Kandungan Fitokimia, Aktivitas Antioksidan, dan Sitotoksisitas Ekstrak Buah Harendong (Melastoma affine D. Don).

KANDUNGAN FITOKIMIA, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, DAN
SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH HARENDONG
(Melastoma affine D. Don)

NOVILIA EKA SYAFITRI

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Fitokimia,
Aktivitas Antioksidan, dan Sitotoksisitas Ekstrak Buah Harendong (Melastoma
affine D. Don) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Penelitian ini didanai oleh saya sendiri. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Novilia Eka Syafitri
NIM G84090004

ABSTRAK
NOVILIA EKA SYAFITRI. Kandungan Fitokimia, Aktivitas Antioksidan, dan
Sitotoksisitas Ekstrak Buah Harendong (Melastoma affine D. Don). Dibimbing
oleh MARIA BINTANG dan SYAMSUL FALAH.
Buah harendong diduga mengandung senyawa aktif termasuk fenolik dan
flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis senyawa kimia, mencari ekstrak yang berpotensi sebagai
antioksidan, serta menguji sitotoksisitas ekstrak buah harendong (Melastoma
affine D. Don). Komponen fitokimia baik ekstrak buah harendong mentah
maupun ekstrak buah masak meliputi alkaloid, triterpenoid, flavonoid, fenolik,
dan tanin. Pengukuran secara kuantitatif terhadap total fenolik dan flavonoid pada
6 jenis ekstrak dengan hasil total fenolik tertinggi adalah ekstrak etanol 96% buah
mentah sebesar 189,56 mg/g, sedangkan kandungan total flavonoid tertinggi

adalah ekstrak etanol 70% buah mentah sebesar 225.50 mg/g. Ekstrak terbaik
yang mampu menghambat 50% radikal bebas DPPH (2,2-diphenil-1-picryl
hydrazil) adalah ekstrak etanol 70% buah mentah dengan IC50 sebesar 0.01 ppm.
Semua ekstrak bersifat tidak toksik terhadap Artemia salina Leach atau tidak aktif
untuk uji antikanker dengan nilai LC50 lebih dari 1000 ppm.
Kata kunci: antioksidan, Melastoma affine, sitotoksisitas.

ABSTRACT
NOVILIA EKA SYAFITRI. Phytochemical Compound, Antioxidant Activity,
and Cytotoxicity by Melastoma affine D. Don Fruit Extract. Supervised by
MARIA BINTANG and SYAMSUL FALAH.
Melastoma affine D. Don fruit is predicted to contain active compounds
such as phenolic and flavonoid that act as antioxidant. The aim of the study were
to analyze chemical compound, to explore the extract that has potential function
as antioxidant, and cytotoxicity test of Melastoma affine D. Don fruit extract.
Component of Phytochemical both crude extracts unripe and ripe Melastoma
affine D. Don fruit included alkaloid, triterpenoid, flavonoid, phenol, and tannin.
Quantitative measurement of total phenols and flavonoids in 6 types extract which
highest total phenol was 96% ethanol extract of the unripe fruit was 189.56 mg/g,
while the highest content of total flavonoid was 70% ethanol extract of the unripe

fruit was 225.50 mg/g. the best extract to inhibit the free radical DPPH by 50%
was 70% ethanol extract of the unripe fruit by IC50 was 0.01 ppm. All extracts
were not toxic against Artemia salina Leach or inactive for testing anticancer
because the LC50 values were more than 1000 ppm.
Keywords: antioxidant, cytotoxicity, Melastoma affine.

KANDUNGAN FITOKIMIA, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, DAN
SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH HARENDONG
(Melastoma affine D. Don)

NOVILIA EKA SYAFITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi:Kandungan Fitokimia, Aktivitas Antioksidan, dan Sitotoksisitas
Ekstrak Buah Harendong (lvfelastoma affine D. Don).
:Novili& セォ。@
Syafitri
Nama
:G8409Q004
NlM

Disetujui oleh

Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

'02 AUG 2013


セA@

Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si
Pembim bi ng II

Judul Skripsi: Kandungan Fitokimia, Aktivitas Antioksidan, dan Sitotoksisitas
Ekstrak Buah Harendong (Melastoma affine D. Don).
Nama
: Novilia Eka Syafitri
NIM
: G84090004

Disetujui oleh

Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS
Pembimbing I

Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc
Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
karya tulis ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kandungan
Fitokimia, Aktivitas Antioksidan, dan Sitotoksisitas Ekstrak Buah Harendong
(Melastoma affine D. Don) dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Mei 2013 di
Laboratorium Penelitian, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS
selaku pembimbing 1 dan Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si. selaku pembimbing 2
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Adhi, Aila, Ika, Dina, Narita, Lusi,
Yayuk, Mina, Dhian, Erika, Oki, Azra, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam

memberikan bantuan ide maupun materi selama penelitian. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada mama, papa, dan Dina atas segala doa, nasihat,
dan dukungannya. Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2013
Novilia Eka Syafitri

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii


PENDAHULUAN

1

METODE

3

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Percobaan

3


HASIL

6

PEMBAHASAN

9

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

13


DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
3
4
5


Buah harendong
Struktur radikal DPPH yang stabil
Kadar air buah harendong
Rendemen buah harendong
Kandungan total fenolik dalam ekstrak buah harendong mentah dan masak
Kandungan total flavonoid dalam buah harendong

2
2
6
7
8
8

DAFTAR TABEL
1 Uji fitokimia ekstrak buah harendong
2 Aktivitas antioksidan ekstrak buah harendong berdasarkan dalam IC50
3 Nilai LC50 ekstrak buah harendong

7
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Kadar air buah harendong
3 Rendemen hasil ekstraksi
4 Hasil uji fitokimia
5 Kurva standar asam galat
6 Kandungan total fenolik ekstrak buah harendong
7 Kurva standar katekin
8 Kandungan total flavonoid ekstrak buah harendong
9 Contoh perhitungan IC50 ekstrak buah harendong
10 Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap % inhibisi
11 Contoh perhitungan LC50 ekstrak buah harendong
12 Analisis statistika dengan SPSS 18

16
17
17
18
19
20
20
21
21
22
26
26

1

PENDAHULUAN
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi makanan
yang tidak seimbang, dan terpapar polusi setiap hari menyebabkan peningkatan
radikal bebas di dalam tubuh. Peningkatan radikal bebas yang disertai dengan
jumlah antioksidan sedikit di dalam tubuh dapat membahayakan tubuh seperti
risiko kanker, stroke, aterosklerosis, arthritis, iskemia, penyakit neurodegeneratif,
dan AIDS (Kumpulainen dan Salonen 1999; Cook dan Samman 1996).
Senyawa radikal bebas dapat terbentuk setiap saat melalui berbagai cara.
Radikal bebas atau oksigen reaktif secara umum terbentuk melalui 2 cara, yaitu
secara endogen dan eksogen. Pembentukan secara endogen merupakan respon
normal proses biokimia di dalam tubuh baik intraseluler maupun ekstraseluler,
sedangkan pembentukan secara eksogen misalnya dari polusi, makanan, serta
injeksi ataupun absorpsi melalui kulit (Supari 1996). Radikal bebas sifatnya
sangat labil dan reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada komponen
sel seperti DNA, lipid, protein dan karbohidrat. Kerusakan tersebut dapat
menimbulkan berbagai kelainan biologis seperti aterosklerosis, kanker, dan
diabetes (Chen 1996).
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, menghambat, atau
mencegah oksidasi lipid atau molekul dengan menghambat inisiasi dan
penyebaran reaksi berantai oksidatif (Javanmardi 2003). Radikal bebas dapat
direduksi oleh antioksidan, karena antioksidan memiliki elektron bebas yang dapat
berpasangan dengan radikal bebas. Secara umum, antioksidan dikelompokkan
menjadi 2, yaitu antioksidan enzimatis dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis
meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase.
Antioksidan non-enzimatis masih dibagi dalam 2 kelompok lagi yaitu antioksidan
larut lemak seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, serta antioksidan larut
air seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat
heme. Kedua jenis antioksidan tersebut bekerja sama dalam mencegah kerusakan
di dalam tubuh akibat senyawa radikal (Miyazaki 2000).
Antioksidan non-enzimatis dapat diperoleh secara alami, yaitu dari
tanaman. Senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dapat diprediksi
dari golongan fenolik, flavonoid, dan alkaloid, yang merupakan senyawa polar.
Flavonoid memberikan efek penghambatan pada radikal bebas yang berlebihan.
Hal ini berfungsi dalam mencegah efek merusak dari spesies oksigen reaktif yang
mencakup peroksidasi lipid, oksidasi sulfidril dan kelompok rentan lainnya dalam
protein (Sies 1985, 1991).

Gambar 1

Gambar 1 Buah harendong mentah (kiri) dan masak (kanan)
Salah satu spesies dari marga Melastoma adalah Melastoma affine D. Don
atau disebut dengan nama harendong di daerah sunda yang telah banyak diteliti

2
khasiatnya sebagai obat tradisional terutama pada bagian akar dan daun,
sedangkan penelitian pada bagian buah tanaman ini masih jarang dilakukan. Di
Pananjung Pangandaran, Jawa Barat, daun harendong dapat digunakan sebagai
obat luka dengan cara dikunyah dan ditempelkan pada bagian yang luka (Zuhud
1995). Di Kampar, Riau, rebusan daun keduduk digunakan sebagai obat
antimalaria (Uji 1995). Di kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, daun M.
malabathricum yang masih muda diseduh, kemudian digunakan untuk kumur
pada saat sakit gigi (Purwantoro 1995). Menurut Munawaroh (1995), di
Singkawang, rebusan daun cengkodok diminum sebagai obat penurun panas dan
obat mual. Seduhan atau kunyahan daun harendong laki digunakan sebagai obat
mencret/diare oleh suku Baduy di Banten. Rebusan daun harendong atau disebut
risak oleh suku Dayak di kecamatan Beduai, Kalimantan Barat digunakan sebagai
obat muntaber dan berak darah (Wardah dan Setyowati).
Semua tanaman mengandung senyawa metabolit baik metabolit primer
(asam amino, karbohidrat, asam lemak, sitokrom, klorofil, dan metabolit
intermediet dari jalur anabolik dan katabolik) maupun metabolit sekunder
termasuk fenolik dan flavonoid yang memiliki berbagai fungsi dan dapat
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan (Heldt 2005). Senyawa-senyawa metabolit
sekunder pada buah harendong belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga pada
penelitian ini dilakukan penapisan fitokimia. Buah harendong memiliki warna
ungu pekat yang diduga mengandung flavonoid serta memiliki rasa manis pada
buah masak dan pahit pada buah mentah yang dikendalikan oleh senyawa fenolik
berupa asam fenolat atau tanin.
Flavonoid memiliki banyak fungsi termasuk sebagai antioksidan (Heldt
2005). Kandungan flavonoid dan fenolik pada setiap buah berbeda-beda dan
fungsi kedua senyawa ini juga bervariasi. Oleh karena itu dilakukan uji aktivitas
antioksidan terhadap ekstrak buah yang diduga mengandung kedua senyawa
tersebut serta dianalisis hubungan antara kedua senyawa bioaktif dengan aktivitas
antioksidan. Selain itu dicari ekstrak terbaik yang memiliki kandungan fenolik dan
flavonoid tinggi dengan aktivitas antioksidan yang tinggi.
Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah
metode DPPH, yaitu menggunakan DPPH sebagai radikal bebas yang akan
ditangkap oleh senyawa aktif yang berada dalam ekstrak. DPPH merupakan
senyawa yang stabil pada suhu ruang. DPPH akan tereduksi dan kehilangan warna
violetnya menjadi warna kuning pucat (Molyneux 2004). Proses penangkapan
radikal ini melalui mekanisme pengambilan atom hidrogen dari senyawa
antioksidan oleh radikal bebas, sehingga radikal bebas menangkap satu elektron
dari antioksidan. Selanjutnya DPPH akan diubah menjadi DPPH-H (bentuk
tereduksi DPPH) oleh senyawa antioksidan (Pine 1988).

Gambar 2 Struktur radikal DPPH yang stabil (Park 2008)
Sifat antioksidasi tanaman pada akhirnya akan dimanfaatkan, sehingga
perlu dilakukan pengujian sitotoksisitas untuk mengetahui sifat toksik. Senyawa

3
yang bersifat toksik dikaitkan dengan kemampuan senyawa tersebut dalam
membunuh sel kanker. Uji ini merupakan uji hayati yang dapat digunakan untuk
menduga suatu ekstrak dapat berfungsi sebagai pembunuh sel kanker (Meyer et al.
1982).
Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan fitokimia, mencari
ekstrak yang berpotensi sebagai antioksidan yang mengandung total fenolik dan
flavonoid terbaik, serta menguji sitotoksisitas ekstrak buah harendong (Melastoma
affine D. Don). Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui komponen senyawa
aktif buah harendong dan fungsi senyawa tersebut sebagai antioksidan, serta
mendapatkan ekstrak yang potensial sebagai antioksidan. Pengujian sitotoksisitas
diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang penggunaan buah
harendong sebagai antikanker jika sitotoksisitasnya tinggi.

METODE
Bahan
Bahan yang diteliti adalah buah harendong yang mentah dan masak yang
berasal dari daerah Lebak-Banten. Bahan-bahan yang digunakan adalah pereaksi
Meyers, Dragendorf, Wagner, Folin ciocalteu 10%,
7.5%, metanol proanalis, NaOH 1 M,
5%,
10%, asam galat, katekin hidrat, larutan
DPPH 0.1 mM, asam askorbat, Artemia salina Leach, air laut, dan air
(aquabidest).
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah cawan porselin, neraca analitik,
eksikator/desikator, vortex, oven, blender, pipet mikro, rotary evaporator,
penangas air, spektrofotometer UV/Vis, dan plate BSLT.
Prosedur Percobaan
Preparasi Sampel
Sampel segar diambil sebanyak 2 kg buah harendong mentah dan 2 kg
buah harendong masak. Semua bahan dipisahkan dari kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dan dicuci hingga bersih. Sampel dikeringkan dengan oven pada
suhu 40-50oC selama 4-5 hari hingga kadar air kurang dari 10% agar bahan yang
diperoleh tidak mudah rusak. Sampel kering lalu dihaluskan dengan blender dan
diayak dengan ukuran 100 mesh. Simplisia yang didapat dibungkus dengan plastik
dan disimpan untuk pengujian selanjutnya.
Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air ini menggunakan metode menurut Association of
Official Analytical Chemist (AOAC 2006). Cawan porselin dikeringkan di dalam
oven pada suhu 105ºC selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang bobot kosongnya. Sampel berupa buah harendong
segar ditimbang sekitar 3 gram dan dimasukkan ke cawan porselin. Sampel
beserta cawannya dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven.

4
Setelah didinginkan dalam desikator selama 30 menit, cawan beserta isinya
ditimbang. Prosedur dilakukan berulang kali sampai didapatkan bobot tetap.
Penentuan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Penentuan kadar
air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
=
Dimana
a = bobot sebelum dikeringkan (g)
b = bobot setelah dikeringkan (g)
Ekstraksi Sampel
Ekstraksi buah harendong menggunakan metode maserasi menurut Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI 2004). Maserasi
adalah metode ekstraksi dengan perendaman sampel dengan pelarut tertentu.
Proses ekstraksi pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol 70%, etanol 96%,
dan air. Sebanyak 30 gram buah harendong yang telah menjadi bentuk simplisia
ditambahkan pelarut dengan perbandingan 1:10, dimasukkan ke dalam maserator,
direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk, dan didiamkan sampai 24 jam.
Maserat dipisahkan dan proses diulang 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut
yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 50°C-80°C sampai diperoleh sampel yang menyerupai pasta
atau serbuk.
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
a. Alkaloid
Ekstrak senbanyak 0.1 gram ditambahkan 10 mL kloroform dan
ditambahkan beberapa tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan
dengan beberapa tetes H2SO4 pekat. Fraksi asam diambil dan dibagi menjadi 3
tabung, kemudian ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, dan Wagner.
Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi
Meyer, endapan merah pada pereaksi Dragendorf, dan endapan coklat pada
endapan pereaksi Wagner.
b. Steroid/ triterpenoid
Sebanyak 1 g contoh dilarutkan dengan 25 mL etanol panas 50ᵒC,
kemudian disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering. Residu
dilarutkan dengan eter dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan
3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman Burchard).
Warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau atau
biru menunjukkan adanya steroid.
c. Flavonoid
Sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol
(campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 % dengan volume yang sama) dan 4
ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau
jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
d. Saponin (uji busa)
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil
selama 10 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan
adanya saponin.

5
e. Tanin
Ekstrak sebanyak 1 gram ditambahkan 10 mL akuades kemudian
dididihkan. Setelah dingin filtrat ditambahkan 5 mL FeCl3 1 % (b/v). Apabila
terjadi perubahan warna menjadi biru tua, berarti sampel mengandung tanin.
f. Uji Fenolik hidrokuinon (pereaksi FeCl3)
Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70%. Ekstrak
sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Terbentuknya
warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.
Pengukuran Total Fenolik dalam Ekstrak Buah Harendong
Konsentrasi fenolik yang terkandung dalam ekstrak buah harendong
diukur menggunakan metode spektrofotometri (Singleton 1999). Ekstrak dengan
konsentrasi 1 mg/ml atau setara dengan 10 mg dalam 10 ml metanol digunakan
dalam analisis. Sebanyak 0.5 ekstrak yang telah dilarutkan dengan metanol
diambil, ditambah dengan 2.5 ml reagen Folin Ciocalteu 10% yang dilarutkan
dalam air, dan ditambah dengan 2.5 ml NaHCO3 7.5%. Blanko yang digunakan
berupa campuran 0.5 ml metanol, 2.5 ml reagen Folin Ciocalteu yang dilarutkan
dalam air, dan 2.5 ml NaHCO3 7.5%. Sampel-sampel tersebut kemudian
diinkubasi pada suhu 450C selama 45 menit. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga
kali dan pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 765 nm.
Prosedur yang sama dilakukan untuk membuat kurva standar asam galat.
Berdasarkan pengukuran absorbansi, total fenolik dapat dibaca dari kurva standar,
lalu total fenolik ekstrak ditunjukan dalam asam galat ekuivalen (mg GAE/g
ekstrak).
Pengukuran Total Flavonoid
Pengukuran total flavonoid dilakukan dengan metode Kim et al. (2003)
yang dimodifikasi. Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 ml akuades, lalu
sebanyak 5 ml larutan ekstrak diambil dan ditambah dengan 0.3 ml NaNO2 5%.
Tahap selanjutnya, ditambahkan 0.3 ml AlCl3 10% yang dilarutkan dengan
metanol dan diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit. Setelah inkubasi,
tambahkan 2 ml NaOH 1 M dan volume dicukupkan hingga 10 ml dengan
akuades. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 510 nm.
Pengukuran dilakukan 3 kali ulangan dan penentuan total flavonoid dinyatakan
dalam katekin ekuivalen (mg CE/g ekstrak).
Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Harendong dengan Metode
DPPH (2,2-diphenil-1-picryl hydrazil)
Pengukuran aktivitas antioksidan ini merupakan metode Aqil et al. (2006)
dengan menggunakan DPPH dengan konsentrasi 0.1 mM dalam metanol. Ekstrak
buah harendong sebanyak 1 ml dengan konsentrasi berbeda, yaitu 12.5, 25, 50,
100, dan 200 ppm ditambah dengan 1 ml DPPH 0.1 mM. campuran larutan
diinkubasi selama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517 nm. Kontrol positif menggunakan asam askorbat dengan
konsentrasi yang lebih kecil dibandingkan sampel, yaitu 1.25, 2.5, 5, 10, dan 20
ppm dalam metanol. Daya hambat ditentukan sebagai % inhibisi yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
% inhibisi=
x 100%

6
Keterangan:
A0= absorbansi kontrol negatif/absorbansi larutan DPPH tanpa sampel
A =absorbansi sampel
Uji Sitotoksisitas
Uji sitotoksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ini
menggunakan metode Modifikasi Meyer et al. (1982). Sebanyak ± 1 ml air laut
yang berisi Artemia salina Leach sebanyak 10 ekor dipipet, dimasukkan ke dalam
wadah uji, dan ditambahkan larutan sampel yang akan diuji masing-masing
sebanyak 5 ml, dengan konsentrasi 10, 100, 200, 500 dan 1000 ppm yang
dilarutkan dalam air laut. Kontrol negatif (blanko) disiapkan dengan perlakuan
yang sama, tetapi tanpa mengandung ekstrak. Larutan dibiarkan selama 24 jam,
kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari tiap lubang
wadah uji. Uji potensi hayati ini dilakukan secara duplo untuk setiap kombinasi.
Analisis Data
Nilai LC50 ditentukan melalui metode analisis probit dengan software SPSS
18 dengan selang kepercayaan 95%. Penentuan beda nyata dilakukan analisis
dengan One-Way ANOVA, sedangkan korelasi data ditentukan secara bivarian
dengan software SPSS 18.

HASIL
Kadar Air Buah Harendong
Penentuan kadar air meliputi pengukuran kadar air sampel segar dan kadar
air simplisia. Buah mentah mengandung kadar air lebih rendah dibandingkan buah
masak pada kondisi segar dan simplisia buah mentah juga memiliki kadar air yang
lebih rendah dibandingkan dengan simplisia buah masak.
Kadar air (%)

80
57.37

60
40

24.42

18.66±0.12

20

6.38±0.52

0
Kadar air sampel segar
Buah mentah

kadar air simplisia

Buah masak

Gambar 3 Kadar air buah harendong
Ekstrak Buah Harendong
Ekstraksi sampel buah harendong menggunakan metode maserasi.
Rendemen ekstrak dihitung dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot sampel
kering. Rendemen ekstrak buah harendong mentah paling tinggi adalah ekstrak
air, sedangkan rendemen buah masak paling tinggi adalah ekstrak etanol 96%
(Gambar 4).

7

Rendemen (%)

60

50.89±13.65

50

46.89±2.47

42.08±6.96

40
30
20

10.44±1.09

6.76±0.62

10

11.27±3.42

0
Etanol 96%

Etanol 70%
Ekstrak
Buah mentah
Buah masak

Air

Gambar 4 Rendemen buah harendong
Uji Fitokimia
Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, triterpenoid/sterol, flavonoid, saponin,
tannin, dan fenolik. Hasil uji fitokimia ekstrak buah harendong mentah dan masak
positif untuk uji alkaloid, triterpenoid, flavonoid, tanin, dan fenolik, sedangkan
bereaksi negatif untuk uji saponin (Tabel 1).
Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak buah harendong
Buah mentah
Uji
EtOH
EtOH
Air
70%
96%
Dragendorf +
+
+
Alkaloid Wagner
+
+
+
Meyer
+
+
+
Triterpenoid
+
++
++
Flavonoid
+
+++
+++
Saponin
Tanin
+
+++
+++
Fenolik
+
+
+

Air
+
+
+
+
++
+++
+

Buah masak
EtOH
70%
+
+
+
+++
+++
+++
+

EtOH
96%
+
+
+
++
+++
+++
+

EtOH70%: ekstrak etanol 70%, ETOH96%: ekstrak etanol 96%

Total Fenolik
Hasil pengukuran total fenolik menunjukan bahwa ekstrak buah mentah
mengandung lebih banyak fenolik dibandingkan dengan ekstrak buah masak.
Ekstrak etanol 70% buah mentah merupakan ekstrak yang memiliki kandungan
fenolik tertinggi dibandingkan ekstrak lain, yaitu sebesar 189.66 mg/g (Gambar
5).

Total fenolik GAE (mg/g)

8
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

189.56c±10.47
168.06c±4.04
123.03b±19.78
108.37b±9.70
47.38a±5.09 41.25a±1.30

Etanol 96%

Etanol 70%
ekstrak

Buah mentah

Air

Buah masak

Gambar 5 Total fenolik ekstrak buah harendong
Total Flavonoid

Total flavonoid CE (mg/g)

Hasil pengukuran total flavonoid pada ekstrak buah harendong mentah dan
masak diperoleh bahwa buah harendong mentah mengandung total flavonoid lebih
tinggi dibandingkan dengan buah harendong masak. Ekstrak yang memiliki total
flavonoid tertinggi adalah ekstrak etanol 96% buah mentah (Gambar 6).
250 225.50e±12.63
192.33d±4.95

200
150

105.93c±7.18

100

62.89b±2.27
43.58a±3.03
32.55a±1.25

50
0
Etanol 96%

Etanol 70%
ekstrak
Buah mentah
Buah masak

Air

Gambar 6 Total flavonoid ekstrak buah harendong
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Harendong
Aktivitas antioksidan dinyatakan dalan konsentrasi yang dapat
menghambat 50% radikal bebas. Gambar 5 menunjukan hubungan antara jenis
ekstrak dan nilai IC50. Ekstrak dengan nilai IC50 terendah adalah adalah ekstrak
etanol 70% buah mentah, yaitu 0.01a±0.009 ppm. ekstrak dengan nilai IC50
tertinggi adalah ekstrak air buah mentah, yaitu 83.20d±2.85 ppm.

9
Tabel 2 Aktivitas antioksidan ekstrak buah harendong berdasarkan nilai IC50
Ekstrak
Etanol 96% buah mentah
Etanol 70% buah mentah
Air buah mentah
Etanol 96% buah masak
Etanol 70% buah masak
Air buah masak
Asam askorbat
a,b,c,d

IC50 (ppm)
1.45a±0.17
0.01a±0.009
83.20d±2.85
19.65b±2.85
2.97a±1.39
56.62c±0.10
4.78a±0.10

Keterangan untuk menunjukkan berbeda atau tidak berbeda nyata antar data

Sitotoksisitas Ekstrak Buah Harendong
Nilai konsentrasi yang menyebabkan kematian 50% populasi didapat
dengan menghubungkan log konsentrasi ekstrak dengan % kematian larva udang.
Ekstrak dengan nilai LC50 terendah adalah ekstrak etanol 70% buah mentah,
sedangkan ekstrak dengan nilai tertinggi adalah ekstrak air buah masak (Tabel 3).
Tabel 3 Nilai LC50 ekstrak buah harendong
LC50.(ppm x 104)
0.2147a±0.1342
0.1761a±0.0116
2.2268ab±0.0409
4.9415ab±1.6118
0. 4238a±0.2038
6.9009b±4.3827

Ekstrak
Etanol 96% buah mentah
Etanol 70% buah mentah
Air buah mentah
Etanol 96% buah masak
Etanol 70% buah masak
Air buah masak
a,b

Keterangan untuk menunjukkan berbeda atau tidak berbeda nyata antar data

PEMBAHASAN
Tanaman harendong memiliki buah yang berwarna ungu kemerahan dan
diduga memiliki senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik yang berperan
dalam menangkal radikal bebas, sehingga berpotensi sebagai antioksidan. Buah
harendong masak memiliki kadar air sampel segar dan kadar air simplisia yang
lebih besar dibandingkan dengan buah mentah. Buah mentah mengandung sedikit
air karena air yang ada pada tanaman sebagian besar tidak disimpan di buah
mentah, namun digunakan untuk proses fotosintesis. Air, karbon dioksida, nitrat,
dan sulfat berperan dalam proses fotosintesis untuk membentuk karbohidrat dan
asam amino. Masa perkecambahan biasanya diinduksi oleh pengangkutan air yang
menyebabkan bagian-bagian protein membentuk sebuah vakuola (Heldt 2006).
Oleh karena, kemungkinan penyebab buah masak lebih banyak mengandung air
berkaitan dengan pengangkutan air pada masa perkecambahan.
Hasil ekstraksi buah harendong mentah berupa serbuk, sedangkan buah
harendong masak berupa pasta. Rendemen hasil ekstraksi untuk buah harendong
mentah lebih sedikit dibandingkan dengan rendemen buah masak. Hal ini
disebabkan oleh simplisia buah masak mengandung kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan simplisia buah mentah. Jumlah ekstrak buah mentah tertinggi adalah
ekstrak air, sedangkan pada ekstrak buah masak yang memiliki jumlah ekstrak

10
tertinggi adalah ekstrak etanol 96%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kepolaran
dari pelarut yang mempengaruhi banyaknya senyawa yang terlarut termasuk
senyawa lain yang tidak diharapkan seperti gula pada ekstrak buah masak dan
senyawa-senyawa lainnya pada ekstrak air. Berdasarkan fenomena yang terjadi
ketika proses ekstraksi, simplisia buah mentah menyatu dengan pelarut air. Ini
mungkin menjadi salah satu penyebab jumlah ekstrak air buah mentah lebih
tinggi.
Analisis senyawa kimia buah harendong menggunakan dua metode
pengujian, yaitu penapisan fitokimia sebagai uji kualitatif dan pengukuran total
fenolik dan flavonoid sebagai uji kuantitatif. Penapisan fitokimia adalah uji
kualitatif untuk mengetahui kandungan kimia suatu sampel. Hasil uji fitokimia
menunjukan bahwa kedua sampel baik sampel buah mentah maupun buah masak
memiliki kandungan senyawa kimia yang sama, yaitu alkaloid, triterpenoid,
flavonoid, tanin, dan fenolik, namun tidak mengandung saponin. Ekstrak air buah
mentah memiliki rendemen yang paling tinggi tetapi untuk semua uji fitokimia
hanya memiliki tanda positif 1 atau memiliki warna yang tidak pekat. Hal ini
diprediksi karena pada proses ekstraksi, simplisia buah mentah menjadi satu
dengan pelarut air, sehingga pemisahan beberapa senyawa tertentu yang
diharapkan menjadi tidak efektif karena banyak kontaminan yang ikut terlarut.
Ekstrak lain selain ekstrak air memiliki rendemen yang rendah namun kandungan
triterpenoid, flavonoid, dan taninnya banyak, karena senyawa-senyawa yang
diharapkan terlarut dengan efektif dan mungkin mengandung sedikit kontaminan.
Analisis senyawa kimia dilanjutkan dengan analisis secara kuantitatif meliputi
pengukuran total fenolik dan total flavonoid.
Total fenolik dalam penelitian ini diduga sebagai asam fenolat atau biasa
disebut dengan asam galat yang merupakan senyawa tanin. Senyawa tanin
berperan dalam mengatur rasa buah. Buah mentah biasanya mengandung tanin
lebih banyak dibandingkan buah masak, sehingga buah mentah cenderung
memiliki rasa pahit. (Crozier et al. 2006). Hal ini dibuktikan dengan data hasil
pengukuran total fenolik pada ekstrak buah harendong mentah lebih tinggi
dibandingkan ekstrak buah harendong masak.
Kandungan total flavonoid ekstrak buah mentah lebih tinggi dibandingkan
dengan ekstrak buah masak. Senyawa flavonoid yang diduga lebih banyak
terkandung dalam buah harendong mentah adalah antosianidin yang diproduksi
untuk melindungi buah dari sinar matahari dan serangga, sedangkan pada buah
masak lebih banyak mengandung antosianin (turunan antosianidin) yang
mengandung lebih banyak gula dan diproduksi untuk menarik serangga penyerbuk
(Crozier et al. 2006).
Rendemen ekstrak buah mentah memang lebih kecil dibandingkan dengan
ekstrak buah masak, namun memiliki total fenolik dan total flavonoid yang lebih
tinggi dibandingkan ekstrak buah masak. Hal ini membuktikan bahwa kandungan
gula mempengaruhi kandungan total fenolik dan total flavonoid yang terdapat
dalam buah masak. Kandungan total fenolik dan flavonoid yang tinggi pada
ekstrak buah mentah tidak dipengaruhi oleh kadar air. Hal ini karena proses
pemekatan ekstrak dengan rotary evaporator dilakukan pada suhu 50-70oC,
sehingga dapat menguapkan pelarut termasuk air.
Ekstrak yang memiliki total flavonoid tertinggi adalah ekstrak etanol 96%
buah mentah, sedangkan ekstrak dengan total fenolik tertinggi adalah ekstrak

11
etanol 70% buah mentah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kepolaran pelarut yang
dapat dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stankovic et al. (2011)
yang menyatakan bahwa kandungan fenolik tertinggi ada pada pelarut dengan
kepolaran tinggi, sedangkan kandungan flavonoid tertinggi ada pada pelarut
dengan kepolaran sedang. Etanol 70% adalah pelarut yang lebih polar
dibandingkan dengan etanol 96%, sehingga senyawa fenolik akan cenderung
untuk terlarut lebih banyak dalam etanol 70%, sedangkan senyawa flavonoid akan
terlarut lebih banyak dalam etanol 96%.
Total fenolik untuk ekstrak etanol 96% dengan etanol 70% baik buah
mentah maupun buah masak menunjukan data yang tidak berbeda nyata,
sedangkan untuk ekstrak air kedua buah berbeda nyata. Jika dibandingkan antar
jenis buah, maka ekstrak etanol 96% dan ekstrak etanol 70% buah mentah berbeda
nyata dengan kedua ekstrak pada buah masak, namun tidak berbeda nyata untuk
ekstrak air. Berdasarkan data total fenolik, ekstrak terbaik adalah ekstrak buah
harendong mentah dengan pelarut etanol 70%.
Berdasarkan data total flavonoid, semua ekstrak menunjukan data yang
berbeda nyata. Ekstrak etanol 96% buah mentah mengandung total flavonoid yang
tertinggi dibandingkan dengan semua ekstrak, sedangkan ekstrak etanol 96% buah
masak adalah ekstrak dengan total flavonoid tertinggi dibandingkan dengan buah
masak dengan pelarut yang berbeda. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa
total flavonoid lebih banyak terlarut dalam pelarut etanol 96% dan lebih banyak
terkandung dalam buah mentah dibandingkan dengan buah masak.
Total fenolik dan total flavonoid dalam penelitian ini dikaitkan dengan
aktivitas antioksidan. Senyawa radikal yang digunakan adalah DPPH sebagai
senyawa radikal yang paling stabil. Prinsip dari pengukuran ini adalah
kemampuan sampel dalam penangkap DPPH yang ditandai dengan perubahan
warna dari ungu menjadi cokelat sampai kuning. Hasil uji aktivitas antioksidan
berupa nilai IC50 yaitu konsentrasi penghabatan 50% senyawa radikal.
Berdasarkan data IC50 yang didapat, ekstrak buah harendong memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menangkap radikal bebas dengan konsentrasi
ekstrak yang rendah. Nilai IC50 terendah dimiliki oleh ekstrak etanol 70% buah
mentah, yaitu 0.01 ppm. Nilai IC50 ekstrak etanol 96% buah mentah sebesar 1.45
ppm. dan ekstrak etanol 70% buah masak sebesar 2.97 ppm yang tidak berbeda
nyata dengan ekstrak etanol 70% buah mentah. Ekstrak lain memiliki nilai IC50
lebih besar dibandingkan ketiga ekstrak di atas, namun masih masuk ke dalam
rentang nilai yang dianggap memiliki potensi sebagai antioksidan. Nilai
kurang dari 200 ppm memiliki potensi sebagai antioksidan, sedangkan nilai IC50
antara 200-1000 ppm kurang aktif namun masih berpotensi sebagai zat
antioksidan (Molyneux 2004). Berdasarkan nilai IC50 pada Tabel 4, aktivitas
antioksidan asam askorbat lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak etanol 70%
buah mentah.
Berdasarkan analisis data secara bivarian dengan software SPSS 18, maka
korelasi total fenolik dan aktivitas antioksidan dalam IC50 serta korelasi total
flavonoid dan IC50 adalah berbanding terbalik. Hal ini karena koefisien korelasi
total fenolik dan IC50 maupun total flavonoid dan IC50 bernilai negatif, yaitu
berturut-turut -0.691 dan -0.863. Korelasi bersifat signifikan secara statistika
dengan p-value berturut-turut sebesar 0.01 dan 0.00 karena berada di bawah 0.05.

12
Senyawa fenolik merupakan bagian dari buah yang penting karena dapat
menunjukkan aktivitas antioksidan dengan menonaktifkan radikal bebas lipid atau
mencegah dekomposisi hidroperoksida menjadi radikal bebas (Maisuthisakul et
al. 2007). Senyawa ini termasuk senyawa antioksidan karena dapat
menyumbangkan atom hidrogen atau elektron untuk radikal bebas (Bandoniene
dan Murkovic 2002). Oleh karena itu, semakin tinggi total fenolik, maka semakin
kecil nilai IC50 atau semakin besar aktivitas antioksidannya. Begitu pula dengan
total flavonoid. Flavonoid memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai
antioksidan (Crozier et al. 2006). Oleh karena itu, korelasi flavonoid dan IC50
berbanding terbalik atau dengan kata lain kandungan flavonoid yang tinggi
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
Kemampuan ekstrak buah harendong sebagai antioksidan telah terbukti
mampu menangkal radikal bebas sebesar 50% dengan konsentrasi < 200 ppm.
Hasil dari uji ini biasanya akan diarahkan pada aplikasi. Oleh karena itu
dibutuhkan uji lain untuk menduga efek farmakologi ekstrak yang diperoleh yang
dinyatakan dengan nilai LC50. Pengujian ini telah banyak dihubungkan dengan sel
kanker pada manusia, tumor, dan leukemia sebagai pengujian awal aktivitas
antikanker maupun antitumor. Larva udang Artemia salina Leach adalah
organisme zoologi yang sederhana (berupa artropoda). Pemilihan larva udang
sebagai objek percobaan ini karena larva udang tumbuh cepat, sederhana, dan
tidak mahal. BSLT digunakan sebagai pengujian awal sitotoksisitas dari suatu
ekstrak tanaman dan pengujian aktivitas pestisida dengan larva udang Artemia
salina Leach. Sitotoksisitas dinyatakan dalam lethal concentration 50% (LC50).
Berdasarkan analisis statistika, data LC50 untuk ekstrak atanol 96% buah
mentah, ekstrak etanol 70% buah mentah, dan ekstrak etanol 70% buah masak
berbeda nyata dengan ekstrak etanol 96% buah masak, ekstrak air buah mentah,
dan ekstrak air buah masak. Namun, nilai LC50 semua ekstrak lebih dari 1000
ppm, sehingga dapat dinyatakan bahwa ekstrak buah harendong tidak bersifat
toksik atau tidak aktif dalam membunuh sel kanker. Sampel dengan nilai LC50 <
200 ppm dalam bentuk ekstrak dan LC50 < 2 ppm dalam bentuk senyawa murni
dapat dinyatakan sebagai sifat toksik dengan keaktifan tinggi (Anderson et al.
1988).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak buah harendong mentah maupun masak mengandung alkaloid,
triterpenoid, tanin, fenolik, dan flavonoid. Senyawa fenolik lebih larut dalam
etanol 70% dan lebih banyak terkandung dalam buah mentah, sedangkan
flavonoid lebih larut dalam etanol 96% dan lebih banyak terkandung dalam buah
mentah. Buah harendong memiliki sifat antioksidan yang kuat dengan nilai IC50
kurang dari 200 ppm pada semua ekstrak. Ekstrak buah harendong tidak memiliki
sifat toksik terhadap Artemia salina Leach atau tidak aktif untuk uji antikanker
dengan nilai LC50 lebih dari 1000 ppm.

13
Saran
Buah harendong mengandung senyawa bioaktif yang beragam, namun perlu
diteliti lebih lanjut fungsi senyawa-senyawa tersebut juga mekanisme antioksidasi
buah harendong secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson JE, Chang CJ, McLaughlin JL. 1988. Bioactive component of
Allamanda schottii. J Nat Prod. 51:307-308.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemist.
Aqil F, Ahmad I, Mehmood Z. 2006. Antioxidant and free radical scavenging
properties of twelve traditionally used Indian medicinal plants. Turk J Biol.
30:177-183.
Bandoniene D, Murkovic M, 2002. The detection of radical scavenging
compounds in crude ekstract of Borage (Borago offivialis L.) by using en online HPLC-DPPH method. J Biochem Biophys Methods. 53:1-3.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004.
Ekstrak Tumbuhan Indonesia Vol. 2. Jakarta (ID): BPOM.
Chen HM, Koji M, Fumio Y, Kiyoshi N. 1996. Antioxidant activity of designed
dalam teh. Majalah Kedokteran Indonesia. 52:361-364.
Cook NC, Samman S. 1996. Flavonoids- chemistry, metabolism, cardioprotective
effects, and dietary sources. Nutritional Biochemistry. 7:66-76.
Crozier A, Clifford MN, Ashihara H. 2006. Plant Secondary Metabolites:
Occurrence, Structure, and Role in the Human Diet. Lowa (US): Blackwell
Publishing Ltd.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung (ID): Penerbit ITB.
Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry. Third Edition. Burlington (US): Elsevier
Academic Press.
Javanmardi J, Stushnoff C, Locke E, Vivanco JM. 2003. Antioxidant activity and
total phenolic content of Iranian ocimum accessions. J Food Chem. 83:547550.
Kim DO, Jeong SW, Lee CY. 2003. Antioxidant capacity of phenolic
phytochemicals from various cultivars of plums. Food Chemistry. 81:321-326.
Kumpulainen JT, Salonen JT. 1999. Natural antioxidants and anticarcinogens in
nutrition, health and disease. The Royal Society of Chemistry. 1:178-187.
List PH, Schmidt PC. 1989. Phytopharmauceutical Technology. Boston (US):
CRC Press.
Maisuthisakul P, Suttajit M, Pongsawatmanit R. 2007. Assessment of phenolic
content and free radical-scavenging capacity of some Thai indigenous plants.
Food Chemistry. 100:1409-1418.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung (ID): ITB.
Padmawinata K, penerjemah. Terjemahan dari: Phytochemical Method.
Meloan CE. 1999. Chemical Separation. New York (US): J. Willey.

14
Meyer BN, Ferrigni NR, Putman JE, Jacobson LB, Nichol DE, Mc Laughin JL.
1982. Brine Shrimps: A convenient general bioassay for active plant
constituent. Planta Medica. 45:31-34.
Miyazaki H. 2000. Strenuous endurance training in humans reduces oxidative
stress following exhausting exercise. European Journal of Applied Physiology.
84:1-6.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radicals diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J Sci Technol.
26:211-219.
Munawaroh E. 1995. Pemanfaatan tumbuhan sebagai tanaman obat tradisional di
Singkawang, Sambas, Kalimantan Barat. Di dalam: Prosiding Seminar dan
Likakarya Etnobotani II. Yogyakarta, 24-25 Jan 1995. Yogyakarta: Ikatan
Pustakawan Indonesia. Hlm: 145-151.
Park YS. 2008. Antioxidant and proteins in ethylene-treated kiwifruits. Food
Chemistry. 107: 640-648.
Pine SH. 1988. Kimia Organik 2, diterjemahkan oleh Roehyati Joedodibroto dan
Sasanti. Bandung (ID): ITB.
Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Etnobotani suku Dani di lembah Baliem-Irian
Jaya: suatu telaah tentang pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya alam
tumbuhan. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani;
Cisarua-Bogor, 19-20 Feb 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. hlm 132-148.
Sies H. 1985. Oxidative Stress. London (GB): Academic Press.
Sies H. 1991. Oxidative Stress: Oxidants and Antioxidants. London (GB):
Academic Press.
Singleton VL, Orthofer R, Lamuela-Raventos RM. 1999. Analysis of total phenols
and other oxidation substrates and antioxidants by means of Folin Ciocalteu
reagent. Methods Enzymol. 299:152-178.
Stankovic MS, Niciforovic N, Topuzovic M, Solujic S. Total phenolic content,
flavonoid noncentrations and antioxidant activity, of the whole plant and plant
parts extracts from Teuchium montanum L. var. Montanum, F. supinum (L.)
Reichenb [catatan penelitian]. 2011. Biotechnol. dan Biotechnol. Eq. 25:22222227.
Supari F. 1996. Radikal Bebas dan patofisiologi beberapa penyakit. Di dalam:
Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan: Reaksi Biomolekuler,
Dampak terhadap Kesehatan dan Penangkalan Jakarta, Des 1996. Bogor:
Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi dengan Kedutaan Besar Perancis.
Uji T. 1995. Pemanfaatan tumbuhan obat antimalaria pada beberapa suku di
Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya II; Yogyakarta, 24-25
Jan 1995. Yogyakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia. hlm 89-95.
Wardah, Setyowati FM. 1995. Penelitian tumbuhan dalam pengobatan tradisional
suku Dayak di kecamatan Beduai, Kalimantan Barat. Di dalam: Prosiding
Seminar dan Lokakarya Etnobotani II; Yogyakarta, 24-25 Jan 1995.
Yogyakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia. hlm 152-160.
Zuhud EAM. 1995. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar Alam Pananjung
Pangandaran. Di dalam: Prosiding Seminar Etnobotani II; Yogyakarta, 24-25
Jan 1995. Yogyakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia. hlm 39-51.

15

LAMPIRAN

16

17
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Buah Harendong
(Melastoma affine D. Don)

Preparasi sampel
Pengujian
kadar air
flavonoid

Simplisia
Ekstraksi

Uji
Fitokimia

Pengukuran
total fenolik

Pengukuran
aktivitas
antioksidan
dengan
metode
DPPH

Pengukuran
total
flavonoid

Uji
Sitotoksisitas
dengan BSLT

Lampiran 2 Kadar air buah harendong
Kadar air sampel segar
Bobot
Bobot
%kadar air
awal
akhir

Sampel
Buah
mentah

2000.5000

1511.9800

Rata-rata

24.42

Bobot
awal
2.9925
3.0010
3.0007

24.42

Buah masak

2001.7200

1148.4100

Rata-rata

57.37
57.37

3.3333
3.4196
3.3151

Kadar air simplisia
Bobot
% kadar air
akhir
2.8182
5.82
2.7955
6.85
2.8066
6.47
6.38
2.7078
18.77
2.7856
18.54
2.6959
18.68
18.66

SD
0.52

0.12

Contoh perhitungan:
% kadar air =
=
= 5.82%

Lampiran 3 Rendemen buah harendong
Sampel

Bobot
simplisia

EtOH96% mth

30.0190
30.0010
30.0003

Bobot
simplisia
terkoreksi
28.1038
28.0869
28.0863

Bobot
ekstrak

Rendemen
ekstrak

Rendemen
rata-rata

SD

3.0000
3.2000
2.6000

10.6747
11.3932
9.2572

10.44

1.09

18
Lampiran 3 lanjutan
Bobot
Bobot
Rendemen Rendemen
simplisia
SD
ekstrak
ekstrak
rata-rata
terkoreksi
30.0141
28.0992
1.7000
6.0500
EtOH70% mth
30.0011
28.0870
2.0000
7.1207
6.76
0.62
30.0100
28.0954
2.0000
7.1186
30.0012
28.0871
2.3000
8.1888
Air mth
30.0373
28.1209
3.0000
10.6682
11.27
3.42
30.0004
28.0864
4.2000
14.9538
30.0110
24.4109
9.1000
37.2784
EtOH96% msk
30.0020
24.4036
12.4000
50.8122
50.89
13.65
30.0005
24.4024
15.7570
64.5715
30.0111
24.4110
12.0000
49.1582
EtOH70% msk
30.0011
24.4029
10.8000
44.2570
46.89
2.47
30.0000
24.4020
11.5303
47.2514
30.0010
24.4028
8.6047
35.2611
Air msk
30.0023
24.4039
10.2000
41.7966
42.08
6.96
30.0008
24.4026
12.0000
49.1751
EtOH96% mth: ekstrak etanol 96% buah mentah, EtOH70% mth: ekstrak etanol 70% buah
mentah, Air mth: ekstrak air buah mentah, EtOH96% msk: ekstrak etanol 96% buah masak,
EtOH70% msk: ekstrak etanol 70% buah masak, Air msk: ekstrak air buah masak.
Bobot
simplisia

Sampel

Contoh perhitungan:
% Rendemen =
=
= 49.1751%
Lampiran 4 Hasil uji fitokimia
Ekstrak
Uji

Air mth

Dragendorf

Alkaloid

Meyer

Wagner

Steroid/Triterpenoid

EtOH
70% mth

EtOH
96% mth

Air msk

EtOH
70% msk

EtOH
96% msk

19
Lampiran 4 lanjutan
Ekstrak
Uji

EtOH
70% mth

Air mth

EtOH
96% mth

Air msk

EtOH
70% msk

EtOH
96% msk

Saponin

Tanin

Fenolik

Air mth: ekstrak air buah mentah, EtOH70% mth: ekstrak etanol 70% buah mentah, EtOH96%
mth: ekstrak etanol 96% buah mentah, Air msk: ekstrak air buah masak, EtOH70% msk: ekstrak
etanol 70% buah masak, EtOH96% msk: ekstrak etanol 96% buah masak.

Lampiran 5 Kurva standar asam galat
Konsentrasi (ppm)
30
40
50
60
70
80
100

A
0.231
0.328
0.41
0.545
0.63
0.738
0.876

Kurva standar
1

Absorban

0.8
0.6
R2=0,9924
y=-0,0472+(9,5078.

0.4
0.2
0
30

40

50

60

70

Konsentrasi (ppm)

80

100

)x

20
Lampiran 6 Kandungan total fenolik ekstrak buah harendong
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
Bobot ekstrak (g)
Faktor pengenceran
Total Fenolik (mg/L)
Total fenolik GAE
(mg/g)

AB mth
0.477
0.396
0.499
0.457
0.0112
1
53.0301

Absorbansi sampel
Buah mentah
Buah masak
E70 mth
E96 mth
AB mtg
E70 mtg
E96 mtg
0.648
0.564
0.455
0.381
0.382
0.578
0.538
0.457
0.536
0.339
0.633
0.562
0.429
0.427
0.415
0.620
0.555
0.447
0.448
0.379
0.0111
0.0113
0.0126
0.0127
0.0124
3
3
1
3
3
210.5219
190.0124
51.9784 156.2506 134.4791

47.35

189.66

160.15

41.25

Contoh perhitungan :
1. Total fenolik ekstrak
Persamaan kurva standar asam galat : y=-0,0472+(9,5078.
Absorbansi rata-rata= 0,0472+(9,5078.
) (total fenolik)
0.457 = -0,0472+(9,5078.
) (total fenolik)
Total fenolik =

123.03

)x

= 53.0301 mg/L x faktor pengenceran
= 53.0301 mg/L x 1
= 53.0301 mg/L
2. Total fenolik GAE
Total fenolik GAE (C) = c (V/m)
Keterangan:
c = konsentrasi total fenolik dari kurva standar
V = volume ekstrak
m = berat ekstrak
Diketahui:c = 53.0301 mg/L, V = 10 ml = 0.01 L, m = 0.0129 g
Total fenolik GAE (C) = 53.0301 mg/L (0.01 L/0.0112 g)
= 47.35 mg/g

Lampiran 7 Kurva standar katekin
Konsentrasi (ppm)
10
20
30
40
50
60

Kurva standar

1
Absorbansi

A
0.164
0.308
0.459
0.582
0.670
0.841

0.8
0.6
0.4

R2=0,9942
y=0,0446+0,0131x

0.2
0
10

20

30
40
50
Konsentrasi (ppm)

60

108.45

21
Lampiran 8 Kandungan total flavonoid ekstrak buah harendong
Absorbansi sampel
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
Bobot ekstrak (g)
Faktor
pengenceran
Total Fenolik
(mg/L)
Total fenolik CE
(mg/g)

AB mth
0.762
0.674
0.693
0.710
0.0233

Buah mentah
E70 mth
0.752
0.752
0.784
0.763
0.0114

E96 mth
0.763
0.837
0.838
o.813
0.0104

AB mtg
0.557
0.598
0.578
0.578
0.0250

Buah masak
E70 mtg
0.268
0.271
0.256
0.265
0.0107

E96 mtg
0.460
0.486
0.520
0.489
0.0128

1

2

2

1

2

2

50.79

109.68

117.31

40.72

33.65

67.85

43.58

192.33

225.50

32.55

62.89

105.93

Contoh perhitungan :
1. Total flavonoid
Persamaan kurva standar katekin : y=0,0446+0,0131x
Absorbansi rata-rata= 0,0446+0,0131(total flavonoid)
0.710 = 0.0446+0.0131(total flavonoid)
Total flavonoid =
= 50.7939 mg/L x faktor pengenceran
= 50.7939 mg/L x 1
= 50.7939 mg/L
2. Total flavonoid CE
Total flavonoid CE (C) = c (V/m)
Keterangan:
c = konsentrasi total flavonoid dari kurva standar
V = volume ekstrak
m = berat ekstrak
Diketahui: c = 50.7939 mg/L, V = 20 ml = 0.02 L, m = 0.0233 g
Total flavonoid CE (C) = 50.7939 mg/L (0.02 L/0.0233 g)
= 43.58 mg/g

Lampiran 9 Contoh perhitungan IC50 ekstrak buah harendong
1. % Inhibisi
% inhibisi =
x 100%
x 100%
=
= 88.49%
Keterangan:
= absorbansi DPPH setelah diinkubasi 20 menit
A = absorbansi sampel + DPPH setelah diinkubasi 20 menit
2. IC50
Y=0.24225+0.04245x
(% inhibisi) = 0.24225+0.04245(IC50)
IC50 =
=
= 1172.15 ppm

22
22

Lampiran 10 Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap % inhibisi
Ekstrak Etanol 96% Buah Mentah
Ulangan 1

Ulangan 2

% inhibisi

% inhibisi

80
60
y = 9.0129ln(x) + 46.173
R² = 0.5248

40
20

120

120

100

100

80
60

% inhibisi

100

Ulangan 3

y = 9.3351ln(x) + 47.903
R² = 0.5509

40
20

0
100

200

60
y = 9.915ln(x) + 45.575
R² = 0.5541

40
20

0
0

80

0

300

0

Konsentrasi (ppm)

100

200

300

0

Konsentrasi (ppm)

100

200

300

Konsentrasi (ppm)

Ekstrak Etanol 70% Buah Mentah
Ulangan 1

Ulangan 2

60

% inhibisi

% inhibisi

80
y = 4.6942ln(x) + 66.408
R² = 0.7988

40
20
0
0

100

200

Konsentrasi (ppm)

300

92
90
88
86
84
82
80

% inhibisi

100

Ulangan 3

y = 2.8678ln(x) + 75.718
R² = 0.7381

0

100

200

Konsentrasi (ppm)

300

92
90
88
86
84
82
80
78

y = 3.8713ln(x) + 69.875
R² = 0.7451
0

100

200

Konsentrasi (ppm)

300

23
Ekstrak Air Buah Mentah
Ulangan 2

Ulangan 3

100

80

80

80

60

60

60

40

y = 22.063ln(x) - 52.471
R² = 0.828

20
0

40

% inhibisi

100

% inhibisi

% inhibisi

Ulangan 1

y = 29ln(x) - 75.356
R² = 0.8477

20

40

0

0
0

100

200

300

-20 0

Konsentrasi (ppm)

y = 20.359ln(x) - 36.557
R² = 0.9463

20

100
200
Konsentrasi (ppm)

0

300

100

200

300

Konsentrasi (ppm)

Ekstrak Etanol 96% Buah Masak
Ulangan 2

Ulangan 3

120

120

100

100

100

80

80

80
60

y = 24.054ln(x) - 24.246
R² = 0.8156

40

% inhibisi

120

% inhibisi

% inhibisi

Ulangan 1

60
y = 19.528ln(x) - 4.682
R² = 0.8742

40

60

20

20

20

0

0

0

0

100

200

Konsentrasi (ppm)

300

0

100

200

Konsentrasi (ppm)

300

y = 23.565ln(x) - 21.274
R² = 0.8803

40

0

100

200

Konsentrasi (ppm)

300

24
Ekstrak Etanol 70% Buah Masak
Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

Ekstrak Air Buah Masak
Ulangan 1

Ulangan 2

PLENO 1

Ulangan 3

25

Kontrol Positif (Asam Askorbat)
Ulangan 1

Ulangan 2

% inhibisi

% inhibisi

80
60
40

y = 28.485ln(x) + 4.9576
R² = 0.9569

20

100

100

80

80

60

y = 30.071ln(x) + 2.8153
R² = 0.9672

40
20

0

% i