuk melihat ketersediaan infrastruktur air ini, dalam penelitian ini
digunakan variabel persentase akses rumah tangga terhadap air bersih yang
bersumber dari air kemasan dan ledeng meteran PDAM.
35
30
25
20
15
10
5
0

2009

2010

2011

Kab. Tertinggal

15

12

8

Kab. Non Tertinggal

29

20

18

Selisih

14

8

10

Gambar 9 Rata-rata akses rumah tangga terhadap air bersih di kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
Sumber :
BPS, 2012 (diolah)
Berdasarkan Gambar 9 dapat terlihat bahwa rata-rata akses rumah tangga
terhadap air bersih di kabupaten tertinggal dan non-tertinggal mengalami
penurunan yang terus terjadi setiap tahun selama kurun waktu tiga tahun tersebut.
Selisih rata-rata akses rumah tangga terhadap air bersih antara kabupaten nontertinggal dan kabupaten tertinggal sempat mengecil atau cenderung konvergen
pada tahun 2010 namun kemudian melebar atau divergen pada tahun 2011 dengan
rata-rata laju pertumbuhan sebesar 25 persen.
Penyediaan air bersih merupakan salah satu sasaran utama dari program
Millenium Development Goals (MDGs). MDGs menargetkan pada tahun 2015
ketersediaan air bersih telah mencapai 50 persen dari total jumlah rumah tangga.
Kabupaten tertinggal memiliki rata-rata pertumbuhan air bersih -9.46 persen.
Apabila tingkat pertumbuhan ini dianggap konstan, maka pada tahun 2015 akses
rumah tangga terhadap air bersih di kabupaten tertinggal akan mencapai nilai 37.84 persen. Sementara itu, kabupaten non-tertinggal memiliki rata-rata
pertumbuhan air bersih sebesar -12.38 persen. Apabilai tingkat pertumbuhan ini
dianggap konstan, maka pada tahun 2015 akses rumah tangga terhadap air bersih
di kabupaten non-tertinggal akan mencapai nilai -49.52 persen. Berdasarkan nilainilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara umum akses rumah tangga
terhadap air bersih baik di kabupaten tertinggal maupun non-tertinggal masih
rendah.

13
5.

Perkembangan Jalan di Tingkat Kabupaten

Panjang jalan (km)

Jalan dalam konteks pembangunan wilayah memiliki peranan yang cukup
penting. Ketersediaan jalan dapat membentuk jaringan transportasi yang dapat
menghubungkan seluruh kegiatan masyarakat di berbagai daerah sehingga dapat
memberikan kesejahteraan pada rakyatnya. Dalam penelitian ini ketersediaan
jalan ditunjukkan dengan nilai dari panjang jalan menurut kondisi baik dan sedang
(km). Jalan menurut kondisi baik adalah jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan
dengan kecepatan 60 km/jam dan selama dua tahun mendatang tanpa
pemeliharaan pada pengerasan jalan. Jalan menurut kondisi sedang adalah jalan
yang dapat dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan 40 sampai dengan 60 km/jam
dan selama satu tahun mendatang tanpa rehabilitasi pada pengerasan jalan
650
600
550
500
450

2009

2010

2011

Kab.Tertinggal

513.042

529.755

549.459

Kab. Non Tertinggal

598.565

579.536

586.074

Gambar 10 Rata- rata jalan menurut kondisi baik dan sedang di kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal tahun 2009-2011
Sumber :
BPS, 2012 (diolah)
Berdasarkan Gambar 10 dapat terlihat bahwa rata-rata jalan menurut kondisi
baik dan sedang mengalami peningkatan yang terus terjadi setiap tahun selama
kurun waktu tiga tahun tersebut untuk kabupaten tertinggal. Sementara itu, di
kabupaten non-tertinggal justru mengalami perkembangan yang fluktuatif. Selisih
rata-rata jalan antara kabupaten non-tertinggal dan kabupaten tertinggal terlihat
makin mengecil dari tahun ke tahun.

Keterkaitan Infrastruktur dan PDRB per Kapita
Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan infrastruktur terhadap PDRB per
kapita kabupaten tertinggal dan non-tertinggal dengan analisis data panel,
dilakukan melalui 3 tahap, yaitu Pooled Least Square, Fixed Effect Model, dan
Random Effect Model. Melalui 3 tahap tersebut nantinya dapat diketahui besarnya
pengaruh ketersediaan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten
tertinggal dan non-tertinggal.
Pada pengujian dengan menggunakan Uji Chow dan Uji Hausmann pada
Lampiran, diperoleh bahwa Fixed Effect Model merupakan pendekatan analisis
regresi data panel yang terbaik untuk menjelaskan pengaruh ketersediaan
infrastruktur terhadap PDRB per kapitadi kabupaten tertinggal dan non-tertinggal.

14
Kemudian dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap kedua model estimasi data
panel Fixed Effect Model pada Lampiran agar dapat menghasilkan estimator yang
memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimator). Pengujian asumsi
klasik dilakukan dengan melakukan uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas pada kedua model yang digunakan dalam penelitian ini.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai perhitungan koefisien
korelasi antar variabel independen. Apabila nilai koefisien korelasinya lebih
rendah dari 0.80 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan Eviews 6.0
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 7. Nilai koefisien korelasi antarvariabel bebas
di kedua model semuanya kurang dari 0.80 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas di kedua model.
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson dengan hipotesis
yaitu
H0 : tidak terdapat autokorelasi
H1 : terdapat autokorelasi
Untuk model yang diterapkan di kabupaten non-tertinggal diperoleh nilai
statistik Durbin-Watson sebesar 2.23 dan nilai tabel Durbin-Watson diperoleh
dengan dL = 1.7176 dan dU = 1.8199. Sementara itu untuk model yang diterapkan
di kabupaten tertinggal diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebesar 2.33 dan
nilai tabel Durbin-Watson diperoleh dengan dL = 1.6164 dan dU = 1.7896. Daerah
non autokorelasi menurut Gujarati (2006) berada pada selang dU < d < 4-dU. Nilai
statistik Durbin Watson model kabupaten tertinggal dan non-tertinggal berada
pada selang daerah tidak ada keputusan. Hal ini mengakibatkan koefisien tetap
tidak bias, tetap konsisten, namun memiliki standar error yang bias ke bawah atau
lebih kecil dari nilai sebenarnya (Juanda 2009) .
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan memberi perlakuan cross section
weighting dan coefficient of covariance white cross section sehingga pelanggaran
asumsi heteroskedastisitas dapat diabaikan. Berdasarkan Tabel 2, maka dapat
terlihat bahwa di kedua model memiliki nilai Sum squared residual Weighted
Statics yang lebih kecil dibandingkan nilai Sum squared residual Unweighted
Statistic dan nilai R-squared Weighted Statistic yang lebih besar dibandingkan
nilai R-squared Unweighted Statistic. Maka dapat disimpulkan di kedua model
sudah tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.
Berdasarkan pengujian asumsi klasik, maka dapat ditentukan bahwa model
estimasi data panel yang terbaik adalah Fixed Effect Model dengan cross section
weighting dan white cross section. Hal ini berlaku baik untuk model yang
diterapkan di kabupaten tertinggal maupun di kabupaten non-tertinggal.

15
Tabel 2 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per kapita
kabupaten tertinggal dan non-tertinggal dengan metode Fixed Effect
Model dengan Cross Section Weighting dan White Cross Section
No.

Variabel Terikat

1

C

2

Air

3

Sekolah

4

Jalan

5

Rasio ranjang rumah
sakit terhadap populasi
Listrik

6

Variabel Bebas (PDRBK)
PDRBKN
PDRBKT
(Model 1)
(Model 2)
[14.981]
[14.619]
(86.281)
(76.863)
[-0.002]**
[-0.003]**
(-11.060)
(-15.367)
[0.073]**
[0.134]**
(2.919)
(5.433)
[0.021]**
[0.046]**
(3.317)
(4.118)
[0.047]**
[0.057]**
(3.698)
(9.387)
[0.006]**
[0.002]**
(4.436)
(5.926)

KESESUAIAN MODEL
R-Squared (R )
0.9989
Durbin-Watson
2.2321
Prob > F-stat
0.0000**
Sum square resid (Weighted)
0.8318
Sum square resid (Unweighted)
0.8505
2

0.9993
2.3324
0.0000**
0.1061
0.1137

Keterangan : **signifikan pada taraf 5 persen; [ ] nilai koefisien; ( ) nilai t-statistik
Untuk menguji validitas model pengaruh ketersediaan infrastruktur terhadap
PDRB per kapita di kabupaten non-tertinggal dan tertinggal dilakukan
serangkaian uji yaitu :
a.
Uji F
Uji F dilakukan untuk melakukan uji hipotesis keofisien regresi secara
bersamaan. Berdasarkan hasil estimasi pada kedua model, nilai probabilitas
Fstatistics sebesar 0.0000 yang dapat disimpulkan bahwa pada kedua model
tersebut paling tidak ada satu koefisien regresi yang signifikan secara
statistik.
b.
Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar dari
variabel tak bebas dapat diterangkan oleh variabel bebas. Berdasarkan hasil
estimasi pada kedua model, nilai R2 dari masing-masing model relatif tinggi
(lebih dari 90 persen). Hal tersebut menunjukkan bahwa variasi dalam
variabel bebas yaitu jalan, rasio tempat tidur rumah sakit, sekolah, akses
rumah tangga terhadap air, akses rumah tangga terhadap listrik PLN mampu
menjelaskan lebih dari 90 persen variasi yang terdapat pada PDRB per
kapita, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

16
1.

Model Kabupaten Non-Tertinggal (Model 1)
Tabel 3 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per
kapita dengan metode Fixed Effect Model dengan Cross Section
Weighting dan White Cross Section di kabupaten non-tertinggal
No
1
2
3
4
5

Variabel Bebas

Kabupaten non-tertinggal
Koefisien
t-statistik
14.981
86.281
-0.002**
-11.060
0.073**
2.919
0.021**
3.317
0.047**
3.698

C
Air
Sekolah
Jalan
Rasio Ranjang Rumah Sakit
terhadap Populasi
6
Listrik
0.006**
Kesesuaian Model
R-Squared (R2)
0.9989
Durbin Watson
2.2321
Prob > F-stat
0.0000*
Jumlah Observasi
120
Keterangan : ** signifikan pada taraf 5 persen

4.436

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa variabel air (AIR) nyata negatif
memengaruhi PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan
satu persen akses terhadap air bersih maka akan menurunkan PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal sebesar 0.002 persen. Variabel sekolah
(LNSCHOOL) nyata positif memengaruhi PDRB per kapita kabupaten nontertinggal. Setiap kenaikan satu persen jumlah sekolah akan meningkatkan
PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal sebesar 0.073 persen. Variabel
rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi (LNRS) nyata positif
mempengaruhi PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan
satu persen rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi maka PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal akan meningkat sebesar 0.047 persen.
Variabel listrik (LISTRIK) nyata positif memengaruhi PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan satu persen akses rumah
tangga terhadap listrik maka akan meningkatkan PDRB per kapita
kabupaten non-tertinggal sebesar 0.006 persen. Variabel jalan menurut
kondisi baik dan sedang (LNJALAN) nyata positif memengaruhi PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan satu persen panjang jalan
akan meningkatkan PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal sebesar
0.021 persen.

17
2.

Model Kabupaten Non-Tertinggal (Model 2)
Tabel 4 Hasil estimasi model pengaruh infrastruktur terhadap PDRB per
kapita dengan metode Fixed Effect Model dengan Cross Section
Weighting dan White Cross Section di kabupaten tertinggal
No
1
2
3
4
5

Variabel Bebas

Kabupaten tertinggal
Koefisien
t-statistik
14.619**
76.863
-0.003**
-15.367
0.134**
5.433
0.046**
4.118
0.057**
9.387

C
Air
Sekolah
Jalan
Rasio Ranjang Rumah Sakit
terhadap Populasi
6 Listrik
0.002**
5.926
Kesesuaian Model
R-Squared (R2)
0.9993
Durbin Watson
2.3324
Prob > F-stat
0.0000**
Jumlah Observasi
357
Keterangan : ** signifikan pada taraf 5 persen

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa variabel air (AIR) nyata negatif
memengaruhi PDRB per kapita kabupaten tertinggal. Setiap kenaikan satu
persen akses terhadap air bersih maka akan menurunkan PDRB per kapita
kabupaten non-tertinggal sebesar 0.003 persen. Variabel sekolah
(LNSCHOOL) nyata positif memengaruhi PDRB per kapita kabupaten
tertinggal. Setiap kenaikan satu persen jumlah sekolah akan meningkatkan
PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal sebesar 0.134 persen. Variabel
rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi (LNRS) nyata positif
mempengaruhi PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan
satu persen rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi maka PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal akan meningkat sebesar 0.057 persen.
Variabel listrik (LISTRIK) nyata positif memengaruhi PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan satu persen akses rumah
tangga terhadap listrik maka akan meningkatkan PDRB per kapita
kabupaten non-tertinggal sebesar 0.002 persen. Variabel jalan menurut
kondisi baik dan sedang (LNJALAN) nyata positif memengaruhi PDRB per
kapita kabupaten non-tertinggal. Setiap kenaikan satu persen panjang jalan
akan meningkatkan PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal sebesar
0.046 persen.
Berdasarkan hasil estimasi pada kedua model, dapat dikatakan bahwa
variabel jumlah sekolah (LNSCHOOL), rasio ranjang rumah sakit terhadap
populasi (LNRS), dan jalan menurut kondisi baik dan sedang (LNTJ) lebih
besar pengaruhnya dalam meningkatkan PDRB per kapita di kabupaten
tertinggal. Variabel akses rumah tangga terhadap listrik PLN (LISTRIK)
lebih besar pengaruhnya dalam meningkatkan PDRB per kapita kabupaten

18

Persen air bersih

non-tertinggal. Kedua model yang tergolong ke dalam Fixed Effect Model
ini memiliki variabel boneka (dummy variable) yang mengizinkan terjadinya
perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section
maupun time series. Nilai variabel dummy dari kedua model dapat dilihat
pada Lampiran 13 dan 14.
Hubungan antara variabel air dengan PDRB per kapita yang
menunjukkan arah hubungan yang negatif di kedua model sama dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2012) . Pada Gambar 9
terlihat bahwa rata-rata akses rumah tangga terhadap air bersih yang
menunjukkan ketersediaan infrastruktur air bersih di suatu wilayah,
mengalami penurunan di tiap tahunnya. Selain itu, pertumbuhan populasi
yang selalu meningkat di tiap tahunnya tidak dapat diimbangi dengan
pertumbuhan ketersediaan air bersih yang justru makin menurun. Pada
akhirnya kegiatan ekonomi manusia pun akan menjadi terganggu dan
menurunkan PDRB per kapita.
0
-5
-10
-15
-20
-25
-30
-35

Kab.Tertinggal
Kab. Non Tertinggal

2009
-6.25
0

2010
-20
-31.03

2011
-33.33
-10

Persen populasi

Gambar 11 Rata-rata pertumbuhan akses rumah tangga terhadap air bersih
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
2
1.5
1
0.5
0

Kab.Tertinggal
Kab. Non Tertinggal

2009
1.34
1.19

2010
1.22
1.09

2011
1.67
1.31

Gambar 12 Rata-rata pertumbuhan populasi
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
Faktor kualitas data mengenai variabel air yang diperoleh dari
publikasi Sakernas BPS juga perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini dikarenakan
hasil survey sangat rentan untuk rentan mengalami sampling error yang
nantinya dapat ikut mempengaruhi hasil olahan data.

19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil uraian pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat kesamaan jenis infrastruktur yang mempengaruhi PDRB per kapita baik
di kabupaten tertinggal maupun kabupaten non-tertinggal. Infrastruktur yang
mempengaruhi PDRB per kapita di kedua kabupaten yaitu sekolah, rasio ranjang
rumah sakit terhadap populasi, listrik, air, dan jalan. Sekolah, rasio ranjang rumah
sakit terhadap populasi, dan jalan lebih berpengaruh terhadap PDRB per kapita
kabupaten tertinggal dibandingkan PDRB per kapita kabupaten non-tertinggal.
Sementara itu, listrik lebih berpengaruh terhadap PDRB per kapita kabupaten nontertinggal dibandingkan kabupaten tertinggal.

Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka dapat dirumuskan
beberapa rekomendasi yaitu: 1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta
instansi terkait adalah memperbanyak pembangunan infrastruktur sekolah, rumah
sakit, dan jalan di kabupaten tertinggal serta instalasi jaringan listrik di kabupaten
non-tertinggal, 2) Diperlukan perhatian lebih khusus pada pengaruh ketersediaan
infrastruktur air bersih terhadap PDRB per kapita, 3) Pada penelitian selanjutnya
dapat melengkapi jumlah kabupaten/kota tertinggal dan non-tertinggal yang
digunakan dan menambahkan jenis infrastruktur yang lainnya agar dapat
memperdalam analisis.

DAFTAR PUSTAKA
Baltagi BH. 2001. Econometrics Analysis of Data Panel Third Edition. Great
Britain, Biddles Ltd.
[BPS] Badan Pusat Statistik. Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Berbagai
Tahun Publikasi.BPS : Jakarta.
. Aceh dalam Angka. Berbagai Edisi. BPS : Nangroe
Aceh Darussalam.
. Sumatera Utara dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS :Sumatera Utara.
. Sumatera Selatan dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS : Sumatera Selatan.
. Bengkulu dalam Angka. Berbagai Edisi. BPS :
Bengkulu.
. Riau dalam Angka. Berbagai Edisi. BPS : Riau.
. Bali dalam Angka. Berbagai Edisi. BPS : Bali.
. Nusa Tenggara Timur dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS :Nusa Tenggara Timur.

20
. Kalimantan Barat dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS : Kalimantan Barat.
. Kalimantan Timur dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS : Kalimantan Timur.
. Kalimantan Selatan dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS : Kalimantan Selatan.
. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Berbagai Edisi.
BPS : Sulawesi Tengga