Keragaman Mangga Cengkir di Kabupaten Indramayu

KERAGAMAN MANGGA CENGKIR DI KABUPATEN
INDRAMAYU

RITA HANDAYANI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ABSTRAK
RITA HANDAYANI. Keragaman mangga cengkir di Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh
ALEX HARTANA dan DORLY.
Mangga (Mangifera indica L.) Cengkir dikenal sebagai mangga yang berasal dari
Kabupaten Indramayu, sehingga sering disebut sebagai mangga indramayu atau dermayu. Kebunkebun mangga di kabupaten Indramayu umumnya menanam tanaman mangga berasal dari biji atau
hasil okulasi yang sumbernya dari satu atau beberapa pohon induk yang sama. Sehingga
keragaman pohon mangga cengkir di Kabupaten Indramayu perlu dianalisis. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keragaman mangga cengkir yang ada di Kabupaten Indramayu
berdasarkan karakter morfologi dan anatomi. Lima kecamatan di Kabupaten Indramayu dipilih, 1
kebun mangga dipilih untuk setiap kecamatan, dan dari setiap kebun dipilih 2-3 pohon yang
diamati karakter morfologinya seperti morfologi pohon, daun, dan buah. pengamatan anatomi

daun terhadap sayatan paradermal dan transversal untuk sediaan mikroskopis dilakukan di
laboratorium. Karakter morfologi, anatomi, dan gabungan kedua karakter dianalisis menggunakan
program NTSYS versi 2.1. Dendrogram kemiripan menunjukkan pohon mangga cengkir di
Indramayu memiliki keragaman yang cukup besar dengan nilai kemiripan berkisar antara 48% 68%.
Kata Kunci: Mangga, Mangifera indica, kemiripan, keragaman, Indramayu

ABSTRACT
RITA HANDAYANI. The diversity of cengkir mango in Indramayu, West Java. Supervised by
ALEX HARTANA and DORLY.
Cengkir (Mangifera indica L.) is known as a mango variety from Indramayu Regency,
West Java. So that are often called as indramayu or dermayu mango. Mango trees usually planted
from seeds or graftings. The source of seeds and grafting could be come from different genotipe
mango trees. So that the variability of cengkir mango trees in Indramayu need to be analyzed. The
objective of this study was to analyze the diversity of cengkir mango in Indramayu based on
morphological and anatomical characters. Five subdistrics (kecamatan) were chosen in Indramayu
Regency, one mango plantation was chosen from each subdistrics and 2 – 3 sample trees were
observed such as morphology characters of trees, leaves, and fruits. Paradermal and transversal
sections of leaf anatomy for microscopical preparation was conducted in laboratory.
Morphological, anatomical, and both characters were analyzed using the NTSYS program version
2.1. the dendrogram of similarity had showed cengkir mango trees in Indramayu had diversity

with similarity value between 48 – 68 %.
Key word: mango, Mangifera indica, similarity, diversity, Indramayu

KERAGAMAN MANGGA CENGKIR DI KABUPATEN INDRAMAYU

RITA HANDAYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul : Keragaman Mangga Cengkir di Kabupaten Indramayu
Nama : Rita Handayani
NIM : G34070078


Menyetujui:
Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Alex Hartana M. Sc
NIP 19491230 197503 1001

Dr. Ir. Dorly, M. Si
NIP 19640416 199103 2002

Mengetahui:
Ketua Departemen

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si
NIP 19641002 198903 1002

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan karrya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kehidupan bagi umatnya. Karya ilmiah ini
merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan September 2011
dengan judul Keragaman Mangga Cengkir di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini disusun
berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat, dan Laboratorium
Anatomi Tumbuhan, Depatemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Alex Hartan, M.Sc Hartana selaku
pembimbing pertama, Ibu Dr. Ir Dorly, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah banyak
memberi pengarahan dan saran selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Ibu Rita Megia selaku penguji sidang yang telah memberikan
masukkan dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Fitmawati,
pak Naryo, Bu Tini, Mba Ani, dan Bu Retno. Selain itu, ucapan terima kasih penulis berikan
kepada Bapak Hj. Ojan, Bapak Rusdi, Bapak Hj. Anang, Bapak Dariman, Bapak Andi, Bapak Hj.
Carlam, dan Bapak Darsuma selaku pemilik kebun dan penjaga kebun yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk menjadikan kebun mereka sebagai kebun contoh.
Ungkapan terima kasih tak terhingga penulis berikan kepada ke dua orang tua (Ayah dan
Ibu) yang telah memberikan seluruh kasih sayang dan pengorbanan yang begitu besar, serta

ungkapan terima kasih spesial untuk Yayan Sopyandi yang selalu memberi semangat dan nasihat
sehingga semua ini bisa terwujudkan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Siti Aisyah
teman SMA ku yang telah membantu pengambilan data, teman-teman wisma Cendrawasih
Mayang Galih Putri, Retnosari, Eri Septyawardani, dan Sani Nihlatusania serta penghuni censi
yang lain atas pengertiannya selama ini. Terima kasih untuk teman-teman satu lab Irwanto Adhi
Nugroho, Nisfulaila yarhofatul K, Henny Widyastuti, Choirunnisa, Gita OP, serta teman-teman
biopatku Ririn Masrina, Nita Ratnasari, Debie Rizqoh, Rahminovita H, Rani Maharani, Tira,
Niken A, dan Keluarga besar Biologi 44 terima kasih atas dukungan, doa, dan persahabatannya
selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 13 Maret 2012

Rita Handayani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 9 Februari 1989 dari ayah bernama Darwan
dan ibu bernama Kastirah. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2007,
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Losarang dan pada tahun yang sama penulis juga lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi

Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.
Semasa Kuliah penulis aktif dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) IPB dan Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Darma Ayu
(IKADA) Bogor. Selain kegiatan kampus, penulis juga pernah lolos didanai oleh Direktorat
Perkembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) dalam kegiatan program Wirausaha
Mahasiswa (PMW) 2010. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biologi Dasar, Botani
Umum, Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan, Mikroteknik, dan Anatomi dan Morfologi
Tumbuhan.
Pada tahun 2010 penulis melakukan kegiatan praktik lapangan di Balai Besar Uji Standar
Karantina Pertanian (BBUSKP) selama dua bulan. Adapun aspek yang dipelajari dalam praktik
lapangan tersebut yaitu Deteksi Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina pada Tanaman Padi
dengan Teknik Polymerase Chain Reactions.

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... vii
PENDAHULUAN

Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
Tujuan ........................................................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ........................................................................................................................ 1
Bahan ............................................................................................................................................ 1
Metode .......................................................................................................................................... 1
Studi Morfologi. ....................................................................................................................... 1
Pembuatan Sediaan Mikroskopis.............................................................................................. 2
Analisis Kemiripan ................................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Morfologi ................................................................................................................. 3
Analisis Kemiripan Morfologi ...................................................................................................... 5
Pengamatan Sediaan Mikroskopis Sayatan Paradermal................................................................ 6
Pengamatan Sediaan Mikroskopis Sayatan Transversal ............................................................... 8
Analisis Kemiripan Anatomi ........................................................................................................ 9
SIMPULAN .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 14

vii


DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Morfologi tanaman dan asal bibit mangga cengkir di 5 kecamatan di Kabupaten
Indramayu.................................................................................................... ..............

3

Morfologi
buah
mangga
cengkir
di
5
kecamatan
di

Kabupaten
Indramayu.............................................................................................................................

4

Anatomi
sayatan
paradermal
daun
mangga
cengkir
di
Kabupaten
Indramayu.................................................................................................................... .........

7

Anatomi
sayatan
tranversal

daun
mangga
cengkir
di
Kabupaten
Indramayu.............................................................................................................................

8

DAFTAR GAMBAR
1

Morfologi pohon mangga cengkir; tinggi tanaman (a), lebar tajuk (b), panjang helai
daun (c), lebar helai daun (d).............................................................................................

2

2

Pengukuran panjang (p) dan lebar (l) stomata..............................................................


3

3

Buah mangga cengkir; (a) bentuk buah (kiri:bulat-pipih, kanan:bulat-lonjong), (b)
bentuk pangkal bulat-berlekuk, (c) bentuk pangkal bulat-tidak berlekuk.........................

4

Dendrogram dari 14 pohon contoh berdasarkan penanda morfologi daun dan
buah......................................................................................................................................

5

Sayatan paradermal daun mangga cengkir; (1) permukaan atas, (2) permukaan bawah;
sel epidermis (e), stomata (s), trikoma (t)...........................................................................

7

Sayatan transversal daun mangga cengkir; epidermis atas (ea), jaringan palisade (pa),
jaringan pembuluh (jp), jaringan bunga karang (bk), epidermis bawah (eb), kutikula atas
(ka), kutikula bawah (kb), dan trikoma kelenjar (tk).........................................................

8

Dua jenis jaringan palisade pada mangga cengkir; daun mangga cengkir dengan satu
lapis jaringan palisade (a), daun mangga cengkir dengan dua lapis jaringan palisade
(b).......................................................................................................................................

9

Dendogram dari 14 pohon contoh berdasarkan penanda anatomi (sayatan paradermal
dan transversal).........................................................................................................

10

Dendrogram dari 14 pohon contoh berdasarkan gabungan kedua pengamatan morfologi
daun dan buah, dan anatomi daun.............................................................................

11

4
5
6

7

8
9

DAFTAR LAMPIRAN
Denah lokasi pengambilan pohon contoh dari 5 kecamatan di Kabupaten
Indramayu.........................................................................................................................

15

2

Komposisi larutan seri Johansen I – VII..........................................................................

16

3
4

Komposisi larutan Gifford...............................................................................................

16
17

1

Morfologi buah mangga cengkir dari lima kecamatan di Kabupaten Indramayu........

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mangga (Mangifera indica L.) termasuk
dalam famili Anacardiaceae yang berasal dari
India, Birma, dan Malaysia. Secara umum,
pohon mangga bisa mencapai umur lebih dari
seratus tahun dengan ciri memiliki tinggi yang
mencapai 10 m - 40 m, berbatang tegak,
bercabang banyak, dan bertajuk rindang dan
hijau sepanjang tahun (Pracaya 2007).
Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah
Asia
Tenggara
termasuk
Indonesia.
Indramayu, Cirebon, Majalengka, Kuningan,
dan Sumedang menjadi daerah sentra produksi
mangga di Jawa Barat, sedangkan di Jawa
Timur
Pemalang,
Blora,
Situbondo,
Probolinggo, dan Pasuruan, dan di Bali
Buleleng, dan Karangasem (Mulyawanti et al.
2010).
Mangga cengkir merupakan salah satu
varietas mangga yang dibudidayakan di Jawa
Barat dan Jawa Timur (Histifarina 2009), dan
merupakan varietas terbaik dari Kabupaten
Indramayu,
mangga
ini
memiliki
keistimewaan berupa daging buah tebal,
berserat halus, bertepung, dapat beradaptasi
dengan baik di dataran rendah, dan saat
matang memiliki daging buah berwarna
kuning muda dengan rasa yang manis
(Fitmawati et al. 2009; Deptan 2006).
Pada tahun 2006 mangga cengkir atau
mangga Indramayu ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
305/Kpts/SR.120/4/2006 menjadi varietas
mangga unggul dari Indramayu. Pada tahun
2008, jumlah tanaman mangga di Kabupaten
Indramayu mencapai 1.382.393 pohon yang
meliputi mangga cengkir sebanyak 372.757
pohon, mangga arumanis sebanyak 263.728
pohon, mangga gedong gincu sebanyak
175.965 pohon, dan varietas lainnya sebanyak
569.943 pohon.
Produksi buah mangga
cengkir pada tahun 2008 sebanyak 58.977,74
ton (Dinas Pertanian dan Peternakan
Indramayu 2008).
Keanekaragaman varietas mangga di
setiap daerah berbeda beda termasuk di
Kabupaten Indramayu (Sumiasri et al. 2006).
Pohon mangga yang ditanam di kebun-kebun
mangga di Kabupaten Indramayu sebagian
besar pohon mangga cengkir. Di Kabupaten
Indramayu, keragaman antar pohon mangga
cengkir di kebun yang sama atau di kebun
yang berbeda di kecamatan yang sama atau di
kecamatan yang berbeda belum diketahui.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis
keragaman mangga cengkir di Kabupaten
Indramayu berdasarkan morfologi pohon,
daun, dan buah, dan anatomi daun.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Maret
sampai dengan bulan September 2011 di
Kabupaten Indramayu dan di Laboratorium
Anatomi Tumbuhan, Depatemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Kabupaten Indramayu terbagi manjadi 31
kecamatan, untuk mempelajari keragaman
mangga cengkir di kabupaten ini dipilih
secara acak 5 kecamatan, yaitu Kecamatan
Jatibarang (Jtb), Lohbener (Loh), Lelea (Lel),
Cikedung (Cik), dan Terisi (Tri) (Lampiran
1). Di tiap kecamatan dipilih satu kebun
mangga dan hanya 3 pohon mangga cengkir
yang diamati dari tiap kebun terpilih. Untuk
pengamatan anatomi daun digunakan bahan
kimia antara lain alkohol, akuades, minyak
imersi, asam nitrat, kloroks, pewarna safranin
dan fast-green, gliserin 30%, larutan FAA,
tertier butir alkohol (TBA), larutan Gifford,
parafin, minyak parafin, albumin-gliserin,
xilol, dan entellan. Peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain meteran,
kamera, alat tulis, counter, silet, mikroskop
cahaya, bekas botol film, hot plate, mikrotom
putar, oven, holder, gelas objek, dan gelas
penutup.
Metode
Studi Morfologi. Pengamatan morfologi
pohon mangga cengkir dari tiap kebun
mangga berupa bentuk tajuk, tinggi tanaman,
lebar tajuk, panjang dan lebar helai daun
(Gambar 1) dari tiga daun berbeda. Morfologi
buah diamati dari tiga buah mangga dengan
lima belas ciri sebagai berikut bentuk buah,
warna kulit (muda dan matang), ukuran buah
(panjang dan lebar), warna daging buah
(matang), serat buah, bintik buah, letak
tangkai buah, bentuk pangkal buah, bentuk
ujung buah, lekukan ujung buah, paruh buah,
bentuk pelok biji, kadar air, lapisan lilin pada
kulit, dan aroma buah. Umur tanaman mangga
cengkir diperoleh dengan menanyakan kepada
pemilik atau penjaga kebun.

2

a

c
d
b

Gambar 1

2 cm

Morfologi pohon mangga cengkir; tinggi tanaman (a), lebar tajuk (b), panjang helai
daun (c), lebar helai daun (d).

Pembuatan
Sediaan
Mikroskopis.
Pengamatan anatomi daun didahului dengan
pembuatan sediaan mikroskopis daun mangga
cengkir. Sampel daun pada setiap contoh
diambil dari tiga cabang. Daun diambil dari
tiap cabang pada posisi ke empat dari pucuk
untuk sediaan sayatan paradermal. Sedangkan
untuk sediaan sayatan transversal, daun
diambil dari tiap cabang pada posisi ke tiga
dari pucuk. Daun dimasukkan ke dalam bekas
botol film yang berisi larutan alkohol 70% dan
di label dengan mencantumkan kode nama
kebun, ulangan tanaman, dan ulangan cabang.
Sediaan
Sayatan
Paradermal.
Pembuatan sayatan parademal menggunakan
metode whole mount (Sass 1951). daun
difiksasi dalam alkohol 70% dan dicuci
dengan akuades, kemudian daun direndam
dalam asam nitrat 50% dan dicuci kembali
dengan akuades. Daun disayat dengan silet
untuk mendapatkan epidermis adaksial dan
abaksial, setelah itu sayatan daun direndam
dalam kloroks dan dibilas dengan akuades.
Sayatan daun diwarnai dengan pewarna
safranin 1% aquosa selama 3-5 menit dan
dibilas kembali dengan akuades. Sayatan daun
diberi media gliserin 30% dan ditutup dengan
gelas penutup.
Sediaan Sayatan Transversal. Sayatan
transversal dilakukan dengan menggunakan
metode parafin (Johansen 1940). daun
berukuran 0,8 cm × 0,5 cm difiksasi dalam
larutan FAA (Formaldehid, asam asetat
glasial,
dan
alkohol
70%)
dengan
perbandingan 5:5:90 selama 48 jam,
kemudian daun dicuci dengan etanol 50%
sebanyak empat kali dengan waktu
penggantian selama 1 jam. Daun didehidrasi
dan dijernihkan dalam larutan seri Johansen IVII (Lampiran 2). daun diinfiltrasi parafin
secara bertahap di dalam oven pada suhu
60oC, selanjutnya daun ditanam (embedding)
dalam blok parafin. Blok yang berisi daun
direndam dalam larutan Gifford (Lampiran 3)

selama tiga minggu. Blok dirapihkan dan
ditempel ke holder untuk disayat setebal 10
μm dengan mikrotom putar sehingga
diperoleh pita parafin. Pita parafin direkatkan
pada kaca objek yang sudah diolesi albumingliserin dan ditetesi air. Hasil sayatan
dipanaskan di atas hot plate pada suhu 40oC
selama 12 jam, kemudian diwarnai dengan
safranin 2% (aquosa) dan fast green 0,5%
dalam etanol 95% (spirituosa). Preparat
direkatkan dengan entellan lalu ditutup
dengan gelas penutup. Preparat sayatan daun
siap diamati.
Pengamatan Sediaan Mikroskopis. Hasil
sayatan paradermal dan transversal diamati
menggunakan mikroskop cahaya. Karakter
sayatan paradermal yang diamati untuk
stomata dengan perbesaran 10x100 dan
trikoma dengan perbesaran 10x10 meliputi
tipe, ukuran, kerapatan, dan indeks.
Pengukuran stomata dilakukan sebanyak
sepuluh ulangan (Gambar 2). Perhitungan
kerapatan dan indeks setiap preparat
dilakukan pada lima ulangan bidang pandang.
Sedangkan, pada sayatan tranversal diamati
tebal daun pada perbesaran 10x10; tebal
epidermis, tebal jaringan palisade, tebal
jaringan bunga karang pada perbesaran 10x40;
dan tebal kutikula pada 10x100. Pengukuran
karakter tersebut dilakukan pada dua bidang
pandang. Di bawah ini rumus perhitungan
kerapatan dan indeks stomata.
Kerapatan *) =
∑ stomata
Stomata
luas bidang pandang (mm2)
Indeks
Stomata

=
∑ stomata
X100
∑ stomata + ∑ sel epidermis

Luas Bidang pandang =

πr2

Keterangan:
r
: jari-jari mikrometer objektif
π
: konstanta (3,14)
*) Rumus yang sama digunakan untuk kerapatan trikoma

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
l

Pengamatan Morfologi
Morfologi mangga cengkir berupa
morfologi
pohon,
daun,
dan
buah
memperlihatkan adanya keragaman (Tabel 1
dan 2). Bibit pohon mangga pada umumnya
berasal dari penanaman biji seperti di
Kecamatan Jatibarang, Lelea, dan Terisi.
Sedangkan di Kecamatan Cikedung bibit
mangga cengkir berasal dari penanaman biji
dan hasil okulasi dengan batang bawah
mangga bapang – cengkir. Bibit mangga
cengkir di Kecamatan Lohbener berasal dari
hasil okulasi yang menggunakan batang
bawah yang berbeda, yaitu hasil okulasi
batang bawah mangga nanas – cengkir
(Loh1), dan hasil okulasi batang bawah
mangga lalijiwo – cengkir (Loh3). Di
Kecamatan Lohbener, pohon contoh yang
dilaporkan hanya dua pohon karena pohon
contoh Loh2 ternyata berasal dari hasil
okulasi yang batang atasnya memiliki dua
jenis mata tunas yang berbeda, yaitu mata
tunas mangga cengkir dan harum manis
(Tabel 1). Hasil pengamatan morfologi pohon
dan daun mangga cengkir selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

p

Gambar 2

Pengukuran panjang (p) dan lebar
(l) stomata.

Analisis
Kemiripan.
Keragaman
morfologi daun dan buah serta anatomi daun
mangga cengkir di Kabupaten Indramayu
dianalisis menggunakan metode UPGMA
(Unweighted Pair-Group Method with
Arithmetic Mean) dengan program Numerical
Taxonomy and Multivariate System (NTSYS)
versi 2.1 yang menghasilkan dendrogram
kemiripan. Data pengamatan yang bersifat
kualitatif diubah menjadi bentuk skor.
Tabel 1 Morfologi tanaman dan
Kabupaten Indramayu.

Lohbener

cengkir

di

5

kecamatan

Jtb1

Panjang Helai
Daun (cm)
21,0

Lebar Helai
Daun (cm)
6,9

Asal
bibit
0

Jtb2

7,0

9,6

21,3

5,8

0

Jtb3

8,0

8,5

25,8

9,1

0

Lel1

6,0

8,0

19,0

6,0

0

Lel2

6,0

7,0

27,0

9,0

0

Lel3

6,0

10,0

22,0

7,0

0

Cik1

4,0

4,0

18,0

5,0

2

Cik2

11,0

13,0

18,0

5,0

0

Cik3

11,0

10,0

23,0

8,0

0

Tri1

7,0

12,0

23,0

7,0

0

Tri2

7,0

9,0

22,0

7,0

0

Jatibarang

Terisi

mangga

Lebar
Tajuk (m)
8,8

Kode

Cikedung

bibit

Tinggi
Pohon (m)
6,0

Kecamatan

Lelea

asal

Tri3

7,0

10,0

19,0

6,0

0

Loh1

9,0

9,0

17,8

4,8

1

Loh3

8,0

8,0

20,8

5,9

3

di

Keterangan: Angka 0 (nol) = untuk pohon yang ditanam dari biji, 1 (satu) = untuk pohon yang
okulasi antara nanas-cengkir, 2 (dua) = untuk pohon hasil okulasi bapang-cengkir, 3
(tiga) = untuk pohon hasil okulasi lalijiwo-cengkir.

4

Tabel 2

Morfologi buah mangga cengkir di 5 kecamatan di Kabupaten Indramayu.

Kecamatan

Kode

Jatibarang

Lelea

Cikedung

Terisi

Lohbener

Ukuran (cm)

bentuk

panjang

lebar

Jtb1

bulat-pipih

13,2

10,4

bulat, berlekuk

Jtb2

bulat-pipih

13,5

9,8

bulat, berlekuk

Jtb3

bulat-pipih

13,3

10,5

bulat, tidak berlekuk

Lel1

bulat-pipih

12,0

9,1

bulat, tidak berlekuk

Lel2

bulat-pipih

13,3

9,5

bulat, tidak berlekuk

Lel3

bulat-lonjong

11,2

8,4

bulat, tidak berlekuk

Cik1

bulat-lonjong

15,4

11,6

bulat, tidak berlekuk

Cik2

bulat-pipih

14,5

11,2

bulat, berlekuk

Cik3

bulat-pipih

13,8

10,5

bulat, berlekuk

Tri1

bulat-pipih

13,0

10,0

bulat, berlekuk

Tri2

bulat-pipih

11,8

8,2

bulat, tidak berlekuk

Tri3

bulat-pipih

12,8

10,7

bulat, tidak berlekuk

Loh1

bulat-pipih

11,8

8,8

bulat, tidak berlekuk

Loh3

bulat-pipih

11,8

8,8

bulat, tidak berlekuk

Pohon mangga cengkir yang pendek dan
bertajuk sempit dijumpai di Kecamatan
Cikedung (Cik1) berumur ± 3 tahun.
Sedangkan pohon mangga cengkir yang tinggi
dan bertajuk lebar dijumpai di Kecamatan
yang sama (Cik2) berumur ± 20 tahun (Tabel
1). Persebaran umur pohon mangga cengkir di
Kecamatan Cikedung lebih merata dibanding
di kecamatan lainnya.
Morfologi buah mangga cengkir yang
diamati terdiri dari lima belas ciri tetapi hanya
empat ciri yang memperlihatkan adanya
variasi, yaitu bentuk buah, ukuran buah
(panjang dan lebar), dan bentuk pangkal buah
(Gambar 3). Sedangkan morfologi buah yang
lainnya memiliki ciri yang sama (Lampiran 4).

Secara umum pohon mangga cengkir
bentuk tajuk seperti piramida, tinggi pohon
berkisar 4,0 m – 11,0 m, dengan lebar tajuk
antara 4,0 m – 13,0 m. Helai daunnya
memiliki panjang berkisar antara 17,8 cm –
27,0 cm, dengan lebar berkisar antara 4,8 cm
– 9,1 cm. Tinggi pohon mangga di Kecamatan
Jatibarang, Lelea, Terisi, dan Lohbener
hampir sama. Sedangkan pada Kecamatan
Cikedung terdapat satu pohon contoh yang
memiliki tinggi pohon 4,0 m (Cik1) yang
termasuk pendek dari kedua pohon contoh
yang lainnya. Lebar tajuk pohon mangga di
kebun-kebun tersebut lebih bervariasi
dibandingkan tinggi pohonnya.

a

b

c
3 cm

Gambar 3

bentuk pangkal

3 cm

Buah mangga cengkir; (a) bentuk buah (kiri:bulat-pipih, kanan:bulat-lonjong), (b)
bentuk pangkal bulat-berlekuk, (c) bentuk pangkal bulat-tidak berlekuk.

5

pada kulit dengan bintik (spot) yang tidak
jelas, dan kulit buah berwarna hijau saat
masih muda yang berubah menjadi hijau
kekuningan ketika matang. Letak tangkai
buahnya di tengah, bentuk ujung buahnya
tumpul, mempunyai lekukan ujung buah, dan
bentuk pelok biji mangga cengkir agak
lonjong (Lampiran 4).
Mangga cengkir memiliki karakteristik
buah yang berbentuk bulat telur, sedikit
berparuh dibagian ujung buah, kulit buah
halus, berwarna hijau muda kekuningan,
berbintik coklat, dan memiliki lapisan lilin
yang tipis. Selain itu, daging buahnya tebal,
berwarna kuning, memiliki rasa yang sedikit
manis, kadar airnya sedikit, dan beraroma
sedikit harum (Pracaya 2007).

Morfologi buah mangga cengkir memiliki
dua bentuk, yaitu bulat-lonjong dan bulatpipih. Seluruh buah mangga cengkir dari lima
kecamatan tersebut memiliki bentuk buah
bulat pipih kecuali di Kecamatan Lelea (Lel3)
dan di Kecamatan Cikedung (Cik1) memiliki
bentuk buah bulat-lonjong. Ukuran buah
mangga memiliki panjang berkisar antara 11,2
cm – 15,4 cm dengan lebar 8,2 cm – 11,6 cm.
Pohon contoh Cik1 dari Kecamatan Cikedung
memiliki ukuran buah terbesar, yaitu panjang
sebesar 15,4 cm dan lebar 11,6 cm.
Sedangkan pohon contoh Lel3 memiliki
ukuran buah yang terkecil dengan panjang
buah sebesar 11,2 cm dan Pohon contoh Tri2
memiliki lebar terkecil yaitu sebesar 8,2 cm.
Bentuk pangkal buah dijumpai ada dua
tipe, yaitu bulat tidak berlekuk dan bulatberlekuk. Bentuk pangkal buah bulat-tidak
berlekuk dapat ditemui pada seluruh pohon
contoh kebun Lohbener dan Lelea. Sedangkan
pada kebun di Kecamatan Cikedung hanya
pohon contoh Cik1 yang memiliki bentuk
pangkal bulat tidak berlekuk. Begitu pula
dengan pohon contoh pada kebun kecamatan
Terisi, hanya pohon contoh Tri2 dan Tri3
yang pangkal buahnya bulat dan tidak
berlekuk. Seluruh pohon contoh yang diambil
dari kebun Kecamatan Jatibarang (Jtb),
memiliki bentuk pangkal bulat-berlekuk
(Tabel 2).
Buah mangga cengkir dari seluruh pohon
contoh di lima kecamatan memiliki sedikit
serat, kadar air dalam buah sedang, beraroma
sedikit harum, berparuh, terdapat lapisan lilin

Analisis Kemiripan Morfologi
Keragaman morfologi daun dan buah
mangga cengkir dianalisis dengan melihat
hubungan
kemiripan
mangga
cengkir
menggunakan (NTSYS) versi 2.1 yang
menghasilkan
dendrogram
kemiripan.
Karakter morfologi pohon tidak digunakan
dalam analisis kemiripan karena umur dari
pohon
contoh
berbeda-beda.
Hasil
dendrogram morfologi daun dan buah tidak
mengelompokkan pohon mangga cengkir
berdasarkan lokasi kebun, tetapi berdasarkan
kemiripan morfologi yang dimiliki pohon
tersebut. Dendrogram hasil analisis kemiripan
tanaman mangga cengkir berdasarkan
penanda morfologi daun dan buah mangga
cengkir (Gambar 4).

82%

IV

81%
III
75%
89%
II
84%

Gambar 4

I

Dendrogram dari 14 pohon contoh berdasarkan penanda morfologi daun dan buah.

6

Seluruh pohon contoh tergabung menjadi
satu kelompok pada nilai kemiripan 75% atau
mempunyai keragaman sebesar 25%. Pada
kemiripan 75%, terdapat empat kelompok
utama, yaitu kelompok I, kelompok II,
kelompok III, dan kelompok IV. Keempat
kelompok ini memiliki karakter morfologi
yang hampir seperti kulit buah pada saat
belum matang berwarna hijau muda dan
berubah menjadi hijau tua pada saat matang,
daging buahnya berwarna kuning-jingga,
memiliki sedikit serat, bintik (spot) yang tidak
jelas, posisi tangkai di tengah, bentuk ujung
buah tumpul, berparuh, terdapat lekukan pada
ujung buah, bentuk pelok biji agak lonjong,
kadar air sedang, beraroma sedikit harum dan
kulit buah memiliki lapisan lilin.
Kelompok I memiliki kemiripan sebesar
84% yang terdiri dari pohon contoh Cik2 dan
Cik1 yang berasal dari satu Kecamatan
Cikedung. Kedua pohon contoh tersebut
berasal dari asal bibit yang berbeda tetapi
disatukan oleh ciri ukuran daun dengan
panjang 18,0 cm dan lebar 5,0 cm, serta
ukuran panjang buah berkisar 14,5 cm – 15,4
cm.
Kelompok II yang terdiri dari Tri2 dan
Lel3 memiliki kemiripan paling besar diantara
kelompok lainnya yaitu sebesar 89%. Kedua
pohon contoh ini berasal dari penanaman biji
yang memiliki kemiripan pada ukuran helai
daun (panjang 22,0 cm dan lebar 7,0 cm),
lebar buah berkisar 8,2 cm – 8,4 cm, dan
bentuk pangkal buah bulat tidak berlekuk.
Kelompok III terdiri dari Loh1, Loh3,
Lel1, Tri3, Lel2, dan Jtb3 memiliki kemiripan
yang lebih rendah dibandingkan kelompok
sebelumya yaitu sebesar 81%. Kelompok ini
berasal dari Kecamatan Lelea, Lohbener,
Terisi, dan Jatibarang yang dicirikan oleh
bentuk pangkal buah bulat-tidak berlekuk.
Pohon contoh Loh3 dan Lel1
memiliki
kemiripan tertinggi sebesar 95% meskipun
memiliki asal bibit yang berbeda yaitu asal
bibit hasil okulasi mangga Lalijiwo-cengkir
untuk pohon Loh3 dan asal bibit dari
penanaman biji untuk pohon Lel1. Pohon
contoh Loh3 dan Lel1 memiliki karakter
morfologi daun, dan buah
yang mirip
sehingga
kedua
pohon
contoh
ini
kemiripannya paling besar di kelompok II.
Kelompok IV terdiri dari 4 pohon contoh,
yaitu Cik3, Jtb2, Tri1, dan Jtb1 yang berasal
dari kecamatan berbeda memiliki kemiripan
sebesar 82%. Pada kemiripan 95% terdapat
pohon contoh Jtb1 dan Tri1 yang menyatu
dengan kemiripan bentuk buah bulat-pipih,
ukuran buah (panjang berkisar 13,0 cm – 13,2

cm dan lebar berkisar 10,0 cm – 10,4 cm),
bentuk pangkal buah bulat-berlekuk, dan lebar
helai daun berkisar 6,9 cm – 7,0 cm. Kedua
pohon contoh tersebut berasal dari penanaman
biji.
Pengelompokkan
pohon
contoh
berdasarkan morfologi daun dan buah tidak
berdasarkan asal bibitnya sehingga pada
dendrogram morfologi terlihat pohon contoh
yang berasal dari biji dan hasil okulasi
menyatu pada satu kelompok. Kemiripan
karakter morfologi antar pohon mangga
cengkir dari lima kebun di lima kecamatan
ditindak lanjuti dari anatomi daun. Apakah
karakter
anatomi
daun
menunjukkan
keragaman?
Pengamatan Sediaan Mikroskopis Sayatan
Paradermal
Daun mangga seluruh pohon contoh dari
ke lima kebun di lima kecamatan
menunjukkan bahwa stomata tidak dijumpai
pada epidermis permukaan atas (adaksial) tapi
hanya pada epidermis permukaan bawah
(abaksial) sehingga disebut tipe hipostomatik.
Kondisi ini umum dijumpai pada tanaman
untuk mengurangi laju transpirasi (Esau
1974). Sedangkan epidermis permukaan
bawah (abaksial) tersusun atas sel epidermis,
stomata, dan trikoma kelenjar (Gambar 5).
Stomata pada bagian pemukaan bawah
daun ditemukan menyebar tidak teratur. Pada
kedua sisi adaksial dan abaksial daun
dijumpai trikoma. Tipe trikoma daun mangga
termasuk tipe kelenjar (glandular) berbentuk
bulat cakram dan tersusun atas banyak sel
(Gambar 5). Trikoma merupakan bentuk
tambahan
dari
sel
epidermis
yang
termodifikasi. Trikoma kelenjar berperan
dalam mekanisme pertahanan kimiawi
terhadap serangan serangga (Esau 1977)
Tipe stomata pada daun mangga cengkir
adalah tipe anomositik, yaitu stomata yang
dikelilingi oleh beberapa sel yang berbentuk
dan berukuran sama dengan sel epidermis
(Fahn 1991). Stomata berperan penting bagi
tanaman sebagai alat untuk beradaptasi
terhadap cekaman kekeringan (Pugnaire &
Pardos 1999). pengurangan laju transpirasi
didukung dengan ukuran stomata yang kecil,
yaitu panjang stomata antara 18,0 – 22,0 µm
dan lebar antara 21,0 – 25,0 µm (Tabel 3).
Ukuran dan kerapatan stomata berkaitan
dengan
ketahanan
terhadap
cekaman
kekeringan (Sulistyaningsih et al. 1994).
Berikut adalah hasil pengamatan sediaan
mikroskopis sayatan paradermal.

7

(1)

(2)
t

t
e

e
s
Gambar 5

Sayatan paradermal daun mangga cengkir; (1) permukaan atas, (2) permukaan bawah;
sel epidermis (e), stomata (s), trikoma (t).

Tabel 3 Anatomi sayatan paradermal daun mangga cengkir di Kabupaten Indramayu.
Kecamatan

Kode

Kerapatan
Stomata
(∑stomata/mm2)

Indeks
Stomata

Panjang
stomata
(µm)

Lebar
stomata
(µm)

Kerapatan trikoma
(∑trikoma/mm2)

Jatibarang

Jtb1

719,2

12,6

20,0

23,0

11,8

Jtb2

769,0

13,2

20,0

23,0

10,2

Jtb3

850,4

15,1

20,0

22,0

9,5

Lel1

716,5

13,7

20,0

23,0

9,0

Lel2

800,5

14,5

20,0

22,0

13,0

Lel3

784,8

13,4

19,0

21,0

10,9

Cik1

805,8

13,0

20,0

22,0

11,8

Cik2

795,3

13,0

19,0

22,0

10,2

Cik3

858,3

13,1

20,0

21,0

11,9

Tri1

677,2

11,5

22,0

24,0

8,7

Tri2

716,5

11,9

20,0

22,0

10,0

Lelea

Cikedung

Terisi

Lohbener

Tri3

837,3

14,2

18,0

21,0

11,2

Loh1

692,9

12,3

21,0

25,0

12,6

Loh3

627,3

11,1

21,0

23,0

10,4

Kerapatan stomata adalah karakter
penting yang mempengaruhi pertukaran gas.
Kerapatan stomata memiliki variabilitas
yang tinggi diantara spesies dan area daun
(Pandey et al. 2007). Mangga cengkir
memiliki kerapatan stomata yang bervariasi
antara 627,3 – 858,3 stomata per mm2.
Berdasarkan hasil pengamatan sayatan
paradermal (Tabel 3), pohon contoh Cik3
memiliki nilai kerapatan stomata tertinggi,
yaitu 858,3 per mm2. Sedangkan nilai
kerapatan stomata yang terendah berada
pada pohon contoh Loh3 sebesar 627,3 per
mm2. Stomata dapat merespon beberapa
kondisi lingkungan seperti intensitas cahaya.
Daun yang terpapar oleh sinar matahari pada
intensitas cahaya tinggi memiliki kerapatan
stomata yang lebih tinggi dibandingkan daun
yang ternaung (Batos et al. 2010).

Mangga kultivar Kensington yang masih
satu spesies dengan mangga cengkir
memiliki kerapatan stomata 631,0 per mm2
(Wiebel et al. 1994). Mangga cengkir
memiliki kerapatan stomata yang tidak
berbeda jauh dengan kultivar di satu spesies
yang sama. Kerapatan stomata yang rendah
bila dibandingkan dengan jumlah sel
epidermis yang tinggi, maka akan
menghasilkan indeks stomata yang rendah.
Begitu pula sebaliknya kerapatan stomata
yang tinggi bila dibandingkan dengan
jumlah sel epidermis yang rendah, maka
akan menghasilkan indeks stomata yang
tinggi (Qosim et al. 2007).
Indeks stomata menunjukkan rasio antara
jumlah stomata dengan jumlah stomata dan
sel epidermis. Indeks ini berkaitan dengan
perubahan yang terjadi pada luas stomata

8

lapisan jaringan palisade, yaitu terdiri dari
satu lapis dan dua lapis jaringan palisade
(Gambar 7). Pohon contoh yang memiliki
satu lapis jaringan palisade adalah Lel3,
Tri2, dan Cik2. Pohon contoh Keb2
memiliki dua lapis jaringan palisade.
Sedangkan pohon contoh lainnya memiliki
1-2 lapis jaringan palisade. Trikoma kelenjar
pada sediaan sayatan transversal daun
mangga cengkir terlihat pada lapisan
epidermis atas dan bawah. Dibawah ini
adalah
hasil
pengamatan
sediaan
mikroskopis sayatan transversal.

dan sel epidermis. Nilai indeks stomata
mangga cengkir berkisar antara 11,1 – 15,1.
Nilai indeks stomata tertinggi dijumpai di
Kecamatan Jatibarang (Jtb3) yaitu sebesar
15,1. Sedangkan nilai indeks stomata
terendah dijumpai di Kecamatan Lohbener
(Loh3) yaitu sebesar 11,1.
Stomata mangga cengkir memiliki nilai
lebar yang lebih tinggi dibandingkan
panjangnya. Pohon contoh Tri1 memiliki
stomata dengan ukuran terbesar, yaitu
dengan panjang 22,0 µm dan lebar 24,0 µm.
Pohon contoh Tri3 memiliki nilai panjang
stomata terkecil, sedangkan pohon contoh
Lel3 nilai lebar stomatanya terkecil. Mangga
cengkir memiliki kerapatan trikoma berkisar
8,71–13 per mm2. Nilai kerapatan trikoma
tertinggi sebesar 13,00 per mm2 dijumpai di
Kecamatan Lelea (Lel2). Sedangkan nilai
terendah dijumpai di Kecamatan Terisi
(Tri1) dengan nilai 8,71 per mm2.

k
a

ea

pa
jp

bk

Pengamatan
Sediaan
Mikroskopis
Sayatan Transversal
Hasil pengamatan sediaan mikroskopis
sayatan transversal menunjukkan bahwa
susunan daun mangga cengkir dari yang
teratas, yaitu kutikula atas, epidermis atas,
jaringan palisade, jaringan pembuluh,
jaringan bunga karang, epidermis bawah,
dan kutikula bawah (Gambar 6). Daun
mangga cengkir memiliki dua tipe susunan

tk

k
b
Gambar 6 Sayatan

eb

transversal
daun
mangga cengkir; epidermis atas
(ea), jaringan palisade (pa),
jaringan pembuluh (jp), jaringan
bunga karang (bk), epidermis
bawah (eb), kutikula atas (ka),
kutikula bawah (kb), dan
trikoma kelenjar (tk).

Tabel 4 Anatomi sayatan tranversal daun mangga cengkir di Kabupaten Indramayu.

Kecamatan

Kode

Tebal kutikula
(µm)
Atas

Jatibarang

Lelea

Cikedung

Terisi

Lohbener

Bawah

Tebal
epidermis (µm)
Atas

Bawah

Tebal Jaringan
mesofil (µm)
Bunga
Palisade
karang
77,9
110,8

Tebal
daun
(µm)

Jtb1

4,2

2,8

8,7

9,2

210

Jtb2

4,5

3,2

10,0

8,8

78,3

120,0

233,3

Jtb3

4,3

3,2

9,2

8,8

71,7

107,1

208,3

Lel1

4,5

3,7

9,6

10,0

73,8

122,1

221,7

Lel2

4,0

3,5

9,2

9,2

55,4

96,3

178,3

Lel3

3,7

2,7

8,8

8,3

52,5

115,8

173,3

Cik1

3,2

2,5

15,8

10,8

53,3

102,9

193,3

Cik2

5,2

4,2

10,4

8,8

62,1

124,2

216,7

Cik3

3,5

2,5

13,3

10,0

56,7

135,4

216,7

Tri1

3,8

3,3

9,6

7,9

57,1

109,2

190,0

Tri2

4,7

4,0

8,8

7,1

62,9

115,0

200,0

Tri3

2,8

2,7

13,8

9,2

43,3

112,9

188,3

Loh1

4,7

3,7

9,6

8,8

69,6

120,0

226,7

Loh3

4,5

3,5

6,3

7,5

66,3

94,6

188,3

9

a
Gambar 7

b

Dua tipe jaringan palisade mangga cengkir; daun mangga cengkir dengan satu lapis
jaringan palisade (a), daun mangga cengkir dengan dua lapis jaringan palisade (b).

Daun mangga cengkir memiliki tebal
berkisar antara 173,3 µm - 233,3 µm, tebal
epidermis atas antara 6,3 µm - 15,8 µm,
sedangkan tebal epidermis bawah antara 7,1
µm - 10,8 µm. Tebal jaringan palisade
mangga cengkir berkisar antara 43,3 µm 78,3 µm, dan tebal jaringan bunga karang
berkisar antara 94,6 µm - 135,4 µm. Tebal
lapisan kutikula atas antara 2,8 µm - 4,7 µm,
sedangkan kutikula bawah berkisar antara 2,5
µm - 4,2 µm. Berdasarkan Tabel 4, pohon
contoh tiga (Tri3) dari Kecamatan Terisi
memiliki tebal kutikula atas yang terkecil
diantara pohon contoh lain dengan nilai 2,8
µm. Tebal daun mangga cengkir tidak
ditentukan oleh tebal karakter anatomi
lainnya.
Pohon contoh Cik3 memiliki tebal
kutikula bawah terkecil dengan nilai 2,5 µm.
Sedangkan pohon contoh Cik2 memiliki nilai
kutikula atas dan bawah tertinggi dengan nilai
5,2 µm dan 4,2 µm. Pohon contoh Cik1
memiliki nilai tebal epidermis atas dan bawah
tertinggi diantara pohon contoh lain dengan
nilai 15,8 µm dan 10,8 µm. Sedangkan tebal
epidermis atas yang terkecil berada pada
pohon contoh Loh3 dengan nilai 6,3 µm.
Tebal epidermis bawah terendah berada pada
pohon contoh Tri2 dengan nilai 7,1 µm.
Pohon contoh Jtb2 memiliki nilai tertinggi
pada tebal jaringan palisade yaitu sebesar 78,3
µm. Pohon contoh Tri3 memiliki tebal
jaringan palisade terendah yaitu 43,3 µm.
Pohon contoh Loh3 memiliki nilai terendah
sebesar 94,6 µm pada karakter tebal jaringan
bunga karang, sedangkan untuk nilai tertinggi
pada tebal jaringan bunga karang dimiliki oleh
pohon contoh Cik3 dengan nilai 135,4 µm.
Pohon contoh Jtb2 memiliki nilai tebal daun
tertinggi dengan nilai 233,3 µm, dan nilai
terendah dimiliki oleh pohon contoh Lel3
dengan nilai 173,3 µm.

Peningkatan tebal helai daun diikuti
dengan meningkatnya ukuran jaringan mesofil
yang berdiferensiasi menjadi jaringan palisade
dan bunga karang. Jaringan palisade tersusun
begitu kompak dan rapat, sedangkan jaringan
bunga karang terlihat lebih tebal dibandingkan
jaringan palisade (Esau 1977). Daun yang
terpapar oleh sinar matahari memiliki jaringan
palisade yang lebih tebal dibandingkan
dengan daun yang ternaung. Hal ini
disebabkan pemanjangan sel dari jaringan
palisade yang merespon intensitas cahaya
yang tinggi (Ashton & Berlyn 1992).
Jumlah lapisan jaringan palisade pada
daun mangga cengkir bervariasi. hal ini
disebabkan oleh perbedaan antara daun yang
terpapar sinar matahari dan yang ternaungi
oleh daun lainya (Fitter & Hay 1991). Kedua
permukaan daun mangga cengkir dilapisi oleh
kutikula. Kutikula bagian atas lebih tebal
dibandingkan kutikula bagian bawah.
Kutikula memiliki fungsi melindungi tanaman
dari serangan hama dan penyakit, mengurangi
laju transpirasi air, dan merefleksikan sinar
matahari. Kutikula yang sangat licin dapat
mengurangi penempelan dan perkembangan
spora pada permukaan daun, sehingga
tanaman terhindar dari serangan penyakit
(Mauseth 1988).
Analisis Kemiripan Anatomi
Hasil pangamatan anatomi daun mangga
cengkir digunakan untuk melihat hubungan
kemiripan pohon mangga cengkir di lima
kecamatan. Berdasarkan anatomi daun,
seluruh pohon contoh tergabung menjadi satu
kelompok pada kemiripan 10% atau memiliki
keragaman 90% yang terdiri dari tiga
kelompok, yaitu kelompok I, kelompok II, dan
kelompok III. Berikut adalah bentuk
dendrogram kemiripan berdasarkan anatomi
daun mangga cengkir (Gambar 8).

10

22%

20%
10%

13%

Gambar 8

III

II

I

Dendogram dari 14 pohon contoh berdasarkan penanda anatomi (sayatan paradermal
dan transversal).

Kelompok I memiliki kemiripan sebesar
13% yang terdiri dari pohon contoh Tri1 dan
Lel1. Kedua pohon contoh ini berasal dari
Kecamatan Lelea dan Terisi. Kelompok ini
memiliki kerapatan trikoma berkisar antara
8,7 – 9,0 per mm2.
Kelompok II memiliki kemiripan sebesar
20% yang terdiri dari 5 pohon contoh, yaitu
Loh3, Loh1, Tri2, Cik2, dan Jtb2. Kelima
pohon contoh tersebut berasal dari asal bibit
yang berbeda tetapi memiliki kemiripan ciri
tebal kutikula atas antara 4,5 µm – 5,2 µm.
pohon contoh yang memiliki kemiripan
tertinggi adalah Jtb2 dan Cik2 yaitu sebesar
47% (Kelompok II). Kedua pohon contoh
tersebut berasal dari kebun yang berbeda
tetapi memiliki kemiripan, yaitu nilai indeks
stomata berkisar 13,0 – 13,2; kerapatan
trikoma sebesar 10,2 per mm2; tebal epidermis
atas berkisar 10,0 µm – 10,4 µm dan
epidermis bawah sebesar 8,8 µm; dan tebal
kutikula atas sebesar 5,0 µm.
Kelompok III memiliki kemiripan sebesar
22% dengan anggota kelompok Lel2, Jtb3,
Lel3, Cik3, Cik1, dan Jtb1. Kelompok ini
berasal dari Kecamatan Lelea, Jatibarang, dan
Cikedung. Ciri yang mempersatukan keenam
pohon contoh ini adalah panjang stomata
antara 19,0 µm – 20,0 µm dengan tebal
kutikula atas dan bawah antara 3,2 µm – 4,3
µm. Pada dendrogram tersebut terdapat satu

pohon contoh yang terpisah dari pohon contoh
lainnya yaitu pohon contoh Tri3 dari
Kecamatan Terisi karena tidak mempunyai
kesamaan karakter dengan ke tiga kelompok
utama.
Hasil
pengelompokkan
dendrogram
anatomi daun berbeda dengan hasil
dendrogram morfologi daun dan buah. Tetapi
ada beberapa pohon contoh yang bergabung
menjadi satu kelompok pada kedua hasil
analisis dendrogram seperti pohon contoh
Loh1 dan Loh3 yang berasal dari Kecamatan
Lohbener pada kelompok II (morfologi dan
anatomi), dan pohon contoh Cik3 dan Jtb1
pada kelompok III (anatomi) dan pada
kelompok IV (morfologi). Kemungkinan
karakter morfologi daun dan buah menunjang
kemiripan anatominya sehingga pohon contoh
tersebut tetap dalam satu kelompok. Untuk
membentuk pengelompokkan pohon contoh
berdasarkan kemiripan karakter masingmasing pohon, maka pelu menggabung data
pengamatan morfologi dan anatomi.
Dendrogram
kemiripan
berdasarkan
gabungan kedua pengamatan dapat dilihat
pada Gambar 9. Seluruh pohon contoh berada
pada kemiripan 48% - 86% dengan
keragaman sebesar 14% - 42%. Pada
kemiripan 28% (keragaman 72%) terbagi
menjadi empat kelompok, yaitu kelompok I,
kelompok II, kelompok III, dan kelompok IV.

11

54%

IV

55%
III
48%

56%
II
56%
I

Gambar 9

Dendrogram dari 14 pohon contoh berdasarkan gabungan kedua pengamatan
morfologi daun dan buah, dan anatomi daun.

Kelompok I memiliki kemiripan sebesar
56% terdiri pohon contoh Cik1 dan Lel3.
Kedua pohon contoh ini memiliki kemiripan
bentuk buah bulat-lonjong walapun berasal
dari asal bibit yang berbeda, bentuk pangkal
buahnya bulat-tidak berlekuk, tebal kutikula
atas antara 3,2 µm – 3,7 µm, tebal kutikula
bawah antara 2,5 µm – 2,7 µm, tebal jaringan
palisade antara 52,5 µm – 53,3 µm, dan nilai
indeks stomatanya berkisar 13,0 – 13,4.
Kelompok II terdiri dari pohon contoh
Tri3 dan Lel1 dengan kemiripan 56%. Kedua
pohon contoh ini memiliki kemiripan karakter
ukuran daun (panjang 19,0 cm dan lebar 6,0
cm), bentuk buah bulat-pipih, bentuk pangkal
buah bulat-tidak berlekuk, dan nilai indeks
stomata berkisar 13,7 – 14,2.
Kelompok III terdiri dari empat pohon
contoh, yaitu Loh3, Tri2, Loh1, dan Cik2
dengan kemiripan sebesar 55%. Karakter yang
menyatukan kelompok III adalah bentuk buah
bulat-pipih, tebal kutikula atas berkisar 4,5
µm – 5,2 µm, dan tebal kutikula bawah 3,5
µm – 4,2 µm.
Kelompok IV memiliki kemiripan sebesar
54% terdiri dari pohon contoh Lel2, Jtb3,
Tri1, Cik3, Jtb2, dan Jtb1. Ciri yang
mempersatukan keenam pohon contoh ini
adalah bentuk buah bulat-pipih. Seluruh
pohon contoh pada kelompok ini berasal dari
penanaman biji.

Pada kelompok IV terdapat pohon contoh
Jtb2 dan Jtb1 yang berasal dari Kecamatan
Jatibarang memiliki kemiripan tertinggi yaitu
sebesar 86%. Ciri yang menyatukan kedua
pohon contoh ini adalah panjang helai daun
berkisar antara 21,0 cm – 21,3 cm, bentuk
buah bulat-pipih, lebar buahnya berkisar
antara 9,8 cm – 10,4 cm, bentuk pangkal buah
bulat berlekuk, tebal kutikula bawah antara
2,8 µm – 3,2 µm, tebal epidermis bawah
antara 8,8 µm – 9,2 µm, tebal jaringan
palisade antara 77,9 µm – 78,3 µm, indeks
stomata antara 12,6– 13, 2, panjang stomata
20,0 µm, dan lebar stomata 23,0 µm.
Pohon contoh Jtb3 dan Lel2 (Kelompok
IV) juga memiliki kemiripan yang sama yaitu
sebesar 86% dengan kemiripan karakter lebar
helai daun berkisar antara 9,0 cm – 9,1 cm,
bentuk buah bulat-pipih dengan panjang buah
13,3 cm, tebal kutikula atas berkisar antara 4,0
µm – 4,3 µm, dan tebal kutikula bawah 3,2
µm – 3,5 µm, tebal epidermis atas 9,2 µm,
epidermis bawah antara 8,8 µm – 9,2 µm,
indeks stomata 14,5 – 15,1, panjang stomata
20,0 µm, dan lebar stomatanya 22,0 µm. Hasil
analisis kemiripan pohon mangga di
Kabupaten Indamayu berdasarkan karakter
morfologi daun dan buah, anatomi daun, serta
gabungan kedua karakter menunjukkan
adanya keragaman yang cukup tinggi pada 14
pohon contoh.

12

SIMPULAN
Simpulan
Pohon mangga cengkir di Kabupaten
Indramayu memiliki keragaman yang cukup
besar (32% - 52%) berdasarkan gabungan
karakter morfologi daun dan buah, dan
anatomi daun. Keragaman yang ditunjukkan
karakter anatomi lebih besar (43% - 90%)
dibandingkan morfologi (5% - 24%)
berdasarkan dendrogram kemiripan. Pohon
contoh yang berasal dari hasil okulasi tidak
mengelompok menjadi satu.

DAFTAR PUSTAKA
Ashton PMS dan Berlyn GP. 1992. Leaf
adaptations of some Shorea species to
sun and shade. New Phytologist
121:587-596.
Batos B, Vilotic D, Orlovic S, Miljkovic D.
2010. Inter and intra-population
variation of leaf stomatal traits of
Quercus robur L. In northern serbia.
Arch. Biol. Sci. 62:1125-1136.
[DEPTAN] Depertemen Pertanian. 2006.
Pelepasan Mangga Cengkir Indramayu
Sebagai Varietas Unggul. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Pertanian,
Departemen Pertanian RI.
Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu.
2008. Data Mangga di Kabupaten
Indramayu.
Indramayu:
Dinas
Pertanian dan Peternakan Indramayu.
Esau K. 1977. Anatomy of seed plants. New
York: J Wiley.
Esau K. 1974. Plant Anatomy. New Delhi:
Wiley Eastern Pvt. Ltd.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Ed ke-3.
Soediarto A, Koesoemaningrat RMT,
Natasaputra M, Akmal H, penerjemah;
Tjitrosomo SS, editor. Yogyakarta:
UGM Pr. Terjemahan dari: Plant
Anatomy.
Fitmawati, Hartana A, Purwoko BS. 2009.
Taksonomi
mangga
budidaya
Indonesia dalam praktik. J. Agron.
Ind. 37:130–137.

Fitter AH dan Hay RKM. 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Andani S,
Purbayanti, penerjemah; Srigandono,
editor.
Yogyakarta:
UGM
Pr.
Terjemahan
dari:
Enviromental
Physiology of Plants.
Histifarina D. 2009. Petunjuk Teknis
Teknologi Pengolahan Buah Mangga.
Jawa
barat:
Balai
Pengkajian
Teknologi Pertanian.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
London: McGraw-Hill.
Mauseth JD. 1988.
Plant Anatomy.
California: Addison-Wesley.
Mulyawanti I, Dewandari KT, Yulianingsih.
2010. Effects of freezing and storage
periods on characteristics of frozen
sliced Arumanis mango. Ind. J. of
Agric. 3:32-38.
Pandey R, Chacko PM, Choudhary ML,
Prasad KV, Pal M. 2007. Higher than
optimum temperature under CO2
enrichment
influences
stomata
anatomical characters in rose (Rosa
hybrida). Scie. Hort. 113:74–81.
Pracaya. 2007. Bertanam Mangga. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Pugnaire FI dan Pardos J. 1999. Constrains by
water stress on plant growth. In
Passarakli, M. (ed.) Hand Book of
Plant and Crop Stress. New York: J
Wiley.
Qosim WA, Purwanto R, Wattimena GA,
Witjaksono. 2007. Perubahan anatomi
daun pada regeneran manggis akibat
iradiasi sinar gamma in vitro. Zuriat
18:20-30.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique.
Iowa: Iowa state college.
Sulistyaningsih YC, Dorly, Akmal H. 1994.
Studi anatomi daun Saccharum spp.
sebagai Induk dalam pemuliaan tebu.
Hayati 1:32-36.
Sumiasri N, Rijadi J, Priadi D. 2006. The
species and cultivars of mango in
Madiun and its surroundings; the

13

development
and its
Biodiverditas 7:39-43.

problems.

Wiebel J, Chacko EK, Downton WJS