Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. (Ditjen Hortikultura 2010).

Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri dari 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias1. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Besarnya kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2006-2010

No. Komoditas Nilai PDB (Milyar Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Buah-buahan 35.448 42.362 47.060 48.437 45.482

2 Sayuran 24.694 25.587 28.205 30.506 31.244

3 Tanaman Hias 4.734 4.741 4.960 5.494 6.174

4 Biofarmaka 3.762 4.105 3.853 3.897 3.665

Hortikultura 68.639 76.795 84.078 88.334 86.565

Perkembangan 11,08% 11,88% 9,48% 5,06% -2,00%

Sumber: Ditjen Hortikultura (2011)

1

http://www.hortikultura.deptan.go.id. Pengelolaan Data dan Informasi Ditjen Hortikultura. (Diakses tanggal 3 Desember 2011)


(2)

Berdasarkan Tabel 1, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 nilai total kontribusi hortikultura sebesar 68.639 milyar dan terus meningkat pada tahun 2009 menjadi 88.334. Kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional yang meningkat tiap tahunnya mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Namun pada tahun 2010, nilai PDB hortikultura mengalami penurunan sebesar 2%. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka.

Salah satu kelompok komoditi hortikultura yang cukup prospektif dalam pengembangannya adalah tanaman hias. Mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2010, tanaman hias memberikan kontribusi yang meningkat terhadap PDB nasional, yaitu sebesar 4.734 milyar rupiah pada tahun 2006 menjadi 6.174 milyar rupiah pada tahun 2010. Peningkatan ini terjadi karena tanaman hias memiliki permintaan yang semakin besar yang berpengaruh pada peningkatan produksi dan luas panen di beberapa wilayah di Indonesia. Produksi tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2010

No. Komoditi Produksi (unit)

2007 2008 2009 2010

1 Bunga Potong

179.374.218 205.564.659 263.531.374 378.915.78 5 2 Daun Potong 2.041.962 12.018.794 14.094.923 18.584.675 3 Tanaman

Pot+Taman

1.171.768 11.159.352 14.327.828 14.561.604 4 Bunga Tabur 15.775.751 20.388.119 28.307.326 21.600.442

Total 198.363.699 249.130.924 320.261.451 433.662.50

6


(3)

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi tanaman hias secara umum mengalami peningkatan mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Terutama pada tanaman hias dalam bentuk bunga potong, daun potong dan tanaman pot+taman mengalami yang mengalami kenaikan produksi. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya permintaan terhadap komoditas tersebut.Pada komoditas bunga potong peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu terjadi peningkatan sebesar 43.78%. Pada komoditas daun potong peningkatan produksi yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2008 sebesar 488,59%. Pada tanaman pot+taman peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 852,35%. Sedangkan pada komoditi bunga tabur, jumlah produksinya mengalami fluktuasi.Besarnya luas panen tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2010

No. Komoditi Luas Panen (m

2

)

2007 2008 2009 2010

1 Bunga Potong 9.189.977 10.877.306 13.867.791 17.312.972 2 Daun Potong 98.107 934.478 875.273 1.229.397 3 Tanaman

Pot+Taman

749.869 2.636.329 2.672.513 2.269.762 4 Bunga Tabur 1.427.534 1.296.439 959.546 1.016.157

Total  11.465.487 15.717.552 18.375.123 21.828.288

Sumber: Ditjen Hortikultura (2011)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum total luas panen tanaman hias di Indonesia peningkatan mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Hal ini berbanding lurus dengan meningkatnya permintaan terhadap tanaman hias setiap tahunnya. Berdasarkan luas panen, tanaman pot+taman menduduki posisi kedua setelah bunga potong. Hal ini memperlihatkan bahwa tanaman hias+pot dilirik oleh para produsen tanaman hias untuk dikembangkan.

Pada masa kini kegiatan usaha tanaman hias dilakukan secara komersial. Usahatani tanaman hias mampu menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usaha tanaman hias di dalam negeri berhubungan dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, serta pembangunan kompleks perumahan,


(4)

perhotelan dan perkantoran. Pengembangan usaha tanaman hias perlu didorong agar mampu memberi peran yang lebih besar terhadap pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan tanaman hias juga diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah. Bahkan, pemanfaatan tanaman hias telah berkembang menjadi sarana komunikasi personal untuk menyatakan rasa duka maupun suka kepada teman dan kerabat karib. Dengan makin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias permintaan pasar domestik dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam (Direktorat Tanaman Hias 2004).

Usaha tanaman hias ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan. Pada umumnya usaha ini telah ada sejak 10 tahun yang lalu dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Motivasi pendirian usaha ini diantaranya adalah karena harga jualnya yang cukup baik, meneruskan usaha yang telah ada (usaha keturunan) ataupun karena hobi atau minat pemilik usaha. Para pengusaha tanaman hias pada umumnya melakukan kemitraan dengan petani, individu atau perorangan, maupun industri. Kemitraan dengan petani yaitu dalam hal pengadaan bibit atau tanaman yang siap tanam. Kemitraan dengan perorangan yaitu dalam hal penjualan tanaman hias. Sedangkan kemitraan dengan instansi pada umumnya dalam hal pembuatan proyek taman atau landscape. (Bank Indonesia 2008)2.

Salah satu bentuk tanaman hias yang saat ini banyak diminati masyarakat adalah tanaman hias dalam pot (potted plant). Usaha ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap lingkungan yang asri, nyaman, indah. Terlihat semakin banyaknya rumah tangga, perkantoran, perhotelan, serta pusat perbelanjaan di kota-kota besar menghias tempatnya dengan menggunakan tanaman hias dalam pot, baik untuk disimpan di luar ruangan ataupun di dalam


(5)

2

http://www.bi.go.id. Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil pada Industri Tanaman Hias. Jakarta: Bank Indonesia [Diakses tanggal 3 Desember 2011]

ruangan. Selain itu tanaman hias dalam pot memiliki nilai artistik pada bagian tanamannya, baik bunga ataupun daunnya. Tanaman ini juga mudah dipindahkan sesuai lingkungannya dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam pemeliharaannya, sehingga dapat dinikmati walaupun di ruangan yang sempit.

Sebanyak hampir 70% pencipta taman menghiasi ruangannya dengan tanaman hias dalam pot. Inilah yang mendorong permintaan akan bunga dalam pot meningkat dan secara otomatis akan merangsang orang untuk berusaha di bidang ini. Secara kelembagaan industri tanaman hias dalam pot (potted plant) sebelum tahun 1985 dilayani oleh perangkai, penggemar dan hobbies bunga dan beberapa persatuan penggemar tanaman hias dalam pot (potted plant). Kini diikuti oleh produsen, pemasok dan peneliti yang professional dari kalangan masyarakat swasta dan pemerintah. Adanya organisasi seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara dan beberapa produsen pada industri tersebut bahkan telah mendirikan berbagai asosiasi seperti Pusat Koperasi Bunga Indonesia. Asosiasi Bunga Indonesia dan lain-lainnya untuk kepentingan anggota dalam pengembangan aspek internal maupun eksternal terhadap perkembangan subsektor hortikultura tanaman hias dalam pot (potted plant)3.

Usaha agribisnis tidak terlepas dari adanya risiko, begitu pula pada usaha tanaman hias pot, Volume penjualan tanaman hias pot setiap bulan cukup berfluktuatif, terdapat kecenderungan perbedaan intensitas penjualan untuk bulan-bulan tertentu. Selain itu, tanaman hias pot merupakan kebutuhan tersier, sehingga jika daya beli masyarakat menurun mereka akan lebih mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder dibandingkan dengan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, pengusaha tanaman hias perlu terus berupaya agar permintaan akan tanaman hias tetap ada.


(6)

3

http://google.com. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan Volume 3 Edisi 2. 2010. [Diakses tanggal 7 Desember 2011]

Menurut data Bank Indonesia 2008, kenaikan harga tanaman hias dari tahun ke tahun adalah sekitar 5 - 10 %. Kenaikan harga ini lebih kecil dari kenaikan harga bahan baku (medianya). Banyak pengusaha yang lebih mementingkan perputaran penjualan dan harga yang murah. Walaupun marjin keuntungan per unitnya kecil tetapi volume tanaman yang terjual banyak. Kendala pemasaran yang dihadapi oleh pengusaha tanaman hias adalah peningkatan harga jual tanaman hias yang tidak secepat peningkatan biaya produksi untuk budidaya tanaman. Misalnya peningkatan harga jual hanya 5-10%, tetapi peningkatan biaya produksi (media tanam) lebih besar dari peningkatan harga jual (bahkan dapat mencapai 50%).

Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil tanaman hias di Indonesia.Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk pengembangan usaha tanaman hias. Produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat terdapat di wilayah Bogor, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Karawang dan Cirebon4.

PT Bina Usaha Flora (BUF) merupakan salah satu perusahaan yang terdapat di wilayah Cipanas, Kabupaten Cianjur.Perusahaan ini memproduksi tanaman pot, terutama jenis semusim. Ada lebih dari 20 jenis tanaman pot yang meliputi tanaman indoor dan outdoor. Sebagian besar tanaman yang ada diperbanyak dengan benih. PT BUF terletak di komplek Taman Bunga Nusantara, jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman, Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam perkembangannya, PT BUF mengalami kendala dalam pemasaran produknya maka PT BUF perlu melakukan kegiatan yang tepat untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

PT Bina Usaha Flora (BUF) merupakan salah satu perusahaan florikultura yang memproduksi lebih dari 20 jenis tanaman hias. PT BUF memiliki luas 2,7 ha dan terdapat 17 green house yang digunakan untuk pembibitan (seedling),

4

http://diperta.jabarprov.go.id. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009.(Diakses tanggal 13 Februari 2012)


(7)

tanaman pot (potted plant), tanaman hamparan (bedding plant), rehabilitasi dan percobaan. Selain itu PT BUF juga melakukan kerjasama dengan petani sekitar dan berbagai perusahaan yaitu dengan melakukan pembelian jenis tanaman yang tidak diproduksi oleh PT BUF.

PT BUF memproduksi lebih dari 20 jenis tanaman pot, seperti Hypoestes, Portulaka, Peperomia, Zamio, Apelandra, Snapdragon, Ornamental, Begonia, Portulaka yellow, Lipstik, Cloropitum, Hoya, Patah tulang, Sedum, Impitations, Sirih gading, Ivy geranium, Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas. Namun penjualan terbesar terletak pada tanaman Vinca, Gloxinia, Petunia dan Pentas. Keempat tanaman ini merupakan tanaman unggulan dan memiliki jumlah permintaan yang lebih banyak dibandingkan tanaman lainnya yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap penerimaan perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, PT Bina Usaha Flora dihadapkan pada permasalahan belum terpenuhinya target penjualan yang sudah direncanakan sebelumnya, padahal tanaman hias memiliki kelemahan dalam hal penyimpanan sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penyimpanan produknya dalam waktu lama. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko.

Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko pemasaran. Perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang tepat agar produknya dapat laku terjual sesuai target yang diharapkan. Terdapat sumber risiko yang diindikasikan menjadi penyebab berfluktuasinya penjualan tanaman hias, seperti jumlah permintaan dan selera konsumen tanaman hias yang berpengaruh pada penerimaan perusahaan. Sedangkan harga pada keempat komoditas terbilang stabil per potnya, yaitu vinca Rp 7.000, gloxinia Rp 7.500, petunia Rp 12.500, dan pentas Rp 2.500. Data penjualan pada keempat jenis tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.


(8)

Tabel 4. Penjualan Tanaman Hias di PT Bina Usaha Flora Tahun 2010-2011

Tahun Bulan Vinca Gloxinia Petunia Pentas Komoditi (pot)

2010

Januari 531 140 52 255

Februari 61 198 123 25

Maret 480 71 136 189

April 78 0 32 1.016

Mei 89 154 14 1.068

Juni 553 96 184 784

Juli 483 40 412 45

Agustus 679 14 329 1.195

September 250 10 150 330

Oktober 132 0 140 75

November 331 108 141 1.580

Desember 703 199 208 0

2011

Januari 929 550 522 521

Februari 230 110 635 1.000

Maret 398 1 396 1.147

April 484 10 471 2.416

Mei 1.004 9 421 1.069

Juni 452 110 903 303

Juli 359 107 217 795

Agustus 409 97 697 929

September 285 35 279 1.415

Oktober 523 26 277 1.543

November 1.111 22 91 1.306

Desember 570 14 309 87

Sumber: PT BUF (2012)

Berdasarkan Tabel 4, penjualan tanaman hias ada PT BUF dalam dua tahun terakhir menunjukkan nilai penjualan yang sangat bervariatif. Dalam periode waktu tertentu jumlah tanaman hias yang terjual sangat banyak,


(9)

sedangkan pada periode lainnya sangat sedikit bahkan tidak ada. Hal ini tergantung dari sisi permintaan yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan.

Nilai penjualan pada setiap jenis tanaman hias masih di bawah target penjualan yang diinginkan perusahaan. Setiap bulannya perusahaan menargetkan jumlah penjualan pada masing-masing tanaman hias, yaitu pada vinca sebesar 1000, gloxinia sebesar 500 pot, petunia sebesar 500 pot dan pentas sebesar 1000

polybag. Untuk mengurangi risiko tersebut, perusahaan melakukan diversifikasi

usaha. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT BUF ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen, meningkatkan permintaan, serta meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Penerapan diversifikasi dalam upaya mengurangi risiko merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana risiko pemasaran yang dialami oleh PT BUF dan apakah sumber-sumber risiko tersebut ?

2. Sejauh mana hubungan diversifikasi yang dilakukan oleh PT BUF dalam upaya mengurangi risiko?

3. Apakah bentuk strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebelumnya, maka penelitian bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi risiko pemasaran dan sumber-sumber risiko tanaman hias pot yang terjadi di PT BUF.

2. Menganalisis hubungan diversifikasi usaha dengan upaya mengurangi risiko pada PT BUF.

3. Mengkaji alternatif penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, seperti:


(10)

1. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha pengendalian risiko.

2. Bagi pembaca, sebagai informasi dan menambah pengetahuan mengenai risiko agribisnis, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.

3. Bagi penulis, menambah wawasan, mengaplikasikan ilmu, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Produk yang dikaji adalah produk unggulan yang dipilih berdasarkan kontribusi penjualan tertinggi. Keempat produk unggulan tersebut adalah vinca, gloxinia, petunia, dan pentas.

2. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis risiko pemasaran, khususnya pada risiko pemasaran pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

3. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara kepada perusahaan dan data sekunder. Data yang digunakan merupakan data penjualan tahun 2010 dan 2011, serta data produksi tahun 2011.


(11)

II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Hortikultura

Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan. Pada umumnya para pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias.

Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).

Peranan hortikultura adalah5 : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo 1997). Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam

5


(12)

pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya usaha hortikultura patut untuk dikembangkan ada saat ini.

Hortikultura dikelompokkan menjadi6 :

1. Tanaman Buah-buahan (pomology): kelompok tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi, seperti ada yang berbentuk pohon (misalnya rambutan, mangga,durian, jeruk, dan sebagainya), atau bentuk semak markisa. 2. Tanaman sayuran (olerikultur): tanaman ini merupakan tanaman hortikultura

yang utama. Bagian tanaman tersebut dapatberasal dari daun, tangkai daun, umbi, batang, akar, bunga, buah ataupun biji.Berbeda dengan tanaman buah - buahan, sayuran memiliki umur yangrelatif singkat. Tanaman ini umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar,oleh karenanya proses penanganannya lebih spesifik dibandingkandengan hortikultura lainnya.

3. Tanaman Hias (florikultura): Manfaat dari tanaman hias ini adalah meningkatkan estetika lingkungan. Budidaya tanaman ini dapat dilakukan pada ruang terbukamaupun tertutup.

4. Lanskap arsitektur. Lanskap menggunakan tanaman tertentu yang dipadukan dengan elemen-elemen lainnya untuk menghasilkan pemandangan yangindah.Aspek utama dalam lanskap arsitektur ini adalah penutupan permukaan tanah yang umumnya diwakili dengan rumput.Lanskap arsitektur sedemikian pentingnya karena dapat memuaskan masyarakat yang melihatnya dan berpengaruh terhadap efek fisiologis manusia.

5. Tanaman obat-obatan. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan tradisional.Dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut.

2.2. Gambaran Umum Tanaman Hias

Tanaman hias adalah semua tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Kehadiran tanaman hias mampu menghadirkan nilai-nilai keindahan yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi orang

6


(13)

yang memandangnya. Dampak psikologis yang dimaksud misalnya berupa rasa senang, gembira, nyaman, dan sebagainya. Selain itu, apabila dibudidayakan dengan baik serta dikelola dengan benar, bisnis tanaman hias juga akanmemberikan keuntungan secara ekonomi, terutama bagi penduduk kota. Hal ini tidak saja bagi penjual tanaman hias dalam bentuk bunga potong, tetapi juga bagi penjual tanaman hias di dalam pot mulai dari ukuran bibit hingga ukuran dewasa. Jasa pembuatan taman juga akan menjadi lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang menaruh minat pada budidaya tanaman hias dan memiliki bekal pengetahuan seni merancang taman. Selain manfaat berupa keindahan, tanaman hias juga dapat memiliki fungsi-fungsi fisik (jasmaniah), seperti: 1) Sebagai peneduh; 2) Sebagai pengencer polusi, 3) Sebagai peredam suara, serta 4) Sebagai pembatas (Zulkarnain 2009).

2.3. Penelitian Terdahulu 2.3.1. Kajian Risiko Bisnis

Telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai risiko. Permana (2011) meneliti tentang analisis risiko produksi bunga potong mawar pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi dalam pengembangan usahanya, hal ini dapat dilihat dari produksi atau produktivitas yang berfluktuasi selama masa tanam berlangsung. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serta serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis risiko dengan Variance,

Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dapat

menunjukkan bahwa perusahaan mengalami risiko sebesar 0,23 tangkai pada saat terjadi risiko produksi dengan nilai expected return sebesar 11,27.

Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek

Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat.

Permasalahan penjualan yang terjadi di perusahaan disebabkan adanya klaim penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor. Klaim penjualan ini disebabkan karena adanya pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat


(14)

mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan

variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan

analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114832332. Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099549102. Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanaman serta kerusakan mekanis dibandingkan pada pasar lokal.

Panggabean (2011) meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan

coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko.

Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual. Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dan kecil sebesar 0,433.


(15)

Solihin (2009) meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak. Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual ayam dipasar yang fluktuatif.Dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan

Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation, dan metode Z-score.

Berdasarkan hasil analisa, nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp -17.765.158 dengan nilai coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0% (Tabel Z-Score).

Amri (2011) meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at

Risk (VaR). Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah

GARCH (1,1) yang berarti bahwapola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa komoditas ini harus terjual dalam satu hari.


(16)

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semua kegiatan menghadapi risiko, terlebih pada kegiatan berbasis pertanian yang memiliki sifat perishable, bulky, dan voluminous. Risiko yang biasa terjadi berdasarkan penelitian terdahulu adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang dialami berupa risiko produksi yang dapat berasal dari dalam lingkungan perusahaan atau dari luar lingkungan perusahaan. Risiko dari dalam lingkungan perusahaan seperti keterampilan yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan. Sedangkan risiko yang berasal dari luar lingkungan perusahaan dapat berupa kondisi iklim atau cuaca ataupun serangan hama dan penyakit.

Risiko lainnya adalah risiko pasar yang diakibatkan dari kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Risiko ini merupakan kondisi yang dialami oleh suatu pelaku usaha yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar kendali pelaku usaha. Risiko pasar dapat berupa fluktuasi penjualan, kerusakan atau kematian produk selama proses pemeliharaan atau distribusi, serta ketidakpastian dalam perubahan harga. Risiko yang terjadi berpengaruh signifikan pada penerimaan pelaku usaha.

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan terhadap

return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi

atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan

Microsoft office excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan

manajemen risiko yang diterapkan pada perusahaan.Pada penelitian sebelumnya, Pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang terjadi dilakukan dengan menggunakan analisis varian (Variance), simpangan baku (Standard Deviation), koefisien variasi (Coefficient Variation) baik dalam kegiatan spesialisasi ataupun diversifikasi. Kegiatan diversifikasi dilakukan untuk menurunkan risiko seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut.

Selain mengukur besarnya risiko usaha, ada beberapa penelitian yang mengukur dampak risiko tersebut yaitu dengan menggunakan metode Z-score. metode ini mengukur risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Dengan mengetahui Z-score, dapat


(17)

diketahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari nilai standarnya.

Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat diketahui sumber-sumber risiko yang biasa terjadi serta dampak yang ditimbulkan dari adanya risiko pada kegiatan pertanian. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai risiko khususnya risiko pemasaran tanaman hias pot. Penelitian ini menggunakan metode analisis

variance, standard deviation, dan cofficient variation pada kegiatan spesialisasi

dan diversifikasi pada empat komoditas.

2.3.3. Kajian Manajemen Risiko

Manajemen risiko diperlukan untuk meminimalisasi risiko yang ada dan dapat meningkatkan presentase keberhasilan produksi yang berimplikasi pada pendapatan perusahaan. Manajemen Risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan. Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan sukses dalam bisnisnya.

Menurut penelitian Permana (2011), strategi yang dapat dilakukan oleh PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) adalah peningkatan pengaturan cahaya

greenhouse, menerapkan sistem karantina untuk memperlambat prosespenyebaran

hama dan penyakit, dengan mengunakan screen atau plastik UV (ultraviolet) dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama, meningkatkan kualitas perawatan tanaman bunga potong mawar dengan mengukur secara lebih teliti dosis pupuk, nutrisi, dan pestisida yang akan diberikan, melakukan kegiatan perompesan daun secara menyeluruh dan benar, proses penyiangan yang dilakukan secara menyeluruh, dan sortasi yang dilakukan secara lebih teliti dan benar, mengembangkan sumberdaya manusia.

Menurut penelitian Arfah (2009) alternative manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora yaitu dengan melakukan peningkatan teknologi pada pengaturan cahaya green

house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit,

bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar operasional terhadap kebijakan


(18)

mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Menurut penelitian Panggabean (2011) diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium dapat menekan risiko, namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Selain itu memperbaiki penerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit yang dapat mematikan tanaman.

Menurut penelitian Solihin (2009), manajemen risiko yang dapat diterapkan adalah dengan memproduksi pakan secara mandiri untuk menekan biaya produksi karena biaya pakan merupakan biaya tertinggin dari total biaya produksi. Melakukan kontrol kandang secara ketat, mengkonsultasikan gejala klinis yang timbul kepada Field Controller. Memperketat biosekuriti baik sanitasi maupun medikasi. Memperbaiki manajemen perkandangan dengan menambah atap topi agar air hujan tidak tampias dan panas matahari tidak menyengat sebagian kandang, sehingga ayam dapat menyebar dan tidak terjadi kepadatan di satu sudut kandang. Merencanakan dengan baik jadwal produksi dan panen. Membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan diskusi terkait kemajuan usaha.

Alternatif strategi untuk mengatasi harga sayuran menurut penelitian Amri (2011) dapat dilakukan oleh petani melalui pengaturan pola tanam, pengaktifan koperasi, pengolahan produk, dan hubungan kemitraan dengan perusahaan, serta usaha rumah tangga maupun pedagang. Untuk pedagang yaitu dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan dan industri rumah tangga. Pemerintah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan untuk mengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program Sub Terminal Agribisnis (STA) perlu dibentuk di setiap kota dan mudah diakses oleh petani. Asuransi pertanian perlu dukungan pemerintah untuk koordinasi dan sosialisasi terhadap stakeholders.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat berbagai macam cara yang dilakukan para pelaku usaha untuk mengelola risiko yang dihadapi. Alternatif


(19)

strategi penanganan risiko dilakukan dengan dua cara yaitu, preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Secara umum, penelitian sebelumnya melakukan strategi preventif dengan cara membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia.

Strategi lainnya adalah strategi mitigasi, strategi ini dilakukan untuk mengurangi dampak risiko yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diversifikasi, penggabungan, atau pengalihan risiko. Pada penelitian sebelumnya, para pelaku usaha melakukan strategi mitigasi dengan melakukan diversifikasi pada usahanya. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usaha masih dapat ditutupi dari kegiatan usaha lainnya. Oleh karena itu diversifikasi merupakan alternatif yang banyak disarankan untuk dapat meminimalkan sekaligus melindungi usaha dari adanya risiko.

Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat menjadi gambaran bagi penelitian ini untuk dapat membuat alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan permasalahan perusahaan dan dapat membantu perusahaan agar dapat meminimalkan atau melindungi dari adanya fluktuasi penjualan yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan.


(20)

III KERANGKA

PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1.1. Definisi Risiko

Ada banyak definisi tentang risiko (risk). Risiko adalah peristiwa yang potensial untuk terjadi yang mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu perusahaan. Risiko timbul karena adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang, adanya penyimpangan, terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan, atau tidak terjadinya sesuatu yang diharapkan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdependensi satu sama lain. Dengan demikian dinamisme sifat risiko itu harus diantisipasi sejak awal (Hanggraeni 2010).

Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.Kerugian sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial (Basyaib 2007).

Menurut Vaughan (1978) diacu dalam Darmawi (2010) menjelaskan bahwa risiko memiliki bermacam definisi, yaitu:

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian)

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)

Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu.


(21)

3. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty), yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.

3.1.2. Jenis Risiko

Menurut Kountur (2008) ada beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah:

1. Risiko dari sudut pandang penyebab, risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu:

a. Risiko keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.

b. Risiko operasional, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan, seperti manusia, teknologi, dan alam

2. Risiko dari sudut pandang akibat, ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan yaitu:

a.  Risiko murni

Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja, atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan.Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut risiko murni.

b. Risiko spekulatif, adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

3. Risiko dari sudut pandang aktivitas, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit.

4. Risiko dari sudut pandang kejadian, risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadian. Misalnya, kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran.

Menurut Fahmi (2010), secara umum risiko itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Adapun kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah:


(22)

1. Risiko murni (pure risk). Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu:

a. Risiko asset fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada asset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.

b. Risiko karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan/ organisasi tersebut. Contohnya kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu.

c. Risiko legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan sebagai ganti rugi.

2. Risiko spekulatif (speculative risk). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada empat tipe risiko yaitu:

a. Risiko pasar. Merupakan risiko yang terjasi dari pergerakan harga di pasar. Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.

b. Risiko kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit macet, presentase piutang meningkat.

c. Risiko likuiditas. Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, meyebabkan perusahaan harus menjual asset yang dimilikinya.

d. Risiko operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancer. Contohnya terjadi kerusakan pada computer karena berbagai hal termasuk terkena virus. Menurut Hanggraeni (2010), terdapat beberapa pendapat mengenai penggolongan jenis risiko, antara lain:

1. Menurut Bank Indonesia, jenis risiko pada umumnya dikelompokkan menjadi 8 (delapan) jenis, meliputi:


(23)

a. Risiko kredit/investasi, yaitu risiko yang timbul akibat dari kegagalan pemenuhan kewajiban oleh counterparty atau debitur.

b. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar yang bervariasi, seperti akibat suku bunga, nilai tukar dan komoditas.

c. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang muncul karena ketidakmampuan dalam menempatkan/ mengolah liability (kewajiban).

d. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan mematuhi dengan atau tanpa menerapkan hukum, peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lainnya.

e. Risiko operasional, risiko ini relative masih baru diatur dalam perbankan yang biasanya muncul karena ketidakmampuan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau masalah-masalah eksternal lainnya.

f. Risiko hukum, risiko ini akibat kelemahan masalah hukum, mulai dari tuntutan hukum, tidak adanya kerangka hukum, dan kelemahan perjanjian. g. Risiko reputasi, risiko ini relatif baru yang biasanya muncul terkait dengan

masalah publikasi atau persepsi-persepsi negative.

h. Risiko strategi, risiko yang timbul akibat lemahnya pembentukan dan penerapan strategi perusahaan, lemahnya pengambilan keputusan dalam dunia bisnis atau kesenjangan reaksi dalam menghadapi perubahan.

2. Menurut Sadgrove (2005: hal 18) risiko digolongkan menjadi:

a. Risiko operasional, risiko yang berkaitan dengan proses produksi atau operasi perusahaan.

b. Risiko strategi, merupakan isu yang besar yang mendorong perusahaan berfikir secara skala besar. Risiko ini dikelola pada level Direksi dan memerlukan perencanaan strategi.

c. Risiko kepatuhan, merupakan risiko yang dihadapi perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan hukum serta aturan-aturan hukum serta aturan-aturan pemerintah untuk meningkatkan pengendlian risiko perusahaan sebagai perusahaan publik.


(24)

d. Risiko keuangan internal, merupakan risiko yang dihadapii perusahaan yang berhubungan dengan keuangan.

3. Menurut Lam (2007) risiko digolongkan menjadi:

a. Risiko pasar, risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadapperusahaan.

b. Risiko kredit, risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga, atau pemasok dalam memenuhi kewajibannya.

c. Risiko operasional, risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal (misal gempa bumi dan kebakaran) yang berdampak negatif pada perusahaan.

d. Risiko bisnis, risiko tidak tercapainya sasaran hasil-hasil operasi.

e. Risiko organisasional, risiko yang timbul dari buruknya rancangan struktur organisasi atau tidak memadainya sumber daya manusia.

3.1.3. Sumber Risiko

Menurut Darmawi (2010) menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Sumber risiko tersebut adalah:

1. Risiko sosial

Sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita.

2. Risiko fisik

Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia.

3. Risiko ekonomi

Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya.

Menurut Kountur (2008) dan Hanafi (2007) risiko dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang manajer perusahaan dan dari sumber penyebab risiko. Risiko menurut manajer perusahaan adalah risiko spekulatif yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan, dan risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan merugikan.


(25)

Sedangkan risiko berdasarkan penyebabnya terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional.Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang. Risiko Operasional merupakan semua risiko yang tidak termasuk pada kelompok risiko keuangan seperti risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, alam dan teknologi. Dengan demikian pengambil keputusan dapat mengidentifikasi permasalahan berdasarkan sudut pandang tersebut sehingga pengelolaan risiko bisa lebih efektif.

3.1.4. Hubungan Karakteristik dengan Risk dan Return

Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Takut pada risiko atau risk avoider

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya, bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Maka mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang innovator.

2. Hati-hati pada risiko atau risk indifference

Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderungan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil, ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka menyebut orang dengan karakter ini secara ekstrem sebagai tipe peragu.

3. Suka pada risiko atau risk seeker atau risk lover

Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena bagi dia semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan


(26)

mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang ia ambil, mereka terbiasa spekulasi dan itu pula yang membuat mereka selalu saja ingin menjadi pemimpin. Mental risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan. (Fahmi 2010).

Gambar 1. Tiga Perbedaan Pengambil Keputusan

Sumber: Barry Render and Ralph M. Stair, Jr 1997 (Diacu dalam Irham Fahmi 2010)

Menurut Mamduh (2009) salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan dua klasifikasi sebagai berikut: (1) Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko, (2) Tingkat keseriusan kerugian atau

impact dari risiko tersebut.

Pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh return yang diharapkan, dengan asumsi risiko dan return bersifat linear.

Utility

Monetary Outcome Risk Avoider

Risk Indifference


(27)

Gambar 2. Hubungan Expected Return dan Standard Deviation dalam Perspektif Risiko Operasional.

Sumber: Irham Fahmi 2010

Keterangan:

E(R) = Expected Return atau keuntungan yang diharapkan

= Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku disini sering diartikan dengan tingkat risiko yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi.

1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan juga berada di posisi yang tertinggi, dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya . Atau dengan kata lain disini kondisi maksimalitas expected return bersifat searah (linier) dengan risiko yang akan diterima.

2. Posisi II adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan bersifat tidak searah (non linier).

3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan juga berada pada posisi yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan bersifat searah (linier).

4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan berada pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan bersifat tidak searah (non linier).

IV  I

II III 

M E(R) 

  0 


(28)

5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E(R) dan .

3.1.5. Teori Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan dengan pengembalian portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima. Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Penentuan portofolio yang optimal merupakan suatu yang sangat penting bagi investor karena akan menghasilkan return yang optimal dengan risiko tertentu. Portofolio yang optimal ditentukan dengan membentuk portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi (Husnan, 1998).

Menurut Markowitz (1959) pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, kemudian dianalisis untuk menggambarkan setiap portofolio. Markowitz mengembangkan teori portofolio pilihan yang belum pasti di masa depan. Teori ini didasarkan pada memaksimalkan utilitas dari kekayaan investor. Fungsi utilitas ini didefinisikan sesuai dengan expected return dan standard deviation kekayaan. Menurut Kountur (2008) diversifikasi adalah cara menempatkan aset di beberapa tempat sehingga jika saah satu tempat mengalami kerugian, maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.

Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian, standar deviasi dan koefisien variasi. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari varian sedangkan koefisien merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai ekspektasi return dari suatu asset. Varian dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko risiko dengan hasil yang diharapkan sehingga kurang tepat untuk penilaian risiko. Untuk membandingkan asset dengan return yang diharapkan berbeda, maka pelaku bisnis dapat menggunakan koefisien variasi. Koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan, khususnya dalam mengambil salah satu alternative dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk


(29)

setiap return yang diperoleh. Nilai varian dan standar deviasi yang rendah dapat menghasilkan koefisien variasi yang tinggi. Sedangkan nilai varian dan standar deviasi yang tinggi dapat menghasilkan koefisien variasi yang rendah. Dengan ukuran koefisien variasi, perbandingan antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return.

3.1.6. Manajemen Risiko

Menurut Hanafi (2009) manajemen risiko organisasi adalah suatu system pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses berikut ini:

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan cara menelusuri sumber-sumber risikosampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Evaluasi dan pengkuran risiko

Evaluasi dan pengukuran risiko dilakukan untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menghitung peluang (kemungkinan) risiko.

3. Pengelolaan risiko

Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan berbagau cara, seperti penghindaran, retention, diversifikasi, transfer risiko, pengendalian risiko, dan pendanaan risiko.

Menurut Kountur (2008) dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko.Daftar risiko merupakan output/hasil dari identifikasi risiko.Setelah semua risiko yang diperlukan diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar risiko tersebut diukur.Dengan demikian, proses selanjutnya setelah identifikasi risiko alah pengukuran risiko. Maksud dari pengukuran risiko ini adalah supaya dapat menghasilkan apa yang disebut dengan


(30)

status risiko dan peta risiko. Status risiko sebenarnya adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita bisa mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dan dalam peta risiko ini, akan tampak statusnya. Berdasarkan peta risiko dan status risiko ini, kemudian manajemen melakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang terpetakan. Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen perusahaan.

Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber: Kountur 2008

Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu:

OUTPUT PROSES

IDENTIFIKASI RISIKO

PENANGANAN RISIKO

EVALUASI PENGUKURAN

RISIKO

Daftar Risiko

1. Peta Risiko 2. Status Risiko

Usulan (Penanganan Risiko)


(31)

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a) membuat atau memperbaiki sistem prosedur; b) mengembangkan sumber daya manusia; dan c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau usaha di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan sluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha tanaman hias merupakan salah satu usaha yang sedang berkembang seiring dengan semakin meningkatnya masyarakat yang menginginkan lingkungan yang asri, nyaman, dan indah. Selain itu, meningkatnya jumlah industri yang bergerak dalam agribisnis tanaman hias menjadi bukti bahwa


(32)

usaha tanaman hias memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Namun peluang usaha tersebut harus dihadapkan dengan beberapa masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penjualan.

PT Bina Usaha Flora memiliki luas lahan sebesar 2,7 Ha untuk memproduksi berbagai macam komoditas tanaman hias. Pada penelitian ini akan diambil beberapa komoditas unggulan perusahaan yaitu vinca, gloxinia, petunia, dan pentas. Keempat tanaman ini memiliki volume penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman lainnya yang diproduksi perusahaan. Dalam memproduksi tanaman tersebut, PT BUF memiliki mengalami fluktuasi penjualan yang mengindikasikan adanya risiko di dalam perusahaan. Tingkat risiko yang terjadi pada perusahaan akan berpengaruh terhadap besarmya penerimaan yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko yang tepat untuk menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada PT Bina Usaha Flora.

Analisis risiko dilakukan melalui pendekatan metode Variance, Standard

Deviation, dan Coefficient Variance pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

Analisis pada kegiatan spesialisasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada masing-masing komoditas. Analisis pada kegiatan diversifikasi dilakukan untuk mengetahui nilai risiko pada usaha diversifikasi gabungan empat komoditas yang dilakukan oleh perusahaan saat ini, dan dilakukan perhitungan diversifikasi gabungan dua dan tiga komoditas untuk membandingkan nilai risiko yang diperoleh. Setelah dianalisis akan diperoleh hasil yang akan menjadi alternatif strategi penanganan risiko sebagai pertimbangan bagi PT Bina Usaha Flora untuk mengatasi risiko yang dihadapi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.


(33)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

PT Bina Usaha Flora

Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias

Analisis Kuantitatif (Identifikasi variance,

standard deviation,

coefficient variance)

Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Sumber-sumber Risiko

PT Bina Usaha Flora

Fluktuasi Penjualan Tanaman Hias

Analisis Kuantitatif (Identifikasi variance,

standard deviation,

coefficient variance)

Strategi Penanganan

Risiko

Fluktuasi Penerimaan

Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Sumber-sumber Risiko


(34)

IV METODE

PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT Bina Usaha Flora (PT BUF) yang terletak di komplek Taman Bunga Nusantara, jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tersebut merupakan tempat produksi tanaman hias yang cukup besar bergerak pada bidang potted plant,

bedding plant, dan bunga potong. Perusahaan telah melakukan usaha diversifikasi

untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 hingga April 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaaan PT BUF, seperti General Manager, Koordinator Ornamental dan Kepala Produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi yang terkait seperti BPS, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang relevan.

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sumber risiko, melakukan pengukuran risiko, penanganan risiko dan evaluasi untuk melihat efektivitas penanganan risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.


(35)

4.3.1. Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah varian (variance), standar deviasi

(standard deviation), dan kofisien variasi (coefficient variation). Penentuan

peluang berdasarkan suatu kejadian pada yang dapat diukur dari pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Peluang dari masing-masing kejadian akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal dan terendah. Pengukuran peluang pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung dan secara sistematis dapat dituliskan :

P= f / T Dimana :

P = Peluang

f = Frekuensi kejadian

T = Periode penjualan (24 periode)

Total peluang dari beberapakejadian berjumlah satu dan secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

1

Untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan digunakan pendekatan sebagai berikut :

a. Expected Return

Nilai expected return dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

.

Dimana :

E(Ri) = Expected return

Pi = Peluang dari suatu kejadian

Ri = Return (Penerimaan)

n = Jumlah kejadian = 24 i = Kejadian (1, 2, 3,.., 24.)


(36)

Pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti.

b. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995)

∑ Ři 2

Dimana:

= Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadian Rij = Return (Penerimaan)

Ři = Expected return

Rumus variance dapat juga dituliskan sebahai berikut:

) 1 (

) x

( i 2

− Σ − Σ

n xi

Dimana:

Xi = Penerimaan

Xi = Expected Return

n = Jumlah kejadian = 24

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai

variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko

yangdihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

c. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance.

Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut :

Dimana : = Variance


(37)

d. Coefficient Variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan

return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient

variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient

variation adalah :

CV = / Ř i Dimana : CV = Coefficient variation

= Standard deviation

Ř i = Expected return

4.3.2. Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi

Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha. Diversifikasi adalah salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang ada. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua, tiga, dan empat komoditi.

Fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada

masing-masing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi adalah:

W2(i) = W2(j) =

Dimana: W2(i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j

i = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas j = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi adalah: W3(i) =


(38)

W3(k) =

Dimana: W3(i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W3(j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j W3(k) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi k

i = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas j = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas k = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas

Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi empat komoditi adalah: W4(i) =

W4(j) = W4(k) = W4(l) =

Dimana: W4(i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W4(j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j W4(k) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi k W4(l) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi l

i = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas j = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas k = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas l = Komoditi tanaman hias vinca/ gloxinia/ petunia/ pentas

Setelah fraction portofolio pada tiap komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi komoditi. Cara menghitung

expected return portofolio kombinasi dua komoditi adalah:

E(Rp)2 = [E(Ri) x W2(i)] + [E(Rj) x W2(j)]

Dimana: E(Rp)2 = Expected Return Portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected Return komoditi i

E(Rj) = Expected Return komoditi j W2(i) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot portofolio kombinasi dua komoditi j

Cara menghitung expected return portofolio kombinasi tiga komoditi adalah: E(Rp)3 = [E(Ri) x W3(i)] + [E(Rj) x W3(j)] + [E(Rk) x W3(k)]

Dimana: E(Rp)3 = Expected Return Portofolio kombinasi tiga komoditi E(Ri) = Expected Return komoditi i

E(Rj) = Expected Return komoditi j

W3(i) = Bobot portofolio kombinasi tiga komoditi i W3(j) = Bobot portofolio kombinasi tiga komoditi j


(39)

W3(k) = Bobot portofolio kombinasi tiga komoditi k

Cara menghitung expected return portofolio kombinasi empat komoditi adalah: E(Rp)4 = [E(Ri) x W4(i)] + [E(Rj) x W4(j)] + [E(Rk) x W4(k)] + [E(Rl) x W4(l)] Dimana: E(Rp)4 = Expected Return Portofolio kombinasi tiga komoditi E(Ri) = Expected Return komoditi i

E(Rj) = Expected Return komoditi j E(Rk) = Expected Return komoditi k E(Rl) = Expected Return komoditi l

W4(i) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi i W4(j) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi j W4(k) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi k W4(l) = Bobot portofolio kombinasi empat komoditi l

Selanjutnya dilakukan perhitungan variance untuk mengukur risiko portofolionya yang merupakan gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):

σ

p2

=

k

2

σ

i2

+

(1−

k

)

2

σ

j2

+ 2

k

(1−

k

) σ

ij

Dimana :

σ

p2 = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j

σ

ij = Covariance antara investasi aset i dan j

k = Fraction portofolio pada investasi aset i

(1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j

Jika

σ

ij= ρij

σ

i

σ

j dimana ρij merupakan koefisien korelasi antara investasi aset i dan j maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagai berikut:

σ

p2 = k2

σ

i2 +(1-k)2

σ

j2 + 2 ρ i j k (1-k)

σ

i

σ

j

Nilai variance portofolio (

σ

ij2) menunjukkan ukuran risiko portofolio yang dihadapi dalam menjalankan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau diversifikasi. Nilai variance portofolio sangat ditentukan korelasi diantara aset i dan j. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρi j) mempunyai nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya sebagai berikut:

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama.


(40)

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu sama lain.

4. Nilai koefisien korelasi sama dengan 0.5 mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu sama lain.

Beberapa nilai koefisien korelasi tersebut dapat menunjukkan bagaimana risiko portofolio yang dihadapi dibandingkan dengan risiko masing-masing aset atau spesialisasi.

Jika terdapat tiga aset, yaitu aset A, B dan C maka bobot untuk ketiga aset adalah wa, wb dan wc dengan jumlah ketiga bobot adalah satu (ka+kb+kc = 1).

Besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan

sebagai berikut (Diether 2009) :

Ři(p) = kaŘi(a) + kbŘi(b) + kcŘi(c) Dimana :

Ři (p) = Expected return investasi tiga aset yang digabungkan ka = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A kb = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B kc = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C

Ři(a) = Expected return dari investasi asset A

Ři(b) = Expected return dari investasi asset B

Ři(c) = Expected return dari investasi asset C

Nilai variance gabungan ketiga aset dapat dituliskan sebagai berikut :

σi2(p) = ka 2 σi2(a) + kb 2 σi2(b) + kc 2 σi2(c) + 2kakb σij (a,b) + 2kakc σij (a,c) + 2kbkc σij (b,c)

Dimana :

σi2(p) = Variance portofolio untuk investasi tiga asset yang digabungkan

σi2(a) =Variance investasi asset A

σi2(b) = Variance investasi asset B

σi2(c) = Variance investasi asset C

ka = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A kb = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B

kc = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C

σij (a,b) = Covariance antara investasi aset pertama dan kedua, diperolehdengan rumus : ρabσaσb dimana ρab diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama


(41)

σij (a,c) = Covariance antara investasi aset pertama dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρacσaσc dimana ρac diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σij (b,c) = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρbcσbσc dimana ρbc diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σi(a) = Standar Deviation asset A

σi(b) = Standar Deviation asset B

σi(c) = Standar Deviation asset C

Jika investasi untuk empat aset, maka asumsi jumlah bobot untuk keempatinvestasi =1 (ka+kb+kc+kd = 1). Untuk menghitung expected return gabungankeempat investasi dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009):

Ři(p) = kaŘi(a) + kbŘi(b) + kcŘi(c)+ kdŘi(d) Dimana :

Ři (p) = Expected return investasi tiga aset yang digabungkan ka = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A kb = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B kc = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C kd = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset D

Ři(a) = Expected return dari investasi asset A

Ři(b) = Expected return dari investasi asset B

Ři(c) = Expected return dari investasi asset C

Ři(d) = Expected return dari investasi asset D

Besarnya variance untuk empat aset dapat dituliskan sebagai berikut(mengacu Diether 2009):

σi2(p) = ka 2 σi2(a) + kb 2 σi2(b) + kc 2 σi2(c) + kd 2 σi2(d) + 2kakb σij (a,b) + 2kakc σij (a,c) + 2kbkc σij (b,c) + 2kbkd σij (b,d) + 2kckd σij (c,d) + 2kdkaσij (d,a)

Dimana :

σi2(p) = Variance portofolio untuk investasi tiga asset yang digabungkan

σi2(a) = Variance investasi asset A

σi2(b) = Variance investasi asset B

σi2(c) = Variance investasi asset C

σi2(d) = Variance investasi asset D

ka = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset A kb = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset B

kc = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset C kd = Bobot atau fraction portofolio pada investasi asset D

σij (a,b) = Covariance antara investasi aset pertama dan kedua,diperolehdengan rumus : ρabσaσb dimana ρab diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σij (a,c) = Covariance antara investasi aset pertama dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρacσaσc dimana ρab diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak berscma-sama


(42)

σij (b,c) = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρbcσbσc dimana ρbc diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σij (b,d) = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρbdσbσd dimana ρbd diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σij (c,d) = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρcdσcσd dimana ρcd diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σij (d,a) = Covariance antara investasi aset kedua dan ketiga, diperoleh dengan rumus : ρdaσdσa dimana ρda diasumsikan nilainya +1,artinya kombinasi ketiga aset bergerak bersama-sama

σi(a) = Standar Deviation asset A

σi(b) = Standar Deviation asset B

σi(c) = Standar Deviation asset C


(43)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Bina Usaha Flora (BUF) dirintis berkaitan dengan pembukaan Taman Bunga Nusantara pada bulan September 1995 oleh. Pada awal berdirinya, PT BUF didanai oleh investor dari Amerika dan beberapa investor dari dalam negeri. Namun pada tahun 1997 investor asing melepaskan diri sehingga tinggal investor dalam negeri yang sekaligus merupakan dewan direksi dalam struktur organisasi dalam PT BUF, mereka adalah Ibu Cut Sjahrain, Bapak Ning M. Widjaja, dan Ibu Listya Natalia. Sebelumnya pada bulan Mei 1995 dilakukan uji coba adaptasi 200 jenis tanaman semusim (annual) yang terdiri dari hampir 1.000 varietas hibrida yang berasal dari beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Jerman, dan Jepang. Dari uji coba tersebut terdapat 300 varietas yang sesuai untuk ditanam.

Awalnya PT BUF hanya memproduksi beddingplant yang disuplai ke Taman Bunga Nusantara. Namun karena banyaknya permintaan di luar TBN, maka PT BUF meningkatkan produksinya baik dari jumlah tanamannya maupun jenis tanamannya. Saat ini jenis produk yang diproduksi oleh PT BUF terdiri dari tanaman pot (potted plants), tanaman hamparan (bedding plants atau polybag), bunga potong (cut flowers) dan bibit tanaman (plug). Selain itu PT BUF juga bekerjasama dengan petani dan melakukan pembelian dari perusahaan lain untuk jenis potted plant, bunga potong, dan benih yang tidak diproduksi perusahaan untuk dijual kembali kepada konsumen (trading). PT BUF juga menerima penitipan barang seperti bunga kering, pot, kompos dan kascing.

PT BUF terletak di Jalan Mariwati Km 5,5 Desa Pataruman Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pada awal berdirinya, luas lahan yang dimiliki oleh PT BUF adalah 1,5 ha dengan luas areal produktif 6400m². Pada tahun 2006, perusahaan ini melakukan perluasan lahan budidaya yang terletak di Desa Ciwalen dengan luas lahan 2,7 ha yang dinamakan PT BUF Ornamental, pada lahan ini khusus untuk budidaya tanaman hias pot, tanaman hias hamparan, dan bunga potong dari bibit hingga siap jual. Perluasan lahan dilakukan perusahaan untuk meningkatkan hasil produksi agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat. Sedangkan lahan yang berada di Desa Paturaman khusus memproduksi bibit.


(1)

Lampiran 2. Penerimaan PT BUF pada Komoditi Vinca (Januari 2010-Desember 2011 )

Periode Penjualan Fisik (pot) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

1 531 7.000 3.717.000

2 61 7.000 427.000

3 480 7.000 3.360.000

4 78 7.000 546.000

5 89 7.000 623.000

6 553 7.000 3.871.000

7 483 7.000 3.381.000

8 679 7.000 4.753.000

9 250 7.000 1.750.000

10 132 7.000 924.000

11 331 7.000 2.317.000

12 703 7.000 4.921.000

13 929 7.000 6.503.000

14 230 7.000 1.610.000

15 398 7.000 2.786.000

16 484 7.000 3.388.000

17 1,004 7.000 7.028.000

18 452 7.000 3.164.000

19 359 7.000 2.513.000

20 409 7.000 2.863.000

21 285 7.000 1.995.000

22 523 7.000 3.661.000

23 1,111 7.000 7.777.000


(2)

Lampiran 3. Penerimaan PT BUF pada Komoditi Gloxinia (Januari 2010-Desember 2011 )

Periode Penjualan Fisik (pot) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

1 140 7.500

1.050.000

2 198 7.500

1.485.000

3 71 7.500

532.500

4 0 7.500

0

5 154 7.500

1.155.000

6 96 7.500

720.000

7 40 7.500

300.000

8 14 7.500

105.000

9 10 7.500

75.000

10 0 7.500

0

11 108 7.500

810.000

12 199 7.500

1.492.500

13 550 7.500

4.125.000

14 110 7.500

825.000

15 1 7.500

7.500

16 10 7.500

75.000

17 9 7.500

67.500

18 110 7.500

825.000

19 107 7.500

802.500

20 97 7.500

727.500

21 35 7.500

262.500

22 26 7.500

195.000

23 22 7.500

165.000

24 14 7.500


(3)

Lampiran 4. Penerimaan PT BUF pada Komoditi Petunia (Januari 2010-Desember 2011 )

Periode Penjualan Fisik (pot) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

1 52 12.500

650.000

2 123 12.500

1.537.500

3 136 12.500

1.700.000

4 32 12.500

400.000

.5 14 12.500

175.000

6 184 12.500

2.300.000

7 412 12.500

5.150.000

8 329 12.500

4.112.500

9 150 12.500

1.875.000

10 140 12.500

1.750.000

11 141 12.500

1.762.500

12 208 12.500

2.600.000

13 522 12.500

6.525.000

14 635 12.500

7.937.500

15 396 12.500

4.950.000

16 471 12.500

5.887.500

17 421 12.500

5.262.500

18 903 12.500

11.287.500

19 217 12.500

2.712.500

20 697 12.500

8.712.500

21 279 12.500

3.487.500

22 277 12.500

3.462.500

23 91 12.500

1.137.500

24 309 12.500


(4)

Lampiran 5. Penerimaan PT BUF pada Komoditi Pentas (Januari 2010-Desember 2011 )

Periode Penjualan Fisik (polybag) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

1 255 2.500

637.500

2 25 2.500

62.500

3 189 2.500

472.500

4 1.016 2.500

2.540.000

.5 1.068 2.500

2.670.000

6 784 2.500

1.960.000

7 45 2.500

112.500

8 1.195 2.500

2.987.500

9 330 2.500

825.000

10 75 2.500

187.500

11 1.580 2.500

3.950.000

12 0 2.500

0

13 521 2.500

1.302.500

14 1.000 2.500

2.500.000

15 1.147 2.500

2.867.500

16 2.416 2.500

6.040.000

17 1.069 2.500

2.672.500

18 303 2.500

757.500

19 795 2.500

1.987.500

20 929 2.500

2.322.500

21 1.415 2.500

3.537.500

22 1.543 2.500

3.857.500

23 1.306 2.500

3.265.000

24 87 2.500


(5)

RINGKASAN

RISTY PUSPITASARI. Analisis Risiko Pemasaran Tanaman Hias Pot di PT Bina Usaha Flora, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industry pariwisata, serta pembangunan kompleks perhotelan dan perkantoran. Salah satu bentuk tanaman hias yang saat ini banyak diminati masyarakat adalah tanaman hias dalam pot (potted plant). Usaha ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap lingkungan yang asri, nyaman, indah. Terlihat semakin banyaknya rumah tangga, perkantoran, perhotelan, serta pusat perbelanjaan di kota-kota besar menghias tempatnya dengan menggunakan tanaman hias dalam pot, baik untuk disimpan di luar ruangan ataupun di dalam ruangan. Selain itu tanaman hias dalam pot memiliki nilai artistik pada bagian tanamannya, baik bunga ataupun daunnya. Tanaman ini juga mudah dipindahkan sesuai lingkungannya dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam pemeliharaannya, sehingga dapat dinikmati walaupun di ruangan yang sempit. PT Bina Usaha Flora merupakan salah satu perusahaan di Jawa Barat yang bergerak dalam industri tanaman hias, khususnya tanaman hias pot.

Permasalahan yang dihadapi oleh PT Bina Usaha Flora adalah perusahaan mengalami risiko pemasaran dalam melaksanakan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari adanya fluktuasi penjualan tanaman hias yang diproduksi oleh perusahaan setiap bulannya. Dalam menjalankan usahanya, PT Bina Usaha Flora dihadapkan pada permasalahan belum terpenuhinya target penjualan yang sudah direncanakan sebelumnya, padahal tanaman hias memiliki kelemahan dalam hal penyimpanan sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penyimpanan produknya dalam waktu lama. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko pemasaran. Perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang tepat agar produknya dapat laku terjual sesuai target yang diharapkan. Hal ini akan berakibat pada fluktuasi penerimaan yang diperoleh perusahaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi risiko dan sumber-sumber risiko tanaman hias pot yang terjadi di PT BUF. (2) Menganalisis hubungan diversifikasi usaha dengan upaya mengurangi risiko pada PT BUF. (3) Mengkaji alternatif penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh PT BUF.

Penelitian ini dilakukan di PT Bina Usaha Flora, Kec.Sukaresmi, Kab.Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga April 2012. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaaan, seperti General Manager, Koordinator


(6)

deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi sumber risiko, melakukan pengukuran risiko, penanganan risiko dan evaluasi untuk melihat efektivitas penanganan risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dengan menggunakan metode variance,

standard deviation dan coefficient variation pada komoditas tanaman hias vinca,

gloxinia, petunia dan pentas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pemasaran yang dialami oleh PT Bina Usaha Flora terjadi karena beberapa sumber risiko, yaitu preferensi konsumen, adanya event tertentu, kurangnya informasi pasar dan kerusakan tanaman pada saat pengiriman. Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi berdasarkan penerimaan pada tanaman hias vinca, gloxinia, petunia dan pentas diperoleh risiko paling tinggi dari keempat komoditas adalah gloxinia yaitu sebesar 1,319 yang artinya bahwa etiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 1,319. Sedangkan risiko paling rendah adalah vinca yaitu sebesar 0,603 yang artinya bahwa etiap satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadpi sebesar 0,603. Hal ini terjadi karena tanaman hias vinca memiliki kuantitas penjualan yang cukup tinggi setiap bulannya dan memiliki harga yang cukup tinggi.

Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi meliputi gabungan dari dua komoditas yaitu gabungan vinca dan gloxinia, vinca dan petunia, vinca dan pentas, gloxinia dan petunia, gloxinia dan pentas, serta petunia dan pentas. Gabungan tiga komoditas meliputi gabungan vinca, gloxinia dan petunia, gabungan vinca, gloxinia dan pentas, gabungan vinca, petunia dan pentas, serta gabungan gloxinia, petunia dan pentas. Gabungan empat komoditas meliputi gabungan vinca, gloxinia, petunia dan pentas. Dari hasil diversifikasi diperoleh nilai coefficient variation terendah pada gabungan komoditas vinca dan petunia yaitu sebesar 0,693. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh PT Bina Usaha Flora untuk meminimalkan risiko adalah melakukan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kemitraan, promosi yang lebih efektif, networking yang luas, serta kontrak pemasaran.