Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas Indonesia

(1)

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N

A

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI

TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR

MIGAS

DAN NON MIGAS INDONESIA

TESIS

Oleh

ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL

087018045/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI

TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR

MIGAS

DAN NON MIGAS INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL

087018045/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol Nomor Pokok : 087018045

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Maret 2012

_______________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

K e t u a : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Dr. Rahmanta, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Affifuddin, SE, M.Ec 3. Drs. HB. Tarmizi, SU


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA” Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Maret 2012 Yang membuat pernyataan

087018045/EP

Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas Indonesia dengan menggunakan data-data aktual di Indonesia selama periode 1981 - 2010. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah (NTR) dan inflasi (INF) sementara itu variabel tidak bebas adalah nilai total impor (IMP), nilai impor migas (MGS) dan nilai impor non migas Indonesia (N_MGS).

Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode Ordinary Least Squares (OLS) dan menggunakan program Eviews versi 7. Data diperoleh dari data sekunder tahun 1981-2010 (30 observasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas.


(7)

ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the influence of PDB (Gross Domestic Product), rupiah exchange rate, and inflation rate on Indonesian total value of imports and value of oil and gas and non-oil and gas imports by using the actual data in Indonesia during the period of 1981 up to 2010. The independent variables in this research comprised of PDB (Gross Domestic Product), NTR (rupiah exchange rate), and INF (inflation rate), and the dependent variables comprised of IMP (total value of imports), MGS (value of oil and gas imports), and N_MGS (value of non-oil and gas imports).

This research used multiple linear regression model, ordinary least squares (OLS), and Eviews program. The data were obtained from the secondary data from 1981 until 2010 (30 observations).

The results of the research showed that PDB (Gross Domestic Product) had significant and positive influence on the total value of imports. The rupiah exchange rate had negative and significant on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of non-oil and gas imports. The inflation rate had significant and positive influence on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of oil and gas imports.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat kepada penulis sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Nilai Impor Migas Dan Non Migas Indonesia”, sebagai tugas akhir pada Program Magister Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebanyakbanyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM). Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga bisa mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan magister.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh staf pengajar dan pegawai, khususnya pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan selama proses perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Prof. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembanding yang telah memberi masukan dalam menyelesaikan tesis ini serta dengan arif dan bijaksana dapat mengarahkan kami sehingga mampu menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan memberi masukan serta bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu membimbing serta mengarahkan dan memberi masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.

6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding yang telah membantu penulis, memberikan kritik, saran, motivasi dan dukungan moril sehingga penulis dapat semangat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 7. Bapak & Ibu Dosen Pengajar Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan dan pelajaran yang berharga kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Drs. K. Lumban Gaol dan Ibunda E. Siregar, S.Pd., yang telah memberikan kasih sayangnya serta dukungan moril dan meteril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Suamiku tercinta Firman Syah M. Simbolon, ST., yang telah mendukung penulis menyelesaikan tugas akhir ini, serta buat saudara-saudaraku Berliana Lumban Gaol, SE, M.Si, Kristina Lumban Gaol, SE., dan Dohar Sahat Lumban Gaol, S.Sos. dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan yang luar biasa. 9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara angkatan XVI yang telah sama-sama berjuang dengan penulis, dalam menyelesaikan studi dan telah memberikan banyak bantuan, motivasi dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat menjadi lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis memohon agar Tuhan Yang


(10)

Maha Esa memberikan limpahan kasih dan berkat-Nya kepada penulis dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.

Medan, 27 Maret 2012 Penulis,

087018045/EP


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ester Rumondang Hot Tua Lumban Gaol

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 18 Mei 1984

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Khatolik

Status : Menikah

Nama Suami : Firman Syah Madhy Simbolon, S.T. Nama Orang Tua

Ayah : Drs. K. Lumban Gaol.

Ibu : E. Siregar, S.Pd.

Alamat Rumah : Jl Teuku Umar

Komplek Bukit Indah Permai Blok F No. 3 Samarinda – Kalimantan Timur

Pendidikan

1. Tahun 1992-1998 : SD Negeri 060870 Medan 2. Tahun 1998-2000 : SLTP Negeri 11 Medan 3. Tahun 2000-2002 : SMU Negeri 03 Medan

4. Tahun 2002-2006 : Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta 5. Tahun 2009-2011 : Sekolah Pasca Sarjana

Program Magister Ekonomi Pembangunan USU Medan.

Pekerjaan

1. Tahun 2007-2009 : PT. Bank Permata, Tbk 2. Tahun 2009-2011 : PT. Bank Sumut


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Teori Perdagangan Internasional... 12

2.1.1. Merkantilisme ... 14

2.1.2. Keunggulan Absolut ... 19

2.1.3. Keunggulan Komparatif ... 21

2.1.4. Teori Hecksher . Ohlin (H-O) ... 22

2.2. Impor ... 27

2.3. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 28


(13)

2.3.2. Hubungan PDB dengan Impor ... 29

2.4. Nilai Tukar Rupiah ... 31

2.4.1. Definisi Nilai Tukar ... 31

2.4.2. Hubungan Nilai Tukar Internasional dengan Impor ... 37

2.5. Inflasi ... 38

2.5.1. Definisi Inflasi ... 38

2.5.2. Hubungan Inflasi dengan Impor ... 39

2.6. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 41

2.7. Kerangka Konseptual ... 42

2.8. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 44

3.3. Model Analisis ... 45

3.4. Metode Analisis Data ... 46

3.5. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 47

3.6. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ... 47

3.6.1. Uji Autokorelasi ... 48

3.6.2. Uji Multikolinearitas... 49

3.6.3. Uji Normalitas ... 50

3.6.4. Uji Linieritas ... 51

3.7. Definisi Operasional Variabel ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1. Kondisi Ekonomi Makro Indonesia ... 53

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57


(14)

4.2.2. Perkembangan Nilai Impor Migas Indonesia ... 59

4.2.3. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 61

4.2.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 63

4.2.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1481-2010 ... 65

4.2.6. Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 1981-2010 ... 67

4.3. Analisis dan Pembahasan ... 69

4.3.1. Persamaan Pertama Fungsi Nilai Total Impor Indonesia .. 70

4.3.1.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 70

4.3.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 72

4.3.2. Persamaan Kedua Fungsi Nilai Impor Migas Indonesia ... 73

4.3.2.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 74

4.3.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 78

4.3.3. Persamaan Ketiga Fungsi Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 80

4.3.3.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 80

4.3.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 82

4.4. Interpretasi Hasil Regresi ... 84

4.4.1. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) ... 85

4.4.2. Variabel Nilai Tukar Rupiah ... 86

4.4.3. Variabel Inflasi ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1. Perkembangan Nilai impor Indonesia Tahun 1994-2010

1.2. (Milyar Rupiah) ... 4

1.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1994-2010 (Milyar Rupiah) ... 8

4.1. Perkembangan Nilai Total Impor Indonesia Tahun 1981-2010 ... 59

4.2. Perkembangan Nilai Impor Migas Tahun 1981-2010 ... 60

4.3. Perkembangan Nilai Impor Non Migas Tahun 1981-2010 ... 62

4.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 64

4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1981-2010 ... 66

4.6. Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 1981-2010 ... 68


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Impor Indonesia Priode Tahun 1994-2010 ... 5

1.2. Perkembangan PDB Indonesia Priode Tahun 1994-2010 ... 8

2.1. Kerangka Konseptual ... 42

4.1. Laju Pertumbuhan Nilai Total Impor Indonesia Tahun 1981-2010 ... 59

4.2. Laju Pertumbuhan Nilai Impor Migas Indonesia Tahun 1981-2010 .. 61

4.3. Laju Pertumbuhan Nilai Impor Non Migas Indonesia Tahun 1981-2010 ... 63

4.4. Perkembangan PDB Tahun 1981-2010 ... 64

4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1981-2010 ... 66


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Analisis ... 98

2. Lanjutan Data Analisis ... 99

3. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Dependen ... 100

4. Hasil Estimasi Persamaan Pertama Nilai Total Impor Indonesia ... 101

5. Hasil Estimasi Persamaan Kedua Nilai Impor Migas Indonesia ... 105

6. Hasil Estimasi Persamaan Ketiga Nilai Impor Non Migas Indonesia ... 109


(18)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas Indonesia dengan menggunakan data-data aktual di Indonesia selama periode 1981 - 2010. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah (NTR) dan inflasi (INF) sementara itu variabel tidak bebas adalah nilai total impor (IMP), nilai impor migas (MGS) dan nilai impor non migas Indonesia (N_MGS).

Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode Ordinary Least Squares (OLS) dan menggunakan program Eviews versi 7. Data diperoleh dari data sekunder tahun 1981-2010 (30 observasi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non migas. Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas. Tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai total impor dan nilai impor non migas tetapi tidak signifikan terhadap nilai impor migas.


(19)

ABSTRACT

The aim of the research was to analyze the influence of PDB (Gross Domestic Product), rupiah exchange rate, and inflation rate on Indonesian total value of imports and value of oil and gas and non-oil and gas imports by using the actual data in Indonesia during the period of 1981 up to 2010. The independent variables in this research comprised of PDB (Gross Domestic Product), NTR (rupiah exchange rate), and INF (inflation rate), and the dependent variables comprised of IMP (total value of imports), MGS (value of oil and gas imports), and N_MGS (value of non-oil and gas imports).

This research used multiple linear regression model, ordinary least squares (OLS), and Eviews program. The data were obtained from the secondary data from 1981 until 2010 (30 observations).

The results of the research showed that PDB (Gross Domestic Product) had significant and positive influence on the total value of imports. The rupiah exchange rate had negative and significant on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of non-oil and gas imports. The inflation rate had significant and positive influence on the total value of imports and the value of non-oil and gas imports but did not have any significant influence on the value of oil and gas imports.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. latar belakang

setiap negara selalu berupaya meningkatkan pembangunan, dan masing-masing negara mempunyai sasaran utama tujuan pembangunannya. untuk mencapai sasaran ini diperlukan sumber daya yang handal serta memiliki keahlian dan kemampuan teknologi tinggi yang pastinya memerlukan biaya yang cukup besar. bila hanya menghandalkan sumber daya yang tersedia di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat, jelas hal ini tidak akan mungkin tercapai, maka dari itu diperlukan kerjasama dengan negara lain dalam perdagangan internasional.

perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia, karena dalam perdagangan internasional semua negara bersaing di pasar internasional. salah satu keuntungan perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. akan tetapi manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan, cadangan devisa, transfer modal dan luasnya kesempatan kerja. perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.


(21)

kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan dan keuangan internasional salah satunya adalah impor. kebijakan impor dilakukan karena indonesia belum dapat memproduksi semua kebutuhan dalam negeri. dengan adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ini maka indonesia harus melakukan hubungan dengan luar negeri melalui perdagangan internasional. walaupun ekspor dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor juga memegang peranan yang penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara. kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk mengamankan posisi neraca pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan luar negeri, dan meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

analisis tentang sektor perdagangan luar negeri indonesia selama ini terlalu didominasi oleh analisis tentang ekspor. di satu sisi hal ini dapat dipahami karena ekspor merupakan satu-satunya andalan penghasil devisa yang berasal dari kekuatan sendiri, sehingga negara berkembang berkepentingan untuk menguasai pengetahuan tentang penghasil devisanya ini. peran devisa ini sangat penting, terutama untuk negara berkembang seperti indonesia. devisa dibutuhkan untuk (1) membayar impor sekarang, (2) jaminan pembayaran impor tiga bulan mendatang, (3) membayar utang luar negeri dan bunganya, dan (4) mendukung stabilitas nilai rupiah.

namun demikian, di sisi lain, akibat dari kurangnya perhatian terhadap analisis impor memunculkan dampak buruk, antara lain: (1) masyarakat menganggap impor


(22)

kalah penting dibanding ekspor, sehingga menjadi semakin kurang diperhatikan. (2) efek demonstrasi yang merupakan dampak buruk dari impor mendapat kesempatan untuk menyebar tanpa hambatan, karena telah terjadi ketidakpedulian terhadap impor. (3) pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke barang impor, sebagai hasil dari upaya pen-skenario-an selera yang dilakukan para produsen/eksportir di luar negeri melalui efek demonstrasi dari strategi pemasarannya.

analisis impor selayaknya mendapat porsi yang seimbang dengan analisis ekspor, karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu negara, apakah barang dan jasa buatan dalam negeri masih menjadi tuan di negeri sendiri. suatu negara melakukan impor karena mengalami defisiensi (kekurangan/kegagalan) dalam menyelenggarakan produksi barang dan jasa bagi kebutuhan konsumsi penduduknya. ada dua macam defisiensi yang dapat terjadi, yaitu defisiensi kuantitas dan defisiensi kualitas.

nilai impor indonesia tidak terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri atas barang-barang konsumsi dan impor atas bahan baku dan penolong, serta barang modal yang pasokannya belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri-industri dalam negeri. impor ini nantinya akan digunakan untuk proses industri dalam negeri dan industri yang berorientasi ekspor.

perkembangan nilai impor migas indonesia dari tahun 1994-2010 mengalami fluktuasi. nilai impor migas indonesia rata-rata 10,441.36 milyar rupiah per tahun.


(23)

nilai impor migas yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 30,552.9 milyar rupiah dan yang terendah terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar 2,367.4 milyar rupiah.

perkembangan nilai impor non-migas indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. nilai impor non migas indonesia rata-rata 40,473.85 milyar rupiah per tahun. nilai impor non-migas yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 98,644.40 milyar rupiah dan yang terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 20,322.20 milyar rupiah.

tabel 1.1. perkembangan nilai impor indonesia tahun 1994-2010 (milyar rp)

tahun

nilai impor indonesia ( milyar rupiah)

total impor migas non migas

1994 31,983.50 2,367.40 29,616.10

1995 40,628.70 2,910.80 37,717.90

1996 42,928.50 3,595.50 39,333.00

1997 41,679.80 3,924.10 37,755.70

1998 27,336.90 2,653.70 24,683.20

1999 24,003.30 3,681.10 20,322.20

2000 33,514.80 6,019.50 27,495.30

2001 30,962.10 5,471.80 25,490.30

2002 31,288.90 6,525.80 24,763.10

2003 32,550.70 7,610.90 24,939.80

2004 46,524.50 11,732.00 34,792.50

2005 57,700.90 17,457.70 40,243.20

2006 61,065.50 18,962.90 42,102.60

2007 74,473.40 21,932.80 52,540.60

2008 129,197.30 30,552.90 98,644.40


(24)

2010 62,890.60 13,123.50 49,767.10 rata-rata 50,915.21 10,441.36 40,473.85 sumber : bps di olah

gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun 1994-2010 kondisi terakhir impor non migas indonesia selama januari-juli 2010 terjadi defisit neraca perdagangan nonmigas dengan 12 negara utama yang mencapai 2.572 juta us$ atau melonjak tajam 2.551% dibandingkan dengan defisit januari-juli tahun lalu yang hanya 97 juta us$. menurut kalkulasi badan pusat statistik, impor nonmigas dari 12 negara tersebut selama januari-juli 2010 mencapai 48.177,6 juta us$, sedangkan ekspornya mencapai 45.605,6 juta us$. dengan demikian defisit perdagangannya mencapai 2.572 juta us$. pada periode yang sama tahun lalu, nilai impornya 32.390,7 juta us$ dan ekspornya 32.293,7 juta us$, sehingga defisitnya hanya 97 juta us$. kontribusi impor non-migas dari 12 negara tersebut (china, jepang, singapura, amerika serikat, thailand, korea selatan, malaysia, australia, taiwan, jerman, prancis, inggris) sangat dominan.


(25)

terkait dengan lonjakan defisit perdagangan dengan 12 negara utama, otomotif dan komponen-komponennya mencatat lonjakan impor yang sangat tinggi. lonjakan impor otomotif dan komponen-komponennya itu terkait dengan peningkatan pembelian mobil di dalam negeri. impor yang didominasi barang konsumsi, membuktikan bahwa kemampuan produksi industri nasional semakin menurun. pemerintah perlu mewaspadai tren impor yang masih akan terus meningkat dan konsumen di tanah air sudah dimanjakan dengan harga murah barang-barang impor.

data terakhir dari badan pusat statistik menyebutkan bahwa total nilai impor pada oktober 2011 mencapai us$ 15,65 milyar atau naik 3,18% dibanding impor september yang besarnya hanya us$ 15,17 milyar. sedangkan, jika dibanding impor oktober 2010 (us$ 12,12 milyar) naik 29,14%. impor migas turun 5,7% atau senilai us$ 3,28 milyar tetapi non migas naik sebesar 5,82% atau mencapai us$ 12,37 milyar. adapun, total impor dari januari hingga oktober 2011 mencapai us$ 145,68 milyar atau meningkat 33,03% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya us$ 109,51 milyar.

naik turunnya nilai impor migas dan non migas sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, kurs valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. besarnya nilai impor indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan indonesia dalam mengolah dan


(26)

memanfaatkan sumber daya yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam negeri.

pendapatan nasional sangat mempengaruhi pola konsumsi, biasanya pola konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan diikuti oleh kecenderungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. dalam kenyataan, amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. sehingga untuk menaksir perubahan output angka yang digunakan adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai produk domestik bruto (pdb).

berdasarkan data yang diperoleh dari badan pusat statistik, diperoleh bahwa perkembangan produk domestik bruto (pdb) indonesia menunjukkan tren yang positif dari tahun ke-tahun sejak tahun 1994 hingga 2010 ditunjukkan oleh gambar berikut ini.

tabel 1.2. perkembangan produk domestik bruto indonesia tahun 1994-2010 (milyar rupiah)

tahun pdb (milyar rupiah) pertumbuhan (%)

1994 477,816.30 -

1995 542,755.40 0.14

1996 665,977.90 0.23

1997 742,692.10 0.12

1998 1,056,458.20 0.42

1999 1,203,926.90 0.14

2000 1,389,769.90 0.15

2001 1,646,322.00 0.18

2002 1,821,833.40 0.11

2003 2,013,674.60 0.11


(27)

2005 2,774,281.10 0.21

2006 3,339,216.80 0.20

2007 3,950,893.20 0.18

2008 4,951,356.70 0.25

2009 5,613,441.70 0.13

2010 6,968,645.80 0.24

sumber : bps di olah

gambar 1.2 perkembangan pdb indonesia periode tahun 1994 – 2010.

gambar 1.2 menunjukkan bahwa produk domestik bruto (pdb) indonesia berada dibawah 1,000,000 milyar setiap tahunnya hingga pada tahun1997 dan terus mengalami peningkatan sejak masa krisis ekonomi 1997. sejak tahun 1998 setelah masa krisis ekonomi produk domestik bruto (pdb) indonesia berada diatas 1,000,000 milyar setiap tahunnya. perubahan ini tentunya memberikan dampak positif bagi perkembangan impor indonesia, dimana setelah dampak krisis berakhir di tahun 2003 nilai total impor indonesia meningkat tajam (gambar 1.1).


(28)

krisis ekonomi yang terjadi di indonesia mengakibatkan menurunnya kemampuan indonesia dalam mengimpor barang-barang dari luar negeri dikarenakan nilai tukar rupiah yang terus mengalami penurunan, inflasi dalam negeri yang meningkat serta tingkat konsumsi masyarakat kian menurun pada saat itu. hal ini dapat di lihat juga pada gambar 1.1. perkembangan impor indonesia periode tahun 1994-2010.

pada awal terjadinya krisis ekonomi bulan agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$) sebesar rp 3.035 per us$, terus mengalami tekanan sehingga pada desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap us$ tercatat sebesar rp 4.650 per us$. memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah melemah menjadi sebesar rp 10.375 per us$, bahkan pada bulan juni 1998 nilai tukar rupiah sempat menembus level rp 14.900 per us$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$).

nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat (us$) tahun 1999 melakukan

recovery menjadi sebesar rp 7.810 per us$, tahun 2000 kembali melemah sebesar rp 8.530 per us$, tahun 2001 melemah lagi menjadi rp 10.265 per us$, tahun 2002 kembali menguat menjadi rp 9.260 per us$, tahun 2003 menguat menjadi rp 8.570 per us$ dan pada tahun 2004 melemah menjadi rp 8.985 per us$. fluktuasi nilai tukar rupiah ini tentunya berpengaruh terhadap kuantitas dan nilai impor indonesia. peningkatan impor akan pada disatu sisi baik untuk memenuhi kebutuhan dalam


(29)

negeri tetapi disisi lain dapat menguras cadangan devisa dan juga merongrong produk barang dan jasa sejenis yang diproduksi di dalam negeri.

uraian sebelumnya adalah alasan dari penulisan penelitian ini dengan judul : ”pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai impor migas dan non migas indonesia”.

1.2. perumusan masalah

berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap nilai total impor indonesia?

2. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap nilai impor migas?

3. apakah produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap nilai impor non migas?

1.3. tujuan penelitian

dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor indonesia.


(30)

2. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai impor migas indonesia.

3. untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai impor non migas indonesia.

1.4. manfaat penelitian

1. bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya piker ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti.

2. bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan dan pengembangan ilmu khususnya tentang pengetahuan impor. 3. bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi impor dalam penentuan kebijakan impor.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. teori perdagangan internasional

perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa. adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (sobri, 2001).

perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (boediono, 2000).

setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut. manfaat tersebut antara lain:

1. memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.

banyak factor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi setiap negara. faktor-faktor tersebut diantaranya : kondisi geografi, iklim, tingkat


(32)

penguasaan iptek dan lain-lain. dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. 2. memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. dengan mengadakan spesialisasi perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keunggulan sebagai berikut ;

A. faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan lebih efisien.

B. setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi dalam negeri.

3. memperluas pasar dan menambah keuntungan.

terkadang para pengusaha tidak membelanjakan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.


(33)

4. transfer teknologi modern.

perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

2.1.1. merkantilisme

dalam perdagangan internasional terdapat beberapa aliran pemikiran, diantaranya aliran pemikiran yang dikenal sebagai aliran merkantilisme. secara lebih spesifik, selama abad ketujuh belas dan delapan belas, sekelompok pria (para pedagang, bankir, pegawai pemerintah bahkan para filsuf) telah menulis esai dan pamflet mengenai perdagangan internasional yang disebut dengan merkantilisme. para penganut merkantilisme itu berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh sebuah negara, maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah). namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain.


(34)

aliran merkantilisme ini berpendapat bahwa perdagangan internasional akan terjadi apabila terdapat kesempatan memperoleh surplus neraca transaksi berjalan (current account). dalam aliran ini kegiatan ekspor impor diletakkan sebagai lokomotif utama yang dipacu melalui peningkatan industri dalam negeri. hasil ekspor tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan impor. barang/komoditas impor selain untuk pemenuhan kebutuhan primer/utama, juga dapat merupakan pelengkap hingga substitusi di mana beberapa jenis dari barang-barang tersebut dapat diklasifikasikan sebagai barang saingan untuk produk-produk lokal (yang dihasilkan di dalam negeri).

aliran merkantilisme mengetengahkan pemikiran bahwa kegiatan produksi dalam negeri dan ekspor harus ditingkatkan dengan memberikan rangsangan berupa subsidi dan fasilitas-fasilitas lain dari pemerintah. sebaliknya, impor harus dibatasi melalui serangkaian hambatan impor yang berupa proteksi hingga perlindungan khusus, khususnya untuk industri-industri strategis maupun industri rakyat.

adam smith menjelaskan bahwa perdagangan bebas antarnegara akan membawa keuntungan bagi kedua negara tersebut, jika salah satu dari kedua negara tersebut tidak memaksakan untuk memperoleh surplus perdagangan yang dapat menciptakan defisit neraca perdagangan dari mitra dagangnya (halwani, 2005).

salah satu tokoh besar yang lahir pada zaman merkantilisme adalah thomas mun. mun adalah seorang cendekiawan inggris dan putera seorang pedagang di london. mun berhasil menelurkan hasil pemikirannya dalam bukunya yang berjudul


(35)

england treasure by foreign trade yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap teori perdagangan internasional. mun berpendapat bahwa untuk meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan dan karena itu pedoman yang harus dipegang teguh oleh suatu negara adalah mengusahakan agar nilai ekspor ke luar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang diimpor oleh negara itu. keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui selisih dari hasil penjualan yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan demikian jumlah uang emas dan perak yang akan diterima akan semakin besar tiap tahunnya.

mun juga berpendapat jika suatu negara lewat perdagangan memperoleh banyak uang, jangan sampai modal itu hilang justru karena uang itu tidak dipergunakan untuk berdagang lagi. dari argumen mun dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahkan dalam suatu tata ekonomi perdagangan, uang barumerupakan kekayaan yang berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai alat tukar menukar, dan uang akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya disimpan saja. sumbangan mun yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu kerangka dasar neraca pembayaran suatu negara pada tahun tertentu. walaupun neraca pembayaran pada saat itu angka-angka itu memang tidak disusun teliti, namun yang penting mun telah menunjukkan kerangka dasar neraca pembayaran dengan baik sekali.


(36)

sebutan merkantilisme mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau negara dengan kebijakan seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar pada waktu menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika membeli dan dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. seperti layaknya seorang pedagang, bangsa yang merkantilis memandang bangsa dan negara lain sebagai saingannya dan mencoba untuk merebut pasaran saingannya dengan cara merebut suatu monopoli atau dengan cara lainnya. biasanya seorang pedagang berusaha untuk menekan harga barang yang akan dibelinya, dan membayar upah serendah mungkin dengan tujuan untuk menekan biaya pada titik yang paling minimal. demikian juga negara yang menganut paham merkantilisme berusaha untuk menumpuk kekayaan dengan jalan memeras dan menguras sumber-sumber daya yang murah di negara jajahan dan mengupah buruh dengan upah yang sangat minim di negerinya sendiri. karena situasi dan kondisi tersebutlah maka mengapa peranan negara harus begitu kuat demi nasionalisme ekonominya. kekuasaan negara yang semakin kuat berhasil menciptakan keadaan yang aman dengan mengatasi konflik-konflik antar wilayah yang sering berkecamuk di antara para bangsawan.

terciptanya keamanan dan kestabilan dalam negeri ini merupakan prasayarat untuk memperluas pasar dalam negeri dan perkembangan produksi. di samping itu juga negara memberikan kemudahan-kemudahan kepada para pedagang untuk melakukan perdagangan internasional, dengan demikian maka keuntungan yang diraih oleh para pedagang dapat memberikan masukan pendapatan bagi negaranya.


(37)

merkantilisme memang tidak semata mendatangkan keuntungan belaka bagi negara-negara yang melakukan perdagangan internasional, namun juga kerugian bahkan penderitaan bagi para buruh, petani, dan rakyat yang tinggal di daerah koloni sebagai daerah jajahan. para buruh dipaksa bekerja dengan sekeras-kerasnya dengan upah yang serendahrendahnya guna mendorong ekspor sebanyak-banyaknya, bahkan konsumsi untuk dalam negeripun sampai dilupakan. jam kerja pada kenyataannya sangat tidak terbatas. kondisi buruh sangat memprihatinkan, anak-anak dan para wanita dengan pakaian yang compang-camping dipaksa untuk bekerja di tambang batu bara di inggris. pemogokan para pekerja dianggap sebagai suatu kejahatan dan langsung ditindak tegas. nasib para petani tidak lebih baik dibandingkan dengan kaum buruh, pada saat itu fungsi pertanian hanya dipandang sebagai penyedia bahan pangan yang semurah mungkin dengan demikian juga upah buruh dapat ditekan rendah, dan sebagai sumber bahan mentah untuk industri yang semurah-murahnya. karena itu mengapa penghasilan para tuan tanah terutama para petani yang bekerja padanya begitu rendah. belum lagi jika lahan pertanian dipaksa untuk diubah menjadi lahan industri oleh pemerintah, maka dapatlah dipastikan berapa banyak para petani yang bakal menganggur. lebih mengenaskan lagi nasib daerah jajahan pada saat itu. karena didorong motivasi untuk memperoleh daerah koloni baru guna menopang industri-industri yang baru tumbuh, maka perbudakan menjadi salah satu cara guna memperoleh sumber daya manusia yang murah bagi industri di negara merkantilis. pengurasan sumber-sumber daya alam besar-besaran dilakukan di setiap daerah


(38)

jajahan dengan tujuan untuk memperoleh sumber daya alam dengan semurahmurahnya seperti kentang, tembakau, kopi, tebu, teh, cengkeh, dan lain-lain untuk dijual lagi dengan harga yang setinggi-tingginya (limongan, 2001).

kaum merkantilis mengukur kekayaan sebuah negara dengan stok/cadangan logam mulia yang dimilikinya. sementara saat sekarang ini kita mengukur kekayaan sebuah negara dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta kekayaan alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. semakin besar cadangan ini, semakin besar pula arus barang dan jasa untuk memenuhi keinginan manusia, dan dengan demikian akan semakin besar pula standar hidup masyarakat negara tersebut. dalam setiap kesempatan, kaum merkantilis selalu melakukan pengendalian pemerintah yang ketat terhadap semua aktivitas ekonomi dan mengajarkan nasionalisme ekonomi karena mereka percaya bahwa sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lain dimana artinya, perdagangan adalah a zero-sum game (salvatore, 2006).

2.1.2. keunggulan absolut

ekonomi klasik resmi berdiri ketika adam smith mengeluarkan bukunya yang berjudul an inquiry into nature and causes of the wealth of nations, yang biasa disingkat dengan wealth of nations. dalam bukunya, adam smith ingin menjelaskan bagaimana meningkatkan kekayaan/kemakmuran suatu negara dan bagaimana kekayaan tersebut didistribusikan. dalam hal ini, kekayaan suatu negara akan


(39)

bertambah searah dengan peningkatan ketrampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk. adam smith juga menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan penggunaan mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. ia juga memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang yang melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan yang tidak kelihatan” sehingga dengan mengejar kepentingannya sendiri seringkali justru lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat terlebih dahulu.

menurut adam smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. jika suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antarbangsa. sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. output kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat. peningkatan dalam output ini akan


(40)

mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan. keunggulan absolut tersebut dapat diilustrasikan, jika negara a dapat memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara b untuk komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain misalnya gandum, negara a hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan untuk negara b dapat memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara a mempunyai keunggulan absolut dalam produksi kentang dibandingkan dengan negara b, sedangkan negara b dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut dalam produksi gandum dibandingkan negara a. perdagangan internasional yang saling menguntungkan antara kedua negara tersebut jika negara a mengekspor kentang dan mengimpor gandum dari negara b, dan sebaliknya negara b mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara a. 2.1.3. keunggulan komparatif

teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh david ricardo. teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda. ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan komparatif dan


(41)

mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh adam smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu dengan negara lainnya relatif berbeda.

menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih besar (kerugian komparatif). dalam konteks dua negara dan dua komoditi, jika salah satu negara telah ditetapkan memiliki keunggulan komparatif dalam satu komoditi, maka negara satunya harus dianggap memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi lainnya.

2.1.4. teori heckscher-ohlin (h-o)

teori heckscher-ohlin (h-o) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. menurut heckscher-ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut


(42)

memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. basis dari keunggulan komparatif adalah:

A. faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.

B. faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.

teori modern heckescher-ohlin atau teori h-o menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. analisis hipotesis h-o dikatakan berikut:

A. harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

B. comparative advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

C. masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.


(43)

D. sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.

E. kelemahan dari teori h-o yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

teori perdagangan internasional modern dimulai ketika ekonomi swedia yaitu eli hecskher dan bertil ohlin mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. sebelum masuk ke dalam pembahasan teori h-o, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori h-o. teori klasik comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara (salvatore, 2006). namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.

teori h-o kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. teori h-o menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. oleh karena itu teori modern h-o ini dikenal sebagai “the proportional factor theory”. selanjutnya


(44)

negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

hipotesis teori h-o

sebelum melakukan kritik terhadap teori h-o, di bawah ini akan dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh teori h-o, antara lain:

A. produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara turun.

B. harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

C. harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang a di kedua negara cenderung sama demikian pula harga barang b di kedua negara cenderumg sama.

D. perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya kapital dengan negara yang kaya labor.

E. masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. sehingga negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya,


(45)

sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.

kelemahan asumsi teori h-o

untuk lebih memahami kelemahan teori h-o dalam menjelaskan perdagangan internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:

A. asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah tidak valid. fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.

B. asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi masalah. hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment h-o. C. asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. adanya mobilitas faktor secara

internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi h-o tetapi tidak mengurangi validitas model h-o.

D. asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.


(46)

2.2. impor

perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan impor. ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. sedangkan impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan jasa yang masuk kesuatu negara. pada hakekatnya perdagangan luar negeri timbul karena tidak ada satu negarapun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.

dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan negara lain. suatu negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut keluar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari luar negeri.

impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana semakin besar impor dari satu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan akan barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu negara, namun disisi lain bisa mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat menguras pendaptan negara yang bersangkutan.

berdasarkan laporan indikator indonesia komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:


(47)

1. impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama.

2. impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta suku cadang dan perlengkapan.

3. impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan alat angkut untuk industri.

besarnya impor suatu negara tergantung pada pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi impor baik berupa barang maupun jasa sebagai akibat dari perkembangan aktivitas perekonomian. faktor lain yang mempengaruhi impor adalah adanya daya saing produksi dalam negeri, selera masyarakat dan faktor lainnya. misalnya saja inflasi dan perubahan nilai tukar rupiah yang secara langsung maupun tidak langsung sangat berdampak pada jumlah impor.


(48)

2.3. produk domestik bruto (pdb)

2.3.1. definisi produk domestik bruto (pdb)

pdb diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara. perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. pada umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, bank dunia menentukan apakah suatu negara berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui pengelompokan besarnya pdb, dan pdb suatu negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (herlambang, 2001).

menurut samuelson, pdb adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. pdb mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu. dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukan ke dalam pdb (herlambang, 2001).

sukirno (2002) mendefinisikan pdb sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing. sedangkan wijaya (1997) menyatakan bahwa pdb adalah nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya satu tahun. secara umum pdb dapat diartikan sebagai nilai akhir barang-barang dan


(49)

jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu biasanya satu tahun.

2.3.2. hubungan pdb dengan impor

pendapatan nasional sangat mempengaruhi pola konsumsi, biasanya pola konsumsi penduduk yang meningkat di negara sedang berkembang akan diikuti oleh kecenderungan meningkatkan impor, hal ini disebabkan produktivitas di negara tersebut belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. dalam kenyataan, amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. sehingga untuk menaksir perubahan output angka yang digunakan adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai produk domestik bruto (pdb).

realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tesebut. makin tinggi tingkat pendapatan, serta makin rendah kemampuan negara dalam menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor makin tinggi dan makin banyak terdapat “kebocoran” dalam pendapat nasional (deliarnov, 2005).

hubungan antara impor dengan pendapatan nasional dapat dinyatakan dengan: 1. average propencity to impor (apm), yaitu dapat dinyatakan dengan jumlah

pendapatan nasional yang dikeluarkan untuk impor (m/y).

2. marginal propencity to impor (mpm), yaitu perbandingan antara δ tambahan impor dengan tambahan pendapatan (m/y).


(50)

hubungan antara mpm dengan apm disebut elastisitas pendapatan atas impor, yaitu perbandingan antara persentase perubahan pendapatan nasional sehingga apabila terjadi pertambahan pendapatan nasional sebesar δy maka akan terjadi perubahan impor sebesar mpm atau sebesar δm/δy (sobri, 2001).

……….. (2.1)

hubungan antara impor dengan pendapatan nasional secara matematis dirangkum oleh fungsi impor sebagai berikut :

m = mo + my ……….. (2.2) keterangan:

m = jumlah impor

mo = jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh pendapatan (y) m = kecenderungan untuk mengimpor

y = pendapatan nasional

semakin besar pendapatan nasional maka impor akan semakin besar yang ditentukan oleh marginal propencity to impor.

2.4. nilai tukar internasional

perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda

M Δ M

Δ Y


(51)

misalnya antara negara indonesia dan amerika serikat. pengimpor amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang indonesia, sebaliknya pengimpor indonesia harus membeli dolar amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya dari amerika. besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing.

2.4.1. definisi nilai tukar

nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain.

nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi dan investasi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan. nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peranan penting dalam rangka stabilitas moneter dalam mendukung kegiatan ekonomi. nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank sentral pada waktu tertentu


(52)

melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya saat terjadi gejolak yang berlebihan.

para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. sebagai contoh, jika antara dolar amerika serikat dan yen jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang amerika serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. sebaliknya orang jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. ketika orang mengacu pada “kurs” dianta kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (mankiw, 2006).

nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga suatu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (krugman dan obsfelt, 2000). nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relative yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri. nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

dimana q adalah nilai tukar riil, s adalah nilai tukar nominal, p adalah tingkat harga domestik dan p* adalah tingkat harga di luar negeri.

Q

SP =


(53)

penentuan sistem nilai tukar sangatlah penting karena merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dari gejolak perekonomian global. pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang ditetapkan suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama.

pertama berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran, dengan sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa. oleh karena itu, dalam menetapkan arah kebijakan nilai tukar tersebut diutamakan untuk mendorong dan menjaga daya saing ekspor dalam upaya untuk memperkecil defisit current account

atau memperbesar surplus current account.

fungsi kedua adalah untuk menjaga kestabilan pasar domestik. fungsi ini untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan sebagai alat untuk spekulasi, dalam arti bahwa dalam hal nilai tukar suatu negara mengalami overvalued maka masyarakat akan mendorong menjual valuta asing. ketidakstabilan pasar domestik yang demikian dapat menimbulkan kegiatan spekulatif seperti perkembangan akhir-akhir ini, yang pada gilirannya dapat mengganggu kestabilan makro.

fungsi ketiga sebagai instrument moneter khususnya bagi negara yang menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. dalam fungsi ini depresiasi dan apresiasi nilai tukar digunakan sebagai alat untuk sterilisasi dan ekspansi jumlah uang beredar.

fungsi keempat adalah sebagai nominal anchor dalam pengendalian inflasi. nilai tukar banyak digunakan oleh negara-negara yang mengalami chronic inflation


(54)

sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar. sebagai gambaran pada akhir tahun 1970-an, orthodox programs dilaksanakan di argentina, brazil, istrael, dan mexico, selain itu juga pada tahun 1991 covertibility plan

diterapkan di argentina.

kebijakan nilai tukar uang di dunia sangat dipengaruhi oleh sistem bretton wood yang diformulasikan pada tahun 1994. bretton wood adalah nama tempat di new hampshire, amerika serikat. dari perjanjian di bretton wood tersebut kemudian diperkenalkan sebuah konsep mengenai nilai tukar (fixed exchange rate) yang diyakini oleh para ahli pada waktu itu dapat memberikan kepastian dan stabilitas bagi kegiatan perdagangan dan investasi dalam bisnis internasional. namun sistem ini berakhir pada saat pemerintahan presiden nixon pada 15 agustus 1971 mengeluarkan dekrit dengan dicanangkannya bahwa nilai dolar tidak dikaitkan dan tidak convertible

terhadap seberat tertentu emas. dengan berakhirnya dekrit tersebut maka berakhirlah system kurs tetap dan dimulailah system kurs mengambang (floating rate system).

ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. faktor-faktor tersebut adalah: 1. laju inflasi relatif

dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.


(55)

misalnya, jika amerika sebagai mitra dagang indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.

2. tingkat pendapatan relatif

faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan suplai yang tersedia.

3. suku bunga relatif

kenaikan suku bunga mengakibatkan aktivitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau di luar negeri (natalia, 2009). dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.


(56)

kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk:

A. usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing. B. usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.

C. melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.

D. alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah:

untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.

A. untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.

B. tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.

C. berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan.

5. ekspektasi

faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai tukar di masa depan. sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di as mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual dollar, karena memperkirakan


(57)

nilai dollar akan menurun di masa depan. reaksi langsung akan menekan nilai tukar dollar dalam pasar.

2.4.2. hubungan nilai tukar internasional dengan impor

nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. nilai tukar didasari dua konsep, pertama, konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. kedua, konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional.

permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat nilai tukar suatu mata uang domestik dengan mata uang negara lain. penawaran dan permintaan terhadap valuta asing timbul karena adanya hubungan internasional dalam perdagangan barang, jasa, maupun modal. penawaran valuta asing disebabkan adanya ekspor barang, jasa, transfer atau hibah dari luar negeri maupun kapital masuk. sedangkan permintaan valuta asing disebabkan adanya impor barang, jasa maupun kapital, sehingga untuk menyelesaikan transaksi perlu menukarkan suatu mata uang domestik dengan valuta asing, dan sebaliknya (halwani, 2005).

dalam sistem nilai tukar internasional mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. jika nilai tukar internasional mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri


(58)

menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi harganya akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. jadi nilai tukar internasional mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. apabila nilai tukar internasional dalam hal ini dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (sukirno, 2009).

2.5. inflasi

2.5.1. definisi inflasi

menurut boediono (2000) inflasi adalah kecenderungan dari kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus (sukirno, 2002). akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi


(59)

pada seluruh kelompok barang dan jasa, pohan (2008). bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi, (nopirin, 2000). atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi.

dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan di mana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi.

2.5.2. hubungan inflasi dengan impor

inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang dihasilkan di dalam negeri. maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bertambah lambat. di samping itu aliran modal yang keluar akan lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri (sukirno, 2000).

kenaikan harga-harga menyebabkan barang-barang yang diproduksikan di negara itu tidak dapat bersaing dengan barang yang sama di pasaran luar negeri. oleh sebab itu ekspor negara tersebut akan turun dan tidak berkembang. sebaliknya


(60)

kenaikan harga-harga dalam negeri menyebabkan barang-barang dari negara lain menjadi relatif lebih murah dan ini akan mempercepat pertambahan impor. inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor, maka selanjutnya inflasi akan menyebabkan impor menjadi lebih besar dari ekspor. apabila cadangan devisa negara itu cukup besar, kelebihan impor ini dapat dibayar dari cadangan itu. tetapi apabila cadangan devisa tidak cukup besar, pemerintah akan berusaha untuk mengurangi impor dengan menaikkan pajak impor dan membatasi jumlah barang yang diimpor. tindakan ini akan menimbulkan kenaikan harga-harga lebih lanjut. jadi inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor dan berpengaruh positif terhadap nilai impor.

tingkat inflasi yang terjadi di dalam suatu negara akan sangat mempengaruhi impor negara tersebut. apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, dan harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama dihasilkan di dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara tersebut akan mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri (sukirno, 2002).

2.6. hasil penelitian sebelumnya

penelitian wahyuningsasi tahun 2003, dengan penelitian yang berjudul “pengaruh pendapatan nasional dan indeks harga barang impor terhadap nilai impor bahan baku dan penolong indonesia periode 1987-2001” membahas mengenai pengaruh pendapatan nasional dan indeks harga barang impor secara serempak dan


(61)

parsial terhadap nilai impor bahan baku dan penolong indonesia. dengan menggunakan teknik analisis statistik regresiberganda, yang diuji dengan f-test dan t-test, diperoleh pendapatan nasional dan indeks harga barang impor secara serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai impor bahan baku penolong indonesia periode 1987-2001. pengujian secara parsial terhadap indeks harga barang impor tidak berpengaruh nyata terhadap nilai impor bahan baku danpenolong.

penelian hartatik tahun 2006, meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total impor indonesia tahun 1991-2005. hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak pdb, investasi, kurs dollar amerika serikat dan tingkat inflasi dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap nilai total import indonesia. secara parsial pdb berpengaruh signifikan terhadap nilai total impor indonesia, kurs dollar amerika serikat berpengaruh negatif terhadap nilai total impor indonesia, investasi, dan inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai total impor indonesia tahun 1991-2005.

penelitian lestari 2006 juga melakukan penelitian tentang pengaruh pdb, kurs dollar amerika dan inflasi dalam negeri terhadap nilai impor migas indonesia. periode 1993-2005. kesimpulan yang diperoleh ternyata produk domestik bruto (pdb), kurs dollar amerika serikat dan inflasi dalam negeri secara serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai impor migas indonesia. produk domestik bruto (pdb) berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap nilai impor migas indonesia. inflasi dalam negeri tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap


(62)

nilai impor migas indonesia. sedangkan kurs dollar amerika serikat tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap nilai impor migas indonesia periode 1993 – 2005.

2.7. kerangka konseptual

konsep kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut :

gambar 2.1. kerangka konseptual

2.8. hipotesis penelitian

berdasarkan perumusan masalah, teori dan dari beberapa penelitian empiris yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

produk domestik bruto (PDB)

INFLASI Nilai Tukar Rupiah

Impor Migas

Total Impor Impor Non Migas


(63)

A. produk domestik bruto (pdb) dan inflasi berpengaruh positif terhadap nilai total impor indonesia, sementara nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap nilai total impor indonesia.

B. produk domestik bruto (pdb) dan inflasi berpengaruh positif terhadap nilai impor migas indonesia, sementara nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap nilai impor migas indonesia.

C. produk domestik bruto (pdb) dan inflasi berpengaruh positif terhadap nilai impor non migas indonesia, sementara nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap nilai impor non migas indonesia.


(64)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh produk domestik bruto (pdb), nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap nilai total impor, impor migas dan non migas indonesia.

3.2. Jenis Dan Sumber Data Penelitian

penelitian ini menggunakan data sekunder time series tahunan yaitu dari tahun 1981 hingga tahun 2010. data sekunder bersumber dari bank indonesia (bi) dan badan pusat statistik (bps) dan sumber-sumber lain yang dipublikasikan, serta penelitian sebelumnya. data yang diperoleh dengan cara mencatat langsung, mengkopi atau mendownload dari website www.bi.go.id dan selanjutnya secara umum disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. adapun data yang diperlukan adalah data nilai import migas, nilai impor non-migas, pendapatan nasional (produk domestik bruto indonesia), nilai tukar rupiah dan inflasi.


(65)

3.3. Model Analisis

dalam penelitian ini digunakan model ekonometrik untuk mengetahui pengaruh pdb, nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap nilai total impor, impor migas dan non migas indonesia. adapun fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

y = f (x1, x2, x3

dari fungsi ini dibentuk model persamaan regresi sebagai berikut : )

yi(1, 2, 3)= α + β1 x1 + β2 x2+ β3 x3 + μi

kemudian dari model ekonometrik tersebut dispesifikasikan ke dalam bentuk model logaritma karena satuan yang berbeda dan hasilnya dapat dilihat elastisitasnya. model logaritma dapat dituliskan sebagai berikut :

... (3.1)

logyi(1, 2, 3)= α + β1 logx1 + β2 logx2 + β3 logx3 + μi

untuk dapat mengetahui pengaruh produk domestik bruto, nilai tukar rupiah, inflasi dalam negeri terhadap nilai total impor indonesia maka persamaannya adalah sebagai berikut :

... (3.2)

logy1= α + β1 logx1 + β2 logx2 + β3 logx3 + μi

untuk dapat mengetahui pengaruh produk domestik bruto, nilai tukar rupiah, inflasi dalam negeri terhadap nilai impor migas indonesia maka persamaannya adalah sebagai berikut :

... (3.2)


(66)

untuk dapat mengetahui pengaruh produk domestik bruto, nilai tukar rupiah, inflasi dalam negeri terhadap nilai impor non migas indonesia maka persamaannya adalah sebagai berikut :

logy3= α + β1 logx1 + β2 logx2 + β3 logx3 + μi

keterangan :

... (3.4)

i : 1,2,3.

y1

y

: nilai total impor indonesia (milyar rupiah).

2

y

: nilai impor migas indonesia (milyar rupiah).

3

x

: nilai impor non migas indonesia (milyar rupiah).

1

x

: produk domestik bruto (milyar rupiah).

2

x

: nilai tukar rupiah (rupiah/us$).

3

α : konstanta.

: tingkat inflasi (%).

β1, β2, β3

μi : tingkat kesalahan (gangguan). : koefisien regresi.

3.4. Metode Analisis Data

metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ordinary least square (ols). metode ini mempunyai sifat-sifat yang dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat akurat, mudah dalam menginterpretasikan perhitungan serta sebagai alat


(1)

Ramsey RESET Test Equation: UNTITLED

Specification: LOG_IMP C LOG_PDB LOG_NTR LOG_INF Omitted Variables: Squares of fitted values

Value df Probability

t-statistic 0.799801 25 0.4314

F-statistic 0.639682 (1, 25) 0.4314

Likelihood ratio 0.757962 1 0.3840

F-test summary:

Sum of Sq. df Mean Squares

Test SSR 0.029910 1 0.029910

Restricted SSR 1.198853 26 0.046110

Unrestricted SSR 1.168943 25 0.046758

Unrestricted SSR 1.168943 25 0.046758

LR test summary:

Value df

Restricted LogL 5.729331 26

Unrestricted LogL 6.108312 25

Unrestricted Test Equation: Dependent Variable: LOG_IMP Method: Least Squares

Date: 02/2/12 Time: 11:23 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.331097 0.779328 5.557474 0.0000

LOG_PDB 2.328121 1.889265 1.232290 0.2293

LOG_NTR -1.931786 1.581122 -1.221782 0.2332

LOG_INF -0.005798 0.070358 -0.082403 0.9350

FITTED^2 -0.087529 0.109439 -0.799801 0.4314

R-squared 0.906597 Mean dependent var 10.28549

Adjusted R-squared 0.891652 S.D. dependent var 0.656926 S.E. of regression 0.216235 Akaike info criterion -0.073887 Sum squared resid 1.168943 Schwarz criterion 0.159645 Log likelihood 6.108312 Hannan-Quinn criter. 0.000822 F-statistic 60.66408 Durbin-Watson stat 1.423843 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25

Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30

Mean 1.64e-15 Median -0.104091 Maximum 1.179273 Minimum -0.613917 Std. Dev. 0.503264 Skewness 0.714201 Kurtosis 2.548172

Jarque-Bera 2.805598 Probability 0.245908


(3)

LAMPIRAN 6 HASIL ESTIMASI PERSAMAAN KETIGA NILAI IMPOR

NON MIGAS INDONESIA

Estimation Command:

=========================

LS LOG_N_MGS C LOG_PDB LOG_NTR LOG_INF

Estimation Equation:

=========================

LOG_N_MGS = C(1) + C(2)*LOG_PDB + C(3)*LOG_NTR + C(4)*LOG_INF

Substituted Coefficients:

=========================

LOG_N_MGS = 4.62866014401 + 0.870526626747*LOG_PDB -

0.801704945782*LOG_NTR + 0.194564298885*LOG_INF

Dependent Variable: LOG_N_MGS

Method: Least Squares

Date: 02/02/12 Time: 14:02

Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

4.628660

0.351495

13.16849

0.0000

LOG_PDB

0.870527

0.080721

10.78437

0.0000

LOG_NTR

-0.801705

0.123213

-6.506642

0.0000

LOG_INF

0.194564

0.062727

3.101776

0.0046

R-squared

0.917684 Mean dependent var

10.10823

Adjusted R-squared

0.908186 S.D. dependent var

0.615283

S.E. of regression

0.186436 Akaike info criterion

-0.397891

Sum squared resid

0.903718 Schwarz criterion

-0.211065

Log likelihood

9.968368 Hannan-Quinn criter.

-0.338124

F-statistic

96.61845 Durbin-Watson stat

1.252604

Prob(F-statistic)

0.000000


(4)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

2.342088 Prob. F(1,25)

0.1385

Obs*R-squared

2.569761 Prob. Chi-Square(1)

0.1089

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 02/02/12 Time: 14:03

Sample: 1 30

Included observations: 30

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

0.180106

0.362401

0.496979

0.6235

LOG_PDB

-0.044727

0.083965

-0.532679

0.5990

LOG_NTR

0.057377

0.125865

0.455859

0.6524

LOG_INF

-0.026924

0.063648

-0.423014

0.6759

RESID(-1)

0.378770

0.247499

1.530388

0.1385

R-squared

0.085659 Mean dependent var

-1.84E-15

Adjusted R-squared

-0.060636 S.D. dependent var

0.176530

S.E. of regression

0.181803 Akaike info criterion

-0.420776

Sum squared resid

0.826307 Schwarz criterion

-0.187243

Log likelihood

11.31164 Hannan-Quinn criter.

-0.346067

F-statistic

0.585522 Durbin-Watson stat

1.378705

Prob(F-statistic)

0.676049


(5)

Ramsey RESET Test Equation: UNTITLED

Specification: LOG_N_MGS C LOG_PDB LOG_NTR LOG_INF Omitted Variables: Squares of fitted values

Value df Probability

t-statistic 1.680632 25 0.1053

F-statistic 2.824525 (1, 25) 0.1053

Likelihood ratio 3.211260 1 0.0731

F-test summary:

Sum of Sq. df Mean Squares

Test SSR 0.091738 1 0.091738

Restricted SSR 0.903718 26 0.034758

Unrestricted SSR 0.811980 25 0.032479

Unrestricted SSR 0.811980 25 0.032479

LR test summary:

Value df

Restricted LogL 9.968368 26

Unrestricted LogL 11.57400 25

Unrestricted Test Equation:

Dependent Variable: LOG_N_MGS Method: Least Squares

Date: 02/02/12 Time: 14:04 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.077198 0.983686 3.128232 0.0044

LOG_PDB 4.061870 1.900497 2.137267 0.0425

LOG_NTR -3.766179 1.767921 -2.130287 0.0432

LOG_INF 0.882988 0.414085 2.132382 0.0430

FITTED^2 -0.178286 0.106083 -1.680632 0.1053

R-squared 0.926040 Mean dependent var 10.10823

Adjusted R-squared 0.914206 S.D. dependent var 0.615283 S.E. of regression 0.180220 Akaike info criterion -0.438267 Sum squared resid 0.811980 Schwarz criterion -0.204734 Log likelihood 11.57400 Hannan-Quinn criter. -0.363557

F-statistic 78.25505 Durbin-Watson stat 1.337868


(6)

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30 Mean 3.59e-15 Median -0.000945 Maximum 0.467425 Minimum -0.499275 Std. Dev. 0.176530 Skewness -0.162240 Kurtosis 4.508085 Jarque-Bera 2.974509 Probability 0.225992