Analisis Risiko Pemasaran Ikan Hias di PT Maram Aquatic Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

1

ANALISIS RISIKO PEMASARAN IKAN HIAS DI PT MARAM
AQUATIC, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT

SYLVIANA INDRAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Pemasaran Ikan Hias di PT Maram Aquatic Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013
Sylviana Indrawati
NIM H34090081

i

ABSTRAK
SYLVIANA INDRAWATI. Analisis Risiko Pemasaran Ikan Hias di PT Maram Aquatic,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh POPONG
NURHAYATI.
PT Maram Aquatic merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha ekspor ikan
hias. Perusahaan telah melakukan diversifikasi dengan menawarkan berbagai jenis ikan
hias, namun perusahaan mengalami risiko dalam pemasarannya yang dapat dilihat dari

penjualan ikan hias yang berfluktuasi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
sumber-sumber risiko pemasaran, menganalisis pengaruh diversifikasi terhadap tingkat
risiko pemasaran, dan mengkaji alternatif strategi penanganan risiko pemasaran ikan hias
yang sebaiknya dilakukan oleh PT Maram Aquatic. Penelitian ini menggunakan metode
variance, standar deviation, dan coefficient variation untuk analisis risiko pada kegiatan
spesialisasi dan diversifikasi serta menggunakananalisis SWOT untuk alternatif strategi
penanganan risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber risiko pemasaran berasal
dari permintaan dan ketersediaan pasokan ikan hias. Diversifikasi dua dan tiga komoditas
ikan hias dominan di PT Maram Aquatic dapat mengurangi risiko spesialisasi Pleco
hypostomus dan Calico shubunkin, namun tidak dapat mengurangi risiko spesialisasi Red
comet. Alternatif strategi penanganan risiko yang sebaiknya diterapkan perusahaan adalah
membuat kontrak kerjasama dengan pemasok, menambah jumlah pemasok,
meningkatkan promosi, menjaga kualitas, serta mengantisipasi persaingan dengan melihat
perkembangan pasar.
Kata Kunci : ikan hias, PT Maram Aquatic, risiko pemasaran

ABSTRACT
SYLVIANA INDRAWATI. Marketing Risk Analysis of Ornamental Fish in PT Maram
Aquatic, Ciomas, Bogor, West Java. Supervised by POPONG NURHAYATI.
PT Maram Aquatic is a company that engaged in the export of ornamental fish

business. The company has diversified to offer a variety of ornamental fish but still has
the risk of marketing which can be seen in the fluctuated of ornamental fish marketing
sales. The purpose of this study is to identify the marketing risk sources, analyze the
effect of diversification on risk level marketing, and assess alternative risk management
strategies ornamental fish marketing that should be done by PT Maram Aquatic. The
method that used in this study are variance, standard deviation, and coefficient of
variation for risk analysis on specialization and diversification of activities, and using
SWOT analyze for alternative risk management strategies. The results showed that the
source of marketing risk comes from demanding and supplying of ornamental fish.
Diversification of two and three dominant fish commodities in PT Maram Aquatic can
reduce the risk specialties of Calico shubunkin and Pleco hypostomus, but can not reduce
the risk specialties Red comet. Alternative risk management strategies should be applied
to the company are making a contract with a supplier, increasing the number of suppliers,
improving the promotion, maintaining quality, and anticipating to observe see the market
development.
Keywords: ornamental fish, PT Maram Aquatic, marketing risk

iii

ANALISIS RISIKO PEMASARAN IKAN HIAS DI PT MARAM

AQUATIC KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR
JAWA BARAT

SYLVIANA INDRAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

Analysis (IPA), dan piramida loyalitas. Lokasi Perusahaan Sushi Nest berada di Jalan

Mega Mendung No. 3, bersebelahan dengan Hotel Mirah. Karaktarestik konsumen dari
Perusahaan Sushi Nest mayoritas berjenis kelamin perempuan yang berasal/domisili di
Bogor dengan usia 19-24 tahun dan berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, berpendidikan
terakhir SMU, berstatus belum menikah, dan memiliki pendapatan/uang saku per bulan
sebesar Rp 1 000 000 sampai Rp 2 000 000. Pada tahap keputusan pembelian (pembelian
terencana, sumber yang mempengaruhi adalah teman, hari berkunjung pada hari kerja,
dan waktu berkunjung adalah saat malah hari), dan keputusan pasca pembelian
(konsumen merasa puas dan hal tersebut mempengaruhi konsumen untuk berkunjung
kali). Nilai dari Costumer Satisfaction Index (CSI) adalah sebesar 72 persen. Konsumen
merasa puas terhadap produk perusahaan, namun mereka tidak loyal terhadap Perusahaan
Sushi Nest.
Kata kunci : Perusahaan Sushi Nest, karakteristik konsumen, kepuasan, loyalitas
ABSTRACT
NURMA YULIAWATI. Analysis of the Level of Costumer Satisfaction and Loyality
Sushi Nest Restaurant in Bogor, Jawa Barat. Supervised by Yanti N. Muflikh.
Sushi Nest Restaurant is one of restaurant that offers Japanese cuisine menu with the
main menu of sushi with low price to reach the student. The purpose of this research is to
analyze consumer buying decision process, the level of consumer satisfaction, and
consumer loyality that will have implications for the marketing mix of Restaurant Sushi
Nest. The method used of this research is a descriptive analysis method, Customer

Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA), and pyramid loyality.
Location Sushi Nest Restaurant located at Jalan Mega Mendung number 3, beside Mirah
Hotel. Consumer characteristics of Sushi Nest Restaurant is female as the majority
consumer who come from/domicile in Bogor with age 19-24 yeras old as a student, recent
high school educated, unmarried status, and have income/pocket money each month
amount Rp 1 000 000 up to Rp 2 000 000. At the stage of the purchase decision (planned

decision, the source which affect

v

Judul Skripsi : Analisis Risiko Pemasaran Ikan Hias di PT Maram Aquatic
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat
Nama
: Sylviana Indrawati
NIM
: H34090081

Disetujui oleh


Ir Popong Nurhayati, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah karunia dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2013 sampai April 2013 ini ialah Risiko
Bisnis, dengan judul Analisis Risiko Pemasaran Ikan Hias di PT Maram Aquatic
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen
pembimbing, dan Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP. MSi selaku dosen penguji utama
serta Bapak Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan. Di

samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arie Prabawa dan Ibu Ulfa
Nurmalia selaku pemilik PT Maram Aquatic yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada teman-teman agribisnis 46 yang
selalu memberi dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Sylviana Indrawati

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Hias
Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Sumberdaya Perusahaan
Kegiatan Perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Resiko

Analisis Risiko
Strategi Penanganan Risiko
Alternatif Strategi Penanganan Risiko
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

v
vi
vii
1
1
4
6
6
6
7
7
8
11

11
16
17
17
17
17
18
19
28
28
29
31
33
38
38
40
46
48
57
58

DAFTAR TABEL
1 Kontribusi subsektor perikanan dalam produk domestik bruto nasional tahun
2007-2011
2 Produksi perikanan tahun 2007-2011
3 Nilai ekspor ikan hias Indonesia tahun 2007-2011
4 Pencapaian produksi perikanan di Kabupaten Bogor tahun 2011
5 Data perusahaan ikan hias di Kabupaten Bogor tahun 2008

1
2
2
3
8

viii

6 Faktor-faktor analisis lingkungan internal yang dibahas dalam penelitian
7 Faktor-faktor analisis lingkungan eksternal yang dibahas dalam penelitian
8 Matriks SWOT
9 Peluang dan nilai penjualan Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico
shubunkin pada kondisi tertinggi, normal, dan terendah
10 Penilaian expected return berdasarkan nilai penjualan Pleco hypostomus,
Red comet, dan Calico shubunkin
11 Penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi berdasarkan nilai penjualan
Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin
12 Bobot portofolio pada kombinasi dua dan tiga komoditas ikan hias
Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin
13 Expected return pada kombinasi dua dan tiga komoditi ikan hias Pleco
Hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin
14 Penilaian risiko portofolio berdasarkan penerimaan pada komoditas
Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin
15 Data kelebihan dan kekurangan penjualan ikan hias Pleco Hypostmus,
Red comet, dan Calico shubunkin
16 Data harga beli ikan hias Pleco hypostomus, Red comet dan Calico
shubunkin di PT Maram Aquatic
17 Nama perusahaan pesaing ikan hias di Bogor
18 Matriks SWOT
19 Data pemasok ikan hias di Kabupaten Bogor tahun 2008

25
27
28
40
40
41
42
43
43
45
47
53
55
56

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik permintaan, ketersediaan pasokan, dan penjualan ikan hias Pleco
Hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin di PT Maram Aquatic
selama 36 periode dari Januari 2012 –Februari 2013
2 Proses manajemen risiko
3 Kerangka pemikiran operasional
4 Struktur organisasi PT Maram Aquatic tahun 2013
5 Jenis-jenis pakan ikan hias
6 Pemuasaan ikan hias
7 Pengemasan ikan hias
8 Pengangkutan box styrofoam ke dalam truk

5
15
16
29
35
36
37
38

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar jenis ikan hias dan ukuran yang ditawarkan PT Maram Aquatic
2 Data harga ikan hias di PT Maram Aquatic

60
67

ix

3 Data permintaan ekspor ikan hias Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico
shubunkin di PT Maram Aquatic selama 36 periode dari Januari 2012 –
Februari 2013
4 Data ketersediaan pasokan ikan hias Pleco hypostomus, Red comet, dan
Calico shubunkin di PT Maram Aquatic selama 36 periode dari Januari
2012 – Februari 2013
5 Data penjualan ikan hias Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico
shubunkin di PT Maram Aquatic selama 36 periode dari Januari 2012 Februari 2013
6 Data Pembelian ikan hias Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico
shubunkin di PT Maram Aquatic selama 36 periode dari Januari 2012 Februari 2013
7 Data penjualan ikan hias Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico
Shubunkin di PT Maram Aquatic selama 36 periode dari Januari 2012 –
Febriari 2013
8 Perhitungan risiko spesialisasi
9 Perhitungan risiko diversifikasi
10 Dokumentasi
11 Riwayat Hidup

69

70

71
72

73
74
76
78
79

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Subsektor perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang
sangat potensial untuk dikembangkan. Subsektor perikanan perlu dikembangkan
karena subsektor ini memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional. Besarnya kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB nasional dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kontribusi subsektor perikanan dalam produk domestik bruto nasional
tahun 2007-2011a
Tahun
PDB (miliar rupiah)
Peningkatan/tahun (%)
2007
97 697.30
2008
137 249.50
40.48
2009
176 620.00
28.69
2010
199 383.40
12.89
2011b
226 691.00
13.69
a

Sumber: Badan Pusat Statistika (2012) 1, b angka sementara

Tabel 1 memperlihatkan bahwa kontribusi subsektor perikanan dalam
PDB terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kontribusi subsektor
perikanan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 40.48 % dari tahun 2007.
Pada tahun 2009 kontribusi subsektor perikanan meningkat sebesar 28.69 % dari
tahun 2008. Peningkatan kontribusi subsektor perikanan yang paling lambat
terjadi pada tahun 2010 sebesar 12.89 %, namun pada tahun 2011 peningkatan
kontribusi subsektor perikanan lebih tinggi dari tahun 2010. Peningkatan
kontribusi subsektor perikanan pada tahun 2011 sebesar 13.69 % dari tahun 2010.
Peningkatan kontribusi subsektor perikanan mengindikasikan bahwa subsektor
perikanan merupakan subsektor yang memiliki potensi yang baik di masa yang
akan datang, sehingga dapat menjadi andalan untuk kemajuan perekonomian
Indonesia.
Potensi subsektor perikanan dapat terlihat pula dari total produksi
perikanan yang semakin meningkat. Total produksi perikanan mengalami
peningkatan sebesar 54,93 % dari tahun 2007 hingga 2011, yakni dari 8,2 juta ton
pada tahun 2007 menjadi 13,6 juta ton pada tahun 2011. Total produksi meningkat
karena perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengalami peningkatan
produksi setiap tahunnya. Peningkatan total produksi perikanan Indonesia tahun
2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

1

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2011. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha. [Internet]. [diunduh tanggal 5 Februari 2013]. Tersedia pada: www.bps.go.id

2

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
a

Tabel 2 Produksi perikanan tahun 2007-2011a
Produksi ikan budidaya Produksi ikan tangkap
Total produksi
(ton)
(ton)
(ton)
3 193 571
5 044 737
8 238 308
3 855 179
5 196 328
9 051 507
4 708 562
4 914 560
9 623 122
6 277 924
5 384 418
11 662 342
7 928 963
5 714 271
13 643 234

Sumber: Badan Pusat Statistika (2012)2

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai
potensi ekspor ke pasar internasional. Potensi ekspor ikan hias ini dapat dilihat
dari nilai ekspor ikan hias. Nilai ekspor ikan hias dapat dilihat pada Tabel 3.

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
a

Tabel 3 Nilai ekspor ikan hias Indonesia tahun 2007-2010a
Nilai ekspor
Nilai (US$)
Peningkatan/tahun (%)
7 305 645
8 281 913
13.36
10 091 107
21.85
13 681 192
35.58
13 262 365
-3.06

Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2011)

Pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai ekspor ikan hias Indonesia cenderung
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 dan 2009, nilai ekspor ikan hias
meningkat sebesar 13.36 % dan 21.85 %. Peningkatan nilai ekspor ikan hias
tertinggi pada tahun 2010 sebesar 35.58 %. Namun nilai ekspor ikan hias sempat
mengalami penurunan. Penurunan penurunan nilai ekspor terjadi pada tahun 2011
sebesar 3.06 %. Dengan demikian, kecenderungan peningkatan nilai ekspor ikan
hias memiliki prospek yang cukup menjanjikan jika dilihat secara ekonomi.
Meningkatnya perdagangan ekspor ikan hias Indonesia akan berpengaruh
dengan posisi Indonesia di pasar dunia dalam hal ekspor ikan hias. Perdagangan
ikan hias Indonesia di dunia pada 2009 tercatat senilai US$10 091 107. Angka ini
berkisar 2.70 % dari total perdagangan ikan hias di dunia yang berjumlah US$373
772 000. Ini berarti, Indonesia menempati urutan sembilan di dunia pada tahun
2009. Nilai perdagangan ikan hias Indonesia di dunia pada 2010 adalah US$13
681 192 atau 4.17 % dari total perdagangan ikan hias di dunia yang berjumlah
US$332 340 091. Peningkatan ini menempatkan Indonesia di posisi kelima di
dunia setelah Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura. Sedangkan nilai ekspor ikan
hias pada tahun 2011 sebesar 13.262 juta dolar AS, dan hingga Mei 2012 sendiri
nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar 8.5 juta dolar
2

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2011. Produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap
menurut provinsi dan subsektor. [Internet]. [diunduh tanggal 5 Februari 2013]. Tersedia pada:
www.bps.go.id

3

AS. Dengan demikian peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia akan
menambah devisa bagi negara Indonesia3.
Meningkatnya nilai ekspor ikan hias ini membuat semakin banyak
pembudidaya ikan ataupun para pemasar yang mengusahakan ikan hias sebagai
komoditi andalan. Hal ini dapat dilihat dari produksi budidaya ikan hias Indonesia
yang mengalami peningkatan dari target KKP tahun 2012 sebesar 850 juta ekor
ternyata tercapai hingga 978 juta ekor atau 15.16 % dari target semula.
Membaiknya produksi ikan hias secara nasional ternyata tidak lepas dari peran
provinsi-provinsi yang menjadi sentra produksi. Wilayah sentra produksi ikan hias
Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia, dengan sentra budidaya
ikan hias terbesar terdapat di lima provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI
Jakarta, Banten dan D.I. Yogyakarta4.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra penghasil ikan hias
di provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor (2011), ikan hias di Kabupaten Bogor mengalami
perkembangan jumlah produksi ikan hias setiap tahunnya. Jumlah produksi ikan
hias pada tahun 2009 sebesar 10 460 355 ekor, tahun 2010 sebesar 11 208 582
ekor, dan tahun 2011 sebesar 15 661 883 ekor. Jumlah produksi ikan hias lebih
tinggi daripada cabang usaha ikan lainnya. Hal ini berdasarkan pencapaian
produksi perikanan di Kabupaten Bogor tahun 2011 yang dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4 Pencapaian produksi perikanan di Kabupaten Bogor tahun 2011a
Cabang usaha
Jumlah produksi (ton/ekor)
Nilai produksi (Rp)
Ikan Konsumsi (ton)
5 657 667
861 257 139.50
Ikan Hias (ekor)
15 661 883
2 626 996 427.00
Pembenihan (ekor)
137 801 450
235 145 210.00
a

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)

Berdasarkan Tabel 4, jumlah produksi ikan hias di Kabupaten Bogor
sebesar 15 661 883 ekor dengan nilai produksi terbesar dibanding cabang usaha
ikan lainnya yaitu Rp2 626 996 427.00. Produksi ikan hias di Kabupaten Bogor
tersebar di berbagai kecamatan. Kecamatan Ciomas merupakan kecamatan yang
penghasil ikan hias terbesar kelima setelah Ciampea, Ciseeng, Tenjolaya dan
Parung. Total produksi ikan hias di Kecamatan Ciampea, Ciseeng, Tenjolaya,
Parung, dan Ciomas adalah 2 967 423 ekor, 2 199 875 ekor, 1 931 294 ekor, 1 901
248 ekor dan 1 662 228 ekor. Hal ini berarti bahwa Kecamatan Ciomas
merupakan kecamatan penghasil ikan hias yang cukup baik yang mempunyai
potensi untuk memasarkan ikan hias ke luar negeri atau ekspor ikan hias.
Perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya dan ekspor ikan hias di
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor adalah PT Maram Aquatic. Perusahaan
melakukan perdagangan ekspor berbagai macam jenis ikan hias ke luar negeri
antara lain ke Negara Arab Saudi (Riyadh), Qatar dan Korea. Selain melakukan
3

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Ekspor ikan hias makin kinclong. WPI
[Internet]. [diunduh tanggal 5 februari 2013]. Tersedia pada: www.wpi.kkp.go.id
4
Metro TV. 2013. Potensi ekspor ikan hias Indonesia Rp 600 Miliar. [Internet]. [diunduh tanggal
22 April 2013]. Tersedia pada: www. metronews.com

4

ekspor ikan hias, perusahaan ini juga melakukan budidaya pada beberapa ikan
hias tertentu. Dalam menjalankan usahanya, PT Maram Aquatic mengalami risiko
dalam pemasaran produknya yang menyebabkan penjualan ikan hias berfluktuasi.
Penjualan ikan hias berfluktuasi akan mempengaruhi besarnya penerimaan yang
akan diperoleh perusahaan. Karena itu perusahaan perlu melakukan kegiatan yang
tepat untuk menangani risiko.
Perumusan Masalah
PT Maram Aquatic merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha
ekspor ikan hias dan budidaya ikan hias tertentu. Kegiatan utama perusahaan ini
adalah mengekspor berbagai jenis ikan hias ke luar negeri. Perusahaan telah
melakukan ekspor ikan hias ke beberapa negara seperti Arab Saudi, Korea, dan
Qatar. Pelanggan utama perusahaan ini adalah Arab Saudi.
Ikan hias yang di ekspor PT Maram Aquatic ada sekitar 135 jenis ikan hias
(lampiran 1). Permintaan ikan hias Arab Saudi rata-rata adalah 45 000 ekor per
bulan atau 15 000 per shipment/pengiriman sehingga total penjualan selama 36
periode dari bulan Januari 2012 hingga Februari 2013 sekitar 540 000 ekor ikan
hias. Penjualan terbesar pada periode tersebut terdapat pada jenis ikan hias Pleco
hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin sebesar 63 615 ekor, 96 796 ekor,
52 662 ekor. Penjualan ikan hias Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico
shubunkin menyumbang sekitar 11,87 %, 17,93 %, dan 9,75 % dari total
penjualan selama periode tersebut. Dengan demikian penjualan ikan hias dominan
menyumbang 39,53 % dari total penjualan ikan hias di PT Maram Aquatic.
Dalam menjalankan usahanya, PT Maram Aquatic dihadapkan pada
permasalahan penjualan ikan hias yang berfluktuasi. Penjualan ikan hias yang
berfluktuasi dapat dilihat dari penjualan jenis ikan hias Pleco hypostomus, Red
comet, dan Calico shubunkin di PT Maram Aquatic. Penjualan ikan hias yang
berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan
adalah risiko pemasaran. Terdapat sumber risiko pemasaran yang menyebabkan
fluktuasi penjualan ikan hias dominan seperti ketersediaan pasokan ikan hias yang
tidak mencukupi permintaan konsumen. Akibat ketersediaan pasokan ikan hias
dominan yang tidak mencukupi permintaan menjadikan penjualan ikan hias di PT
Maram Aquatic dalam 36 periode terakhir dari periode Januari 2012 - Februari
2013 menunjukan penjualan yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar
1 yang menunjukan grafik permintaan, ketersediaan pasokan, dan penjualan ikan
hias Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin selama 36 periode di PT
Maram Aquatic.

5

6000
5000
4000

Penjualan

3000

Ketersediaan Pasokan

2000

Permintaan

1000

34

31

28

25

22

19

16

13

10

7

4

1

0

Pleco hypostomus
6000
5000
4000

Penjualan

3000

Ketersediaan pasokan

2000

Permintaan

1000

34

31

28

25

22

19

16

13

10

7

4

1

0

Red comet

Penjualan
17

Ketersediaan Pasokan

33

29

25

21

17

13

9

Permintaan

5

1

4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

Calico shubunkin
Gambar 1 Grafik permintaan, ketersediaan pasokan, dan penjualan ikan hias
Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin di PT Maram
Aquatic selama 36 periode dari Januari 2012 – Februari 2013

6

Pada Gambar 1, dapat dihat bahwa dalam periode tertentu jumlah ikan hias
yang terjual sangat banyak, sedangkan pada periode lainnya sangat sedikit bahkan
tidak ada. Hal ini tergantung dari permintaan dan ketersediaan pasokan ikan hias
Pleco hypostomus, Red comet, dan Calico shubunkin.
Perusahaan melakukan diversifikasi untuk untuk memenuhi permintaan
konsumen dan meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Penerapan
diversifikasi dalam upaya mengurangi risiko merupakan suatu hal yang menarik
untuk diteliti. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana risiko pemasaran yang dialami oleh PT Maram Aquatic dan
apakah sumber-sumber risiko tersebut?
2. Bagaimana pengaruh diversifikasi yang dilakukan oleh PT Maram Aquatic
terhadap tingkat risiko?
3. Bagaimana alternatif strategi penanganan risiko pemasaran yang sebaiknya
dilakukan oleh PT Maram Aquatic?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukan diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi risiko pemasaran dan sumber-sumber risiko yang dialami
oleh PT Maram Aquatic.
2. Menganalisis pengaruh diversifikasi terhadap tingkat risiko pemasaran di PT
Maram Aquatic.
3. Mengkaji alternatif strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh
PT Maram Aquatic.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
mengendalikan risiko yang dihadapi.
2. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan
3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa batasan dari penelitian yang akan dilakukan ini. Ruang
lingkup penelitian ini terbatas pada beberapa hal yaitu:
1. Usaha yang dikaji adalah ekspor ikan hias dengan terkonsentrasi pada jenis
ikan hias yang jumlah penjualannya tertinggi dibandingkan yang lainnya yaitu
Red comet, Calico shubunkin, dan Pleco hypostomus.
2. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis risiko
pemasaran ikan hias pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

7

3. Data yang digunakan adalah data primer berupa pengamatan langsung dan
hasil wawancara serta data sekunder. Data yang digunakan merupakan data
permintaan, data pembelian, dan data penjualan ikan hias Pleco hypostomus,
Red comet, dan Calico shubunkin di PT Maram Aquatic selama 36 periode
dari bulan Januari 2012-2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Hias
Komoditas ikan hias memiliki pasar yang potensial untuk pangsa ekspor
sehingga perlu ditingkatkan ketersediannya baik secara kuantitas maupun kualitas
agar dapat meningkatkan devisa negara. Menurut Hanafiah (1996) lkan hias yang
diekspor adalah ikan hias yang hidup di air laut dan yang hidup di air tawar yang
terdiri dari :
a. Ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish)
b. Tanaman hias air tawar (freshwater ornamental plants)
c. Ikan hias air laut (seawater ornamental fish)
d. Karang-karangan (biota taut yang disebut invertebrates)
Ekspor ikan hias dalam pemasarannya mengikuti tren yang terjadi saat itu
dimana harga ikan hias tidak mutlak karena tergantung dari peminat ikan hias.
Nilai estetika bagi peminat ikan hias merupakan daya tarik yang akan
mempengaruhi harga ikan hias menjadi mahal. Pengukuran nilai estetika ikan hias
berdasarkan bentuk badan, fisik, warna, maupun tingkah lakunya.
Hanafiah (1996) juga menyatakan bahwa pada kegiatan ekspor ikan hias
terdapat unsur penting seperti jenis, ukuran dan kualitas. Jenis dan ukuran penting
siuntuk memenuhi selera konsumen luar negeri yang berbeda-beda. Kualitas
mempunyai korelasi kuat dan positif dengan harga yaitu semakin baik kualitasnya
semakin tinggi harganya.
Permintaan Ikan Hias
Menurut Saputro et al (2007) ikan hias termasuk salah satu komoditi yang
banyak menghasilkan devisi karena permintaan ikan hias dari Indonesia
meningkat setiap tahunnya jika dilihat dari nilai ekspor ikan hias. Nilai ekspor
ikan hias tropis menunjukan perkembangan yang cukup signifikan dari tahun
2001 sampai tahun 2005 yaitu meningkat sebesar 7 % - 8 % per tahun.
Menurut KKP (2010) peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia di dunia
pada tahun 2009 tercatat senilai US$ 10 091 107 dan nilai ekspor ikan hias
Indonesia pada tahun 2010 sebesar US$ 13 681 192. Meningkatnya nilai ekspor
ikan hias Indonesia dari tahun ke tahun disebabkan oleh makin banyak negara
yang meminta kiriman ikan hias dari Indonesia seperti Singapura, China,
Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

8

Penawaran Ikan Hias
Meningkatnya nilai ekspor ikan hias ini membuat semakin banyak
pembudidaya ikan ataupun para pemasar yang mengusahakan ikan hias sebagai
komoditi andalan. Membaiknya produksi ikan hias secara nasional ternyata tidak
lepas dari peran provinsi-provinsi yang menjadi sentra produksi. Wilayah sentra
produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia, dengan
sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di lima provinsi yakni, Jawa Timur,
Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan D.I. Yogyakarta.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra penghasil ikan hias
di provinsi Jawa Barat karena terdapat banyak pemasok atau perusahaan ikan hias.
Terdapat 16 perusahaan ikan hias air tawar yang berperan aktif dalam industri
ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Data perusahaan ikan hias di Kabupaten
Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Data perusahaan ikan hias di Kabupaten Bogor tahun 2008a
No Nama Pemasok
Alamat
Kapasitas
produksib
1
Yap Kiat Bun (CV Maju Aquarium)
Cibinong
500 000 000
2
Sumarjo Wongso (PT Sunny Indopramita) Cibinong
3 500 000
3
Budianto Tasma (CV Terraria Indonesia)
Gunung Sindur
325 000
4
Johanes Wijaya (Ciseeng Aquarium)
Parung
450 000 000
5
Ir. Sugiarto Wijaya (Taufan’s Fish Farm)
Ciluar
120 000 000
6
Edi Raharja (Arwana)
Babakan Madang
7
Hendro Pranoto (CV Aquatic Indonesia)
Babakan Madang
240 000 000
8
Pang Lesmana
Cibinong
500 000
9
Drs. Setiadi Darmadi
Citeureup
2 000 000
10 Edi Abdul Hakim
Parung
10 000 000
11 Yatsin Suwiryo
Parung
5 000 000
12 Hari Lesmana
Ciampea
120 000
13 Tri Santoso Indrawijaya
Cibinong
180 000
14 Arip
Leuwliang
275 000
15 Yulianto
Cibinong
16 Jaya Sumpena
Ciomas
70 000
a
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor tahun 2008 dalam
Andriadi (2011), b ekor/tahun

Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang risiko telah banyak dilakukan sebelumnya namun
penelitian tentang risiko pemasaran ikan hias belum dapat ditemukan. Penelitian
ini memberikan gambaran mengenai risiko pemasaran ikan hias yang
menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan
coefficient variation untuk melihat pengaruh diversifikasi dalam mengurangi
risiko serta manajemen risiko dalam menghadapi risiko pemasaran. Dengan
demikian diperlukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan topik tersebut. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik

9

tersebut diantaranya Maryam et al (2008), Karmini (2005), Arfah (2009),
Panggabean (2011), dan Puspitasari (2012).
Maryam et al (2008) meneliti tentang Studi Banding Risiko Ekonomi
Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii. Sumber risiko yang dihadapi
dalam usahatani ini adalah fluktuasi harga jual. Harga jual pepaya setiap kali
panen berfluktuasi, hal ini dipengaruhi karena fluktuasi permintaan serta kualitas
dan kuantitas yang mudah berubah. Apabila permintaan pepaya lebih sedikit dari
jumlah yang ditawarkan maka akan membuat produksi di pasar menumpuk yang
akhirnya harga jual berikutnya menjadi rendah. Kualitas dan kuantitas produksi
yang mudah berubah juga akan mempengaruhi harga jual, kalau terjadi surplus
produksi harga akan jatuh sebaliknya apabila produksi kurang atau defisit harga
akan naik. Risiko harga jual dapat ditanggulangi dengan cara meningkatkan
kualitas buah sebab kualitas buah yang baik akan mempunyai harga jual yang
tinggi pula dan perlu ada standar harga untuk setiap pengelompokan buah
berdasarkan kriteria mutu dan ukurannya.
Karmini (2005) meneliti tentang Risiko Perubahan Harga dalam
Pemasaran Beras Lokal dan Impor di Indonesia. Risiko perubahan harga dalam
memasarkan beras lokal dan impor disebabkan oleh permintaan dan penawaran.
Pada saat penawaran beras sangat besar dan permintaan beras relatif stabil maka
harga akan rendah begitu juga sebaliknya. Dengan demikian ketersediaan beras di
pasar akan mempengaruhi harga beras di pasar. Risiko perubahan harga dalam
pemasaran beras lokal dan beras impor dapat ditanggulangi dengan beberapa cara
yaitu diversifikasi, integrasi vertikal, penerapan teknologi, dan kontrak di muka.
Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek
Phalaenopsis pada PT. Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Klaim
penjualan ini disebabkan karena adanya pengembalian tanaman dan pemusnahan
tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai
dengan kriteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat
mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau
pendapatan yang diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan variance,
standard deviation, dan coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan
analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada
kegiatan spesialisasi berdasarkan penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar
lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi pada pasar ekspor sebesar
0,114832332. Sedangkan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099549102.
Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim
penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanaman serta
kerusakan mekanis dibandingkan pasar lokal.
Panggabean (2011) meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi
Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat.
Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan
penjualan terhadap kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar,
dendrobium campur sedang, dendrobium campur kecil. Penelitian ini
menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan
coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko.
Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium
terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko dalam penjualan
(pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses

10

pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan anggrek yang dijual.
Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficient
variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium campur sedang
menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya
yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua
kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki
nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar
0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium
campur besar dan kecil sebesar 0,433.
Puspitasari (2012) meneliti mengenai Analisis Risiko Pemasaran Tanaman
Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat. Risiko yang diteliti adalah risiko pemasaran yang berasal
dari adanya fluktuasi penjualan terhadap tanaman vinca, gloxinia, petunia, dan
pentas yang berdampak terhadap penerimaan perusahaan. Fluktuasi penjualan
pada keempat komoditas perusahaan terjadi karena beberapa sumber risiko, yaitu
adanya preferensi konsumen, adanya event tertentu, kurangnya informasi pasar,
dan kerusakan tanaman pada saat pengiriman. Penelitian ini menggunakan metode
analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta
melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. Dari hasil diversifikasi
gabungan komoditas vinca dan petunia memiliki risiko terendah sebesar 0,693.
Dengan adanya risiko dalam kegiatan usahanya, perusahaan berusaha untuk
melakukan penanganan dan pengendalian terhadap risiko yang dihadapi. Strategi
yang dilakukan perusahaan adalah strategi mitigasi, yakni strategi penanganan
risiko untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari adanya risiko seperti
melakukan diversifikasi usaha, melakukan integrasi vertikal, dan melakukan
kemitraan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat dilihat sumber risiko
pemasaran yaitu fluktuasi harga jual yang dipengaruhi permintaan dan penawaran,
adanya klaim penjualan, preferensi konsumen, adanya event tertentu, kurangnya
informasi pasar, dan kerusakan komoditas pada saat pengiriman, Metode analisis
risiko menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation.
Metode ini bisa digunakan untuk melihat pengaruh diversifikasi untuk
mengurangi risiko. Risiko paling rendah dimiliki oleh usaha diversifikasi
gabungan komoditas bila dibandingkan risiko spesialisasi.
Strategi yang dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu adalah strategi
mitigasi, yakni strategi penanganan risiko untuk memperkecil dampak yang
ditimbulkan dari adanya risiko seperti melakukan diversifikasi usaha, melakukan
integrasi vertikal, dan melakukan kemitraan, kontrak di muka. Dengan demikian
variabel-variabel pada penelitian terdahulu seperti sumber-sumber risiko
pemasaran, pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko serta strategi
penanganan risiko pada penelitian terdahulu juga diduga memiliki persamaan
dengan penelitian ini.

11

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
Definisi Risiko
Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Menurut Fahmi (2010) risiko
dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan yang akan terjadi nantinya (future)
dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan saat ini.
Siegel et al (1999) diacu dalam Fahmi (2010) mendefinisikan risiko pada tiga hal:
1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya
dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil
keputusan.
2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainnya.
3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja
operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi,
ketidakpastian politik, dan masalah industri.
Menurut Kountur (2006) risiko adalah kemungkinan kejadian yang
merugikan karena risiko dalam kegiatan bisnis pada umumnya akan menimbulkan
dampak negatif terhadap pelaku bisnis. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang
dianggap sebagai risiko :
1. Merupakan suatu kejadian.
2. Kejadian tersebut mengandung kemungkinan yang berarti bisa saja terjadi atau
bisa saja tidak terjadi.
3. Jika terjadi, ada akibat yang ditimbulkan berupa kerugian.
Klasifikasi Risiko
Risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis tergantung dari sudut
pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang,
diantaranya (Kountur 2008):
1. Risiko dari sudut pandang penyebab
Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko
keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan
oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.
Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan alam.
2. Risiko dari sudut pandang akibat
Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu risiko
murni dan risiko spekulatif. Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja atau
bisa berakibat merugikan atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat
hanya merugikan saja dan tidak memunginkan adanya keuntungan maka risiko
tersebut adalah risiko murni, misalnya risiko kebakaran. Risiko spekulatif adalah
risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga
memungkinkan terjadinya keuntungan, misalnya risiko investasi.

12

3.

Risiko dari sudut pandang aktivitas
Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya
pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Demikian juga
seseorang yang melakukan perjalanan menghadapi risiko yang disebut risiko
perjalanan. Pemberian nama risiko dilihat dari faktor penyebabnya bukan
aktivitas.
4. Risiko dari sudut pandang kejadian
Risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya kejadian
kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Dalam suatu aktivitas pada umumnya
terdapat beberapa kejadian sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari
aktivitas.
Menurut Fahmi (2010) secara umum risiko hanya dikenal dalam dua tipe
saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculatif). Adapun
kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah:
1. Risiko murni (pure risk). Risiko murni dapat dikelompokan pada 3 (tiga) tipe
risiko yaitu :
a. Risiko aset fisik merupakan risiko yang berakit timbulnya kerugian pada
aset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya kebakaran, banjir,
gempa, tsunami, gunung meletus, dll.
b. Risiko karyawan merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan
yang bekerja di perusahaan/organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan
kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu.
c. Risiko legal merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan
atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan
dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti kerugian.
2. Risiko spekulatif (speculatif risk). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan
kepada empat tipe risiko yaitu :
a. Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar.
Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan
kerugian.
b. Risiko kredit merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal
memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit
macet, persentase piutang meningkat.
c. Risiko likuiditas merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak
mampu membayar hutang secara tepat menyebabkan perusahaan harus
menjual aset yang dimilikinya.
d. Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contohnya terjadi
kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.
Menurut Sofyan (2005) risiko sering muncul pada permasalahan yang
berkaitan dengan kegiatan suatu investasi. Secara garis besar risiko dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Kelompok risiko nonsistematis yaitu kelompok risiko yang dapat dihilangkan
atau dikurangi melalui suatu diversifikasi.
2. Kelompok risiko sistematis yaitu kelompok risiko yang tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi melalui diversifikasi, biasanya risiko yang
berhubungan dengan pasar atau kejadian yang dapat secara sistematis akan

13

mempengaruhi posisi pasar. Posisi pasar sangat ditentukan oleh adanya
perubahan dari sisi penawaran ataupun dari sisi permintaannya secara otomatis
mempengaruhi keseimbangan pasar.
Sumber Risiko dan Akibatnya
Menurut Sofyan (2005) faktor-faktor penyebab munculnya risiko itu pada
umumnya berasal dari dua sumber, yakni sumber internal dan sumber eksternal.
Sumber internal umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena
masalah internal itu umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti.
Di sisi lain, sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali si pembuat keputusan,
antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan
teknologi, perubahan sosial budaya suatu daerah atau negara, kondisi suplai dan
pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan
dimana perusahaan itu didirikan.
Sumber risiko yang berasal dari eksternal merupakan titik rawan yang
mengandung ancaman ataupun peluang usaha sekarang maupun di masa yang
akan datang. Hal ini terjadi karena sumber risiko ini ada pada kondisi keputusan
yang tidak pasti (uncertainty) sehingga jika gagal dalam menatanya berarti
kerugian perusahaan akan meningkat yang akan mempengaruhi penerimaan
perusahaan.
Hubungan Risiko dan Return
Menurut Fahmi (2010) return adalah keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Sedangkan risiko dapat diartikan sebagai return yang diperoleh
menyimpang dari return yang diharapkan.
Risk and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan,
institusi, individu dalam keputusan investasi. Dalam dunia investasi dikenal
adanya hubungan kuat antara risk and return yaitu jika resiko tinggi maka return
(keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka
risiko juga akan rendah. Hubungan antara risiko dan return sebagai berikut :
a. Bersifat linier atau searah
b. Semakin tinggi return maka semakin tinggi pula risiko
c. Semakin besar aset kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut
d. Kondisi hubungan yang bersifat linier ini hanya mungkin terjadi pada pasar
yang bersifat normal, karena pada kondisi pasar yang tidak normal semua ini
bisa saja berubah atau tidak seperti yang diharapkan.
Return digunakan untuk menghitung standard deviation yang digunakan
untuk mengukur penyimpangan atau risiko. Setelah diketahui standard deviation
dan return yang diharapkan (expexted return) maka pelaku bisnis dapat
menggunakan coefficient variation untuk membandingkan aset dan return yang
diharapkan.
Coeffecient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil
keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan
usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha
untuk setiap return yang diperoleh. Kegiatan usaha yang dilakukan pelaku bisnis

14

dapat dikelompokan pada kegiatan spealisasi (tunggal) atau diversifikasi usaha
(portofolio).
Risiko Portofolio
Portofolio atau diversifikasi usaha menurut Kountur (2008) adalah cara
menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat
mendapat musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.
Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi.
Diversifikasi merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis
dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa
dari beberapa kegiatan usaha atau aset .
Menurut Elton et al (1995) beberapa ukuran yang digunakan untuk
mengukur risiko diantaranya adalah varian (variance), standar deviasi (standard
deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Pada kegiatan usaha
diversivikasi, risiko yang dihadapi pelaku bisnis tidak tunggal melainkan
gabungan maka untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan
menghitung variance portofolio dari beberapa kegiatan usaha atau aset.
Nilai variance portofolio sangat ditentukan korelasi diantara aset i dan j.
Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum
positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi
diantara dua aset diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama
2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah
3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu sama lain
4. Nilai koefisien korelasi sama dengan 0,5 mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu sama lain
Beberapa nilai koefesien korelasi tersebut dapat menunjukan bagaimana risiko
portofolio yang dihadapi dibandingkan dengan risiko masing-masing aset atau
spesialisasi.
Manajemen Risiko
Pengertian manajemen risiko sangat beragam namun memiliki konsep
yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen
yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Menurut Darmawi
(2006) manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Dengan adanya
manajemen risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa
perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada
akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian
mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar
kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko
tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang

15

selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko
telah diterapkan. Proses manajemen risiko dapat dilihat pada Gambar 2.
Identifikasi

Pengukuran

Evaluasi

Penanganan
Gambar 2 Proses Manajemen Risiko
Sumber: Kountur (2008)

Kerangka Pemikiran Operasional
PT Maram Aquatic merupakan perusahaan yang mengekspor berbagai
jenis ikan hias ke luar negeri. Jenis ikan hias yang di ekspor ada beraneka ragam
diantaranya adalah Red comet, Calico shubunkin, dan Pleco hypostomus.
Komoditas ikan hias tersebut jumlah penjualannya lebih besar dibandingkan
komoditas ikan hias yang di ekspor lainnya.
Dalam menjalankan usahanya, PT Maram Aquatic dihadapkan pada
permasalahan penjualan ikan hias yang berfluktuasi. Penjualan ikan hias yang
berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan
adalah risiko pemasaran. Terdapat sumber risiko yang diindikasikan menjadi
penyebab berfluktuasinya penjualan ikan hias dominan seperti ketersediaan
pasokan ikan hias yang tidak dapat memenuhi permintaan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan analisis risiko pemasaran untuk mengetahui sumber-sumber risiko,
tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi serta alternatif strategi
penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT. Maram Aquatic.
Analisis risiko dilakukan melalui pendekatan metode variance, standard
deviation, dan coefficient variance pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.
Analisis pada kegiatan spealisasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada
masing-masing komoditas. Analisis pada kegiatan diversifikasi dilakukan untuk
mengetahui nilai risiko pada usaha diversifikasi gabungan tiga komoditas yang
dilakukan saat ini dan dilakukan perhitungan diversifikasi gabungan tiga
komoditas untuk membandingkan nilai risiko yang diperoleh. Setelah dianalisis
maka diperlukan evaluasi terhadap strategi yang diterapkan perusahaan kemudian
mengkaji alternatif strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT
Maram Aquatic untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Alternatif strategi
penanganan risiko diperoleh dari analisis SWOT dengan mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan yang berasal dari lingkungan internal perusahaan serta
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal

16

perusahaan. Untuk lebih jelasnya, alur pemikiran kerangka pemikiran operasiona