Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Difenokonazol dan Ziram Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L).

1

PENGARUH ZAT PENGATURTUMBUHDIFENOKONAZOL
DANZIRAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSIPADI SAWAH (Oryza sativa L.)

AGUSTIANI JOJOR MANIK
A24070149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

i

RINGKASAN

AGUSTIANI JOJOR MANIK. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh
Difenokonazol dan Ziram Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi Sawah (Oryza sativa L). (Dibimbing oleh SUGIYANTA).

Zat pengatur tumbuh Difenokonazol merupakan golongan Triazol yaitu
salah satu zat penghambat tumbuh.Zat penghambat tumbuh mempunyai pengaruh
biologis lain disamping menghambat perpanjangan batang yaitu meningkatkan
klorofil daun sehingga daun berwarna hijau tua, mendorong pembungaan pada
beberapa tanaman tertentu dan menghambat senesen.
Zat pengatur tumbuh Ziram merupakan golongan Auksin. Auksin
berfungsi

membantu

dalam

proses

mempercepat

pertumbuhan,baik

itu


pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan,
membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah.
Zat pengatur tumbuh sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangansuatu tanaman. Dalam pertanian modern ZPT digunakan untuk
meningkatkan produksi tanaman pangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh Difenokonazol dan Ziram terhadap pertumbuhan dan
produksi padi sawah.
Penelitian inidilaksanakan pada bulan November 2010 hingga Maret 2011
di Kebun Percobaan Sawah Baru,University Farm, Departemen Agronomi dan
Hortikutura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitiaan ini
menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Terdapat
13

perlakuanyaitu

P0

(kontrol),


P1

(Difenokonazol

150

ml/ha),

P2

(Difenokonazol 300 ml/ha), P3 (Difenokonazol 450 ml/ha), P4 Difenokonazol
600 ml/ha), P5 (Ziram 0.75 kg/ha), P6 (Ziram 1.5 kg/ha), P7 (Ziram 3kg/ha), P8
(Ziram 4.5 kg/ha), P9 (Ziram 3 kg/ha ), P10 (Ziram6 kg/ha), P11 (Ziram9 kg/ha),
P12 (Ziram 12 kg/ha ).Aplikasi Difenokonazol disemprot ketajuk pada saat
7,14,21,28, dan 90 HST sedangkan aplikasi ziram ada yang disemprot ketajuk

ii

pada saat 50 dan 65 HST (P5-P8) dan di tabur pada saat 1,4, dan 6 MST (P9-P12).
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 39 satuaan percobaan.

Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh perlakuan maka dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf kesalahan 5%.
Seluruh perlakuan menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan, bagan
warna daun,komponen hasil, dan hasil tanaman yang tidak berbeda nyata.Hal ini
diduga karena pengaruh cuaca maupun waktu aplikasi yang tidak sesuai yaitu
pemberiaan golongan Triazolseharusnya pada masa reproduktif dan golongan
Auksin pada saat pertumbuhan vegetatif.
Terdapat peningkatan hasil per ha pada setiap perlakuan meskipun secara
umum tidak berbeda nyata secara statistik. Pada perlakuanZiram 4.5 kg/ha (P8)
merupakan perlakuan yang menghasilkan produktivitas padi tertinggi yaitu 7.17
ton/ha. PerlakuanDifenokonazol mengahasilkan produktivitas 5.89-6.64 ton/ha
dan Ziram 5.38-7.17 ton/ha sedangkan kontrol 5.63 ton/ha. Walaupun tidak
berbeda nyata secara statistik tetapi terdapat peningkatan hasil yang cukup berarti
secara agronomi. Pada dosis rendah perlakuan Ziram yang ditabur ketanah tidak
efektif hal ini diduga karena ada kemungkinan ZPT tersebut tidak seluruhnya
diserap oleh tanaman atau ada kehilangan pada saat aplikasi yang terbawa oleh
air.
Terdapat peningkatan hasil GKG per ha pada setiap perlakuan meskipun
secara umum tidak berbeda nyata secara statistik Peningkatan hasil paling kecil

pada perlakuan Difenokonazol sekitar 260 kg/ha sedangkan peningkatan tertinggi
mencapai sekitar 1 ton/ha.Peningkatan hasil untuk perlakuanDifenokonazol
berkisar 4.42- 15.21%.Pada perlakuan ZPT Ziram umumnya terjadi peningkatan
hasil kecuali perlakuan6 kg/ha (P10). Selain perlakuan P10 tersebut, aplikasi ZPT
Ziram meningkatkan hasil sekitar 0.5-1.5 ton/ha. Peningkatan hasil untuk
perlakuan Ziram berkisar8 - 21.48% dan penurunan hasil pada perlakuanZiram 6
kg/ha (P10) adalah 4.64%.

iii

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH DIFENOKONAZOL
DANZIRAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor

AGUSTIANI JOJOR MANIK
A24070149


DEPARTEMENAGRONOMI DAN
HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIANBOGOR
2011

iv

Judul

:

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH DIFENOKONAZOL
DAN ZIRAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Nama
NIM

:

:

AGUSTIANI JOJOR MANIK
A24070149

`

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi.
NIP. 19630115 198811 1 002

Mengetahui:
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:


v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berMXGXO ³Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Difenokonazol dan Ziram terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L)³ VHEDJDL salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi yang telah banyak membibing dan mengarahkan
penulis untuk lebih baik.

2.

Prof. Ir. Roedhy Purwanto, MSi sebagai pembimbing akedemik di

Agronomi dan Hortikultura.

3.

Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi sebagai
Penguji skripsi saya.

4.

Orang tua dan keluargayang telah banyak memberikan kasih sayang,doa
serta dukungan.

5.

Daniel, Bambang, Afryan, Loretta, Sri Mey , Eliz, Yusufa, Elfa, Agus
Fitri.T, mbak Yusefa dan mbak Sabti yang telah banyak membantu saya
dalam penelitian maupun penulisan skripsi.

6.


Teman±teman seperjuangan di Agronomi dan Hortikultura 44 yang telah
memberikan dukungan dan semangat.

7.

Mang Marda, Mang Jai, Bi Acih yang telah banyak membantu penulis
dalam penelitian.
Semoga informasi yang diperoleh dari penelitian ini bermamfaat bagi

dunia pertanian dan dunia pendidikan serta dapat menciptakan Indonesia sebagai
Negara swasembada beras.

Bogor, November 2011

Penulis

vi

RIWAYAT HIDUP


Penulis lahir di Rimo, Kabupaten Aceh Singkil pada tanggal 15 Agustus
1989 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Saor Manik dan
Nurhayati Siahaan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 034781
Sidikalang Kabupaten Dairi pada tahun 2001, kemudian pada tahun 2004 lulus
dari SMP swasta HKBP Sidikalang dan tahun 2007 lulus dari SMA Negeri 1
Salak Kabupaten Pakpak Bharat. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

vii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

ix

DAFTARLAMPIRAN..............................................................................

x

PENDAHULUAAN..................................................................................
Latar Belakang.................................................................................
Tujuan..............................................................................................
Hipotesis ..........................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
Padi Sawah ......................................................................................
Zat Pengatur Tumbuh ......................................................................

4
4
5

BAHAN DAN METODE .........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................
Metode Penelitian ............................................................................
Pelaksanaan Penelitiaan...................................................................
Pengamatan......................................................................................

10
10
10
11
13

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
Hasil.................................................................................................
Kondisi umum .................................................................................
Pertumbuhan Tanaman ....................................................................
Tinggi Tanaman...............................................................................
Jumlah Anakan ................................................................................
Bagan Warna Daun..........................................................................
Hasil dan Komponen Hasil ..............................................................
Dugaan Hasil per ha.........................................................................
Peningkatan Hasil ............................................................................
Analisi Usaha Tani
Pembahasan .....................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................

14
14
14
15
16
16
17
18
21
21

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

28

LAMPIRAN..............................................................................................

30

23
27
27
27

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1 . Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh Difenokonazol Dan Ziram Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Padi Sawah«««««««««««««««««««
2. Pengaruh Beberapa Dosis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Tinggi
Tanaman ........................................................................................
3. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Jumlah Anakan...........
4. Pengruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Bagan Warna Daun.....
5. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Bobot Kering Tajuk dan
AkarPada saat 8 MST....................................................................
6. Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai,
serta Bobot1000 Butir ...................................................................
7. Pengaruh ZPT terhadap Hasil/Rumpun .........................................

13
14
15
16
17
18
20

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Molekul Ziram....................................................................................
9
2.Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Dugaan Hasil/ ha .............
20
3. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Peningkata HasiOKD««21

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang .........................................................
2.Lay Out Percobaan.................................................................................
3.Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadaptinggi
tanaman saat 3 MST ..........................................................................
4. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadaptinggi
tanaman saat 4 MST ..........................................................................
5. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap tinggi
tanaman saat 5 MST ..........................................................................
6. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap tinggi
tanaman saat 6 MST ..........................................................................
7. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap tinggi
tanaman saat 7 MST ..........................................................................
8. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap tinggi
tanaman saat 8 MST ..........................................................................
9. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
anakan saat 3 MST.............................................................................
10. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
anakan saat 4 MST.............................................................................
11. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
anakan saat 5 MST.............................................................................
12. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
anakan saat 6 MST.............................................................................
13. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
anakan saat 7 MST.............................................................................
14. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
anakan saat 8 MST.............................................................................
15. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap jumlah
gabah permalai...................................................................................
16. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap bobot
seribu butir .........................................................................................
17. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap berat
basah gabah ubinan............................................................................
18. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap bobot
seribu butir .........................................................................................
19. Rekapitulasi sidik ragam perlakuan ZPT beberapa dosis terhadap berat
kering gabah ubinan..........................................................................

31
32
31
31
31
31
31
31
40
40
40
41
41
41
42
42
42
42
43

1

PENDAHULUAAN

Latar Belakang
Padi merupakan sumber pangan terbesar yang mana peran sentral beras
sebagai bahan pangan pokok di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir produksi
padi tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan bahkan cenderung menurun.
Pemenuhan bahan pangan terutama beras kedepan akan terus menjadi masalah
apabila produksi tidak dapat ditingkatkan atau diversifikasi pangan non beras
tidak bisa berjalan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tahun 2010 produksi
padi Indonesia sebesar 66 469 394 ton(BPS, 2010).
Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita
akibat peningkatan pendapatan. Namun dilain pihak upaya peningkatan produksi
beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur
yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomalyiklim), gejala kelelahan
teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil
sickness) yang berdampak terhadap penurunan atau pelandaian produktivitas.
Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang
peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan
dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum
optimal. Rata-rata hasil padi 4.7 ton/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai
6 ± 7 ton/ha. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain
disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan, belum efektifnya pengendalian
hama penyakit, penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih
kurang adaptif, kahat hara K dan unsur mikro, sifat fisik tanah tidak optimal, dan
pengendalian gulma kurang optimal (Makarim et al., 2000).
Upaya peningkatan produksi pertanian terus meningkat terutama dengan
menerapkan teknologi tepat guna melalui penelitian-penelitian yang dilakukan
oleh pihak pemerintah, lembaga perguruan tinggi, swasta dan petani secara
terpadu(Puslitbang Tanaman Pangan, 2003). Salah satu upaya tersebut adalah

2
dengan memberikan zat pengatur tumbuh disamping penerapan teknologi budaya
yang intensif.
Untuk meningkatkan produktivitas padi dilakukan intensifikasi, salah satu
teknologi yang digunakan adalah aplikasi zat pengatur tumbuh (Wattimena,
1988). Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman.
Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam
konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis (Lowen, 1964).
Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, diferensiasi,
dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalantanaman,
pembukaan stomata, translokasi, dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon
tanaman. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya
industri kimia maka ditemukan banyak senyawa-senyawa yang mempunyai
pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa
sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman
(ZPT = Plant Growth Regulator ).
Zat pengatur tumbuh yang telah dikenal terdapat beberapa golongan
seperti

Auksin,

Giberilin,

Sitokinin,

dan

zat

penghambat

tumbuh

(Wattimena,1988). Akhir-akhir ini dikembangkan zat pengatur tumbuh yang
berbahan aktif Difenokonazol yang memiliki mekanisme kerja menyerupai
golongan Triazol (zat penghambat tumbuh) dan seperti Auksin untuk Ziram.
Keduanya merupakan fungisida yang telah digunakan secara luas namun demikian
pengaruh zat tersebut sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman terutama padi
sawah belum banyak diketahui. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh kedua
senyawa tersebut (Difenokonazol dan Ziram) sebagai ZPT terhadap pertumbuhan
dan produksi padi sawah.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
Difenokonazol dan Ziram terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.
Hipotesis
Pemberian zat pengatur tumbuh Difenokonazol dan Ziram dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Sawah
Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk famili Graminae dan subfamili
Oryzae.Berdasarkan morfologinya, padi dapat digolongkan menjadi tiga
subspecies yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.Perbedaan yang menonjol dari
subspecies Japonica dan Indica adalah perbedaan ukuran butiran. Japonica
memiliki ukuran butiran yang pendek membulat sedangkan Indica memiliki
bentuk memanjang. Rasio panjang dan lebarJaponica lebih kecil dari 2.0 dan
panjang butiran antara 6.7-7.7 mm sedangkan Indicamemiliki rasio panjang dan
lebar yaitu 7.7 mm atau lebih dan 2.1 hingga 4.0 (Patiwiri, 2006).
Varietas-varietas yang ada di Indonesia umumnya termasuk subspecies
Indica yang disebXW YDULHWDV ³FHPSR´ DWDX ³FHUH´ Selain itu, di Indonesia juga
terdapat varietas padi kelompak sub-Japonica atau Indo-Japonica yang lebih
dikenal dengan nama varietas bulu atau varietas gundil (Siregar,1981). Varietas
padi yang ada sebelumnya memiliki beberapa kelemahan seperti rentan hama
sehingga IRRI mengembangkan varietas modern. Pengembangan tersebut
ditujukan untuk memperoleh butir yang berkualitas tahan terhadap penyakit,
toleran terhadap lingkungan dan mempunyai umur pendek (Dalrymple, 1981).
Sejak berkecambah hingga panen tanaman padi membutuhkan waktu 3-6
bulan (tergantung jenis dan varietas) yang terbagi dalam tiga fase pertumbuhan
yaitu fase vegetative, fase reproduktif, dan fase pemasakan. Fase vegetatif
tanaman dimulai dari perkecambahan biji sampai inisiasi malai. Fase reproduktif
dimulai dari masa inisisasi malai sampai pembentukan bunga (flowering) . Fase
pemasakan (ripening) dimulai dari pembungaan sampai biji masak penuh siap
dipanen (De Datta, 1985).
Varietas Ciherang adalah hasil persilangan antara varietas IR64 dengan
beberapa varietas/galur padi . Sebagian sifat IR64 juga dimiliki oleh Ciherang,
termasuk hasil dan mutu berasnya yang tinggi. Bentuk tanaman dari Ciherang
tegak, posisi daun tegak, anak produktif 14 ± 17 batang, rata- rata produksi 6

5
ton/ha, potensi hasil 5.8 ton/ha, bobot 1000 butir 27-28 g dan umur 116- 125 hari
(Lesmana etal., 2004).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi secara umum
terbagi atas dua macam faktor yaitu faktor luar (eksternal) yang berupa faktor
lingkungan dan faktor dalam (internal) berupa faktor genetik dan hormonal.
Faktor luar atau lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi
antara lain intensitas cahaya matahari, suhu, air dan unsur hara atau nutrisi.
Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi tanaman padi yaitu hormon
pertumbuhan seperti auksin, giberilin,sitokoinin, asam absisat dan lain-lain. Selain
hormon pertumbuhan, faktor dalam lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman padi adalah faktor genetik atau faktor keturunan (Grist, 1974 ; Gardner
et.al., 1991).

Zat Pengatur Tumbuh
Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan
kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi
hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan majunya industri
kimia maka ditemukan banyak senyawa-senyawa yang mempunyai pengaruh
fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini
pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman. Tentang
senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore mencirikannya
sebagai berikut :Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan
nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian
tertentu, pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa
tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Inhibitor adalah
senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada
selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan (Widyastuti dan
Tjokrokusumo, 2001).

6

Zat pengatur tumbuh menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat
kepada sel target untuk membelah atau memanjang. Beberapa ZPT menghambat
pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangna sel.
Sebagian

besar

molekul

ZPT

dapat

mempengaruhi

metabolisme

dan

perkembangan sel-sel tumbuhan dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal
tranduksi pada sel target. Lintasan ini menyebabkan respon selular seperti
mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim serta
mengubah membran. Pengaruh dari suatu ZPT tergantung pada spesies tumbuhan,
situs aksi ZPT pada tumbuhan dan konsentrasi ZPT (Wattimena,1988).
Aplikasi zat pengatur tumbuh pada tanaman merupakan salah satu usaha
untuk memaksimalkan hasil tanaman. Zat pengatur tumbuh yang disintesis di
dalam tanaman sendiri disebut fitohormon (hormon tanaman) yaitu senyawa yang
mengawali reaksi-reaksi biokimia dalam tanaman sehingga memacu berbagai
proses fisiologi dan morfogenesis tanaman. Zat Pengatur Tumbuh didefinisikan
sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang mempunyai aktifitas kerja yang sama
dengan hormon tanaman dalam konsentrasi tertentu dapat mendorong,
menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2001; Hartanto, 2007).Zat pengatur
tumbuh dapat digunakan untuk mengubah pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta meningkatkan bagian tanaman yang dipanen sebagai komponen
hasil (Wattimena, 1988).

Difenokonazol
Senyawa Difenokonazol selama ini dikenal sebagai fungisida sistemik
untuk berbagai jenis tanaman, namun belakangan diketahui bahwa senyawa ini
memiliki fungsi lain, yaitu sebagai ZPT tanaman. Pada konsentrasi rendah
senyawa ini diidentifikasi memiliki efek sebagai growth retardanyang termasuk
golongan Triazol yaitu zat penghambat tumbuh (Wattimena, 1988). Zat
penghambat tumbuh merupakan salah satu golongan ZPT yang memiliki
mekanisme menekan pertumbuhan vegetatif, menghambat penuaan (senessence)
dan

meningkatkan

pertumbuhan

organ-organ

khusus.

Penghambatan

senessenceberarti akan memperbanyak fotosintat yang dapat diproduksi tanam,

7

sedangkan penghambatan tumbuh bagian vegetatif tanaman akan mengurangi sink
vegetatif sehingga organ reproduktif dapat berkembang lebih baik.
Difenokonazol memiliki peranan sebagai fungisida yang mengendalikan
penyakit hawar pelepah serta bercak coklat sempit. Dari hasil pengamatan dan
analisis statistik percobaan yang dilakukan Sugiyanta (2010)menunjukkan bahwa
aplikasi Difenokonazol belum cukup mampu untuk meningkatkan pertumbuhan
maupun hasil tanaman padi sawah. Mekanisme kerja ZPT golongan Triazol
adalah menghambat senessence berarti akan memperbanyak fotosintat dan
mengarahkan fotosintat lebih banyak ke pembentukan dan perkembangan bulir
padi. Zat pengatur tumbuh ini dapat pula berperan sebagai fungisida yang
menghambat pertumbuhan penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Wattimena,
1988).

Ziram
Ziram merupakan zat pengatur tumbuh golongan Auksin yang fungsi dan
cara kerjanya sama dengan Auksin.Auksin pertama kali ditemukan oleh F.W
Went pada tahun 1928. Ia mengemukakan EDKZD ³Ohne wuchsstoff kein
wachtum´ WLGDN DGD SHUWXmbuhan tanpa auksin). Kemudian Kogl dan
Konstermans (1934) dan Thyman (1935) dalam Gardner et al.,(1991)
mengemukakan bahwa Indole Asam Asetat (IAA) adalah suatu auksin. IAA ini
kemudian dikenal sebagai auksin utama dalam tanaman. Menurut Wareing dan
Phillips (1989) bahan dasar auksin pada proses sintesis alami dalam suatu
tanaman adalah asam amino triptopan. Kecepatan transportasi auksin pada organ
tanaman berkisar 6-8 mm/jam, transport auksin ini bersipat basipetal dan pada
beberapa organ seperti akar bersifat akropetal (Wareing dan Phillips, 1989).
Auksin diproduksi dimeristem apikal yang mana fungsi dari Auksin pada tanaman
adalah mendorong pembelahan sel (batang, akar, daun) dan mendorong
pembelahan sel-sel kambium (pertumbuhan sekunder). Auksin juga berfungsi
menghambat pertumbuhan lateral, mengendalikan absisi daun dan pada
konsentrasi tinggi menghambat pembesaran sel-sel akar. Indole Asetic Acid
(IAA) adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat pada tanaman yang mana
telah diketahui bahwa IAA mendorong elongasi sel-sel pada koleoptil dan ruas-

8

ruas tanaman. Auksin didefenisikan sebagai zat pengatur tumbuh yang mendorong
elongasi dari pada golongan koleoptil pada percobaan-percobaan bio-assay
dengan avena atau tanaman lainnya. Elongasi sel terutama terjadi pada arah
vertikal diikuti dengan pembesaran dan meningkatnya bobot basah. Peningkatan
bobot basah terutama oleh meningkatnya pengambilan air oleh sel tersebut.
Peranan IAA dalam proses ini adalah merubah sifat-sifat osmotik dari vakuola
(Wattimena, 1988).
Hormon Auksin ini berperan dalam membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Cara kerja
hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke
dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa
ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis
(Wattimena, 1988).
Auksin sintetik yang beredar di toko-toko pertaniaan yang fungsinya
digunakan untuk memaju pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi hasil
pertaniaan terutama tanaman pangan. Beberapa contoh auksin sintetik yang
banyak beredar ditoko pertanian seperti 2,4 diklorofenoksi asam asetat (2,4-D),
Fikloram dan Dinitrofenol (Gardner et al., 1991). Aktivitas auksin, pada
konsentrasi yang sangat rendah (sekitar 10-9M), akan berpengaruh terhadap semua
proses fisiologi pada tanaman selama masa pertumbuhan dan perkembangannya,
pembelahan sel, peningkatan respirasi, dan pengambilan ion K+ serta dormansi.
Pada tanaman berkayu auksin berfungsi menginduksi perakaran. Dalam
menginduksi akar tergantung pada konsentrasi auksin yang diberikan.
Konsentrasi yang tinggi akan menghambat perkembangan akar (van der Salm et
al,. 1996).
Pemakaian hormon tumbuhan atau ZPT pada tanaman biasanya dilakukan
dengan penyemprotan kepermukaan daun. Sebelum disemprotkan ke tanaman, zat
pengatur tumbuh tersebut dilarutkan dengan pelarut dengan konsentrasi tertentu

9

sesuai dengan jenis tanaman yang disemprot. Zat pengatur tumbuh tersebut
disemprot ke permukaan daun tanaman dan kemudian masuk kedalam tubuh
tanaman melalui stomata daun. Zat pengatur tumbuh ini kemudian pada
metabolism lebih lanjut digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut. Pemberian zat pengatur tumbuh yang berlebihan akan
mengakibatkan kerusakan tanaman dan bahkan kematian tanaman itu (Moore,
1985 ; Gardneret al., 1991).

Gambar 1. Molekul Ziram

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Sawah Baru,University
Farm,Institut Pertanian Bogor. Penelitian di lakukan selama empat bulan mulai
November

2010 ± Maret 2011. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

SEAMEO BIOTROP, Bogor. Pengamatan komponen hasil dan hasil tanaman di
laboratorium Produksi Tanaman, IPB dan laboratorium Benih Leuwikopo.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Ciherang,
zat pengatur tumbuh berbahan aktif Ziram dan Difenoconazol, pupuk Urea, SP-36
dan KCl. Alat yang digunakan antara lain: alat-alat budidaya pertanian, Bagan
Warna Daun, meteran, timbagan analitik, oven, dan blower separator.

Metode Penelitian
Penelitiaan ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT). Terdapat 13 perlakuanyaitu P0 (kontrol), P1 (Difenokonazol
150 ml/ha), P2 (Difenokonazol 300 ml/ha), P3 (Difenokonazol 450 ml/ha), P4
(Difenokonazol 600 ml/ha), P5 (Ziram 0.75 kg/ha), P6 (Ziram 1.5 kg/ha), P7
(Ziram 3kg/ha), P8 (Ziram 4.5 kg/ha), P9 (Ziram 3 kg/ha ), P10 (Ziram 6 kg/ha),
P11 (Ziram 9 kg/ha), P12 (Ziram 12 kg/ha). Aplikasi Difenokonazol disemprot
ketajuk pada saat 7,14,21,28, dan 90 HST sedangkan aplikasi Ziram ada yang
disemprot ketajuk pada saat 50 dan 65 HST (P5-P8) dan di tabur pada saat 1,4,
dan 6 MST (P9-P12). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat
39 satuaan percobaan. Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m. Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan maka dilakukan dianalisis
menggunakan uji sidik ragam (uji F), apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan
dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.
Jarak tanam padi sawah yang digunakan adalah sistem logowo 3:1 dimana
jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 15 cm x 40 cm. Umur bibit yang

11

digunakan adalah 12 ± 16hari setelah sebar. Jumlah bibit pada tiap lubang adalah
dua bibit per lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 250 kg Urea/ha,
100 kg/ha KCl, dan 100 kg/ha SP-36. Pengendaliaan organisme penganggu
tanaman padi di lahan tidak dilakukan karena tingkat serangan yang
rendah..Model rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yij= µ + Ki + Mj İij
Keterangan:
Yij

: Nilai pengamatan pengaruh faktor dosis taraf ke-j, dan kelompok ke-i.

µ

: Rataan umum.

Ki

: Pengaruh kelompok pada taraf ke-i.

Mj

: Pengaruh faktor dosis ZPT pada taraf ke-j.

Ǽijk

: Galat.

I

: 1,2,3,4,5

J

: P0,P1,P2,P3,P4 (dosis ZPT).

(kelompok).

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji sidik ragam (uji F),
apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.
Pelaksanaan Penelitiaan
Kegiatan penelitiaan ini dimulai dengan pengolahan tanah yang dilakukan
dua minggu sebelum tanam, tanah diolah sempurna dengan traktor dua kali dan
dilumpurkan hingga siap tanam. Semai benih dilakukan dua minggu sebelum
tanam. Penanaman dilakukan saat umur bibit 14 hari dengan jarak tanam tanam
sistem legowo 3:1(20 cm x 15 cm x 40 cm) dan 2 bibit perlubang tanam. Petakan
yang digunakan dalam setiap satuan percobaan berukuran 5 m x 5 m.Penyulaman
dilakukan 1- 3 MST (minggu setelah tanam) dengan bibit yang berumur sama.
Urea diberikan 3 kali yaitu 30 % dosis saat tanam, 40 % saat 4 MST, dan 30
% dosis pada 6 MST. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan seluruhnya saat tanam.
Aplikasi pemupukan dilakukan secara sebar langsung. Tidak dilakukan
pengendaliaan hama dan penyakit karena tingkat serangan hama rendah.
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan susulan secara manual dengan
membersihkan petakan-petakan sawah hingga bersih dari gulma. Aplikasi ZPT

12

Difenokonazol dilakukan pada tanaman berumur 7,14,21,28, dan 90 HST
sedangkan Ziram pada 1,4, 6 MST, 50 dan 65 HST.

13

Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai tanaman berumur 3 MST. Pengamatan yang
dilakukan meliputi :
1.

Tinggi tanaman diamati pada 3 - 8 MST diukur dari pangkal tanaman
sampai ujung daun tertinggi.

2.

Warna daun diamati pada 3 MST sampai dengan 8 MST diamati dengan
menggunakan alat bagan warna daun.

3.

Jumlah anakan diamati pada 3- 8 MST dihitung semua anakan yang
daunnya sudah terbuka penuh.

4.

Pengamatan biomassa yang meliputi: bobot akar,bobot tajuk, danvolume
akar diamati pada 8 MST.

5.

Komponen hasil dan hasil yang meliputi:
-

Persentasi gabah hampa atau isi pada saat panen.

-

Jumlah butir permalai pada saat panen.

-

Bobot 1000 butir ditentukan dari 1000 butir gabah isi dan ditimbang
dengan timbangan analitik.

6.

-

Hasil gabah basah dan kering per tanaman maupun perubinan.

-

Dugaan hasil per ha.

Peningkatan hasil, yang dihitung dengan rumus:
Peningkatan hasil = hasil perlakuan ± hasil kontrol X 100 %
hasil kontrol

8.

Analisi usaha tani

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi umum
Lahan penelitian berada diketinggian 250 m diatas permukaan laut (dpl )
dengan jenis tanah latosol darmaga. Curah hujan terendah selama penelitiaan
yaitu 312 mm/bulanpada bulan Febuari dan tertinggi yaitu. 323.7 mm/bulan pada
bulan Desember. Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk pertanaman padi
sawah karena menurut klasifikasi oldeman tanaman padi sawah membutuhkan
curah hujan 200 mm/bulan (Handoko, 1995).
Pada umur 1-3 MST tanaman diserang keong mas (Pomacea canalicuta).
Hama ini menyerang bagian tajuk tanaman danpenyulaman intensif dilakukan
pada umur 1-3 MST. Pada umur 6-7 MST tanaman ini terserang penyakit hawar
daun,tapi tingkat serangan rendah yaitu sekitar 25 % sehingga pengendaliannya
cukup dengan mencabut beberapa tanaman untuk mengurangi penyebaran
penyakit hawar daun pada tanaman lain.
Pada umur 9 MST hingga panen tanaman ini terkena serangan
walangsangit (Laptocorisa oratorius). Hama ini merusak tanaman dengan
menghisap bulir padi. Serangan Leptocorisaoratorius menyebabkan gabah hampa
atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan bulir padi berbintik
hitam, akan tetapi tingkat serangan masih cukup rendah sehingga tidak dilakukan
pengendalian secara kimiawi.
Kandungan hara tanah secara kuantitatif dapat diukur dengan menetapkan
kemampuaan tanah menyediakan hara bagi tanaman dan nilai uji tanah (Makarim
et al., 1993). Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui kandungan hara pada
petak percobaan. Dari analisis tanah diperoleh bahwa tanah dilokasi percobaan
memiliki pH tanah awal dan akhir setelah percobaan tergolong masam (5.2 dan
5.8),kandungan N awal dan akhir rendah (0.11 % dan 0.16 %) kandungan P
sangat rendah begitu juga dengan kandungan K.

15

Rekapitulasi Hasil Analisi Sidik Ragam
Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam, pengaruh berbagai dosis
ZPTDifenokonazol dan Ziram tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
pertumbuhan dan hasil serta komponen hasil karena Pr>F pada taraf 5 % (Gomez,
1983) hal tersebut dapat dilihat pada lampiran.Nilai koefisien keragaman terlihat
masih normal karena dibawah 30% atau berkisar antara 2-26 %. Secara rinci hasil
rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah
dapat dilihat padaTabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh Difenokonazol Dan Ziram Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Padi Sawah
Peubah
Pengaruh perlakuan
Koefisien keragaman
Pertumbuhan tanaman
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Jumlah anakan
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Indeks luas daun
3 MST
4 MST
5 MST
6MST
7 MST
8 MST
Bobot kering akar (8 MST)
Berat kering berangkasan (8 MST)
Jumlah anakan produktif
Jumlah gabah per malai
Panjang malai
Bobot 1000 butir
Bobot gabah basah ubinan
Bobot gabah kering ubinan
Bobot basah gabah sampel
Bobot kering gabah sampel
Keterangan: tn : tidak berbeda nyata

tn
tn
tn
tn
tn
tn

5.70
5.42
5.31
3.67
2.68
2.47

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

26.87
19.82
4.55
23.15
6.76
23.15

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

9.63
8.93
1.52
4.55
9.42
7.69
16.26
12.57

23.15
23.15
23.15
5.75
2.00
1.80
23.15
10.30

16

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi Tanaman
Perlakuan zat pengatur tumbuh Difenokonazol dan Ziramsecara statistik
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pada umumnya Difenokonazol
menekan pertumbuhantinggi tanaman.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa
semua perlakuan Difenokonazol memiliki tinggi tanaman lebih rendah
dibandingkan kontrol. Untuk ZPT Ziram memiliki tinggi tanaman yang sama
dengan kontrol.
Tabel 2. Pengaruh Beberapa Dosis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Tinggi
Tanaman
Perlakuan

Tanpa ZPT (P0)
Difenokonazol 150 ml/ha (P1)
Difenokonazol 300 ml/ha (P2)
Difenokonazol 450 ml/ha (P3)
Difenokonazol 600 ml/ha (P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)
Ziram 3 kg/ha (P9)
Ziram 6kg/ (P10)
Ziram 9 kg/ha(P11)
Ziram 12 kg /ha

Umur tanaman (MST )
3
4
5
6
7
8
«««««««FP«««««««««
44.26 57.49 72.89 78.74 87.74 96.43
42.30 55.04 68.61 76.93 85.91 91.45
43.99 54.97 69.21 77.93 86.79 93.85
44.02 55.26 70.26 77.66 88.25 95.47
42.39 55.60 69.43 78.83 85.60 92.62
43.56 56.01 69.73 74.20 85.45 93.41
43.99 57.01 70.87 78.12 86.67 94.23
45.23 57.38 72.82 78.25 85.93 92.93
45.85 59.30 71.11 80.82 89.89 96.50
44.08 56.11 69.91 76.59 85.91 92.84
43.61 56.97 70.25 78.83 87.58 96.03
41.1 54.61 69.31 77.03 87.31 93.48
44.13 57.51 71.86 79.03 88.35 94.95

Jumlah Anakan
Perlakuan zat pengatur tumbuh secara statistik tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan jumlah anakan. Hal tersebut terlihat secara rinci pada
Tabel4 dibawah ini.Walaupun demikian pada Tabel 3terlihat pada Difenokonazol
600 ml/ha (P4) memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan kontrol,
dan untuk Ziram pada perlakuan Ziram 4.5 kg/ha (P8), Ziram 3 kg/ha (P9),

17

Ziram 6 kg/ha (P10), dan Ziram 12 kg/ha (P12) yang lebih banyak dibandingkan
kontrol.
Tabel 3. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Jumlah Anakan
Perlakuan
Tanpa ZPT (P0)
Difenokonazol 150 ml/ha (P1)
Difenokonazol 300 ml/ha (P2)
Difenokonazol 450 ml/ha (P3)
Difenokonazol 600 ml/ha (P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)
Ziram 3 kg/ha (P9)
Ziram 6kg/ (P10)
Ziram 9 kg/ha (P11)
Ziram 12 kg /ha

3
12
13
12
13
13
13
13
13
16
14
12
12
13

Umur tanaman (MST )
4
5
6
7
20
23
29
27
19
19
25
27
20
21
25
26
22
24
29
29
20
19
28
25
20
20
25
27
21
23
27
28
20
23
25
26
23
23
28
29
17
20
24
25
22
22
28
30
18
21
25
25
21
24
27
28

8
26
25
25
28
24
25
26
25
27
24
28
23
27

Bagan Warna Daun
Perlakuan ZPT Difenokonazol dan Ziram pada tanaman padi sawah tidak
berpengaruh terhadap warna daun.Walaupun demikian Respon Defenokonazol
dan Ziram terlihatlebih baikpada konsentrasi tertentu (Tabel 4).

.

Tabel 4. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Bagan Warna Daun
Perlakuan
Tanpa ZPT (P0)
Difenokonazol 150 ml/ha (P1)
Difenokonazol 300 ml/ha (P2)
Difenokonazol 450 ml/ha (P3)
Difenokonazol 600 ml/ha (P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)
Ziram 3 kg/ha(P9)
Ziram 6 kg/ha (P10)
Ziram 9 kg/ha (P11)
Ziram 12 kg/ha (P12)

3
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00

Umur tanaman (MST)
4
5
6
7
3.00 3.00 3.93 3.93
3.00 3.13 3.93 4.00
3.00 3.00 3.73 4.00
3.00 3.07 3.87 4.00
3.00 3.00 4.00 4.00
3.00 3.00 3.93 4.00
3.00 3.00 4.00 3.93
3.00 3.00 3.87 4.00
3.00 3.00 3.93 4.00
3.00 3.00 3.80 3.93
3.00 3.13 3.87 4.00
3.00 3.13 3.87 4.00
3.00 3.13 3.93 4.00

8
3.93
4.00
4.00
3.93
4.00
3.93
4.00
3.93
4.00
3.93
3.93
3.93
3.93

18

Pada perlakuan Difenokonazol dan Ziram terlihat memiliki warna daun
lebih hijau dibandingkan

kontrol meskipun tidak berbeda nyata,namun pada

perlakuan Difenokonazol 150 ml/ha (P1), Difenokonazol 300 ml/ha(P2), dan
Difenokonazol600 ml/ha (P4) memiliki bagan warna daun 4 yaitu diatas nilai
kritis, sedangkan untuk perlakuan Ziram umumnya sama dengan kontrol akan
tetapi pada dosis tertentu memiliki warna daun 4 yaitu Ziram 1.5 kg/ha (P6) dan
4.5 kg/ha (P8).

Bobot Kering Biomass
Aplikasi perlakuan ZPT terlihat tidak berbeda nyata baik terhadap bobot
kering tajuk dan akar.Walaupun tidak berbeda secara statistik tetapi terlihat secara
umum aplikasi ZPT Ziram meningkatkan bobot kering tajukyang lebih berat
dibandingkan kontrolyaitu pada perlakuan Ziram 1.5 kg/ha (P6), Ziram 3 kg/ha
(P7), Ziram 4.5 kg/ha (P8), Ziram 3.75 kg/ha Dan Ziram 5.25 kg/ha (P11) dan
Ziram 12 kg/ha (P12). Secara rinci pengaruh ZPT dan terhadap bobot kering
biomassa tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Bobot Kering Tajuk dan
AkarPada saat 8 MST
Perlakuan
Tanpa ZPT (P0)
Difenokonazol 150 ml/ha (P1)
Difenokonazol 300 ml/ha (P2)
Difenokonazol 450 ml/ha (P3)
Difenokonazol 600 ml/ha (P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)
Ziram 3 kg/ha(P9)
Ziram 6 kg/ha (P10)
Ziram 9 kg/ha (P11)
Ziram 12 kg/ha (P12)

Bobot kering
Tajuk
62.49
55.64
68.04
54.67
65.18
60.62
73.45
94.30
81.43
62.08
60.50
64.81
86.21

Akar
31.79
18.64
17.33
13.66
29.84
33.43
21.33
35.00
25.70
19.17
25.17
41.45
27.26

Aplikasi Difenokonazol umumnya menghasilkan bobot kering tajuk dan
akar yang lebih rendah dibandingkan kontrol.

Perlakuan Difenokonazol

19

150 ml/ha (P1) dan Difenokonazol 450 ml/ha (P3) adalah perlakuan yang
menghasilkan bobot kering tajuk yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol.

Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Bobot
1000 Butir
Komponen hasil padisawah yang diamati meliputi jumlah anakan
produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah, dan persen
gabah hampa. Rataan hasil pengamatan dan analisis statistik pengaruh aplikasi
ZPT Difenokonazol dan Ziram dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengamatan terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang
Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Bobot1000 Butir

Perlakuan
Tanpa ZPT (P0)
Difenokonazol 150 ml/ha
(P1)
Difenokonazol 300 ml/ha
(P2)
Difenokonazol 450 ml/ha
(P3)
Difenokonazol 600 ml/ha
(P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)

Ziram 3 kg/ha(P9)
Ziram 6 kg/ha (P10)
Ziram 9 kg/ha (P11)
Ziram 12 kg/ha (P12)

Jumlah
anakan
produktif
18

Panjang malai
(cm)

Jumlah gabah/
malai

Bobot 1000
butir (g)

27.15

178

26.33

18.

26.02

170

25.67

16

26.42

185

25.67

21

26.21

169

25.67

19

26.62

175

26.33

19
19
17
17
15
19
16
18

26.17
25.66
27.12
25.38
25.87
26.09
26.16
26.80

174
165
191
177
163
175
179
207

25.67
25.33
25.67
25.67
25.00
26.00
26.00
26.00

Secara statistik perlakuan zat pengatur tumbuh Ziram dan Difenokonazol
tidak berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktifpada seluruh perlakuan
ZPT. Pengaruh Difenokonazol dan Ziram terlihat memberikan respon yang baik
terhadap pertumbuhan jumlah anakan produktif kecuali perlakuan P2 dengan

20

konsentrasi300 ml/ha.Difenokonazol yang menghasilkan jumlah anakan produktif
lebih rendah dari pada kontrol dan perlakuan Ziram 3 kg/ha (P9) yang memiliki
jumlah anakan produktif terendah.
Perlakuan Difenokonazol dan Ziram terhadap panjang malai tidak berbeda
nyata secara statistik.Pada Tabel 7juga dapat dilihat bahwa pemberiaan Ziram
secara umum memberikan peningkatan terhadap jumlah bulir gabah meskipun
tidak berbeda nyata.Akan tetapi, Difenokonazol secara umummenekan bobot
1000 butir yaitu dapat dilihat pada perlakuan Difenokonazol 150 ml/ha (P1),
Difenokonazol 300 ml/ha (P2), dan Difenokonazol 450 ml/ha (P3) memiliki bobot
1000 butir yang lebih rendah dibandingkan kontrol.
Hasil per rumpun, Hasil ubinan dan dugaan hasil per Ha
Pengaruh ZPT Difenokonazol dan Ziram tidak berbeda nyata secara
statistik terhadap hasil gabah per rumpun.Walaupun demikian perlakuan
Difenokonazol umumnya meningkatkan hasil gabah per rumpun sedangkan
Ziramtidak selalu demikian, pada beberapa perlakuan Ziram memiliki bobot basah
per rumpun yang lebih besar dibandingkan Kontrol yaitu pada perlakuan Ziram
0.75 kg/ha (P5), Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh ZPT terhadap Hasil/Rumpun
Perlakuan
Tanpa ZPT (P0)
Difenokonazol 150 ml/ha (P1)
Difenokonazol 300 ml/ha (P2)
Difenokonazol 450 ml/ha (P3)
Difenokonazol 600 ml/ha (P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)
Ziram 3 kg/ha(P9)
Ziram 6 kg/ha (P10)
Ziram 9 kg/ha (P11)
Ziram 12 kg/ha (P12)

Hasil/Rumpun
Bobot basah
Bobot kering
240.67
178.00
243.33
177.00
205.67
147.00
276.67
204.67
257.33
190.33
245.33
177.33
243.00
180.00
236.33
171.00
181.33
140.00
177.00
131.00
246.67
177.00
188.67
131.33
234.33
170.67

21

Ziram 1.5 kg/ha (P6) dan Ziram 6 kg/ha (P10).Perlakuan ZPT
Difenokonazol menghasilkan bobot basah per rumpun sekitar 257.3-276 g yang
lebih besar dibanding kontrol yaitu 240.67 g, sedangkan Ziram berkisar 177 246 g.
Dugaan Hasil per ha
PadaGambar 2 terdapat peningkatan hasil per Ha pada setiap perlakuan
meskipun secara umum tidak berbeda nyata secara statistik. Perlakuan Ziram 4.5
kg/ha (P8) merupakan perlakuan yang paling baik karenamenghasilkan
produktivitas padi tertinggisebesar 7.17 ton/ha. Perlakuan Difenokonazol
menghasilakan produktivitas 5.89-6.64 ton/ha dan Ziram 5.38-7.17 ton/ha

Dugaan hasil/ha (ton/ha)

sedangkan kontrol 5.63 ton/ha.

Perlakuan

Gambar 2. Pengaruh Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Dugaan
Hasil/ha

Peningkatan Hasil
PadaGambar 3 terlihat secara umum terdapatpeningkatan hasil GKG
(gabah kering giling) per ha pada setiap perlakuan meskipun secara statistik tidak
berbeda nyata. Peningkatan hasil paling kecil pada perlakuan Difenokonazol
sekitar 260 kg/ha sedangkan peningkatan tertinggi mencapai sekitar 1 ton/ha.
Demikian pula pada perlakuan ZPT Ziram umumnya terjadi peningkatan hasil
kecuali perlakuanZiram 6 kg/ha (P10). Selain perlakuan Ziram 6 kg/ha (P10)

22

tersebut, aplikasi ZPT Ziram meningkatkan hasil sekitar 0.5-1.5 ton/ha gabah
kering giling/ha.Peningkatan hasil untuk perlakuan Difenokonazol berkisar 4.42 15.21% dan untuk perlakuanZiram berkisar 8.00 - 21.48% dan penurunan hasil
pada perlakuan Ziram 6 (P10) adalah 4.64%.

peningkatan ton/ha

Peningkatan Hasil GKG ton/ha

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
-0.4

1.54

1.03

1.01

0.51

0.51

0.51

1.01

0.51

1.03

0.51

0.26
-0.25

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10 P11 P12

Perlakuan

Gambar 3.Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Peningkata Hasil/ha

Analisi Usaha Tani
Hasil analisi usaha tani menunjukan bahwa aplikasi dosis zat pengatur
tumbuh Difenokonazol memberikan keuntungan Rp. 2.332.600 sampai dengan
Rp. 8.370.100 dibandingkan perlakuan kontrol. Aplikasi Difenokonazol dengan
dosis 150 ml/ha sudah dapat memberikan tambahan keuntungan sebesar
Rp. 4.187.200 di bandingkan aplikasi tanpa menggunakan ZPT tersebut.
Aplikasi ZPT Ziram yang diaplikasikan melalui daun semuanya
memberikan

keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan yang diaplikasikan

melalui tanah. Aplikasi ZPT Ziram dengan dosis 0.75 kg/ha ± 4.5 kg/ha yang di
aplikasikan melalui daun memberikan keuntungan Rp. 3.896.500 sampai dengan
Rp 4.170.250 sedangkan yang diaplikasikan melalui tanah hanya memberikan

23

keuntungan sekitar 50 % dibandingkan yang tidak diaplikasikan ZPT. Hal tersebut
dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis usaha tani ZPT difenokonazol dan Ziram
Perlakuaan

Biaya

Penerimaan

Keuntungan

R/C

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(%)

Tanpa ZPT (P0)

5,801,200

14,075,000

6,512,500

1.90

Difenokonazol 150 ml/ha(P1)
Difenokonazol 300 ml/ha (P2)
Difenokonazol 450 ml/ha (P3)
Difenokonazol 600 ml/ha (P4)
Ziram 0.75 kg/ha (P5)
Ziram 1.5 kg/ha (P6)
Ziram 3 kg/ha (P7)
Ziram 4.5 kg/ha (P8)
Ziram 3 kg/ha(P9)
Ziram 6 kg/ha (P10)

5,871,200

16,600,000

10,728,800

2.83

5,879,900

14,725,000

8,845,100

2.50

5,888,600

15,350,000

9,461,400

2.61

5,897,300

16,600,000

10,702,700

2.81

5,897,300

15,350,000

10,682,750

2.81

5,949,500

16,600,000

10,518,500

2.73

6,081,500

16,600,000

10,518,500

2.73

6,191,000

16,600,000

10,409,000

2.68

6,081,500

9,268,500

3,187,000

1.52

6,300,500

7,149,500

849,000

1.13

Ziram 9 kg/ha (P11)
Ziram 12 kg/ha (P12)

6,300,500

10,299,500

3,999,000

1.63

6,738,500

9,911,500

3,173,000

1.47

Pembahasan
Dari analisis tanah diperoleh bahwa tanah dilokasi percobaan memiliki pH
tanah awal dan akhir percobaan tergolong masam (5.2 dan 5.8),kandungan N
awal dan akhir rendah (0.11 % dan 0.16 %), serta kandungan P dan K sangat
rendah. Berdasarkan analisis tanah tersebut maka status kesuburan tanah
tergolong rendah (Soepardi, 1983). Unsur hara atau nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan tanaman padi (Grist, 1985 ; Gardner et.al., 1991). Walaupun
penelitian ini bukan perlakuan penambahan unsurhara, kesuburan tanah tetap
diperhatikan. Hal tersebut untuk mencegah tidak terlihatnya pengaruh zat
pengatur tumbuh karena gangguan kekurangan unsur hara.
Seluruh perlakuan menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan
bagan warna daun yang tidak berbeda nyata. Walaupundemikian terlihat secara
umum bahwa ZPT Difenokonazol menekan